Perhitungan Pak KWIK KIAN GIE.

11 views
Skip to first unread message

iwan sribudi

unread,
Mar 9, 2012, 8:12:51 PM3/9/12
to WAYUNGYANG Net, pemudakatolik, pemuda_kat...@yahoo.co.id, pemuda.katolik.surabaya, pemudakat...@yahoo.co.id, pemudakatolik...@yahoo.com, pemudakatoli...@yahoo.co.id, pemudakatol...@yahoo.co.id, PEMUDA_KAT...@yahoo.co.id, pmkrisemarang, pmkrimaumere, pmkriruteng, pmkribanjarmasin, pmkri...@ymail.com

Perhitungan Pak KWIK KIAN GIE. ; ( oleh : Feri IpeNk Suranta Ginting )
Jika harga pasaran minyak mentah adalah $80/barrel sebagaimana beberapa waktu lalu, maka keuntungan pemerintah adalah ($80 - $20) x 640.000 per-hari atau $38,4 juta atau sekitar Rp 380 milir per-hari. Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, pemerintah harus mengimpor minyak sebesar 100.000 barrel per-hari. Dengan harga pasaran $80 dollar/barrel, maka pemerintah harus mengeluarkan biaya sebesar $8 juta atau sekitar Rp 75 miliar per-hari. Dengan demikian maka pemerintah masih mendapatkan surplus sebesar Rp 380 miliar - Rp 75 miliar = Rp 305 miliar per-hari atau sekitar Rp 111 triliun setahun. Kemudian katakanlah terjadi kenaikan harga BBM internasional hingga mencapai $100 per-barrel. Pengeluaran pemerintah untuk mengimpor minyak memang naik menjadi $10 juta atau sekitar Rp 90 miliar per-hari. Namun pendapatan pemerintah, tanpa menaikkan harga minyak, masih lebih besar dari angka itu dan pemerintah masih menanggung untung Rp 380 miliar - Rp 90 miliar = Rp 290 miliar per-hari atau sekitar Rp 105 triliun setahun. Sama sekali tidak ada subsidi, hanya berkurang keuntungan sebesar Rp 111 triliun - Rp 105 triliun = Rp 6 triliun (Kwiek Kian Gie). apakah wacana soal kenaikan harga minyak internasional itu masih masuk akal dijadikan alasan oleh penguasa rakus ini menjadi alasan menaikkan harga BBM? semua ini hanyalah soal berkurangnya keuntungan pemerintah dan pengusaha asing. wacana soal pemberian subsidi dan subsidi memberatkan keuangan negara adalah sebuah pembodohan karena negara sesungguhnya tak pernah memberi subsidi sepeserpun. mereka membuat kita berasumsi seperti itu dan bisa menerima alasan menaikkan harga BBM. ( SUMBER : Facebookgroup seorang kawan ) ; ( oleh : Feri IpeNk Suranta Ginting )
Jika harga pasaran minyak mentah adalah $80/barrel sebagaimana beberapa waktu lalu, maka keuntungan pemerintah adalah ($80 - $20) x 640.000 per-hari atau $38,4 juta atau sekitar Rp 380 milir per-hari. Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, pemerintah harus mengimpor minyak sebesar 100.000 barrel per-hari. Dengan harga pasaran $80 dollar/barrel, maka pemerintah harus mengeluarkan biaya sebesar $8 juta atau sekitar Rp 75 miliar per-hari. Dengan demikian maka pemerintah masih mendapatkan surplus sebesar Rp 380 miliar - Rp 75 miliar = Rp 305 miliar per-hari atau sekitar Rp 111 triliun setahun. Kemudian katakanlah terjadi kenaikan harga BBM internasional hingga mencapai $100 per-barrel. Pengeluaran pemerintah untuk mengimpor minyak memang naik menjadi $10 juta atau sekitar Rp 90 miliar per-hari. Namun pendapatan pemerintah, tanpa menaikkan harga minyak, masih lebih besar dari angka itu dan pemerintah masih menanggung untung Rp 380 miliar - Rp 90 miliar = Rp 290 miliar per-hari atau sekitar Rp 105 triliun setahun. Sama sekali tidak ada subsidi, hanya berkurang keuntungan sebesar Rp 111 triliun - Rp 105 triliun = Rp 6 triliun (Kwiek Kian Gie). apakah wacana soal kenaikan harga minyak internasional itu masih masuk akal dijadikan alasan oleh penguasa rakus ini menjadi alasan menaikkan harga BBM? semua ini hanyalah soal berkurangnya keuntungan pemerintah dan pengusaha asing. wacana soal pemberian subsidi dan subsidi memberatkan keuangan negara adalah sebuah pembodohan karena negara sesungguhnya tak pernah memberi subsidi sepeserpun. mereka membuat kita berasumsi seperti itu dan bisa menerima alasan menaikkan harga BBM. ( SUMBER : Facebookgroup seorang kawan )
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages