Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

93 views
Skip to first unread message

Budi Rahardjo

unread,
Mar 11, 2005, 6:39:20 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com, techn...@yahoogroups.com
Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia,

Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan
situs-situs Indonesia dan Malaysia.

Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata
membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak
dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan
aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif
seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board,
blog, dan media elektronik lainnya).

Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang
namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita
belajar bertetangga dengan baik.

Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana
kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang
lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh
penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana
dalam mengambil keputusan.

Sekali lagi, mohon penyerangan dihentikan sebelum kita masuk ke tindakan
atau aktivitas yang membuat kita menyesal di kemudian hari.

Damai itu indah ...

Budi Rahardjo (ID-CERT)

Frans Thamura

unread,
Mar 11, 2005, 9:12:16 PM3/11/05
to techn...@yahoogroups.com, tekno...@googlegroups.com, techn...@yahoogroups.com
+1

Buat Open Source saja sama saya, pakai Java lebih ok kok.

Atau kalau mau membantu negara ini dari kapitalisme, buat Java yang OSI,
atau gabung ke Javali.com.br.

ngapain coba ngehack server malaysia, gak ada kerjaan.

atau buat computer club..

Frans

ReymanX

unread,
Mar 11, 2005, 8:57:34 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
> Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana
> kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang
> lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh
> penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana
> dalam mengambil keputusan.

Sangat setuju ! Tapi, bagaimana caranya agar hacker yang gak ikut
milis ini juga bisa ngerti ? Atau pak BR yang juga lebih dikenal oleh
kalangan luas bikin press rilis menyikapi masalah ini.

--
Arie Reynaldi Zanahar
reymanx at gmail.com
http://www.reynaldi.or.id

Priyadi Iman Nurcahyo

unread,
Mar 11, 2005, 10:15:50 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
On Saturday 12 March 2005 08:57, ReymanX wrote:

> Sangat setuju ! Tapi, bagaimana caranya agar hacker yang gak ikut
> milis ini juga bisa ngerti ? Atau pak BR yang juga lebih dikenal oleh
> kalangan luas bikin press rilis menyikapi masalah ini.

sebenernya bahan bakar para cracker itu kan popularitas. yang saya lihat sih
mereka semangat melakukan pengrusakan karena ekspos media yang terlalu
berlebihan. lihat saja di detik misalnya, apakah perlu setiap deface sebuah
situs dibuatkan beritanya? apalagi sampai ada screenshot dan kutipan
kata-kata hasil deface.

yang bener aja. satu berita satu hari tentang itu masih gak masalah lah. tapi
kalau satu hari yang ada hanya berita tentang deface? kok seperti kurang
setoran aja ya. kaya gak ada berita lain yang lebih bermutu aja :(

Akhmad Fathonih

unread,
Mar 11, 2005, 10:34:52 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
Wah, Pak Priyadi ini. Akhirnya apa yang bapak omongin bisa balik lagi
lo ke diri anda. Kalau di milis gajah di sebelah, saya pernah menulis
mirip begitu, dan ujungnya saya disemprot: "Lalu kenapa anda tidak
mencoba menulis untuk detik?". Bolehkah saya me-replay semprotan
tersebut ke Bapak? ;). Peace :)

--
Akhmad Fathonih | http://blog.neofreko.com | http://jogja.linux.or.id
Are you geek enough to handle all these sh**s?

risiyanto budi

unread,
Mar 11, 2005, 11:00:06 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 10:15:50 +0700
Priyadi Iman Nurcahyo <pri...@priyadi.net> wrote:

>
> sebenernya bahan bakar para cracker itu kan popularitas. yang saya lihat sih
> mereka semangat melakukan pengrusakan karena ekspos media yang terlalu
> berlebihan. lihat saja di detik misalnya, apakah perlu setiap deface sebuah
> situs dibuatkan beritanya? apalagi sampai ada screenshot dan kutipan
> kata-kata hasil deface.

saya lihat tayangan di TV yang mewawancarai orang orang MY,
mereka lebih tenang menyikapi persengketaan MY vs ID, mereka percaya pemerintah mereka bisa menangani dengan baik.
Mereka menyayangkan kenapa media ID "menurut mereka" melebih-lebihkan persengketaan tsb. Ada orang tua yang mengatakan bahwa seharusnya "oil company" tidak ikut campur masalah ini :-P (seorang yg tua pun bisa tahu masalahnya secara luas, tahu BIG PICTURE nya)
Juga orang-orang MY yang di ID (mahasiswa, peserta pameran etc) mereka tidak "heboh" dengan hal itu ketika ditanya.

Well apakah karena rata rata pendidikan orang MY lebih baik?,
atau media kita yang over expose?

Salam
Risiyanto

Ben

unread,
Mar 11, 2005, 11:10:52 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 11:00:06 +0700, risiyanto budi <risi...@budi.or.id> wrote:
> Well apakah karena rata rata pendidikan orang MY lebih baik?,
> atau media kita yang over expose?
>
bisa jadi, tetapi mungkin juga krn kebanyakan dari kita seringkali
terlalu fanatik sehingga mudah dikompori...

Namun, dalam kasus Ambalat ini mungkin ditambah lagi dgn perasaan
gemas dan cemas terhadap sikap pemerintah kita

mending perang lewat blog aja :D

--
Ben
http://bennychandra.com/2005/03/10/tidak-menikmati-steak-lemak-di-black-angus/

ReymanX

unread,
Mar 11, 2005, 11:11:34 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
> yang bener aja. satu berita satu hari tentang itu masih gak masalah lah. tapi
> kalau satu hari yang ada hanya berita tentang deface? kok seperti kurang
> setoran aja ya. kaya gak ada berita lain yang lebih bermutu aja :(

Kalau asumsi publikasi = bahan bakar, sekalian aja diminta agar pers
tidak lagi membuat berita deface berhubungan indo - malaysia. Walaupun
informasi seperti ini membuat beberapa perusahaan lebih mengetatkan
penjagaan servernya.

Priyadi Iman Nurcahyo

unread,
Mar 11, 2005, 11:52:28 PM3/11/05
to tekno...@googlegroups.com
On Saturday 12 March 2005 11:11, ReymanX wrote:

> Kalau asumsi publikasi = bahan bakar, sekalian aja diminta agar pers
> tidak lagi membuat berita deface berhubungan indo - malaysia. Walaupun
> informasi seperti ini membuat beberapa perusahaan lebih mengetatkan
> penjagaan servernya.

lho, bukan itu maksud saya. diberitakan boleh saja, tapi masalahnya adalah
frekuensinya dan eksposnya. apakah setiap kali ada kejadian itu perlu dibuat
berita khusus setiap ada kejadian lengkap dengan screenshot dan siapa-siapa
yang melakukan pembobolan? ini kan berita kriminalitas biasa, hanya saja
medianya di internet.

baskara

unread,
Mar 12, 2005, 12:11:09 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 11:52:28 +0700, Priyadi Iman Nurcahyo
<pri...@priyadi.net> wrote:
>
> lho, bukan itu maksud saya. diberitakan boleh saja, tapi masalahnya adalah
> frekuensinya dan eksposnya. apakah setiap kali ada kejadian itu perlu dibuat
> berita khusus setiap ada kejadian lengkap dengan screenshot dan siapa-siapa
> yang melakukan pembobolan? ini kan berita kriminalitas biasa, hanya saja
> medianya di internet.

Isi berita itu terserah medianya mau diisi apa. Hak mereka. Mungkin
sudah menjadi ideologi media tersebut. Priyadi juga dalam mengisi
Blog, mau diisi apa juga terserah Anda kan? seperti apa yang Anda
katakan di artikel tentang AA ;-).
Pembawa berita SCTV itu kalau mau disuruh jangan cerewet juga tidak
akan mau karena produsernya menghendaki demikian. :-D
Nikmati saja.

David Sudjiman

unread,
Mar 12, 2005, 12:57:27 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005, ReymanX wrote:
> > yang bener aja. satu berita satu hari tentang itu masih gak masalah lah. tapi
> > kalau satu hari yang ada hanya berita tentang deface? kok seperti kurang
> > setoran aja ya. kaya gak ada berita lain yang lebih bermutu aja :(
>
> Kalau asumsi publikasi = bahan bakar, sekalian aja diminta agar pers
> tidak lagi membuat berita deface berhubungan indo - malaysia. Walaupun
> informasi seperti ini membuat beberapa perusahaan lebih mengetatkan
> penjagaan servernya.

Rekan Arie dan rekan2 yth,

Sebenarnya kita tidak bisa menyuruh media untuk berbuat ini atau ini
sesuai dengan keinginan kita. Meskipun hal ini kita pandang baik, belum
tentu media mempunyai pandangan yang sama.

Hal ini bisa juga disebut kebebasan informasi dimana setiap orang berhak
menyiarkan atau mendapatkan informasi sesuai tingkat intelektualitas yang
dimiliki.

Lalu, ya disaring informasinya, kan yang mbaca koran A atau koran B
tentunya dari kalangan yang berbeda. Jadi ya, idealnya masyarakat mampu
menyaring sendiri dan dianggap mampu untuk belajar sendiri.

Tapi ya, namanya juga masih belajar, biasanya kan hip-hip kalo ada sesuatu
yang baru.

thx
.dave "yang masih belajar, tapi malah ndak tahu kalo negara mo perang.
Bah, perang ma sapa lagi?"

Dudi Gurnadi

unread,
Mar 12, 2005, 1:26:36 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 16:57:27 +1100, David Sudjiman
<davids...@yahoo.com> wrote:
>
> On Sat, 12 Mar 2005, ReymanX wrote:
> > > yang bener aja. satu berita satu hari tentang itu masih gak masalah lah. tapi
> > > kalau satu hari yang ada hanya berita tentang deface? kok seperti kurang
> > > setoran aja ya. kaya gak ada berita lain yang lebih bermutu aja :(
> >
> > Kalau asumsi publikasi = bahan bakar, sekalian aja diminta agar pers
> > tidak lagi membuat berita deface berhubungan indo - malaysia. Walaupun
> > informasi seperti ini membuat beberapa perusahaan lebih mengetatkan
> > penjagaan servernya.
>
> Rekan Arie dan rekan2 yth,
>
> Sebenarnya kita tidak bisa menyuruh media untuk berbuat ini atau ini
> sesuai dengan keinginan kita. Meskipun hal ini kita pandang baik, belum
> tentu media mempunyai pandangan yang sama.
>
> Hal ini bisa juga disebut kebebasan informasi dimana setiap orang berhak
> menyiarkan atau mendapatkan informasi sesuai tingkat intelektualitas yang
> dimiliki.

Saya sendiri melihat Pak Budi menyebutnya dengan kata-kata himbauan,
mungkin bisa juga diartikan sebagai saran.

Mudah-mudahan saja dengan figur Pak Budi sebagai salah satu pakar
security di Indonesia bisa membuat mereka mengurangi dan kemudian
menghentikan aksinya, namun tidak ada jaminan.

Yang saja lihat jika kita menghakimi kalangan underground dengan
kata-kata salah, bisa jadi mereka bukan berhenti tapi malah membabi
buta. Ini yang harus kita hindari.

Sekalian ijin sama Pak Budi, jika diijinkan akan saya forward
statement Pak Budi ke beberapa mailing list lain.

Dudi

risiyanto budi

unread,
Mar 12, 2005, 2:04:13 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 13:26:36 +0700
Dudi Gurnadi <gur...@gmail.com> wrote:

>
> Yang saja lihat jika kita menghakimi kalangan underground dengan
> kata-kata salah, bisa jadi mereka bukan berhenti tapi malah membabi
> buta. Ini yang harus kita hindari.
>
Dulu Pak IMW pernah kirim pesan kepada para hacker/cracker lewat detik.com pas waktu itu rame ramenya deface situs, sayang saya lupa temanya apa ^^. Dampaknya cukup positif.

> Sekalian ijin sama Pak Budi, jika diijinkan akan saya forward
> statement Pak Budi ke beberapa mailing list lain.

Langsung saja diforward mas, saya yakin pak Budi pasti bakal mengijinkan.

p.s.
Email Pak Budi tersebut sudah terpajang di blog saya :-P


Salam
Risiyanto

Dudi Gurnadi

unread,
Mar 12, 2005, 2:18:41 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
Iya saya juga sudah pajang di blog saya. Tapi ada rencana mau disebar
ke beberapa milis yang saya ikutin (mudah2an gak di anggep spam).

Ada temen-temen dari IRC mungkin? bisa ikut mbantu nyebar juga barangkali.

Metode getok tular aja kayaknya cukup efektif kok.

Dudi

Priyadi Iman Nurcahyo

unread,
Mar 12, 2005, 3:05:16 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Saturday 12 March 2005 12:11, baskara wrote:

> Isi berita itu terserah medianya mau diisi apa. Hak mereka. Mungkin
> sudah menjadi ideologi media tersebut. Priyadi juga dalam mengisi
> Blog, mau diisi apa juga terserah Anda kan? seperti apa yang Anda
> katakan di artikel tentang AA ;-).
> Pembawa berita SCTV itu kalau mau disuruh jangan cerewet juga tidak
> akan mau karena produsernya menghendaki demikian. :-D
> Nikmati saja.

hmmm i don't know... kesan yang saya lihat dari masyarakat bobol membobol ini
berkesan sebagai sesuatu yang 'hebat' dan 'patut dibanggakan', dalam kasus
ini bahkan menjadi sesuatu yang 'patriotik' dan 'nasionalis'. mungkin kemauan
saya seharusnya kita memperlakukan seorang kriminal sebagaimana seharusnya
seorang kriminal diperlakukan, baik di darat maupun di internet

kalau di darat ada seseorang membobol rumah orang lain pasti akan dibilang
seorang kriminal, tetapi kalau di cyber ada yang membobol situs web orang
lain pasti perlakuannya akan berbeda *sigh*

James Aartsen

unread,
Mar 12, 2005, 3:14:27 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
--- Priyadi Iman Nurcahyo <pri...@priyadi.net> wrote:
> hmmm i don't know... kesan yang saya lihat dari masyarakat bobol membobol ini
> berkesan sebagai sesuatu yang 'hebat' dan 'patut dibanggakan', dalam kasus
> ini bahkan menjadi sesuatu yang 'patriotik' dan 'nasionalis'. mungkin kemauan
> saya seharusnya kita memperlakukan seorang kriminal sebagaimana seharusnya
> seorang kriminal diperlakukan, baik di darat maupun di internet
>
> kalau di darat ada seseorang membobol rumah orang lain pasti akan dibilang
> seorang kriminal, tetapi kalau di cyber ada yang membobol situs web orang
> lain pasti perlakuannya akan berbeda *sigh*

Maklum,
Orang yang mengerti ttg. ini di indonesia kan masih sedikit (yg ndak punya komputer masih
banyaaak). Jadi buat mereka (yg ngga ngerti) tindakan2 defacing ini bisa dianggap yang "Wah!!!!!!!
HUEEEEIIBUUUAATTTT YA orang2 kita!!!"

Heboh = disukai media :)





__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
http://smallbusiness.yahoo.com/resources/

Budi Rahardjo

unread,
Mar 12, 2005, 3:32:29 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 13:26:36 +0700, Dudi Gurnadi <gur...@gmail.com> wrote:
...
> Sekalian ijin sama Pak Budi, jika diijinkan akan saya forward
> statement Pak Budi ke beberapa mailing list lain.
...

Silahkan. Semakin banyak, semakin baik.
Himbauan saya tersebut saya pasang hampir di semua blog saya.


-- budi

Mohammad DAMT

unread,
Mar 12, 2005, 5:05:33 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 14:11:09 +0900, baskara <bas...@gmail.com> wrote:
> Isi berita itu terserah medianya mau diisi apa. Hak mereka. Mungkin
> sudah menjadi ideologi media tersebut. Priyadi juga dalam mengisi

saya barusan lihat detik dan ngerti maksudnya Tuan Priyadi. Memang
agak berlebihan detik Inet isinya tentang deface semua. Ya tapi biar
saja mereka isi begitu. dari situ kan ketauan kompetensi medianya.
kalau ga senang ya jangan di-klik. mending klik saja planet.terasi.net
*-)

boy avianto

unread,
Mar 12, 2005, 7:08:48 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
Devil's advocate's mode.

Detikinet tidak mau ikut-ikutan media berorientasi IT lainnya yang
sibuk melaporkan hal-hal menarik dari CeBit 2005, Hannover. Jadi ya
liput saja 'perang maya'.

Jadi ingat beberapa tahun yang lalu, waktu lagi ramai-ramainya deface
situs (lupa kasus apa), salah satu alasannya "Biar beken, masuk
detik". Ya, mentalitasnya masih attention whore semua dan detikinet
memberikan wadah untuk itu. Supply dan Demand aja sih.

Saya? Well, kembali baca2 berita tentang CeBit aja deh, ada OpenSource
booth =). Beberapa hari yang lalu salah satu koran Jerman, Frankfurter
Allgemeine mendedikasikan 2 halaman penuh membahas tokoh-tokoh
OpenSource.

--
<avianto /> - http://avianto.com/

Monang Setyawan

unread,
Mar 12, 2005, 7:20:43 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 11:00:06 +0700, risiyanto budi <risi...@budi.or.id> wrote:
>
> On Sat, 12 Mar 2005 10:15:50 +0700
>
> saya lihat tayangan di TV yang mewawancarai orang orang MY,
> mereka lebih tenang menyikapi persengketaan MY vs ID, mereka percaya pemerintah mereka bisa menangani dengan baik.
> Mereka menyayangkan kenapa media ID "menurut mereka" melebih-lebihkan persengketaan tsb. Ada orang tua yang mengatakan bahwa seharusnya "oil company" tidak ikut campur masalah ini :-P (seorang yg tua pun bisa tahu masalahnya secara luas, tahu BIG PICTURE nya)
> Juga orang-orang MY yang di ID (mahasiswa, peserta pameran etc) mereka tidak "heboh" dengan hal itu ketika ditanya.
>
> Well apakah karena rata rata pendidikan orang MY lebih baik?,
> atau media kita yang over expose?

Menurut saya ini karena posisi kita berbeda. Yang satu di pihak yang
akan duntungkan, yang satu di pihak yang akan dirugikan. Kalau
misalnya kita yang mencoba mengklaim wilayah Malaysia, saya rasa
situasinya akan berkebalikan dengan yang sekarang (kita adem ayem,
mereka yang panas).

:)


>
> Salam
> Risiyanto
>


--
Demi masa..

a.c.e

unread,
Mar 12, 2005, 9:14:14 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
>hmmm i don't know... kesan yang saya lihat dari masyarakat bobol
membobol ini
berkesan sebagai sesuatu yang 'hebat' dan 'patut dibanggakan', dalam
kasus
ini bahkan menjadi sesuatu yang 'patriotik' dan 'nasionalis'.
Mas, kalo saya melihat gak ada bau nasionalisme dan patriotik dari
deface-mendeface ini. Semuanya hanya 'show of force' (konyol) belaka.
Kalo di darat lewat berita2 TV terlihat penggerak demo2 begitu homogen,
kayaknya hal serupa dapat diliat dari difes2an ini. Artinya, dulu dan
kini pelakunya ya...idem dito.

>mungkin kemauan
saya seharusnya kita memperlakukan seorang kriminal sebagaimana
seharusnya
seorang kriminal diperlakukan, baik di darat maupun di internet

Setuju. Selanjutnya, energi dan temanya berubah dong: "Ganyang
Koruptor", "Ganyang Kemiskinan", dll.

Salam Perdamaian,
--ace++

Akhmad Fathonih

unread,
Mar 12, 2005, 9:50:31 AM3/12/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sat, 12 Mar 2005 14:14:14 -0000, a.c.e <yas...@gmail.com> wrote:

> >mungkin kemauan
> saya seharusnya kita memperlakukan seorang kriminal sebagaimana
> seharusnya
> seorang kriminal diperlakukan, baik di darat maupun di internet
> Setuju. Selanjutnya, energi dan temanya berubah dong: "Ganyang
> Koruptor", "Ganyang Kemiskinan", dll.

Tapi nanti kalau deface-nya mulai merambah instansi-instasi yang
korupsi malah pelaku deface-nya ditangkap, padahal kan semangat
ganyang korupsi :D. Hayoo :p

donnybu

unread,
Mar 13, 2005, 5:35:45 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com

sifat berita detik (termasuk di detikinet.com) adalah selalu memberikan
informasi "terhangat" yang terjadi setiap saat, day-by-day,
minute-by-minute. bahwa saat ini berita lokal untuk IT saat ini sedang
"hangat" tentang aksi deface.

peran media tidak hanya sekedar memberitakan, tetapi juga memiliki
fungsi kontrol sosial. silakan pihak-pihak yang sedang merasa "gerah"
dengan pemberitaan aksi deface di detikinet, baca dengan benar-benar
seluruh isi berita, dan kaji baik-baik pesan yang tersirat.

apakah berita-berita terakhir tentang aksi deface tersebut sekedar
memberitakan saja (dan bersifat profokatif), ataukah ada semacam "pesan
moral" atau "kritikan tajam" kepada para pelaku aksi deface? silakan
cermati baik-baik.

masalah kualitas jangan dipukul-ratakan dengan kuantitas. bukan berarti
yang berkualitas harus diimbangi dengan kuantitas, bukan pula kuantitas
dapat menjadi tolok ukur mutlak atas suatu kualitas berita.

dan dampak dari pemberitaan suatu media memang bisa seperti pisau
bermata dua. digunakan untuk keperluan yang positif, bisa. untuk yang
negatif, bisa. saya tidak ingin berdebat di permasalahan
positif-negatif ini, karena masing-masing dari kita tentu akan memiliki
sudut pandang dan peran yang berbeda.

justru perbedaan tersebut akan menjadi rahmat dan kebaikan bersama,
ketimbang dipaksakan untuk "setuju satu suara" tetapi kondisi menjadi
tidak kondusif untuk membangun TI Indonesia.

meskipun demikian, memang teman-teman di detikinet menyadari bahwa
detikinet tidak akan bisa maju tanpa adanya kritik dan saran dari
pembaca setianya. setiap saran, kritik ataupun keluhan tentunya akan
menjadi masukan yang sangat berharga bagi pengembangan detikinet
selanjutnya.

nb:
sekaligus saya mau mencoba mengajak kembali rekan-rekan yang punya
opini atau pendapat terhadap sesuatu yang terkait dengan bidang IT.
kirimkan tulisan rekan-rekan berikut dengan foto diri (jika ingin
fotonya dimuat) ke redaksi[at]staff.detik.com cc
detikinet[at]yahoo.com.

tulisan rekan-rekan yang memang belum pernah dimuat di media manapun
(termasuk di blog) dan sesuai dengan kriteria tulisan yang cocok bagi
pembaca detikinet.com, akan kami muat dalam rubrik "Kolom Telematika".
tetapi mohon maaf, karena saat ini detikinet.com belum punya kebijakan
memberikan kompensasi (fee) kepada rekan penulis.

tetapi ijinkan saya mengeluarkan uneg-uneg sedikit. sejak lebih dari 1
bulan lalu ajakan serupa saya lempar ke milis ini, tidak ada satupun
dari rekan-rekan yang telah mengirimkan tulisan. ada beberapa orang
yang mengirimkan artikel, tetapi artikel tersebut sudah pernah dimuat
di blog atau situs masing-masing jauh hari sebelumnya.

saya agak sedih, ketika dahulu rekan-rekan sempat beranggapan bahwa
media tidak memberikan porsi yang berimbang kepada pihak lain untuk
menyampaikan pendapatnya, atau ada anggapan media pilih-pilih nara
sumber.

nah setelah diberikan kesempatan yang seluas-luasnya dan cenderung
tidak sulit, ternyata tidak juga dimanfaatkan. padahal proses menjadi
seorang nara sumber (untuk dikutip/diwawancara media) haruslah dimulai
dari proses "memperkenalkan" diri dan kompetensi, kepada masyarakat
umum, khususnya pembaca media yang bersangkutan. dan salah satu cara
yang cukup efektif adalah dengan membuat tulisan, artikel atau opini.

jadi, sekali lagi, saya "tagih" peran-serta rekan-rekan untuk
memintarkan masyarakat Indonesia di bidang TI, melalui tulisan. karena
saya yakin, kalau hanya sekedar mencerca pendapat nara sumber lain
melalui milis atau blog, tanpa ada itikad baik untuk memperbaikinya
melalui tulisan yang cukup berbobot di media, maka hal tersebut tidak
akan menjadi efektif.

demikian sekedar pendapat dari saya, mudah2an bermanfaat.


-dbu-

baskara

unread,
Mar 13, 2005, 6:33:52 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sun, 13 Mar 2005 02:35:45 -0800, donnybu <don...@gmail.com> wrote:
>
>
> sifat berita detik (termasuk di detikinet.com) adalah selalu memberikan
> informasi "terhangat" yang terjadi setiap saat, day-by-day,
> minute-by-minute. bahwa saat ini berita lokal untuk IT saat ini sedang
> "hangat" tentang aksi deface.
>
> peran media tidak hanya sekedar memberitakan, tetapi juga memiliki
> fungsi kontrol sosial. silakan pihak-pihak yang sedang merasa "gerah"
> dengan pemberitaan aksi deface di detikinet, baca dengan benar-benar
> seluruh isi berita, dan kaji baik-baik pesan yang tersirat.

Mas Donny,
Saya secara pribadi tidak mempermasalahkan isi "berita" tentang aksi
perang deface tersebut. Itu adalah hak detik.com untuk mengabarkan
kepada orang lain bahwa sedang terjadi aksi tersebut.

Akan tetapi, ada kecenderungan bahwa detik.com sudah bukan situs
berita lagi, melainkan situs "berita". Saya tulis dalam tanda kutip
karena yang pesan yang tertangkap dari yang tertulis di situs
detik.com bukan berita dalam arti harafiah lagi, melainkan sudah
dibumbui opini dari detik.com.

Untuk kasus cracking ini, memang ada kesan dibuat bombastis. Saya
hitung, 8 dari 10 artikel detikinet terakhir isinya adalah "e-Ganyang"
[saya tidak tahu istilah dari mana ini]. Kesannya seperti sedang
menonton di pinggiran sambil teriak-teriak "ayo..ayo..ayo..hajar
bleh..balas".

Meskipun demikian, itu adalah hak media untuk membuat tulisan
sedemikian rupa. Semua media mempunyai ideologi masing-masing. Namun,
kadang-kadang memang niat yang ingin disampaikan saat menulis sesuatu
bisa berbeda dengan apa yang ditangkap orang lain. Saya sering
mengalami itu saat menulis tanggapan di milis. Maksud saya begini,
orang lain mengira saya bermaksud begitu.

Mohammad DAMT

unread,
Mar 13, 2005, 6:52:48 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sun, 13 Mar 2005 02:35:45 -0800, donnybu <don...@gmail.com> wrote:
> tetapi mohon maaf, karena saat ini detikinet.com belum punya kebijakan
> memberikan kompensasi (fee) kepada rekan penulis.

kalau dalam halaman tulisan tsb di detikcom sama sekali tidak
ditampilkan iklan dan boleh juga ditampilkan di tempat lain (misalnya
blog sendiri) mungkin ada yg berminat (mungkin *-)).

Budi Rahardjo

unread,
Mar 13, 2005, 7:10:21 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sun, 13 Mar 2005 02:35:45 -0800, donnybu <don...@gmail.com> wrote:

> tulisan rekan-rekan yang memang belum pernah dimuat di media manapun
> (termasuk di blog) dan sesuai dengan kriteria tulisan yang cocok bagi
> pembaca detikinet.com, akan kami muat dalam rubrik "Kolom Telematika".
> tetapi mohon maaf, karena saat ini detikinet.com belum punya kebijakan
> memberikan kompensasi (fee) kepada rekan penulis.
...

Kalau dilihat dari sisi ini, mungkin kebanyakan penulis
lebih senang dengan menulis di blog. :)
Tidak ada tekanan dan lebih nyaman berkarya.
Kalau saja tulisan masih boleh diterbitkan di blog,
mungkin akan banyak yang berminat.

Terus terang, saya sudah jarang baca detik.com.
Setiap hari yang saya buka: planet.terasi.net
[Selain itu, slashdot.org dan stats.distributed.net]

-- budi

donnybu

unread,
Mar 13, 2005, 8:01:42 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
saya coba tanggapin ya :)

1. untuk tidak ditampilkan iklan, ini agak sulit. karena memang
pemasukan detikcom yang utama adalah dari iklan, beda dengan cetak yang
juga ada pemasukan dari sirkulasi (berlangganan, beli eceran, dsb). hal
tersebut sama saja bagaikan meminta pengelola acara di tv untuk tidak
memunculkan iklan saat acara sepakbola. lalu untuk space iklan di
halaman detikcom tersebut, ini merupakan keterlibatan antara pihak
marketing dan pihak pemasang iklan. jadi bukan sekedar kewenangan
redaksional belaka.

2. soal ditampilkan di tempat lain, sebenarnya di e-mail ajakan dari
saya sekitar 1 bulan lalu, sudah dijelaskan panjang lebar. silakan
kalau tulisan yang telah dimuat di detikcom, keesokan harinya langsung
di arsipkan di blog, di website atau di posting di milis. jadi jangan
dibalik, apa yang "telah" menjadi arsip di blog, situs atau milis, lalu
dikirimkan ke detikcom.

3. sebagai "kompensasi" atas belum adanya fee bagi rekan2 penulis,
sebenarnya sudah ditawarkan beberapa hal :
--- dimungkinkan menyebutkan nama perusahaan (dan alamat lengkap jika
dikehendaki) dan kompetensi diri untuk menjelaskan identitas penulis.
contoh "Penulis, Mr ABC, adalah penggiat Open Source, dan sehari-hari
menjabat sebagai Direktur pada PT XYZ. Dapat dihubungi melalui e-mail
a...@xyz.com".
--- foto diri akan dipasang pula, apabila memang diinginkan.
--- target jumlah pembaca detikcom lebih dari 40 ribu unique visitors
(IP), dengan asumsi pesimis 1 IP dipakai oleh 5 hingga 10 orang
(warnet, perusahaan, kampus, sekolah, dll). kalau menurut asumsi
optimis APJII, 1 IP sekitar 20 orang. jadi silakan dihitung sendiri,
berapa sebenarnya calon pembaca potensial tulisan/opini rekan2.


lalu tidak menutup kemungkinan, dari detikinet.com sendiri akan mencoba
mencari sponsor souvenir dari para mitra. sehingga dikemudian hari bagi
para penulis, mudah2an akan bisa mendapatkan semacam souvenir.


bagaimana? sudahkah ada yang berminat menulis di media massa, ataukah
memang lebih senang memilih di jalur milis/blog? ya ndak apa2 sih, toh
hidup juga memang pilihan :)

-dbu-

donnybu

unread,
Mar 13, 2005, 8:25:15 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
ya silahkan saja jika teman2 lebih "nyaman" menulis di blog. saya hanya
mencoba mengundang dan menjembatani teman2 yang merasa (dan pernah
mengeluh) bahwa media seolah2 tidak memiliki keberpihakan kepada pihak
lain, atau nara sumbernya hanya itu-itu saja. bahwa rekan2 lebih suka
menulis di blog, ya monggo. yang pasti, gaya penulisan dan beberapa hal
lainnya tentu akan berbeda antara menulis untuk blog "pribadi" dengan
media "massa".

jadi bahwa menulis di media massa lebih ada "tekanan", ya memang.
karena di media massa ada fungsi gatekeeper yang bertanggung-jawab
untuk menyaring apakah suatu tulisan dapat bermanfaat bagi sidang
pembaca / masyarakat umum, atau tidak. jadi tidak sekedar untuk dirinya
sendiri, atau untuk komunitasnya sendiri.

persis seperti saya menulis beberapa artikel untuk suatu media cetak
nasional. beberapa dimuat, dan lebih sering dikembalikan. alasannya
bisa banyak sebab, dari soal orisinalitas, faktualitas, manfaat bagi
masyarakat umum, gaya bahasa, bobot/isi, dsb.

jadi mohon dapat dimaklumi, menulis untuk media massa, apalagi yang
dibaca oleh banyak orang, "tekanan"-nya memang berbeda.

jadi bagi yang tetap ingin berkreasi (dan lebih nyaman) melalui blog,
silakan saja. tetapi bagi yang ingin berkreasi atau setidaknya belajar
berkreasi melalui menulis di media massa, nah saya mencoba
menjembatani.

cuma, mari kita ikuti aturan main sebagaimana media massa secara
umumnya. akan sulit apabila aturan main di blog diterapkan di media
massa, atau demikian pula sebaliknya.

