Fw:

2 views
Skip to first unread message

nUr_aEnY

unread,
Mar 18, 2010, 10:30:22 PM3/18/10
to tem...@googlegroups.com, Eskor, Puspita Tunggo dewi
 
-----

*** Kesetiaan Seorang Suami/Ayah ***

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit. Istrinya juga sudah tua, mereka menikah sudah lebih 32 tahun, dikarunia 4 orang anak. Disinilah awal cobaan menerpa.

Setelah istrinya melahirkan anak ke empat, tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV, supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara, tapi Pak Suyatno selalu melihat istrinya tersenyum...

Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siang hari dia bisa pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang, lalu dia memandikan istrinya, menggantikan pakaiannya. Selepas maghrib, dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang, tapi tidak bisa menanggapi, pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan pak Suyatno lebih kurang 25 tahun.
Dengan sabar dia merawat istrinya, bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka. Sekarang anak2 mereka sudah dewasa,
tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah
orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing2, dan pak Suyatno memutuskan untuk merawat ibu mereka, 
yang diinginkan Pak Suyatno hanya satu .... semua anak2nya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2, anak yg sulung berkata,
" Pak ... kami ingin sekali merawat ibu ... semenjak kami kecil, kami melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan
yang keluar dari bibir bapak ... bahkan bapak tidak pernah mengijinkan kami untuk menjaga ibu."
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya, "Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak untuk menikah lagi, kami rasa ibu pun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak..? Dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baiknya,
secara bergantian".

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga
anak2 mereka.
"Anak2ku....Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak sudah lama menikah lagi. Tetapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku, itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian, Bapak sudah senang."

Sejenak kerongkongannya tersekat... Kalian ... yg selalu kurindukan hadir didunia ini, dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanyakan pada ibu kalian ... Apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini..?? Kalian menginginkan bapak bahagia, Apakah bathin bapak bisa bahagia..? meninggalkan ibumu dengan keadaanya yang sekarang ini..? Kalian menginginkan bapak, yg masih diberi Tuhan kesehatan, dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit..?" Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno.
Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata
ibu Suyatno. Dengan pilu, ditatapnya mata suami
yg sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta, untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada pak Suyatno, Kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa lagi ... ??

Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir
di studio.
Kebanyakan kaum perempuan tidak sanggup menahan haru...
disitulah pak Suyatno bercerita.


"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, dan perhatian, kepada pendampingnya, ...... adalah kesia-siaan.

Saya sudah memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya.
Sewaktu dia sehat, diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan matanya, ... Dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk buah cinta kita, 
itu merupakan ujian bagi hidup saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.                                                  

Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi dia sakit...??"

-- dipopulerkan oleh : Marselina

 
No presence information


PENTING
Informasi yang disampaikan melalui email ini termasuk lampirannya bila ada, hanya ditujukan kepada penerima sebagaimana dimaksud pada tujuan email ini. Jika terdapat kesalahan pengiriman (Anda bukan penerima yang dituju), maka Anda tidak diperkenankan untuk memanfaatkan, menyebarkan, mendistribusikan, atau menggandakan email ini dan diharapkan kerjasamanya untuk dapat menghapusnya. Seluruh pendapat yang ada dalam email ini merupakan pendapat pribadi dari pengirim dan tidak serta merta mencerminkan pandangan Direktorat Jenderal Pajak.
blank.gif
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages