Tetapi, dari masalah2 yang ada, masalah utamanya adalah bandwidth internasional.
Ini gara2 kebanyakan membernya menggunakan mailbox gmail/yahoo/dll *grin* wah, mailbox ISP memang enggak dianggap banget ya sekarang ini.
Nah, sudah ada sih action plan untuk ini, yaitu membuat layanan webmail gratis, sehingga nanti bisa menjadi alternatif untuk komunitas internet Indonesia.
Tetapi, secepat2nya implementasi ini, jelas tetap akan memakan waktu. Mungkin dari tim groups.or.id bisa mengimplementasikan dengan cepat - tetapi yang emailnya sudah terlanjur ada di gmail/yahoo tentu akan butuh waktu untuk pindah.
Jadi ada himbauan dari admin groups.or.id (saya cuma membantu menyampaikan), kalau ada yang mau menyumbangkan bandwidth internasional, silahkan bisa langsung mengkabari mereka (via saya juga bisa).
Mudah2an dengan demikian maka groups.or.id bisa segera go publik.
Trims,
Salam
> Jadi ada himbauan dari admin groups.or.id (saya cuma
> membantu menyampaikan), kalau ada yang mau
> menyumbangkan bandwidth internasional, silahkan bisa
> langsung mengkabari mereka (via saya juga bisa).
> Mudah2an dengan demikian maka groups.or.id bisa
> segera go publik.
Namun, nilai tambah apa yang akan diberikan groups.or.id,
yang belum/tidak sustain karena tidak sanggup membayar
bandwidth yang layak? Padahal yahoo dan google sanggup...
--
DPK
groups.or.id adalah (antara lain) usaha untuk mulai memindahkan trafik internasional menjadi lokal.
nilai tambahnya jelas banyak:
1. kecepatan akses yang tinggi (karena bandwidth IIX yang besar dan murah)
2. penghematan devisa, karena mengurangi ketergantungan dengan bandwidth external (yang dibayar dalam dolar)
3. Memungkinkan Akses Internet yang MURAH.
Kalau ISP hanya perlu menyediakan bandwidth lokal, maka biaya akses internet bisa turun secara drastis.
Tapi sebelum ini bisa terjadi, harus ada yang memulai merintis usaha untuk memindahkan trafik keluar menjadi lokal. groups.or.id adalah salah satu inisitif tsb.
tetapi dalam masa transisi ini, memang tidak bisa langsung seketika *jebret* semua yang internasional mendadak berubah menjadi trafik lokal. masih tetap ada kebutuhan trafik internasionalnya, karena masih banyak mailbox yang di yahoo/gmail/dll.
karena itu dibutuhkan bw int'l, selama masih ada member milis groups.or.id yang masih menggunakan bw int'l
Salam,
Harry
groups.or.id sudah dari sononya tidak akan sustain tanpa bantuan
Pak Onno dkk, CBN, Indika/Visitel. dan tidak akan bisa sustain
kalau hanya beroperasi dalam lingkup yang ada sekarang. silakan
kalau punya ide/saran.
sekarang ini pengiriman ke yahoo/gmail bukan karena tidak cukup
bandwidth, tetapi karena yahoo/gmail tidak mau menerima pengiriman
dengan tingkat concurrency rates yang cukup untuk bisa menerima, bahkan
baru hanya satu milis, dari groups.or.id, kebetulan > 75% pelanggan
menggunakan yahoo.com/gmail.com
tapi, kalaupun toh bisa mengirim ke jutaan user yahoo/gmail sebelum
email selesai ditulis. itu bukan tujuan groups.or.id.
groups.or.id bukan untuk menyaingi yahoogroups/googlegroups. dan tidak
akan (bisa) menyaingi yahoogroups/googlegroups baik dari ketersediaan
SDM, dana, infrastruktur dll.
groups.or.id tidak bermaksud memberikan nilai tambah apa pun, kecuali
menyebarkan pemahaman bahwa pemberdayaan konten/trafik lokal itu
penting. supaya kita tidak jadi sekedar penadah konten/trafik.
kalau toh sekarang groups.or.id itu dengan mesin yang jauh lebih kecil
dari mesin-mesin yang dipakai oleh googlegroups.com atau yahoogroups.com,
mampu mengirim ribuan email ke mesin-mesin yang terjangkau dari IIX dalam
waktu bbrp detik saja (dengan catatan mesin tujuan dikelola dengan baik)
itu cuma bonus.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
> groups.or.id sudah dari sononya tidak akan sustain tanpa bantuan
> Pak Onno dkk, CBN, Indika/Visitel.
Hm... artinya, "groups.or.id" mencoba mengatasi problem
yang sebetulnya tidak exist. Sudah saatnya, segala
"me too" dilikuidasi, agar energinya dapat digunakan
untuk hal-hal yang lebih penting...
--
DPK
'me too'? :-))
problemnya exist. konten kita belum berdaya. trafik lokal kita belum
berdaya. kalau perlu kacamata, saya pinjami.
sengsu.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Konten lokal itu problem besar, internet gak bisa murah tanpa konten
lokal, biaya b/w IIX itu terbukti murah. Perhatikan sekarang banyak
ISP jualan harga 64kbps b/w luar + 512kbps/1Mbps b/w IIX.
Tapi seperti biasa, kebanyakan orang kalau udah masuk di comfort zone
susah/gak mau untuk keluar.
Aneh juga komentar "me too", groups.or.id ini dah cukup lama kok
idenya, udah pernah off karena kurang resources. Mustinya kita semua
mau mendukung hal hal seperti ini.
--
Salam,
Irwin Day
Kalau boleh tahu, revenue model dari groups.or.id ini seperti apa?
belum tahu :-) btw, kalau mau kasih kritik, sumbang saran, pemikiran,
umpatan atau apa lah, lurking juga boleh, silakan ikutan ke milis
mitra @ groups.or.id, dengan cara kirim mail kosong ke:
saya sih cuman tukang. ya membantu selayaknya yang biasa dilakukan
oleh tukang.
btw, bagi yang berminat membahas soal bagaimana membangun email besar,
email kecil, email sehat, silakan juga bergabung dengan cara kirim mail
kosong ke:
milisnya: mailfarm @ groups.or.id. khusus untuk yang ini, kehadiran subscriber
dengan alamat mail gmail.com/yahoo.com/hotmail.com, atau email-email sumber
malapetaka lainnya, sangatlah tidak diharapkan. bahkan bisa diunsub sewaktu-waktu
tanpa pemberitahuan.
sorry, spamming :-))
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
+ Teori-nya, local ISP lebih cepat, karena route-nya ngga perlu keluar. Jadi
untuk download mail ngga perlu nunggu lama-lama.
- Yahoo/gmail punya banyak feature. Dan perusahaan-perusahaan itu
sengaja desain software-nya agar user tidak mau/malas pindah (barrier of entry/
comfort zone).
- Punya e-mail di ISP biasanya ide yang buruk, karena setiap kali kita
pindah ISP (kalo ada yang lebih murah misalnya), kita musti pindah account,
dan ini ribet. Alternatif solusi, groups.or.id harus punya mail-server sendiri.
- Reliability. Berapa lama umur groups.or.id ini? Maksud-nya, seandainya ada
organisasi besar mau pake group ini, seberapa yakin user ngga perlu pindah-
pindah lagi? Gimana kalo resource-nya kurang lagi misalnya? Apa groups.or.id-nya
akan ditutup untuk sementara waktu?
Hal-hal lain:
- Bagaimana support terhadap yahoo/gmail user? groups.or.id ngga bisa
mengabaikan user-user ini, karena mereka adalah calon "customer". Treat
them well, sambil pelan-pelan di-convert ke local mail.
groups.or.id harus berusaha untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan ini
supaya user mau pindah.
Alasan nasionalisme dan sukarelawan biasanya kurang efektif.
Think business. You have to sell!
KOkon.
sekali lagi. groups.or.id ada bukan untuk menyaningi googlegroups
atau yahoogroups (ntar ada yang nyeletuk 'no mithu no mithu plis' lagi
hi..hi..).
> groups.or.id harus berusaha untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan ini
> supaya user mau pindah.
> Alasan nasionalisme dan sukarelawan biasanya kurang efektif.
> Think business. You have to sell!
silakan bergabung ke milis mitra @ groups.or.id. talking is cheap? no
problemo. ntar dibilang omdo? apa susahnya/salahnya dengan omdo? :-)
dont wori bi hepi.
sebenarnya sudah banyak pemikiran/masukan seperti di atas. kemungkinan
(menurut saya pribadi lho), akan terbentur soal bentuk, siapa yang harus
bertanggungjawab dan bertanggung jawab pada siapa dst..dst..
ok .. thx.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
> sekali lagi. groups.or.id ada bukan untuk menyaningi googlegroups
> atau yahoogroups (ntar ada yang nyeletuk 'no mithu no mithu plis' lagi
> hi..hi..).
pak adi, jadi misi dari groups.or.id itu apa?
(kemarin ngobrol dengan seorang kawan, dia juga bertanya2 soal itu.)
sekedar dolanan?
maaf kalau kawan-kawan bersikap skeptis dan cenderung sinis :(
-- budi
berikut ini pendapat saya. setidaknya, mengapa saya mau membantu
groups.or.id. misinya sekedar 'mengajak' banyak pihak untuk
memberdayakan konten lokal. misalnya, sudah lah .. jangan di situ
(yahoogroups), tapi di sini saja (groups.or.id). bukan sekedar
membuat sesuatu, bahkan bukan sekedar menghemat bandwidth, tapi
lebih penting bagaimana mengoptimalkan sirkulasi trafik lokal.
kenapa trafik lokal penting. ya biar tidak melulu bergantung pada konten dari
luar. kalau boleh ngomong yang agak-agak absurd sedikit, dengan semakin banyak
pihak yang terlibat ke dalam pemberdayaan konten lokal, kalau perlu,
orang harus 'bayar' untuk masuk ke internet indonesia.
pertama, fakta berbicara bahwa 90% persen trafik adalah 'junk' (game, gambar
milis junk, dll). kalau itu kita tarik ke sini. mudah-mudahan situs seperti
indo.com (misalnya) bisa membangun situsnya dengan biaya yang lebih murah ...
setidaknya lebih mudah.
soal skeptis. ndak heran. bangsa ini sebentar lagi kalau ndak jadi bangsa
maling ya bangsa makelar (menjual penjual) ...
minimal gini: lihat tuh. dengan mesin ecek-ecek, milis teknologia bisa
dikirim dengan _jauh_ lebih cepat dibanding googlegroups :-))
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
> berikut ini pendapat saya. setidaknya, mengapa saya mau membantu
> groups.or.id. misinya sekedar 'mengajak' banyak pihak untuk
> memberdayakan konten lokal.
ok.
beberapa waktu yang lalu ada diskusi internal kami, dimana kami
berniat memindahkan hibah mesin ke tempat lain yang lebih
membutuhkan. (yaitu mesin yang dulu kami gunakan untuk
mengelola domain ingin kami hibahkan.)
groups.or.id kesebut (tentu saja yang berkaitan
dengan debian seperti komo kesebut juga he he he. maklum
debian oriented).
sampai sekarang belum ada keputusan kemana ...
masih diskusi.
tapi kelihatannya groups.or.id ini lebih butuh bandwidth ya?
-- budi
kita juga butuh mesin, terutama hardisk, untuk membuat free
email (pop3, simple webmail) juga Pak :-) targetnya 1 juta
user di satu mesin (hi..hi..).
kalau pop3 ini laku, mestinya bandwidth tidak butuh lagi.
sekarang ini, bandwidth international (ironisnya) dipakai
untuk mengirim email ke yahoo/gmail/hotmail. berhubung jatah
bw international untuk groups.or.id sedikit/kurang. dan berhubung
tidak ada alasan bagi kami sebenarnya untuk minta tambah bandwidth
(ngelunjak nih yee .. :-) international (ndak logis lah yaw .. :-)
opsinya sebenarnya mengusir paksa (dengan pemberitahuan) pelanggan
yang masih menggunakan email-email itu. tapi untungnya saya oleh
mas indra kusuma (idvps.com/visitel/indika) dikasih jatah 1 mesin
vps (lightmail.idvps.com), dan lumayan untuk pengiriman international,
sementara kita pakai itu dulu.
btw, sebenarnya sih bukan cuma masalah bandwidth u/ mengirim
ke yahoo/gmail/hotmail, terutama yahoo, tetapi memang domain-
domain itu agak 'bandel' tidak mau terima email. skrg ini,
pelanggan milis indowli (testing) 5000-an, sekitar 3000-an masih
pakai yahoo, 1000-an gmail dan 500-an hotmail :-))
jadi mungkin saja kalau ada free email ini bisa cukup membantu.
walaupun sebenarnya kalau dikasih email gratis, memangnya orang
akan kirim mail ke groups.or.id saja he..he.. ya pasti ke yahoo
lagi :-) tapi mudah-mudahan kalau semakin banyak peminat free email
ini (usulan kang harry sufehmi pakai domain surat.web.id), maka
jatuh-jatuhnya mereka akan beremail-emailan antar mereka
sendiri ... ada yang punya ide/sumbang domain cantik? :-)
btw, mungkin saja sebenarnya banyak donatur untuk 'proyek' groups.or.id
ini, tetapi karena masalahnya groups.or.id ini terlalu 'virtual'
(masalah pertanggunganjawaban dll. credits where credit is due
dll, sedangkan misalnya saya sendiri belepotan untuk soal yang
satu ini) jadi agak-agak repot. makanya kalau ada yang berminat
kasih usulan atau apa saja lah. kita bisa membahasnya di milis
mitra @ groups.or.id, caranya (sorry, saya ulang), kirim mail kosong
ke: mitra-s...@groups.or.id.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Kita adu saja; antara fitur dengan akses secepat kilat.
>- Punya e-mail di ISP biasanya ide yang buruk, karena setiap kali kita
>pindah ISP (kalo ada yang lebih murah misalnya), kita musti pindah account,
>dan ini ribet. Alternatif solusi, groups.or.id harus punya mail-server
>sendiri.
Sudah ada.
>- Reliability. Berapa lama umur groups.or.id ini? Maksud-nya, seandainya ada
>organisasi besar mau pake group ini,
indo wli sudah pakai groups.or.id, 4000+ member
>seberapa yakin user ngga perlu pindah-
>pindah lagi? Gimana kalo resource-nya kurang lagi misalnya? Apa
>groups.or.id-nya akan ditutup untuk sementara waktu?
Enggak ditutup, tapi paling mereka akan melempar kesempatan ke forum (seperti ini) bagi mereka yang ingin ikut membantu.
>Hal-hal lain:
>- Bagaimana support terhadap yahoo/gmail user? groups.or.id ngga bisa
>mengabaikan user-user ini, karena mereka adalah calon "customer". Treat
>them well, sambil pelan-pelan di-convert ke local mail.
Lha, makanya saya bikin posting kemarin itu, yang menawarkan bagi yang mau ikutan berpartisipasi membantu dalam hal ini (transisi dari mailbox luar ke mailbox lokal)
Dibaca gak sih ?
>groups.or.id harus berusaha untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan ini
>supaya user mau pindah.
>Alasan nasionalisme dan sukarelawan biasanya kurang efektif.
>Think business. You have to sell !
Ngomong gampang bener, apa situ mau invest ?
Dibalik Yahoo & Gmail ada duit ratusan juta dolar.
Dibalik groups.or.id ada sukarelawan2 yang mau membanting tulang, berusaha memberikan yang lebih baik untuk rakyat Indonesia, tanpa pamrih.
Kalau Anda tidak bisa membantu, paling tidak jangan malah menjatuhkan. Kalau trafik lokal naik, Anda juga yang akan diuntungkan kok.
Note: saya bukan anggota tim groups.or.id, cuma simpati saja dengan idenya. Dan terus terang rada sebal dengan yang cuma bisa omdo, tidak membantu - malah cenderung menjatuhkan.
Kalau Anda ingin ikutan membantu berupa apa saja, tim groups.or.id akan dengan senang hati menyambut Anda di mitra-s...@groups.or.id
Overhead groups.or.id sangat kecil dan operasinya efisien, jadi donasi yang sedikitpun bisa menjadi sangat berarti.
Salam,
Harry
Kemarin saya mengusulkan kepada tim groups.or.id mungkin bisa seperti begini: frontpage = banner, browsing milis = adsense, email = iklan sebaris di footer
Harapannya, layanan ini bisa self-sufficient. Syukur2 pemasukannya malah bisa cukup untuk pengembangan.
Catch-nya, tentu harus memberikan laporan keuangan yang transparan, karena groups.or.id ini non-profit.
Kalau ada yang mau menyumbangkan ide lainnya lagi, bisa di mitra-s...@groups.or.id
Salam,
Harry
On 7/5/06, Harry Sufehmi <mi...@sufehmi.com> wrote:
>
> >Hal-hal lain:
> >- Bagaimana support terhadap yahoo/gmail user? groups.or.id ngga bisa
> >mengabaikan user-user ini, karena mereka adalah calon "customer". Treat
> >them well, sambil pelan-pelan di-convert ke local mail.
>
> Lha, makanya saya bikin posting kemarin itu, yang menawarkan bagi yang mau ikutan berpartisipasi membantu dalam hal ini (transisi dari mailbox luar ke mailbox lokal)
> Dibaca gak sih ?
>
Saya baca, cuman berhubung ada komentar ini:
"milisnya: mailfarm @ groups.or.id. khusus untuk yang ini, kehadiran subscriber
dengan alamat mail gmail.com/yahoo.com/hotmail.com, atau email-email sumber
malapetaka lainnya, sangatlah tidak diharapkan. bahkan bisa diunsub
sewaktu-waktu
tanpa pemberitahuan.",
makanya saya tulis lagi tentang yahoo/gmail user.
> Ngomong gampang bener, apa situ mau invest ?
>
> Dibalik Yahoo & Gmail ada duit ratusan juta dolar.
> Dibalik groups.or.id ada sukarelawan2 yang mau membanting tulang, berusaha memberikan yang lebih baik untuk rakyat Indonesia, tanpa pamrih.
>
> Kalau Anda tidak bisa membantu, paling tidak jangan malah menjatuhkan. Kalau trafik lokal naik, Anda juga yang akan diuntungkan kok.
Lho? Di bagian mana yang menjatuhkan?
Saya cuman kasih masukan tentang masalah yang dihadapi user.
Kalo dianggap menjatuhkan, saya mohon maaf.
Dan alasan saya mengenai sukarelawan2 itu, bukannya saya tidak
menghargai mereka,
tapi biasanya sukarelawan cenderung lebih rentan terhadap masalah
stabilitas (turn-over).
Ini biasa terjadi di tim-tim kecil yang saya pernah ikuti. Semoga masalah ini
tidak terjadi di groups.or.id.
Dari pengalaman pribadi, biasanya saran/kritik yang pahit itu biasanya
lebih membangun lho. Makanya saya prefer orang kaya Simon Cowell daripada
Paula Abdul, karena kata-katanya biasanya menyakitkan, tapi ngga banyak bumbu,
dan lebih mengena.
>
> Note: saya bukan anggota tim groups.or.id, cuma simpati saja dengan idenya. Dan terus terang rada sebal dengan yang cuma bisa omdo, tidak membantu - malah cenderung menjatuhkan.
>
> Kalau Anda ingin ikutan membantu berupa apa saja, tim groups.or.id akan dengan senang hati menyambut Anda di mitra-s...@groups.or.id
> Overhead groups.or.id sangat kecil dan operasinya efisien, jadi donasi yang sedikitpun bisa menjadi sangat berarti.
Saya akan join.
Ini kan milis yang specialized, bukan untuk kalangan luas (kira2 apa ada orang awam yang mau join milis tentang membangun mailserver).
>> Ngomong gampang bener, apa situ mau invest ?
>>
>> Dibalik Yahoo & Gmail ada duit ratusan juta dolar.
>> Dibalik groups.or.id ada sukarelawan2 yang mau membanting tulang,
>berusaha memberikan yang lebih baik untuk rakyat Indonesia, tanpa pamrih.
>>
>> Kalau Anda tidak bisa membantu, paling tidak jangan malah menjatuhkan.
>Kalau trafik lokal naik, Anda juga yang akan diuntungkan kok.
>
>Lho? Di bagian mana yang menjatuhkan?
>Saya cuman kasih masukan tentang masalah yang dihadapi user.
>Kalo dianggap menjatuhkan, saya mohon maaf.
Saya biasanya mencoba kalau di ranah publik untuk memberikan support pada usaha-usaha seperti ini, sedangkan kritik yang membangun saya coba sampaikan melalui jalur pribadi.
Soalnya kalau poin-poin negatif dibahas di depan umum, takutnya yang tidak mengerti konteks/situasinya jadi nimbrung sehingga malah jadi ribut yang tidak nyambung. Kalau sudah begini, takutnya nanti justru jadi membuat para sukarelawan yang sudah tidak mendapat apa-apa itu jadi patah semangat. Yang rugi jadinya kita semua saya kira.
>Dan alasan saya mengenai sukarelawan2 itu, bukannya saya tidak
>menghargai mereka,
>tapi biasanya sukarelawan cenderung lebih rentan terhadap masalah
>stabilitas (turn-over).
>Ini biasa terjadi di tim-tim kecil yang saya pernah ikuti. Semoga masalah
>ini tidak terjadi di groups.or.id.
Anda betul sekali, tapi sebaiknya untuk kritik bisa langsung saja, mitra-s...@groups.or.id
>Dari pengalaman pribadi, biasanya saran/kritik yang pahit itu biasanya
>lebih membangun lho. Makanya saya prefer orang kaya Simon Cowell daripada
>Paula Abdul, karena kata-katanya biasanya menyakitkan, tapi ngga banyak
>bumbu, dan lebih mengena.
Ya, tapi penyampaiannya sebaiknya jangan di ranah publik. Takutnya nanti jadi counter productive.
Karena tidak semua orang mampu untuk berlapang dada, di setiap saat.
>> Kalau Anda ingin ikutan membantu berupa apa saja, tim groups.or.id akan
>dengan senang hati menyambut Anda di mitra-s...@groups.or.id
>> Overhead groups.or.id sangat kecil dan operasinya efisien, jadi donasi
>yang sedikitpun bisa menjadi sangat berarti.
>Saya akan join.
Saya salut dengan Anda, trims.
Salam,
Harry
Good luck saja deh... berhemat bandwidth internasional dengan
mengemis tambahan bandwidth...
---
DPK
Tahap ini sudah lewat, wong proyeknya sudah jalan dari kapan-kapan.
>Good luck saja deh... berhemat bandwidth internasional dengan
>mengemis tambahan bandwidth...
Begini lho contohnya yang cuma menjatuhkan, tapi tidak membantu.
Salam,
Harry
Wah, kalau saya, asli saya ini bukan developer, tapi Certified
Microsoft Windows Installer ;)
-affan
Biasalah boss, negeri para pengguna :D jadi begitu mo bikin sendiri
dilihat sebagai orang aneh :D
--
Salam,
Irwin Day
Saya sih pingin gampangnya aja : Sambungin aja mailservernya dan
webserver nya Yahoo dan Gmail ke IIX aja. Pasti beres. ;)
-affan
> Saya heran di milis yg ngakunya para "teknologia" (tertarik ke masalah
> teknologi-nya) koq ndak melihat satu fitur yg ada di group.or.id tapi ndak
> ada (atau sulit diakses) di yahoogroup atau google group
>
> Fitur itu : anda bisa ikutan mainan di dapur, dan melihat dapurnya. Coba
> aja di 2 group tersebut.
Atau ... justru karena terlalu mudah membuat group.or.id
(tinggal pasang software open sourcenya) maka jadi tidak menarik?
Kalau dahulu sebagian kawan (dan termasuk saya) tidak tertarik dengan
groups.or.id adalah karena masalah "agama", yaitu ... mailman :)
Ha ha ha.
-- budi
Lho? Bisa kok.
Caranya: berusahalah supaya kerja di Yahoo atau Google....
BINGO!
Ini hal lain yang membuat orang malas pindah ke groups.or.id.
Telkom Speedy juga local content lho? he he he.
Apa hubungannya ya? hi hi hi.
-- budi
Saya sih pingin gampangnya aja : Sambungin aja mailservernya dan
webserver nya Yahoo dan Gmail ke IIX aja. Pasti beres. ;)
Atau ... justru karena terlalu mudah membuat group.or.id
(tinggal pasang software open sourcenya) maka jadi tidak menarik?
>
> Fitur itu : anda bisa ikutan mainan di dapur, dan melihat dapurnya. Coba
> aja di 2 group tersebut.
Lho? Bisa kok.
Caranya: berusahalah supaya kerja di Yahoo atau Google....
Kita kembali ke masalah ngoprek, di groups.or.id kita pengin testing mesin sampe berjuta2 user juga beratus-ratus milis. Apa daya tariknya bagi user? Kalo developer saya jelas tertarik untuk tau dapurnya.
Ya siapa tahu Pak Menkominfo bisa melakukan,
dibikinin Kepmen nomor berapa gitu, biar Yahoo dan Gmail bisa bikin
link ke IIX ;)
Kalau solusi politik lebih cespleng daripada solusi teknis, ngapain susah2 ? ;)
-affan
On 7/6/06, syarifl <sya...@gmail.com> wrote:Kita kembali ke masalah ngoprek, di groups.or.id kita pengin testing mesin sampe berjuta2 user juga beratus-ratus milis. Apa daya tariknya bagi user? Kalo developer saya jelas tertarik untuk tau dapurnya.
Oh saya salah milis rupanya :-) saya fikir masih di milis para teknologia yg notabene banyak developer.
BTW masih ingat awa yahoogroups (dulu bernama egroups ?), khan kata orang mereka jadi yahoogroup ndak "ujug-ujug" jadi gitu.
IMW
Akhirnya jadi politikus semua ga ada yg tertarik soal teknis.
> Oh saya salah milis rupanya :-) saya fikir masih di milis para teknologia yg
> notabene banyak developer.
Developer kadang-kadang benci:
- My gun is bigger than your gun
- Kata-kata politis / bombastis
demi bandwidh Indonesia, mencerdasakan bangsa, dll.
misal, contoh di FAQ:
...
"bangsa_merdeka @ groups.or.id"
"perjuangan harus dimulai walaupun dengan bambu runcing."
- Arogansi developer
itulah mengapa GNU/Hurd lambat pada mulanya.
misal: kalau mau bantu yang harus ngerti ini itu, dll.
Mungkin bisa diperhalus http://groups.or.id/faq.html
Missing keywords: user-oriented service
Komentar tambahan, di FAQ groups.or.id tidak ada instruksi cara
untuk membantu mengembangkan groups.or.id.
> BTW masih ingat awa yahoogroups (dulu bernama egroups ?), khan kata orang
> mereka jadi yahoogroup ndak "ujug-ujug" jadi gitu.
Kalau saya, ini masalah religious lagi. Dulu pakai python sih. he he he.
Coba pakai perl, pasti ikutan develop egroups.
-- budi
Like I said, kalau yang seperti ini kan sudah sering dialami oleh
para admin di kampus-kampus, misalnya di kampus ITB.
(Entah Affan sudah mengalami hal ini atau belum ya? Kayaknya udah ya?)
Artinya, tidak ada kebaharuan dan toh itulah yang dialami oleh anak2
saat ini.
Ok, ini cerita masa lalu ... seperti menggesek biola dan seperti orang
tua menggurui anak-anak. Maaf. Bukan maksud pamer, tapi ingin
menunjukkan poin.
Duluuuu sekali, mengelola sebuah sistem mailing list bagi saya merupakan
sebuah tantangan. Waktu itu hanya ada software LISTSERV yang ada di
sistem mainfram (bitnet network anyone?). Sementara itu sistem yang
berbasis UNIX meskipun lebih mudah dioprek tidak memiliki software
yang bagus untuk digunakan dalam mengelola mailing list.
(Ndak ada mailmam, ezmlm, dst.)
Nah ... ini tantangan. Necesity is the mother of invention.
Maka kami waktu itu membuat berbagai shell script untuk mengelola
mailing list. Mulai keluar script yang bernama Garuda yang digunakan
untuk menjadi relay milis Janus (yaitu milis untuk mahasiswa Indonesia
di luar negeri yang servernya ada di Berkeley). Kemudian shell script ini
berkembang lagi. Saya ikut berkontribusi dengan membuat perl script
sendiri untuk milis PAUMKIRO, ISNET, dan seterusnya.
(Saking bodonya, sempat script ini mengacaukan mailbox user di
group VLSI di tempat saya ... ha ha ha.)
Pada saat yang sama, saya pun membuat mail-based archive server
untuk mengambil file (archive milis) via mail juga.
Codingnya jorok, tapi bisa jalan. (Kalau lihat source codenya ... malu!)
Dan seterusnya ... itu baru menarik!!! Banyak ngopreknya.
Kalau hanya sekedar, install Linux/qmail/mailman ...
maaf, apa menariknya?
-- budi
> Maka kami waktu itu membuat berbagai shell script untuk mengelola
> mailing list. Mulai keluar script yang bernama Garuda yang digunakan
> untuk menjadi relay milis Janus (yaitu milis untuk mahasiswa Indonesia
> di luar negeri yang servernya ada di Berkeley). Kemudian shell script ini
> berkembang lagi. Saya ikut berkontribusi dengan membuat perl script
> sendiri untuk milis PAUMKIRO, ISNET, dan seterusnya.
Oh lupa mau cerita di belakang layarnya.
Data dari email pelanggan disimpan dalam sebuah berkas.
Kalau ada member yang ingin diparkir dulu, ditandai dengan
awal tanda seru. contoh
rah...@gmail.com
! mailm...@hotmail.com
! anak...@hotmail.com
anak...@yahoo.com
Jadi muncul istilah "dipenthung" kalau mau memparkir orang atau
kalau mau mem-ban seseorang. he he he.
Kalau ada yang mau istirahat dulu, dia bilang ... tolong saya dipentung.
ha ha ha. That was a good old day.
(Kalau sekarang di smartlist-nya procmail, pakai tanda kurung)
-- budi
yang sudah saya singgung masih kurang? :-) tapi ada satu hal yang penting
yang berkaitan dengan pertanyaan soal 'misi' ini.
sementara ini orang menganggap groups.or.id itu sebagai sesuatu real secara
institutional. jadi, logis dong ya kalau orang lantas bicara soal penggalangan
dana. menanyakan misi, vini, vidi, visi.
masalanya, groups.or.id itu masih 'virtual'. kalau orang harus nyumbang,
bisa nyumbang ke mana? kalau orang mau bantu ngoprek, mau ngoprek yang
mana? gimana cara kerjanya? dst..dst..
kalau memang tidak tertarik dan sinis, ya sudah lah. lupakan saja.
it is a free world. tapi kalau tertarik, silakan sumbangkan pikiran anda
ke mitra @ groups.or.id.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
menurut anda sendiri, apakah pelaksana groups.or.id sekarang atas
pertimbangan yang kurang jujur?
> Good luck saja deh... berhemat bandwidth internasional dengan
> mengemis tambahan bandwidth...
barangkali kalau menghemat bandwidth dianggap isu yang absurd,
barangkali saya bisa setuju. tapi satu hal perlu diluruskan,
groups.or.id, maaf, tidak pernah mengemis. mesin memang dikasih
gratis, bandwidth memang dikasih gratis, tenaga memang dikasih
gratis, tapi itu bukan hasil mengemis. semua itu ada karena
ada semangat untuk menyumbang, ada yang punya pemikiran yang
sama, sama sekali tidak ada yang mengemis.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
tipikal calon bangsa kalau nggak maling ya makelar :-))
dulu search.yahoo.com pakai punya google, tapi sekarng setelah yahoo
bikin sendiri, ndak ada yang bilang thu-mithu. dulu, googlegroups.com
ndak ada, tapi begitu muncul, yang ada decakan kagum, sama sekali ndak
ada yang bilang thu-mithu.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
kalau semua orang mikir seperti itu, dijamin nggak ada dah itu
yang namanya freebsd, linux dll :-))
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
ada dua hal (pendekatan) yang penting:
1) groups.or.id itu ecek-ecek, gampang lah bikinnya. mestinya banyak dong ya
yang menjalankan semacam ini.
2) groups.or.id sekarang ini perlu hal yang sifatnya 'advance', misalnya
howto jugling multiple email on single connection, bagaimana melakukan
asynchoronous dns queries, async dns ini diperlukan supaya bisa melakukan
bbrp pengiriman secara paralel dengan hanya single process. apakah perlu
threaded? bagaimana mengimplementasikannya di qmail? bagian mana yang
perlu diubah? menambah 'channel' (skrg ini cuma ada 2 yaitu local dan
remote) dgn mengubah qmail-send, atau qmail-rspawn/qmail-remote? bagaimana
mengimplementasikan smtp client yang support verp, supaya gampang melakukan
sibling.
saya suka no 1, karena memang paling simpel, dan jangan sampai orang bilang
mithu-mithu lagi kalau misalkan ada groups2.or.id, groups3.or.id dst..
point 2 saya tertarik, bagaimana membangun/memodifikasi high performance
mta biar tidak, bahasa latinnya, 'digathaki' sama ironport :-)) atau bagaimna
melakukan sibling yang efisien, biar tidak 'digathaki' sama lsoft. walaupun
lsoft sekarang gak laku gara-gara egroups.com dulu main mithu-mithu-an yang
menendang konsepnya lsoft (listserv) keluar jalur hi..hi..
itu untuk server milis, kalau untuk free email lain lagi isunya ...
untungnya dua-duanya pas kalau dibahas di mailfarm @ groups.or.id. Tertarik
untuk sharing pengalaman? silakan bergabung Pak.
cause life is too short to worry :-)
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
lho .. baru tahu kalau beda ? :-)
> kalo tujuannya mau memperkaya konten lokal. Nah itu yahoo.co.id juga konten lokal
ndak pernah baca koran/tv kayak saya ya (hi..hi..) pembahasan undang-undang penyiaran
bbrp waktu yang lalu, malah masih ada konten nasional dan konten lokal. tapi kalau
bersedia nraktir kopi seorang wartawan, pasti dia (wartawan itu) dengan mudah
bisa menjelaskan apa itu konten lokal.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
ada dua cara untuk mengatasinya: pertama, menjadi bagian dan mengambil peranan.
kedua, buang saja ke jalanan dan pakai yang lain.
mestinya berangkat dari salah satu di atas.
misal openssh menyebabkan mesin kita di-crack, kita mengumpat-umpat seharian dan
berjanji di dalam lubuk hati yang paling dalam untuk seumur hidup tidak akan
menggunakan openssh. namun jika dan hanya jika hanya ada 1 implementasi ssh
yaitu openssh saja, tamatlah sudah, dan siapkan senyuman anda yang paling manis
untuk memasang openssh, lagi, di mesin anda :-)
karena kita bisa maka:
- pakai yang lain yang kita tidak bisa
- lah wong kita juga bisa, kenapa tidak buat saja yang sama
- mengumpat/mencaci/memaki
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
implementasi asynchronous socket programming di perl tidak semudah dan
secepat di python. memang belakangan ada orang-orang perl yang membuat
seperti itu, misalnya poe, tapi ya itu masih 'antep'.
tertarik bikin prototype untuk membuat mail exploder pakai perl? bagus
itu Pak :-
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Wah yang ini justru kebalik pak Adi.
Justru sebaiknya mencoba bergabung dengan pengembang yang
bagus supaya bisa dapat pengalaman dari mereka.
Jadi tidak harus membuat sendiri.
(Mungkin ini yang disebut "mi tu" itu? Mo sendiri.)
Jadi daripada kita buat OS sendiri, maka kita gabung dengan
pengembang dunia untuk ngoprek *BSD, Linux, GNU/Hurd, dll.
Daripada buat desktop environment (apa ya namanya?) sendiri
mendingan gabung ke KDE seperti yang dilakukan oleh Ariya.
Memang tidak semua bisa seperti itu. Saya aja masih kagum
dan minder melihat apa yang dikerjakan Ariya. he he he.
Tapi kalau ngoprek-ngoprek GNU/Hurd masih bisa lah, meskipun
agak bingung juga dengan konsep2nya. Jadi mandeg juga.
Maksud saya, jangan takut dengan nama besar KDE, Google,
Yahoo, dll. Kan bisa ikutan summer coding di Google :D
Tapi ... kritikan di sini jangan membuat pak Adi dkk menyerah!
Pedas memang, tapi ... lezat(?)
Jadi cambuk buat rekan-rekan:
Lihat saja nanti! Groups.or.id bakalan hebat!
Saya? Saya akan tetap mengkritik groups.or.id jika tetap
dalam format sekarang. NATO ... :(
-- budi
> untungnya dua-duanya pas kalau dibahas di mailfarm @ groups.or.id. Tertarik
> untuk sharing pengalaman? silakan bergabung Pak.
pengen sih... tapi ketakutan kebanyakan email :)
eh, groups.or.id punya fitur bisa dibaca via web?
mau lurking dulu saja.
-- budi
apakah anak-anak ITB bisa sukses mengirim katakanlah 3500 email
ke yahoo dalam waktu singkat? tanpa masalah?
nah .. silakan dishare. groups.or.id bisa belajar dari situ.
jangan dilihat yahoo.com-nya ya. lepas dari isu 'mengemis' bandwidth, tapi
mengirim banyak mail sekaligus, khususnya ke mailserver sekelas yahoo.com, itu
tidak mudah. sama juga sebenarnya, misalkan mengirim 3500 user cbn.net.id,
indosat.net.id, indo.net.id, detik.com, astaga.com, i2.co.id dll..dll..dll.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
> tertarik bikin prototype untuk membuat mail exploder pakai perl? bagus
> itu Pak :-
sebetulnya ada ketertarikan saya dengan mail2 gini karena saya
menganggap bahwa mail merupakan hal yang penting.
ketertarikan saya dengan groups.or.id sebetulnya ada karena
saya dan mahasiswa saya (budi juga namanya) sedang mencoba
menganalisa email. saat ini dia baru saja menyelesaikan S2nya
dalam hal email mining. (generating statistik, clique, dll. dari milis)
jadi ... sebetulnya fitur-fitur ini bisa diterapkan di groups.or.id
dan itu TIDAK ADA (atau tepatnya belum ada) di {yahoo/google}groups.
nah ... masih mikir2 dulu. saya belum berembug dengan budi s untuk
roadmapping ke depannya. apakah gabung dengan groups.or.id
ataukah setup sendiri. yessss... me too!!! he he he.
(sebetulnya bukan karena itu, tapi karena beda visi saja.
saya masih alergi dengan hal2 yang bombastis.)
btw ... pakai PERL :p wee... (sambil menjulurkan lidah)
-- budi
nah yang ini mungkin Affan dkk yang bisa jawab.
setahu saya ... masalah juga. hi hi hi.
-- budi
maksud saya, kaitannya dengan 'sejarah' unix Pak. dulu orang
susah melihat internal unix (harus ada agreement dan berikut
segala tetek bengek remeh temeh yang lain). tapi setelah linus
membuka source-nya, setelah freebsd membuka source-nya, orang
jadi mudah belajar tentang unix tanpa harus magang dulu ke
vendor-vendor besar unix waktu itu. repot juga kalau seluruh
mahasiswa di US berbondong-bodong ngantor di google/yahoo :-))
> Tapi ... kritikan di sini jangan membuat pak Adi dkk menyerah!
> Pedas memang, tapi ... lezat(?)
ha..ha.. life is to short to worry :-) saya cuma semuanya membuktikan
bahwa isi kepala bisa beda. itu saja. kalau anda-anda kepanasan,
ada cafe/pub/hotel ber-AC yang dengan senang hati menampung anda-
anda dengan ambiences kelas wahid. atau kalau mau gratis, mampir
ke gubuk saya dengan kopi gratis dan ngobrol ngalor ngidul.
mau pilih yang mana, terserah :-)
> Saya? Saya akan tetap mengkritik groups.or.id jika tetap
> dalam format sekarang. NATO ... :(
tidak ada salahnya dengan NATO. walaupun ada bbrp hal kecil yang
salah sasaran, nanti saya berusaha meluruskan. tapi memang kebanyakan
kritikan itu realistis dan benar. dan memang kita dalam kondisi yang
kurang 'berdaya'. setidaknya saat ini.
yang saya agak 'sedih' itu sebenarnya, dulu groups.or.id sengaja
diangkat sebagai 'pengganti' yahoogroups.com (yang bener aja!).
maksud saya, dari pada muluk-muluk dulu, kita kerjakan dulu yang
bisa kita kerjakan. yang penting, kalau se-ide, si-iya, se-kata,
segala kekurangnan kan bisa ditutup/diperbaiki. kalau memang tidak,
se-ide, ya mau bagaimana lagi. tanpa disuruh pun orang kan tetap
pada pilihan masing-masing tak-iye (hi..hi..).
itu saja, tak kurang tak lebih :-)
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Buat saya sih yang paling penting groups.or.id buka rahasia dapur,
konfigurasi, program yang dibuat, dsb supaya ada lagi groups.or.id2 lain
yang muncul. Bodo amat mau ngambil semuanya dari groups.or.id, toh yang
penting tujuan utama (pemberdayaan jaringan lokal) akan tercapai.
Terserah kalau nanti yang muncul justru bikin konferensi pers: "Kita ini
yang paling canggih dsb dsb" walaupun nyontek dan diawal2 nyela2
groups.or.id. Walaupun nanti si Gudel dan Yah elu juga masuk dan punya
koneksi langsung ke Indones, ya biar saja. Yang penting tadi itu, tujuan
tercapai, semua senang.
Tapi sekarang kalau yang diajak ga mau ya sudah. Jangan marah kalau
koneksi Internet mahal. Tapi jadi ingat lagunya Jhony Iskandar: Aku
bukan pengemis bandwith.
wah .. bicara soal arsip, saya jadi ingat ke-tidak-sreg-an saya
dengan metode pengarsipan di groups.or.id ;-( tapi ya sudah lah,
sementara arsip groups.or.id bisa dilihat di:
pakai ezmlm-www (perl .. hi..hi..), kalau ada yang pernah pakai,
pasti bisa mengerti bahwa cara itu benar-benar 's*ck', khususnya
untuk service seperti groups.or.id.
terlalu banyak todo list, jadinya tak satupun diselesaikan (hi..hi..)
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Hehehh berarti groups.or.id butuh penulis konten. Silakan melamar dan
hapus saja. Saya juga pusing bacanya. Tapi selama ga ada yang meu ganti
ya akan tetap seperti itu.
Ada xname.org penyedia jasa DNS gratisan tapi dikelola tanpa kata2
seperti itu.
sip lah. sebenarnya tidak ada, dan tidak akan pernah ada rahasia.
cuman ya itu, kadang susah juga menuliskan. tapi nanti saya coba
tuliskan satu-satu di milis mailfarm, atau bikin blog kali ya
(hi..hi..). sayangnya saya belum bisa online 24jam. bisa sih,
tapi anak saya ndak bisa makan :-))
> Tapi sekarang kalau yang diajak ga mau ya sudah. Jangan marah kalau
> koneksi Internet mahal. Tapi jadi ingat lagunya Jhony Iskandar: Aku
> bukan pengemis bandwith.
barangkali orang lebih suka menkominfo atau bahkan presiden sendiri
yang mengemis :-)
btw, soal tuduhan 'mengemis' ini sebenarnya serius juga lho. ini sudah
masuk kategori 'fitnah'. seperti yang saya bilang, groups.or.id itu
'virtual'. siapa sih groups.or.id? Kang Harry yang sumbang mesin dan
sumbang tenaga dan waktu setup mesin saja bilang bukan orang groups.or.id,
saya juga tidak merasa sebagai orang groups.or.id he..he.. lah terus
groups.or.id itu 'siapa' ya hi..hi..
sumbangan bandwidth dari CBN itu, menurut saya, nilainya tinggi. Katakanlah
merupakan perwujudan social responsibility mereka. bukan karena ada yang
mengemis ke mereka. kalau ada yang bilang begitu berarti, maaf, fitnah.
saya jadi ngeri kalau ada yang mau sumbang dana riil, pasang iklan, dlsb.
nanti 'fitnah' apa lagi yang akan dilontarkan orang ... padahal posisi
hukum groups.or.id itu sendiri kan belum jelas untuk bisa memungkinkan
mengelola dana tersebut secara transparan, seperti kata Kang Harry,
untuk menghindari fitnah.
he..he.. sorry OOT, mestinya ini dibahas di mitra @ groups.or.id saja :-)
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
bukannya memaksa, tapi mestinya bisa lah masuk kemudian mengubah
biar tidak bombastis lagi hi..hi..
indra saja bisa masuk krakatau dan mengubah warna krakatau,
dan setelah keluar, jadi berubah lagi. kayaknya mesti gitu ...
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
uh .. saya yakin david tidak bermaksud menulis dalam konteks itu :-)
jadi gimana? usulannya harus diubah?
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
On Thu, Jul 06, 2006 at 11:30:28PM +0700, syarifl wrote:
> Jadi tertarik ikutan... Sebenernya kita kembalikan ke pertanyaan Sdr. Budi
> Raharjo: Misinya groups.or.id ini apa?
yang sudah saya singgung masih kurang? :-) tapi ada satu hal yang penting
yang berkaitan dengan pertanyaan soal 'misi' ini.
sementara ini orang menganggap groups.or.id itu sebagai sesuatu real secara
institutional. jadi, logis dong ya kalau orang lantas bicara soal penggalangan
dana. menanyakan misi, vini, vidi, visi.
masalanya, groups.or.id itu masih 'virtual'. kalau orang harus nyumbang,
bisa nyumbang ke mana? kalau orang mau bantu ngoprek, mau ngoprek yang
mana? gimana cara kerjanya? dst..dst..
kalau memang tidak tertarik dan sinis, ya sudah lah. lupakan saja.
it is a free world. tapi kalau tertarik, silakan sumbangkan pikiran anda
ke mitra @ groups.or.id.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
yamg ini sudah saya singgung di mail-mail saya yang lain.
kalau saya tulis lagi itu namanya mengulang :-)
apakah penjelasan (dan argumentasi) saya kurang? yang mana yang kurang.
tapi misi sebagai groups.or.id itu sendiri sebagai 'institusi' ya ndak ada
wong groups.or.id itu ndak secara institutional. masing-masing pihak
yang terlibat (boleh saja) memiliki misi-misi yang berbeda. tapi tetap
saja ada kesamaan, sehingga munculah groups.or.id dalam bentuknya yang
sekarang. saya ndak bisa dong memaksa bilang bahwa Kang Harry itu
pengurus groups.or.id juga, apalagi yang bersangkutan tidak merasa gitu.
Kang Onno gimana? :-) lah sejak kapan saya diangkat jadi RT-nya
groups.or.id (hi..hi..).
> Coba kita flashback sejenak:
> http://web.archive.org/web/20041101023814/http://groups.or.id/
>
> Disitu ditulis bahwa groups.or.id ini 'milik bersama' kemudian ada petunjuk
> bagaimana cara migrasi dari yahoogroups. Saya melihat ini sebagai suatu
> 'ajakan' untuk pindah ke groups.or.id. Kalo anda mengajak ada satu
> 'kewajiban moral' untuk tetap mempertahankan groups.or.id ini kenapa?
saya kok mendapat kesan (groups.or.id) yang kemarin itu dianggap persekongkolan
orang-orang yang tak bertanggung jawab. yang setelah mesin itu tewas, pada
ngacir :-)) tapi memang, groups.or.id terkena imbas hukum mbah murphy.
itulah kenyataannya.
selain itu, secara pribadi, saya setuju, kemarin itu pemberitaan tentang
groups.or.id terlalu bombastis. saya sendiri (pribadi) lebih memposisikan
groups.or.id seperti freelists.org, yang orang indonesia juga banyak
pakai layanan itu.
> Sekali lagi, groups.or.id ini misinya apa? kalo emang misinya mau sebagai
> kebangga-an indonesia, tentunya ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk
> kelangsungan hidupnya, kita punya tanggung jawab moril kepada orang yang
> sudah saweran server dan kringet.
btw, anda pernah bertanya ke linus torvalds misi linus melepaskan linux
untuk apa? :-) untungnya bagus. jadi tidak ada yang mau peduli dengan
misinya. kalau jelek, sampai celana kolor pun ditanyakan :-))
misi saya membantu groups.or.id, dan harapan saya terhadap groups.or.id
sudah saya sampaikan.
tapi kalau anda bertanya kepada groups.or.id per se. ndak ngerti saya.
soal tawaran untuk menghost milis-milis besar seperti it-center. kenapa
tidak? :-) apalagi kalau semua pakai destination yang bagus, tidak
ada yahoo.com/gmail.com/hotmail.com/softhome.net/outblaze/dll. saya
jamin, email sampai ke semua pelanggan milis bahkan sebelum selesai
diketik hi..hi..
btw, kelihatannya ada yang tersinggung saya bilang yahoo itu 'jelek'.
pertama, itu menunjukkan yang bersangkutan kurang memahami soal
'what's going on?'. tapi setahu saya, kalau yahoo tidak bisa mengirim
email karena ngadat, kalau yahoo tidak bisa terima email karena ngadat,
yang ditanya support ISP/mailhosting setempat: 'kok kita tidak bisa terima
email dari yahoo?', 'kok kita tidak bisa kirim mail ke yahoo?'.
itu sampai ada yang berkeinginan untuk membuat eksklusi content
filter di postfix supaya selalu meloloskan content filter kalau
itu dari yahoogroups.com. sampai sebegitu parahnya kita ini
mengabdi kepada yahoo tanpa digaji :P
jadi (menurut saya) kata kuncinya adalah siapa yang membuat? kalau
itu dari luar, jelek/bagus yang jelek tetap punya 'kita' sendiri.
kalau 'mereka' bikin sesuatu yang sama antara 'mereka', dibilang
kompetisi, sehat. tapi kalau di sini ada yang bikin sesuatu, yang
dianggap mirip, langsung main santrap: mithu-mithu lah he..he..
sorry, kalau kwik bilang, itu mental .. inlander ... ;-(
tapi, kalau ini juga masih dibilang bombastis .. ya sudah lah :-)
yang pasti, tetapkan sendiri apakah anda-anda bisa seide dengan
kami (rekan-rekan lain yang terlibat dalam groups.or.id) atau tidak.
kalau iya. kira-kira usulan/bantuan seperti apa yang ditawarkan?
ini percis seperti yang ditegaskan alan cox terhadap linus, bagaimana
sikap dia terhadap gplv3. begitu linus, menjelaskan posisinya.
apa pun itu (linus tidak setuju draft gplv3), case closed.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Mungkin perlu diluruskan:
1. Groups or id, bukan lembaga dan tidak ada secara institusional. Hanya
kumpulan volunteer yang seide.
2. Ide yang sama di kepala para volunteer adalah: pentingnya membangun
konten lokal, sehingga konsumsi bandwith keluar bisa dikurangi. Bahkan
idealnya, jika konten lokal sudah sedemikian bagusnya, orang luar kalau
mau masuk harus bayar harga khusus hehe..
3. Bagaimana membangun konten lokal? Kebetulan beberapa volunteer yang
punya ide sama punya keahlian di bidang email. Maka yang bisa dia
lakukan adalah membuat layanan lokal seputar email. Yang muncul adalah
groups.or.id dan surat.web.id? Mungkin suatu saat akan ada
friendster.or.id, messenger.or.id dan seterusnya..
Terus bagaimana kalau nanti pindah, lalu service mati atau volunteernya
kehabisan energi? Ya lakukan sesuatu agar jangan sampai servicenya
mati..
--
fade2blac
On Fri, Jul 07, 2006 at 10:48:01AM +0700, syarifl wrote:
> Ya jelas kalo memang misinya adalah 'tak bermisi' ya percuma kita ngomongin?
yamg ini sudah saya singgung di mail-mail saya yang lain.
kalau saya tulis lagi itu namanya mengulang :-)
apakah penjelasan (dan argumentasi) saya kurang? yang mana yang kurang.
tapi misi sebagai groups.or.id itu sendiri sebagai 'institusi' ya ndak ada
wong groups.or.id itu ndak secara institutional. masing-masing pihak
yang terlibat (boleh saja) memiliki misi-misi yang berbeda. tapi tetap
saja ada kesamaan, sehingga munculah groups.or.id dalam bentuknya yang
sekarang. saya ndak bisa dong memaksa bilang bahwa Kang Harry itu
pengurus groups.or.id juga, apalagi yang bersangkutan tidak merasa gitu.
Kang Onno gimana? :-) lah sejak kapan saya diangkat jadi RT-nya
groups.or.id (hi..hi..).
> Coba kita flashback sejenak:
> http://web.archive.org/web/20041101023814/http://groups.or.id/
>
> Disitu ditulis bahwa groups.or.id ini 'milik bersama' kemudian ada petunjuk
> bagaimana cara migrasi dari yahoogroups. Saya melihat ini sebagai suatu
> 'ajakan' untuk pindah ke groups.or.id. Kalo anda mengajak ada satu
> 'kewajiban moral' untuk tetap mempertahankan groups.or.id ini kenapa?
saya kok mendapat kesan (groups.or.id) yang kemarin itu dianggap persekongkolan
orang-orang yang tak bertanggung jawab. yang setelah mesin itu tewas, pada
ngacir :-)) tapi memang, groups.or.id terkena imbas hukum mbah murphy.
itulah kenyataannya.
selain itu, secara pribadi, saya setuju, kemarin itu pemberitaan tentang
groups.or.id terlalu bombastis. saya sendiri (pribadi) lebih memposisikan
groups.or.id seperti freelists.org, yang orang indonesia juga banyak
pakai layanan itu.
> Sekali lagi, groups.or.id ini misinya apa? kalo emang misinya mau sebagai
> kebangga-an indonesia, tentunya ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk
> kelangsungan hidupnya, kita punya tanggung jawab moril kepada orang yang
> sudah saweran server dan kringet.
btw, anda pernah bertanya ke linus torvalds misi linus melepaskan linux
untuk apa? :-) untungnya bagus. jadi tidak ada yang mau peduli dengan
misinya. kalau jelek, sampai celana kolor pun ditanyakan :-))
misi saya membantu groups.or.id, dan harapan saya terhadap groups.or.id
sudah saya sampaikan.
tapi kalau anda bertanya kepada groups.or.id per se. ndak ngerti saya.
soal tawaran untuk menghost milis-milis besar seperti it-center. kenapa
tidak? :-) apalagi kalau semua pakai destination yang bagus, tidak
ada yahoo.com/gmail.com/hotmail.com/softhome.net/outblaze/dll. saya
jamin, email sampai ke semua pelanggan milis bahkan sebelum selesai
diketik hi..hi..
btw, kelihatannya ada yang tersinggung saya bilang yahoo itu 'jelek'.
pertama, itu menunjukkan yang bersangkutan kurang memahami soal
'what's going on?'. tapi setahu saya, kalau yahoo tidak bisa mengirim
email karena ngadat, kalau yahoo tidak bisa terima email karena ngadat,
yang ditanya support ISP/mailhosting setempat: 'kok kita tidak bisa terima
email dari yahoo?', 'kok kita tidak bisa kirim mail ke yahoo?'.
itu sampai ada yang berkeinginan untuk membuat eksklusi content
filter di postfix supaya selalu meloloskan content filter kalau
itu dari yahoogroups.com. sampai sebegitu parahnya kita ini
mengabdi kepada yahoo tanpa digaji :P
jadi (menurut saya) kata kuncinya adalah siapa yang membuat? kalau
itu dari luar, jelek/bagus yang jelek tetap punya 'kita' sendiri.
kalau 'mereka' bikin sesuatu yang sama antara 'mereka', dibilang
kompetisi, sehat. tapi kalau di sini ada yang bikin sesuatu, yang
dianggap mirip, langsung main santrap: mithu-mithu lah he..he..
sorry, kalau kwik bilang, itu mental .. inlander ... ;-(
tapi, kalau ini juga masih dibilang bombastis .. ya sudah lah :-)
yang pasti, tetapkan sendiri apakah anda-anda bisa seide dengan
kami (rekan-rekan lain yang terlibat dalam groups.or.id) atau tidak.
kalau iya. kira-kira usulan/bantuan seperti apa yang ditawarkan?
ini percis seperti yang ditegaskan alan cox terhadap linus, bagaimana
sikap dia terhadap gplv3. begitu linus, menjelaskan posisinya.
apa pun itu (linus tidak setuju draft gplv3), case closed.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Iya pak,
ekspektasi orang jadinya membandingkan groups.or.id dengan yahoogroups.
Lebih baik groups.or.id itu dibandingkan dengan sesama penyedia milis
sejenis, misalnya seperti milis server itb ;)
-affan
Server itb masih dibuka jadi tempat hosting milis untuk publik?
Milis angkatanku sejak 95 (jaman majordomo) masih di @itb.ac.id. Awet juga. ;-)
btw. webmail gratisan lokal (indonesia) selain plasa.com apa lagi?
Sudah keenakan pakai Gmail, begitu baca2 email lewat plasa.com, terasa
ribet. :-)
On Fri, Jul 07, 2006 at 10:48:01AM +0700, syarifl wrote:
>
> Ya jelas kalo memang misinya adalah 'tak bermisi' ya percuma kita ngomongin?
Mungkin perlu diluruskan:
1. Groups or id, bukan lembaga dan tidak ada secara institusional. Hanya
kumpulan volunteer yang seide.
2. Ide yang sama di kepala para volunteer adalah: pentingnya membangun
konten lokal, sehingga konsumsi bandwith keluar bisa dikurangi. Bahkan
idealnya, jika konten lokal sudah sedemikian bagusnya, orang luar kalau
mau masuk harus bayar harga khusus hehe..
3. Bagaimana membangun konten lokal? Kebetulan beberapa volunteer yang
punya ide sama punya keahlian di bidang email. Maka yang bisa dia
lakukan adalah membuat layanan lokal seputar email. Yang muncul adalah
groups.or.id dan surat.web.id? Mungkin suatu saat akan ada
friendster.or.id, messenger.or.id dan seterusnya..
Terus bagaimana kalau nanti pindah, lalu service mati atau volunteernya
kehabisan energi? Ya lakukan sesuatu agar jangan sampai servicenya
mati..
--
fade2blac
Evolusi milis server ITB : majordomo --> ezmlm --> mailman
Evolusi pertama ke ezmlm itu karena adminnya malas melayani email
bounce, beda dengan ezmlm yang kalo udah bounce beberapa kali,
langsung tendang.
Evolusi kedua ke mailman itu karena ezmlm gak ada fitur archive milis,
kalo mailman ada.
-affan
Respon yang diharapkan dari milis 'teknologia' ini sebetulnya adalah
berpartisipasi menjadi volunteer, atau paling tidak dengan ikut
menggunakannya dan menjaga bersama supaya tidak mati. Tidak ada
penyiapan volunteer-volunteer, karena memang bergeraknya berdasarkan
kesamaan kepentingan. Kalau memang menganggap bahwa ini ide bagus,
kemudian merasa ada potensi tidak bisa mempertanggungjawabkan kepada
publik, idealnya tergerak supaya tidak terjadi ke arah itu..
Btw tidak berkontribusi dengan ikut nongkrongin dapurnya, itupun juga
tidak masalah. Bisa ikut memanfaatkan servicenya dan ikut peduli. Paling
tidak isu 'riil' semacam ini menjadi awareness semua, dan menyebar
awarenessnya ke yang lain.
>
> Makanya misi/niat itu penting... maunya jadi apa? buat testing/playground?
> komersial? charity? gold? glory? gospel? (he.he.he. kayak inlander)
>
Lhoh niat bisa aja beda-beda, asal dasar pemikirannya sama tentu saja
bisa sejalan. Anda ISP misalnya, punya kepentingan agar bayar bandwith
lebih murah. Atau Anda mahasiswa, pengen punya playground sebagai bahan
tesis, silakan. Atau Anda bener-bener idealis dengan semangat untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, ya sah-sah saja. Semakin banyak yang
aware (bahasa dagangnya: punya kepentingan) dengan ide ini,
mudah-mudahan bisa semakin sustain. Makanya ide ini disebarkan sebanyak
mungkin supaya bisa menarik stakeholder seluas mungkin.
--
fade2blac
On Fri, Jul 07, 2006 at 02:26:37PM +0700, syarifl wrote:
>
> Ok, saya setuju, yang menarik bagi saya sebetulnya pernyataan bung Sufehmi
> di awal thread ini yang akan menjadikan groups.or.id ini go publik. Bagi
> saya kalo sudah mau go publik maka timbul tanggung jawab publik walaupun
> gratis. Jadi siapkan voulenteer2 ini menanggung tanggung jawab thd publik?
> Saya sendiri merasa sebal, sudah pindah ke groups.or.id lalu mati...
>
Respon yang diharapkan dari milis 'teknologia' ini sebetulnya adalah
berpartisipasi menjadi volunteer, atau paling tidak dengan ikut
menggunakannya dan menjaga bersama supaya tidak mati. Tidak ada
penyiapan volunteer-volunteer, karena memang bergeraknya berdasarkan
kesamaan kepentingan. Kalau memang menganggap bahwa ini ide bagus,
kemudian merasa ada potensi tidak bisa mempertanggungjawabkan kepada
publik, idealnya tergerak supaya tidak terjadi ke arah itu..
Btw tidak berkontribusi dengan ikut nongkrongin dapurnya, itupun juga
tidak masalah. Bisa ikut memanfaatkan servicenya dan ikut peduli. Paling
tidak isu 'riil' semacam ini menjadi awareness semua, dan menyebar
awarenessnya ke yang lain.
>
> Makanya misi/niat itu penting... maunya jadi apa? buat testing/playground?
> komersial? charity? gold? glory? gospel? ( he.he.he. kayak inlander)
>
Lhoh niat bisa aja beda-beda, asal dasar pemikirannya sama tentu saja
bisa sejalan. Anda ISP misalnya, punya kepentingan agar bayar bandwith
lebih murah. Atau Anda mahasiswa, pengen punya playground sebagai bahan
tesis, silakan. Atau Anda bener-bener idealis dengan semangat untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, ya sah-sah saja. Semakin banyak yang
aware (bahasa dagangnya: punya kepentingan) dengan ide ini,
mudah-mudahan bisa semakin sustain. Makanya ide ini disebarkan sebanyak
mungkin supaya bisa menarik stakeholder seluas mungkin.
--
fade2blac
wah ini menurut saya next. TODO list bisa dibuat. Panduan tata cara
untuk menjadi volunteer groups.or.id bisa dipikirin sambil nonton
final. Saya tahu teknis beginian perlu diatur, tapi menurut saya diskusi
kita masih dilevel menggugah 'kepedulian' hehehe kayak lsm aja.
> Saya lebih memandang voulenteer aplikasi open source lebih feasible daripada
> voulenteer untuk milis gratisan model begini... kenapa? karena aplikasi open
> source ada produknya paling tidak produk tsb. memberikan keuntungan bagi si
> pembuatnya atau minimal berhubungan dengan pekerjaan yang dia lakukan. atau
> paling tidak menambah point di CV pembuatnya.
>
Tidak masalah. Kalau tidak merasa ada 'insentif' yang cukup untuk
manajemen milis gratis seperti ini, ya ndak papa toh.. hehe karena yang
ditembak adalah membalik pikiran. Kalau saya programmer dan saya merasa
groups.or.id membawa manfaat, apa yang bisa saya sumbangkan dengan
kemampuan pemrograman saya? Memang, disini mungkin tidak laku, tapi
tetap saja dibawa pertanyaan: apa yang bisa saya kerjakan, bukan:
benefit apa yang anda mau kasih buat saya? Kuno yaa.. :-)
Dan kalau ide semacam ini dianggap sepi, ya ndak masalah juga :-)
>
> Wah kebalik tuh... Dasar pemikiran yang membedakan anda mengimplentasikan
> niat atau ide. Niat mau cari duwit, Dasar maling implementasinya yaa
> nyolong... Dasarnya programmer implementasinya yaa bikin program. Dasarnya
> tukang ojeg, yaa ngojeg...
>
> Si 'A' niat mau beribadah dia pergi ke Masjid, karena dasarnya seorang
> Muslim, lain halnya si 'B' niat mau beribadah dia pergi ke Gereja, karena
> dasarnya seorang Nasrani.
>
Pernyataan Anda benar, tapi analogi dari premis sebelumnya kurang tepat.
Kalau meminjam contohnya, Si A berniat membantu groups.or.id karena A
merasa bahwa groups mencoba memecahkan problem 'riil', dan ini baik.
Masalah kalau untuk ngebantu ini harus ngojeg, nah itu lain lagi. Level
berikutnya.
--
fade2blac
Seru juga membaca diskusi mengenai topik ini, saya yang biasanya hanya pelanggan teknologia pasif jadi ingin ikut berkomentar.
Tapi sebelumnya saya mohon maaf, email saya kirim dalam keadaan bersih tanpa mengutip email dari siapa pun, ----karena saya pusing mau ngutip yang mana hehehe.
Menurut saya, yang penting bagi groups.or.id adalah bukan sekedar misi dan visi. Saya berani jamin, hanya segelintir orang pelanggan milis yang mau baca visi dan misi dari layanan sebuah milis. Kebanyakan dari mereka hanyalah melihat kemudahan yang tentunya diwakili oleh berbagai fitur yang ada.
Menyebalkan 'sih' memang bagi sisi si pengembang jika hasil pekerjaannya selalu dibanding-bandingkan dengan sesuatu, ini sering saya alami, tetapi itulah kenyataannya. Ibarat mau menjual barang, yang pertama dilakukan adalah membuat calon pembeli tertarik. Baik dari sisi biaya, fitur, manfaat dsb dibandingkan dengan dagangan sejenis. Groups.or.id sudah memiliki kekuatan dalam hal gratis dan kecepatan, ini sudah merupakan point yang bagus. Tetapi tidak cukup jika fitur-fiturnya tidak bisa menyamai bahkan melebihi (kalau bisa) layanan milis yang ada saat ini.
Jadi, kalau groups.or.id mau berhasil, memang mau tidak mau groups.or.id sebagai "pemain baru" harus memiliki berbagai fitur yang menarik bahkan lebih menarik dari --sebut saja-- yahoogroups. Saya yakin, tanpa embel-embel visi misi yg berbau nasionalisme, penghematan bw dsb .. groups.or.id akan dibanjiri pelanggan dengan sendirinya.
Bagaimana dengan email? Ini pun sebuah tantangan yang harus dihadapi. Bikinlah email lokal dengan berbagai fitur yang oke seperti --sebut saja-- gmail, bahkan inovasi lain jika ada. Kalau ini bisa dilakukan, gak usah capek2 ngajak orang untuk pindah ke email lokal, karena secara otomatis mereka akan berduyun-duyun pindah karena mengejar kecepatan dalam hal akses. .
***
Sorry buat yang sebel ama mikocok :)
Windows 95 saat peluncuran pertama memiliki banyak masalah. Tapi tetep laku .. karena berbagai fitur user friendly yg bisa kita dapatkan di os tersebut. Apalagi tampilannya sangat menarik saat itu. Meskipun banyak dicela oleh para pengamat IT .. toh fakta mengatakan bahwa windows 95 dan keturunannya adalah os yang paling banyak digunakan saat ini. Padahal saat windows 95 keluar, saingannya gak tanggung2, ada os2 yang jauh lebih stabil, ada SCO unix yang sudah lebih lama malang melintang, ada machintos yang sudah lebih duluan bermain di GUI dsb. Tapi toh .. gak problem bagi microsoft.
groups.or.id sebagai "pemain baru" mau tampil dengan lawan raksasa seperti yahogroups dan atau googlegroups? Lebih2 hanya dikerjakan oleh para relawan? Gak masalah, ikuti ajah resep mikocok diatas :) Saya yakin para relawan memiliki kemampuan yang bagus bahkan sangat baik. Mudah-mudahan.
Ah jadi panjang ... btw ... saya saya pribadi sangat setuju dengan dibuatnya groups.or.id, hanya tidak setuju jika groups.or.id ingin mengajak "pindahan" hanya dengan alasan nasionalisme, penghematan bandwidth dsb. Tapi ajak "pindahan" karena memang layak dihuni --meskipun masih seperti cerita mikocok diatas :)
On Fri, Jul 07, 2006 at 04:09:56PM +0700, syarifl wrote:
>
> Nah itu dia coba baca di thread sebelumnya, karena tidak berbentuk atau
> virtual, maka mau daftar voulenteer gimana? trus tanggung jawabnya apa?
> gimana boss?
>
wah ini menurut saya next. TODO list bisa dibuat. Panduan tata cara
untuk menjadi volunteer groups.or.id bisa dipikirin sambil nonton
final. Saya tahu teknis beginian perlu diatur, tapi menurut saya diskusi
kita masih dilevel menggugah 'kepedulian' hehehe kayak lsm aja.
> Saya lebih memandang voulenteer aplikasi open source lebih feasible daripada
> voulenteer untuk milis gratisan model begini... kenapa? karena aplikasi open
> source ada produknya paling tidak produk tsb. memberikan keuntungan bagi si
> pembuatnya atau minimal berhubungan dengan pekerjaan yang dia lakukan. atau
> paling tidak menambah point di CV pembuatnya.
>
Tidak masalah. Kalau tidak merasa ada 'insentif' yang cukup untuk
manajemen milis gratis seperti ini, ya ndak papa toh.. hehe karena yang
ditembak adalah membalik pikiran. Kalau saya programmer dan saya merasa
groups.or.id membawa manfaat, apa yang bisa saya sumbangkan dengan
kemampuan pemrograman saya? Memang, disini mungkin tidak laku, tapi
tetap saja dibawa pertanyaan: apa yang bisa saya kerjakan, bukan:
benefit apa yang anda mau kasih buat saya? Kuno yaa.. :-)
Dan kalau ide semacam ini dianggap sepi, ya ndak masalah juga :-)
> Wah kebalik tuh... Dasar pemikiran yang membedakan anda mengimplentasikan
> niat atau ide. Niat mau cari duwit, Dasar maling implementasinya yaa
> nyolong... Dasarnya programmer implementasinya yaa bikin program. Dasarnya
> tukang ojeg, yaa ngojeg...
>
> Si 'A' niat mau beribadah dia pergi ke Masjid, karena dasarnya seorang
> Muslim, lain halnya si 'B' niat mau beribadah dia pergi ke Gereja, karena
> dasarnya seorang Nasrani.
>
Pernyataan Anda benar, tapi analogi dari premis sebelumnya kurang tepat.
Kalau meminjam contohnya, Si A berniat membantu groups.or.id karena A
merasa bahwa groups mencoba memecahkan problem 'riil', dan ini baik.
Masalah kalau untuk ngebantu ini harus ngojeg, nah itu lain lagi. Level
berikutnya.
--
fade2blac
user mana mau baca? tapi milis owner tentunya baca dulu... kalo misinya buat coba-coba atau testing yaa nggak akan dilanjutin tuh aktipitas pindah user dari yahoogroups ke groups.or.id atau minimal kita memang tau kalo akan dibuat kelinci percobaan.
gratis mungkin hal yang bisa dipertahankan tapi kecepatan nanti dulu... groups.or.id tentunya ingin supaya memiliki berribu2 user. Siap nggak jika sampe beribu2 user? sekarang cepat apakak kalo sudah 50000 user tetep cepet?
Jadi, kalau groups.or.id mau berhasil, memang mau tidak mau groups.or.id sebagai "pemain baru" harus memiliki berbagai fitur yang menarik bahkan lebih menarik dari --sebut saja-- yahoogroups. Saya yakin, tanpa embel-embel visi misi yg berbau nasionalisme, penghematan bw dsb .. groups.or.id akan dibanjiri pelanggan dengan sendirinya.
Barometer berhasil ini apa ya?
Kalo anda baca thread sebelumnya groups.or.id ini tidak berniat melawan yahoo dan google. Keuntungan yang nyata menggunakan groups.or.id adalah bandwidth lokal, trus cara pembuatan config juga akan dishare.
-- Salam, Riyogarta http://riyo.bedeng.com
syarifl wrote:
User yg mau menjadi anggota milis tentunya. :)
user mana mau baca? tapi milis owner tentunya baca dulu... kalo misinya buat coba-coba atau testing yaa nggak akan dilanjutin tuh aktipitas pindah user dari yahoogroups ke groups.or.id atau minimal kita memang tau kalo akan dibuat kelinci percobaan.
Mereka yang mau ikutan milis di groups.co.id .. bukan owner atau para moderator.
Percuma kan membuat milis tapi orang2 pada males daftar ... atau .. males pindah :p
Gimana bisa bilang gak siap? yah kudu siap dunk hehehe.gratis mungkin hal yang bisa dipertahankan tapi kecepatan nanti dulu... groups.or.id tentunya ingin supaya memiliki berribu2 user. Siap nggak jika sampe beribu2 user? sekarang cepat apakak kalo sudah 50000 user tetep cepet?
Saya yakin para relawan pembuat groups.or.id sudah memperhitungkannya. Jadi tinggal masalah waktu, tenaga dan tentunya harapan adanya donatur yang ingin memajukan internet di negeri kita. ...
Dengan banyaknya pengguna layanan milis di luar yang pindah ke groups.or.id menurut saya sudah bisa dijadikan barometer keberhasilan. Perkara akhirnya muncul masalah akibat kelimpahan user yang bejibun, saya rasa justru akan menambah semangat para pengembang untuk lebih serius menanganinya --gak nuduh kalo sekarang gak serius yah ... Yang udah2 sih, para developer biasanya justru bersemangat (merasa tertantang) ketika hal seperti ini terjadi.Jadi, kalau groups.or.id mau berhasil, memang mau tidak mau groups.or.id sebagai "pemain baru" harus memiliki berbagai fitur yang menarik bahkan lebih menarik dari --sebut saja-- yahoogroups. Saya yakin, tanpa embel-embel visi misi yg berbau nasionalisme, penghematan bw dsb .. groups.or.id akan dibanjiri pelanggan dengan sendirinya.
Barometer berhasil ini apa ya?
Memang tidak meniat melawan secara langsung, tetapi dengan berniat mengajak "pindahan" dengan alasan ini itu, secara gak langsung groups.co.id menjadi rival bagi layanan milis di luar. Ah ...lagi pula apa salahnya sih mempunyai tujuan seperti itu? Hitung2 penambah semangat dan tidak berkesan basa-basi :)Kalo anda baca thread sebelumnya groups.or.id ini tidak berniat melawan yahoo dan google. Keuntungan yang nyata menggunakan groups.or.id adalah bandwidth lokal, trus cara pembuatan config juga akan dishare.
***
Saya hanya berandai-andai .. seandainya saya punya kemampuan untuk membuat groups.or.id , saya akan katakan bahwa "proyek ini dibuat untuk menjadi saingan besar layanan milis di luar dan agar siapapun tahu bahwa kita mampu melakukan hal itu". Mmmm .... patriotik :)
Ya, salah satu target saya pribadi ikutan urun-rembuk di groups.or.id adalah
bagaimana agar groups.or.id bisa memberikan layanan yang profesional, tapi
gratis.
Saya termasuk yang cerewet di milis internal groups.or.id, udah pada sebel
mungkin hehe... misalnya kemarin ini saya mengingatkan agar interface itu
harus user friendly.
Mudah-mudahan bersama-sama kita bisa men-drive groups.or.id menjadi layanan
yang user-oriented.
> Nah, kalo Misi groups.or.id adalah bisnis, perlu difikirkan bagaimana
> mendapatkan revenue, mungkin developer bisa saja coding/config tanpa
> dibayar, tapi yang namanya alat ada umurnya, solusinya khan beli barang/alat
> baru.
tim groups.or.id memang sudah sepakat bahwa layanan ini harus
self-sufficient.