hingga saya mohon nantinya tidak pula menyudutkan teman2 media, bahwa
seakan2 mereka tidak pernah memberikan kesempatan kepada pihak lain
untuk beropini seluas2nya melalui media massa.

lalu soal boleh-tidanya suatu artikel dimuat di media lain (blog,
milis, situs pribadi), saya nyaris lelah mengulang2 hal ini :)

ini saya copy-paste saja deh :


"soal ditampilkan di tempat lain, sebenarnya di e-mail ajakan dari saya
sekitar 1 bulan lalu, sudah dijelaskan panjang lebar. silakan kalau
tulisan yang telah dimuat di detikcom, keesokan harinya langsung di
arsipkan di blog, di website atau di posting di milis. jadi jangan
dibalik, apa yang "telah" menjadi arsip di blog, situs atau milis, lalu
dikirimkan ke detikcom"

tambahan : karena salah satu syarat mutlak pengiriman artikel/opini ke
media massa manapun, adalah masalah faktualitas dan keterkinian. jadi
apa yang benar2 jadi isu menarik dan lagi hangat2nya. nah kalau artikel
tersebut ternyata sudah pernah menjadi arsip di blog, milis atau situs
pribadi, berarti syarat faktualitas dan keterkiniannya kurang
terpenuhi. yang pasti, kalau suatu tulisan sudah pernah dimuat oleh
suatu media massa, maka media massa yang lain pasti menolak tulisan
yang sama.

demikian, mudah2an bermanfaat :)


nb:
segmen pembaca IT detikcom memang beragam, ada yang newbiee dan ada
pula yang "geek". tentunya dengan adanya berbagai pilihan media massa
(online) di Internet, maka siapapun berhak menjadikan media massa
manapun untuk menjadi referensinya sehari-hari :)


demikian, mudah2an bermanfaat.

-dbu-

James Aartsen

unread,
Mar 13, 2005, 8:28:01 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
--- donnybu <don...@gmail.com> wrote:

> bagaimana? sudahkah ada yang berminat menulis di media massa, ataukah
> memang lebih senang memilih di jalur milis/blog? ya ndak apa2 sih, toh
> hidup juga memang pilihan :)
>
> -dbu-

Sebenarnya, kalau memang kita berniat untuk mendidik bangsa sendiri, sangat tepat dengan cara
memanfaatkan media massa. Apakah itu detikinet, kompas, dll. Saya ndak bilang bahwa blog itu
kurang, tapi bagaimanapun juga pembaca blog memiliki segmen tersendiri, techie? Orang awam lebih
cenderung untuk membaca media macam detikinet.

Jadi, ajakan rekan Dony ini menurut saya, sangat tepat sebagai usaha mendidik masyarakat agar
lebih "ngeh" tentang IT. Makanya kenapa kok Roy Suryo bisa sangat populer, ya karena dia lebih
dekat dengan masyarakat umum itu. Mungkin kita gemas dengan opini2 beliau yang mungkin kurang
tepat, tapi selama omongan kita ndak didengar masyarakat luas ... ya too bad ... ndak akan ada
perubahan.

donnybu

unread,
Mar 13, 2005, 8:36:17 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
ralat :

--- "target" jumlah pembaca detikcom lebih dari 40 ribu unique visitors

(IP)........

saya salah ketik, seharusnya bukan "target", melainkan "terdata".

jadi seharusnya tertulis :
--- "terdata" jumlah pembaca detikcom lebih dari 40 ribu unique
visitors (IP) ........

demikian, ralat ini saya sampaikan :)

-dbu-

Frans Thamura

unread,
Mar 13, 2005, 9:47:17 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
Don,

> bagaimana? sudahkah ada yang berminat menulis di media massa, ataukah
> memang lebih senang memilih di jalur milis/blog? ya ndak apa2 sih, toh
> hidup juga memang pilihan :)

contact personnya siapa aja nih kalau mau nulis dimedia masa?

bisa japri kalau gak boleh dimilis.

tertarik nih saya.

kali aja nanti punya mobil dengan plat B 8888 RY :) hehe maklum yang AB
8888 RY sudah ada yang punya

Frans


donnybu

unread,
Mar 13, 2005, 10:35:37 AM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
hehehe... saya suka dengan posting mas baskara ini. karena di bagian
ini sebenarnya saya lebih suka berdiskusi.

dalam menulis suatu berita, tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi.
bahwa ada opini penulis yang "tidak sengaja" masuk, tentu ini tidak
bisa dipungkiri.

dalam pemberitaan manapun, obyektifitas adalah menjadi relatif, ketika
kita berbicara cara penulis berita melihat suatu keadaan,
latar-belakang informasi yang dimilikinya, hingga harapan atas perilaku
sosial yang akan terjadi atas pemberitaannya.

bahkan kalau kapan2 kita sempat berdiskusi tentang kaidah jurnalistik,
bagaimana suatu media massa menempatkan diri, salah satunya bisa
dilihat dari pemilihan judul, nara sumber, kalimat pembuka, hingga
kalimat penutup.

saya akan "bongkar" sedikit dapur detikinet.com. jadi kalau mas bas,
dan rekan2 lainnya, perhatikan baik2. ada beberapa kali penyesuaian
"judul kecil" berkaitan dengan kasus deface antara malaysia vs
indonesia. urutan2nya, kalau tidak salah, adalah sebagai berikut :

1. "Numpang Isu Sengketa Ambalat"
2. "Aksi Ganyang Situs Malaysia
3. "Aksi e-Ganyang Situs RI - Malaysia"

jadi ada 3 "judul kecil" (yang diikuti dengan judul besar/inti) hanya
untuk sebuah kasus yang sekilas tampak sama. mengapa demikian?

