Sudah lama sih sebetulnya, naik YA tahun 2001. Sampai sekarang itu penerbangan dengan YA buat pertama dan terakhir kalinya hingga sekarang. Bagaimana kesan dan pesan dari saya? Karena peristiwanya sudah lama, gak yakin saya kalau keadaan dulu itu masih representatif buat tahun sekarang, tapi baiklah inilah tulisan saya soal Yaman Air.
Motif saya naik YA ada dua, pertama cari penerbangan yg murah dan kedua sambil berlama-lama di perjalanan bisa berwisata di negeri orang secara hampir gratis! Loh kok hampir gratis? Ya ialah, yg gratis kan cuman pondokan doang? Hehehe ...
Ongkos waktu dulu itu sekitar QAR 1600-an (bandingkan dengan MAS dengan harga sekitar QAR 2600 aktu itu), persisnya saya lupa. Rute penerbangannya seperti ini; Doha - Aden - Sanaa - Dubai - Jakarta. Waktu pulangnya tinggal dibalikin aja. Pesawat yg membawa saya dari Doha - Aden - Sanaa pesawatnya sama, di kota Aden cuman transit sekitar 2 jam, barulah di Sanaa transitnya 24 jam! Tiba di sana selepas waktu sholat ashar dan sudah berada di hotel di waktu magrib. Besoknya selepas magrib barulah penerbangan dilanjutkan ke Dubai dengan jenis pesawat besar sebagaimana pesawat2 internasional lainnya. Seperti apa kondisi YA? Saya melihat mungkin karena rute YA sdh kategori servis penerbangan international, tidak ada yg perlu disesali atau dikmpolain pada YA. Tepat waktu? Yup! Makanan gimana? Not so good but not so badlah, masih jauh 1000x lebih bagus ketimbang pelayanan domestik Indonesia yg pramugarinya ketus dan judas (cuman ramah doang dengan cowok muda ganteng dan kelihatan tajir! ... hehehe subjektive saya loh) ..
Aden airport dan Sanaa airport kondisinya .. nah ini memang jadul bangetlah. Tidak ada kelihatan sentuhan konstruksi modern (ingat, itu hampir 12 thn lalu loh .. sekarang ai don now!). Kedua airport itu sekelas andara Yogya, Medan, Bandung dan Bali ...malah kedua airport itu memberi kesan lebih hening dan sepi, kegiatan arus pesawat masuk-keluar kelihatan begitu jarang. Mungkin ini juga sebab mengapa kelihatan bandara Aden dan Sana sepi. Yang membuat sedikit menghibur di bandara keduanya ialah banyaknya madu Yaman untuk bisa diborong, tentu saja murah oiii..!
Karena saya waktu itu single (one way single - return double) status, selama seharian penuh saya begitu bebas menentukan ke mana mau ngelayap di Yaman. Kebetulan ada taksi gelap yg menawarkan jasa sight seeing, maka dengan beberapa penumpang lain yg ikut transit jadilah kami tourist di kota Sanaa dan seputaran. keluar masuk kampung, naik bukit dan masuk lembah dan berakhir ketika kami ditumpahkan di pusat pasar tradisional kota Sanaa dengan bangunan khasnya itu ... alamaakk masa2 yg sulit dilupakan! ;-)
Bagaimana dengan hotel transit? Nah kesan saya berikut harus dipandang dari sudut pandang "back packer" yah ... soalnya banyak memang hal2 yg membuat saya bergumam, "Oh .. begini ternyata!" Yaman Air memberi hotel transit sekelas Melati III! Dulu, tapi sekarang gak tahu. Apakah hanya waktu itu saja begitu dari YA, saya gak tahu juga. Jadi sudah maklumlah kalau semua penumpang yg transit pada menggerutu dan komplain, kalau buat saya hotel begitu mah bukan masalah sebab yg penting itu cuman bisa tidur di atas kasur yg bersih dan bisa mandi! That's all. Toh di jaman Emirates, Gulf Air atau MAS masih kasih transit hotel voucher di Dubai dulu, selalu dikasih transit hotel2 minimal bintang 4. Sekali-kali dapat Melati III yah gak apa-apalah.
So, what else about YA? Saya gak bisa kasih opini sebab pengalaman di atas pasti bukan representasi waktu 11 tahun kemudian, spt sekarang ini. Kecuali soal waktu, terlalu boros dalam perjalanan dengan YA, makanya "demam" juga saya kalau kebayang harus ngulangin rute yg sama! ;-) Perjalanan seperti itu harus untuk pertama kali dengan tujuan tour dan back-packing ... barulah segala rupa pengalaman yg baru akan berarti banyak dan tak terlupakan ..
Salam,
Lapis Lazuli
lupa berburu batu akik di kota Sanaa