> Di thread sebelumnya ada yang membicarakan masalah konten lokal dan bandwith
> lokal menurut saya konten dan bandwith dua hal yang berbeda, kalo tujuannya
> mau memperkaya konten lokal.
milis itu kan konten. nah, groups.or.id adalah konten lokal DAN bandwidthnya
pun lokal juga.
jadinya memang akan ideal sekali kalau bisa kita wujudkan sampai menjadi
besar.
> Kita kembali ke masalah ngoprek, di groups.or.id kita pengin testing mesin
> sampe berjuta2 user juga beratus-ratus milis. Apa daya tariknya bagi user?
> Kalo developer saya jelas tertarik untuk tau dapurnya.
Anda welcome di mitra-s...@groups.or.id atau
mailfarm-...@groups.or.id
Disitu, semua "jerohan" groups.or.id dibuka blak-blakan... dijamin vulgar
:)
Salam,
Harry
> Respon yang diharapkan dari milis 'teknologia' ini sebetulnya adalah
> berpartisipasi menjadi volunteer, atau paling tidak dengan ikut
> menggunakannya dan menjaga bersama supaya tidak mati.
Tentu saja kita berharap bahwa orang akan ikut dengan kita.
Seperti halnya saya berbusa-busa bilang GNU/Hurd needs you,
tapi nggak ada yang nyangkut (dan mungkin malah mentertawakan).
Ya saya harus terima dong. Hal yang sama dengan groups.or.id.
Niat baik ternyata tidak cukup :(
-- budi
...del... (karena setuju semua)
> Di thread sebelumnya ada yang membicarakan masalah konten lokal dan bandwith
> lokal menurut saya konten dan bandwith dua hal yang berbeda, kalo tujuannya
> mau memperkaya konten lokal.
milis itu kan konten. nah, groups.or.id adalah konten lokal DAN bandwidthnya
pun lokal juga.
jadinya memang akan ideal sekali kalau bisa kita wujudkan sampai menjadi
besar.
> Kita kembali ke masalah ngoprek, di groups.or.id kita pengin testing mesin
> sampe berjuta2 user juga beratus-ratus milis. Apa daya tariknya bagi user?
> Kalo developer saya jelas tertarik untuk tau dapurnya.
Anda welcome di mitra-s...@groups.or.id atau
mailfarm-...@groups.or.id
Disitu, semua "jerohan" groups.or.id dibuka blak-blakan... dijamin vulgar
:)
Salam,
Harry
Ya, harus ada follow up dan tindakan riil nya :)
alhamdulillah sejauh ini tim groups.or.id masih terus melakukan "anjing
menggonggong khalifah berlalu" - mereka tetap berusaha untuk berkarya nyata
demi keuntungan kita semua, walaupun "nggak ada yang nyangkut (dan mungkin
malah mentertawakan)"
Salam,
Harry
Milis itu adalah konten, email adalah medianya :)
Orang menulis segala macam panjang lebar, lalu diarsip di situs milis - itu
apa bukan konten namanya ?
Saya pribadi sejak bertahun-tahun yang lalu SANGAT banyak diuntungkan oleh
yahoogroups (sejak masih bernama egroups.com), karena berbagai kontennya
yang berguna yang muncul begitu kita search di Google.
> Kalo anda bilang akan memperkaya konten lokal, apakah harus repot2 pindah ke
> groups.or.id? Gmana tiba2 yahoo.co.id colocation server di IIX ?
> yahoo.co.idkonten nya udah konten lokal tuh...
Saya sih justru senang... karena:
makin banyak konten lokal --> makin besar penggunaan bandwidth lokal -->
biaya internet makin murah.
groups.or.id bukan proyek megalomania. ini adalah proyek altruis demi
keuntungan rakyat. kalau tujuannya bisa tercapai oleh orang lain, kita
justru senang.
>> Anda welcome di mitra-s...@groups.or.id atau
>> mailfarm-...@groups.or.id
>> Disitu, semua "jerohan" groups.or.id dibuka blak-blakan... dijamin vulgar
>> :)
>
> Tanpa sehelai kainpun khan... jangan kayak playboy indonesia yak... :))
Playboy mah lewat.... boro2 tanpa sehelai kain, tanpa sehelai benang pun
malah :)
Salam,
Harry
Wah, banyak pak :) nih hampir mimpi basah (haha) baru membayangkan hal-hal
seperti :
1. clustering qmail/ezmlm, harus sudah mulai dicari tahu dari sekarang.
2. tuning server kalau load sudah besar. makin challenging terutama kalau
kita ingat bahwa kebanyakan mailserver lainnya tidak mampu menerima email
secepat kita mengirim (thanks to Pak Adi)
3. custom script untuk mencegah abuser (ini mungkin yang tidak ada zaman
dahulu)
4. server monitoring
5. bagaimana agar layanan ini bisa reliable & scalable
6. custom script utk backup data milis & subscriber, sehingga kalaupun
server crash, maka bisa SEGERA up & running lagi dengan server lainnya
7. server hardening, ini sendirian saja sudah merupakan topik yang menarik
luar biasa... betul kan pak ? :-)
8. dll... wah, wah... ngiler saya baru membayangkannya saja.
Yang mau ikutan bermain, monggo : mitra-su...@groups.or.id
Salam,
Harry
Lho, groups.or.id sudah jalan... indo wli sudah di host disitu (4000+
members)
Kalau langsung launch dan jor-joran justru salah - mana ada layanan
profesional yang langsung launching _tanpa_ melalui tahap testing terlebih
dahulu...
Salam,
Harry
1. Apakah adil langsung memvonis tim yang sekarang pasti akan sama hasilnya
dengan tim yang dulu ?
2. Apakah adil memvonis bahwa tim yang sekarang tidak bisa mengambil
pelajaran dari yang sebelumnya ?
3. Dan poin yang anda lupa - tidak ada yang akan memaksa Anda untuk ikut di
groups.or.id.
Santai saja lah. Nggak usah seperti anjing galak begitu.
Salam,
Harry
... been there, done that a few years ago
(tentunya dengan skala dan situasi yang berbeda :)
saya sudah capek ngurusi operasional.
(yang disebut harry itu meskipun banyak aspek teknisnya, tapi itu
masalah operasional. sama lah dengan ngurusi mesin-mesin di
perusahaan/instansi saat ini. jadi capek kalau di luar masih mikirin
operasional juga. he he he.)
lagi-lagi karena tidak ada kebutuhan, maka tidak ada drive.
-- budi
> Lho, groups.or.id sudah jalan... indo wli sudah di host disitu (4000+
> members)
lah milis di ITB malah lebih banyak lagi ;-)
pertanyaannya kenapa urusan groups-nya sendiri tidak pakai
milis groups.or.id? ;-)
-- budi
Ya, tenang saja pak... operasional groups.or.id tidak dilimpahkan kepada
Anda. :)
> lagi-lagi karena tidak ada kebutuhan, maka tidak ada drive.
kata siapa ? kalau search google sedikit saja, akan kita ketemukan bahwa
orang sudah berteriak-teriak sejak bertahun-tahun yang lalu, "internet
mahaaalllll... hellppp"
Salam,
Harry
Lha, ini kan masih fase testing, belum launch.
> pertanyaannya kenapa urusan groups-nya sendiri tidak pakai
> milis groups.or.id? ;-)
hah... ? *bingung*
mitra-s...@groups.or.id, mailfarm-...@groups.or.id
Salam,
Harry
Mumkin maksudnya gro...@worldless.net. Tapi sepengertian saya itu milis
lama dan sekarang diskusinya pindah ke mitra/mailfarm.
Ooo... itu sih sudah ada sejak groups.or.id belum jalan mailservernya :)
Ya, sekarang diskusinya sudah pindah di mitra@
Salam,
Harry
> > lagi-lagi karena tidak ada kebutuhan, maka tidak ada drive.
>
> kata siapa ? kalau search google sedikit saja, akan kita ketemukan bahwa
> orang sudah berteriak-teriak sejak bertahun-tahun yang lalu, "internet
> mahaaalllll... hellppp"
maksud saya, tidak ada drive bagi saya :)
demikian pula bagi rekan-rekan lain yang tidak minat pindah ke
groups.or.id karena tidak ada drive/kebutuhan itu.
btw,
untuk mempertahankan penggunaan jaringan di dalam negeri
mengapa tidak mempromosikan plasa.com, misalnya?
kan tujuan bisa tercapai juga dengan itu.
(misalnya paketkan groups.or.id dengan berbagai layanan webmail
di indonesia - dari telkom, im2, boleh, dsb.)
-- budi
groups.or.id masih fase testing. Belum launching.
> Terus trang saya anggap
> yang sekarang bagian dari persekongkolan groups.or.id yang lama...
Namanya memang sama... tapi saya pribadi sangat awam mengenai groups.or.id
yang lama, ketinggalan kereta. baru ngehnya waktu kemarin ini, groups.or.id
mau dihidupkan lagi.
Sinis & ngomong itu gampang; wah payah groups.or.id yang dulu, bla bla bla
Itu memang sempat terbetik di benak saya. Tapi saya pikir, kalau nyela
melulu - kapan kita mau majunya ?
Kebetulan ada beberapa orang lainnya juga yang lebih senang mengurus "the
present" daripada sibuk menggosipkan "the past".
Maka, alhamdulillah akhirnya groups.or.id sudah sampai ke fase testing.
> groups.or.id yang dulu ngaciirrr, yang sekarang nggak ada penjelasan, apa
> orangnya sama? ato beda? ato reloaded? ato refurbished?...
> aku pikir sama ntar ngacir lagi...
Ya beginilah mental orang Indonesia sepertinya ya.. negative thinking :)
Pantesan terbelakang melulu, hehe
>> btw, anda pernah bertanya ke linus torvalds misi linus melepaskan linux
>> untuk apa? :-) untungnya bagus. jadi tidak ada yang mau peduli dengan
>> misinya. kalau jelek, sampai celana kolor pun ditanyakan :-))
>
> Boss, anda bikin perbandingan yang lucu dan salah... Mengapa? Linux dibuat
> sebagai Alternatif dari Microsoft Windows atau operating system lain yang
> BERBAYAR. baca GNU GPL, kutipan salah satunya:
>
> "When we speak of free software <http://www.linux.org/info/gnu.html#>, we
> are referring to freedom, not price."
>
> Salah satu orang pilih linux karena nggak bayar. Ngapain pindah ke
> groups.or.id kalo ternyata yahoogroups.com juga nggak berbayar? (saya
> memandang dari kacamata user)
halah itu ANDA sendiri yang mengutip di atas... "we are referring to
FREEDOM, not price."
Windows = tidak merdeka (dari vendor lock-in)
Linux = merdeka / bebas / freedom
> Jujur aja, pada kenyataannya juga begitu... bule kalo bikin barang atau web
> sekalipun gratis tapi lengkap coy... FAQ ada Who we are ada, our mission,
> bahkan lihat sendiri www.freelist.org yang anda jagokan... lengkap visi dan
> misinya.
groups.or.id belum sampai pada tahap launching (seperti freelist.org)
>
> yang pasti, tetapkan sendiri apakah anda-anda bisa seide dengan
>> kami (rekan-rekan lain yang terlibat dalam groups.or.id) atau tidak.
>> kalau iya. kira-kira usulan/bantuan seperti apa yang ditawarkan?
>> ini percis seperti yang ditegaskan alan cox terhadap linus, bagaimana
>> sikap dia terhadap gplv3. begitu linus, menjelaskan posisinya.
>> apa pun itu (linus tidak setuju draft gplv3), case closed.
>
>
> Yup, Case Closed. Kita 'sepakat' untuk 'tidak sepakat'.
>
> Saran saya: jadikan commercial, dalam arti, user tetep gratis, tapi ambil
> duwit dari iklan (tagline, footer, banner, etc.). Bandwith jangan gratis,
> tapi minta discount 95% (he.he.he.)
>
> Salam,
>>
>> P.Y. Adi Prasaja
>>
>> >
>>
> --
> // syarifl.com
>
>
>
mi...@sufehmi.com writes:
> halah itu ANDA sendiri yang mengutip di atas... "we are referring to
> FREEDOM, not price."
>
> Windows = tidak merdeka (dari vendor lock-in)
> Linux = merdeka / bebas / freedom
Ini belum sempat saya hapus.
>> Yup, Case Closed. Kita 'sepakat' untuk 'tidak sepakat'.
Tapi tolong jangan dijatuhkan, itu saja.
Biarkan tim groups.or.id yang baru ini membuktikan dirinya.
