Dua puluh satu tahun lalu, Siemens S65 menyadarkan saya kalau besaran megapiksel tidak berbanding lurus dengan kinerja kamera. Kamera dengan megapiksel besar tak menjamin hasil foto pasti bagus.
Dua bulan
lalu, POCO X7 Pro menyadarkan saya kalau intensitas iklan di ponsel keluarga
Xiaomi mulai menyebalkan. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, saya menganggap
kemunculan iklan di ponsel keluarga Xiaomi masih dalam taraf
wajar.
Seberapa mengesalkan iklan di X7 Pro? Sekadar memilih nada dering
pun langsung disodori iklan. Nada deringnya bahkan tak sempat diperdengarkan
lebih dari satu detik.
Padahal,
kesan pertama saya ketika baru mengeluarkan X7 Pro dari kardusnya cukup baik.
Saya menyukai desain kameranya yang lebih sederhana. Tidak lagi mengadopsi
desain “tungku kompor” ala POCO X6 Pro dan Xiaomi 14T series.
Prosesor
MediaTek Dimensity 8400 Ultra, layar AMOLED 6,67 inci 1,5K 120 Hz, memori 12/512
GB, IP68, NFC, baterai 6.000 mAh, dan pengisian cepat 90W merupakan sebagian
spesifikasi X7 Pro. Di sisi belakang terdapat kamera 50 megapiksel dengan OIS
dan kamera berlensa ekstralebar delapan megapiksel. Sedangkan kamera depannya
beresolusi 20 megapiksel.
Kinerja kamera ponsel itu secara umum cukup bagus. Dibandingkan satu generasi sebelumnya, foto yang dihasilkan lebih tajam. Rekaman videonya juga lebih stabil.
Gegas? Tentu saja. Menjalankan banyak aplikasi, kemudian berpindah-pindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain dapat dilakukan X7 Pro dengan trengginas. Sama sekali tanpa kendala.
Bodi cepat panas dan daya baterai lekas habis? Ya, dua “fitur” X6 Pro itu masih ditemukan di X7 Pro, dengan kadar yang lebih rendah. Jadi, seharusnya lebih dapat ditoleransi oleh pengguna. Sekali diisi ulang sampai penuh, misalnya, ponsel itu masih sanggup menemani saya beraktivitas mulai bangun pagi sampai usai makan malam.
POCO X7 Pro ditawarkan dalam dua warna reguler: hitam dan hijau. Harganya dipatok Rp4,999 juta. Warna “kebangsaan POCO” kuning justru absen. Menariknya, tersedia X7 Pro edisi Iron Man yang dijual Rp5,499 juta. Semua harga yang tercantum adalah harga ritel resmi. Harga pasar bisa lebih rendah hingga ratusan ribu rupiah.
Lensa utama vs lensa ultralebar.
Mencoba AI Erase. Perhatikan pria yang sedang duduk.
Salam,
Herry SW