Trims,
Harry
kalau saya pribadi. sejauh saya mampu, saya akan bantu
semua konten lokal. for free :-) tentu saja syaratnya tidak
boleh 'dikomersilkan'. gini, sebelum salah paham :-)
dengan dikomersilkan, saya jadi punya beban lebih diluar
kesediaan saya. bukan masalah bisa dapat berapa he..he..
ide Kang Harry soal profesionalisme dan bagaimana
groups.or.id bisa self-sustain (dana) itu tidak masuk
kategori komersial bagi saya. sayangnya, dengan demikian,
menuntut kerja yang jauh lebih besar lagi menyangkut
organisasi groups.or.id (segala sesuatu yang melibatkan
dana kan seyogyanya berbadan hukum. supaya mudah diaudit).
Kang Onno sudah bilang gak sanggup. Untuk itulah ada milis
mitra. Saya bukan soal sanggup/tidak. Tapi tidak bisa :-)
Lah wong ngurus PT sendiri saja gak gableg.
Siapa yang sanggup?
sekarang soal plasa.com dan milis ITB dll. Dulu, saya
coba milis 'internal' saya dengan Kang Syafril (Duta
Integrasi) untuk bisa dijadikan diskusi permasalahan2
permasalahan real. tujuannya tentu saja supaya kita
bisa saling membantu. dengan kesadaran bahwa memang
tidak mudah mengetahui jeroan orang lain :-) tapi
tetap saja masalah itu bisa dishare dan diarsipkan.
(sayangnya worldless.net masih menggunakan arsip
mail-archive.com, belum ada yang service lokal yang
menyediakan layanan arsip).
nama milisnya kiss @ worldless.net. tidak berjalan
seperti yang saya harapkan, tapi ok lah. kenapa
milis internal groups.or.id (gro...@worldless.net)
ada tidak dihosting di groups.or.id, karena memang
pertama-tama untuk memudahkan diskusi saja (mesin
groups.or.id belum up). setelah up, harus pindah
ke groups.or.id juga? Tapi seingat saya dulu Kang
Harry minta tetap di worldless saja, just in case
ada masalah tetap bisa gampang berdiskusi. ok,
menurut saya sih no problemo. barangkali ada yang
bertanya kenapa di worldless.net? makhluk apa itu?
ya karena saya admin worldless.net :-)) gampang kan
setup milis di mesin sendiri hi..hi..
worldless itu adalah salah satu bentuk 'social
responsibility' dari Duta Integrasi (Kang Syafril)
waktu itu. Kira-kira tahun 2002, ingin membuat
milis server lokal, support virtual domain dll.
jadilah worldless.net milis server lokal dengan
mesin ecek-ecek (sekali!), space HD yang kecil
dlsb. bbrp domain dihost di situ supaya bisa
create milis dengan domain sendiri. misalnya
opisboy.or.id, mahawarman.net, bali-in-danger.
gak banyak sih, tapi saya tidak ingat :-) trafiknya
juga lumayan, walaupun masih juga harus mengirim
mail ke yahoo.com.
jadi, mungkin tidak heran begitu saya dikontak
Kang Onno, saya langsung setuju tanpa ba-bi-bu
untuk membantu untuk membantu groups.or.id.
sebenarnya, untuk aspek teknis tidak ada yang
ngacir dari groups.or.id. lah dulu saya juga
ikut mengelola juga. Bahkan Kang Onno waktu itu
paling rajin kasih support langsung ke user.
Betulin db mailman yang korup. Scripting dibantu
oleh Oon. Sekarang Oon sepertinya sudah sibuk.
its okay lah. Dulu saya sempat bertanya kenapa
tewas. Dijawab HD jebol. Dan lagi diusahakan
dihidupkan lagi oleh Kang Harry. Terus lama ...
saya tanya lagi. Sudah up katanya. Jadilah
groups.or.id yang sekarang.
Jadi sebenarnya tidak ada yang ngacir :-) yang ada
adalah groups.or.id yang bangkrut (hi..hi..)
Ini bukannya saya menjaga penampilan meningkatkan
mutu lho ya. Tapi saya akan berusaha membantu
siapa saja yang bermaksud memberdayakan konten
lokal. Entah itu Kang Syafril (worldless.net,
ada yang tahu gak sih kalau Kang Syafril sudah
punya ide ini bahkan sebelum groups.or.id jadi
janin? hi..hi..), groups.or.id, atau yang lain
kalau ada, bisa dan boleh.
Dulu sebenarnya nyesel juga, karena saya tidak bisa
keep-up dengan mesin karena ada masalah pribadi. sehingga
sewaktu groups.or.id tewas pun saya tidak tahu ;-(
Gitu kira-kira Pak. Berhubung saya ini seumur-umur
cuman jadi kacung dan kuli. Ya cuma tenaga ini yang
bisa disumbangkan.
Dulu pun sudah banyak suara-suara sumbang nan sinis
dengan ide pemberdayaan konten lokal ini. Saya bersyukur
kalau bisa lebih konsisten dari pada yang mengkritik
(mungkin karena bosan duluan karena sudah ndak ngerti
lagi mau ngomong apa hi..hi..).
Kalau di negara-negara lain, rata-rata konten lokal
itu 'disubsidi' supaya tidak usah buang-buang duit
terlalu banyak ke US. Kalau di negara kita mah, mimpi
kali ye. Satu-satunya cara adalah dengan memberdayakan
resources lokal, menciptakan demand, advokasi dll.
Jadi, jelas, justru dengan adanya ITB yang menyediakan
service milis, plasa.com, i2.co.id. Itu sangat sejalan
dengan ide saya (juga rekan-rekan groups.or.id).
Kenapa tidak mendukung plasa.com saja ... ? Jawaban atas
pertanyaan ini terlalu teknis. Sayangnya email saya sudah
terlalu panjang :-)) Setidaknya Pak Budi bisa melihat bahwa
saya juga membantu worldless.net dan groups.or.id sekaligus.
Saya ndak pernah bercita-cita menjadi sam rushing yang menjadi
think-tank egroups. Sekali lagi saya cuman kuli, jadi jangan
heran kalau pendapat yang keluar kurang berbobot dan kurang
menantang :-)) Masih susah rasanya untuk bisa setia pada
perkara-perkara yang besar. Jadi ya masih berkutat dengan
perkara-perkara kecil saja. Barangkali karena bisanya ya
cuman itu (segitu), setia karena gak laku hi..hi..
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
> Siapa yang sanggup?
Itulah dia pak Adi.
Sama ketika saya memulai membereskan urusan domain di
Indonesia juga kayak gini. Tapi kalau sudah komitmen, apa
boleh buat. Namanya juga layanan. Jadi *harus sanggup*.
...
> kenapa
> milis internal groups.or.id (gro...@worldless.net)
> ada tidak dihosting di groups.or.id, karena memang
> pertama-tama untuk memudahkan diskusi saja (mesin
> groups.or.id belum up). setelah up, harus pindah
> ke groups.or.id juga? Tapi seingat saya dulu Kang
> Harry minta tetap di worldless saja, just in case
> ada masalah tetap bisa gampang berdiskusi. ok,
> menurut saya sih no problemo.
Bagi saya ini *sangat* masalah.
Saya orang yang percaya dengan eat your own dog food.
Jika pengelola groups.or.id saja tidak percaya dengan karyanya
(tidak menggunakan milis groups.or.id), mengapa yang lain
harus percaya (menggunakan milis groups.or.id)?
Orang2 google menggunakan gmail untuk kerjanya.
Ok lah, ini mungkin temporer.
Tapi menurut saya *harus* pindah. Ini masalah kepercayaan.
(Saya sering ketawa melihat orang yang mempromosikan
Linux tapi presentasinya pakai MS Power Point di OS
MS Windows XP. hi hi hi.)
Eksperimen boleh. Usaha boleh.
Tapi mbok yao jangan pakai gembar-gembor ... demi Indonesia
atau apa yang seolah-olah mengatakan bahwa yang pakai yahoo.com
atau gmail.com itu tidak nasionalis gitu. Ini membuat orang
pasang kuda-kuda ... :D
Nah ... baru saja saya membuat milis di groups.or.id...
Iseng saya buat milis secu...@groups.or.id
Hasilnya: BINGUNG!!!!
Gak tahu bagaimana cara mengelola milis itu.
Gak ada dokumentasinya.
Di web group.or.id juga tidak ada daftar to-do list yang bisa dijadikan
bahan untuk kerja keroyokan.
Jadi om Adi, kadang orang yang kritik itu juga udah nyobain lho.
he he he.
-- budi
go go team groups.or.id
keep fighting
salam
syarifl writes:
> Pindah saya belum cukup pak... Saya berhasil memindahkan milis saya
> beranggotakan 40 orang ke groups.or.id yang lama tapi umurnya nggak panjang.
> Jadi berhasil itu bukan hanya pindahannya tapi maintenancenya... Klasik di
> indonesia ini, kalo suruh beli2 cepet giliran maintenance ... nyerah...
1. Apakah adil langsung memvonis tim yang sekarang pasti akan sama hasilnya
dengan tim yang dulu ?
2. Apakah adil memvonis bahwa tim yang sekarang tidak bisa mengambil
pelajaran dari yang sebelumnya ?
3. Dan poin yang anda lupa - tidak ada yang akan memaksa Anda untuk ikut di
groups.or.id.
Santai saja lah. Nggak usah seperti anjing galak begitu.
Salam,
Harry
syarifl writes:
> Nah, kalo sekarang kita buka groups.or.id isinya blank nggak ada info
> apa-apa,
groups.or.id masih fase testing. Belum launching.
> Terus trang saya anggap
> yang sekarang bagian dari persekongkolan groups.or.id yang lama...
Namanya memang sama... tapi saya pribadi sangat awam mengenai groups.or.id
yang lama, ketinggalan kereta. baru ngehnya waktu kemarin ini, groups.or.id
mau dihidupkan lagi.
Sinis & ngomong itu gampang; wah payah groups.or.id yang dulu, bla bla bla
Itu memang sempat terbetik di benak saya. Tapi saya pikir, kalau nyela
melulu - kapan kita mau majunya ?
Kebetulan ada beberapa orang lainnya juga yang lebih senang mengurus "the
present" daripada sibuk menggosipkan "the past".
Maka, alhamdulillah akhirnya groups.or.id sudah sampai ke fase testing.
> groups.or.id yang dulu ngaciirrr, yang sekarang nggak ada penjelasan, apa
> orangnya sama? ato beda? ato reloaded? ato refurbished?...
> aku pikir sama ntar ngacir lagi...
Ya beginilah mental orang Indonesia sepertinya ya.. negative thinking :)
Pantesan terbelakang melulu, hehe
>> btw, anda pernah bertanya ke linus torvalds misi linus melepaskan linux
>> untuk apa? :-) untungnya bagus. jadi tidak ada yang mau peduli dengan
>> misinya. kalau jelek, sampai celana kolor pun ditanyakan :-))
>
> Boss, anda bikin perbandingan yang lucu dan salah... Mengapa? Linux dibuat
> sebagai Alternatif dari Microsoft Windows atau operating system lain yang
> BERBAYAR. baca GNU GPL, kutipan salah satunya:
>
> "When we speak of free software <http://www.linux.org/info/gnu.html#>, we
> are referring to freedom, not price."
>
> Salah satu orang pilih linux karena nggak bayar. Ngapain pindah ke
> groups.or.id kalo ternyata yahoogroups.com juga nggak berbayar? (saya
> memandang dari kacamata user)
halah itu ANDA sendiri yang mengutip di atas... "we are referring to
FREEDOM, not price."
Windows = tidak merdeka (dari vendor lock-in)
Linux = merdeka / bebas / freedom
> Jujur aja, pada kenyataannya juga begitu... bule kalo bikin barang atau web
> sekalipun gratis tapi lengkap coy... FAQ ada Who we are ada, our mission,
> bahkan lihat sendiri www.freelist.org yang anda jagokan... lengkap visi dan
> misinya.
groups.or.id belum sampai pada tahap launching (seperti freelist.org)
>
> yang pasti, tetapkan sendiri apakah anda-anda bisa seide dengan
>> kami (rekan-rekan lain yang terlibat dalam groups.or.id) atau tidak.
>> kalau iya. kira-kira usulan/bantuan seperti apa yang ditawarkan?
>> ini percis seperti yang ditegaskan alan cox terhadap linus, bagaimana
>> sikap dia terhadap gplv3. begitu linus, menjelaskan posisinya.
>> apa pun itu (linus tidak setuju draft gplv3), case closed.
>
>
> Yup, Case Closed. Kita 'sepakat' untuk 'tidak sepakat'.
>
> Saran saya: jadikan commercial, dalam arti, user tetep gratis, tapi ambil
> duwit dari iklan (tagline, footer, banner, etc.). Bandwith jangan gratis,
> tapi minta discount 95% (he.he.he.)
>
> Salam,
>>
>> P.Y. Adi Prasaja
>>
>> >
>>
> --
> // syarifl.com
>
>
>
-- budi