mohon maaf, saya akan jelaskan akan sedikit panjang-lebar.

judul 1,
dilatar-belakangi dengan munculnya pertama kali kasus deface situs
malaysia oleh pihak indonesia. waktu itu detikinet belum terlalu yakin
seberapa besar skala serangan tersebut nantinya, apakah aksi deface
tersebut hanya akan terus bersifat sporadis, ataukah akan ada eskalasi.
jadi digunakanlah judul kecil "Numpang Isu Sengketa Ambalat", karena
kita belum tahu lebih detil latar-belakang aksi tersebut.

judul 2,
setelah adanya aksi deface perdana di atas, maka dengan menggunakan
insting jurnalistik, detikinet langsung "terjun" ke beberapa chatroom
underground indonesia. dari sana terpantau sudah mulai ada ajakan2 agar
sesama "cracker" indonesia bersatu, dan menyerang situs2 malaysia.
latar belakangnya adalah memang soal sengketa ambalat. tetapi, jika
detikinet menggunakan "judul kecil" yang pertama tadi, maka "kekuatan"
atau "ruh" dari berita akan terdegradasi. sebab, ada penggunaan kata
"Numpang", yang seolah-olah hanya sekedar tempelan saja. karena gejolak
yang terjadi di chatroom tersebut, bisa dipahami setara dengan gejolak
di beberapa daerah yang terkait dengan pembukaan posko relawan.

jadi, detikinet ingin menyampaikan informasi bahwa apa yang dirasakan
oleh masyarakat di dunia "nyata", terjadi juga dengan mereka yang di
dunia "maya. jadi, "kekuatan" atau "ruh" beritanya kita sejajarkan
dengan perkembangan berita pada desk politik dan peristiwa. untuk itu,
detikinet gunakan judul kecil "Aksi Ganyang Situs Malaysia". pilihan
kata "Ganyang" tersebut pun juga lantaran terdapat pula penyebutan
istilah tersebut (berulang2) di dalam chatroom.


judul 3
setelah detikinet memantau terus chatroom indonesia, kemudian dilakukan
pemantauan langsung juga ke chatroom malaysia. ternyata di chatroom
kedua belah pihak, sudah ada aksi provokasi, aksi adu hasil deface,
dsb. mereka secara frontal bahkan sudah saling tantang. jadi kurang
tepat apabila eskalasi aksi deface yang terjadi sebab utamanya adalah
pemberitaan di media massa. bahwa pemberitaan di media massa ada
pengaruhnya, memang bisa jadi.

tetapi kalau kita mencoba memahami psikologi kelompok, maka perilaku
brutal atau bringas akan lebih terdorong dari motivator2 (provokator2)
di dalam kelompok itu sendiri. jati diri seseorang akan nyaris
tertutupi oleh jati diri kelompok yang lebih dominan (ini menjelaskan,
mengapa orang yang baik2, tiba2 bisa sedemikian sadis menghajar dan
bahkan menghabisi nyawa seorang maling beramai-ramai, atau murid yang
kalau diajak berantem satu-lawan-satu pasti ciut, tetapi begitu
tawuran, nyalinya luar biasa)

nah karena detikinet sudah melihat bahwa kedua belah pihak sudah saling
ancam dan saling serang, maka kita tidak bisa lagi menggunakan "judul
kecil" 2 di atas, karena aksinya bukan lagi satu pihak (ganyang situs
malaysia), tetapi sudah kedua belah pihak. untuk itu kita ubah judulnya
menjadi "Aksi e-Ganyang Situs RI - Malaysia".

kemudian pilihan kata "e-Ganyang" tersebut adalah semacam "pemanis".
ketika semua orang berbicara tentang "e", dan kita semua menerima
idioma e-commerce, e-learning, e-government, dan "e" lainnya, mengapa
juga tidak kita gunakan "e-Ganyang". dengan penggunaan kata yang tidak
lazim, maka di satu sisi akan menyebabkan orang menjadi penasaran, dan
judul tersebut menjadi lebih "unik" untuk mencari perhatian.


nah, setelah berita2 berlanjut... tentu kita pantau terus kondisi
chatroom dan laporan2 kondisi server di indonesia. kemudian kita
melihat, sudah mulai ada 1-2 posting di chatroom yang intinya bersifat
profokatif tidak lagi sekedar terkait dengan isu ambalat saja, tetapi
sudah mulai adu jago dan adu pamer hasil deface mereka di media.

apakah dengan demikian detikinet langsung menstop pemberitaan? itu
tentu bukan pilihan yang bijak. pada posisi demikianlah maka detikinet
menentukan posisinya. detikinet sebagai media massa, tetap melakukan
pemberitaan secara faktual dan konsisten. tetapi sebagai sebuah fungsi
kontrol sosial, detikinet harus bersikap.

bagaimana dan seperti apa sikap yang diambil oleh detikinet? silakan
rekan2 baca baik2 setiap kalimat atau paragraf penutup di beberapa
berita terakhir yang terkait dengan aksi saling deface.


jadi, saya tidak akan membantah jika ada pendapat bahwa detikinet
seolah2 hanya mengejar "berita yang itu2 saja". ya memang, karena
sebagai sebuah media online, detikinet selain "breaking news" (saat itu
juga), juga "running news" (berkelanjutan).

tetapi saya akan siap beradu argumen, jika ada yang berpendapat bahwa
"berita yang itu2 saja" dilakukan tanpa pertimbangan yang masak, tanpa
alasan yang jelas, atau cuma sekedar mengejar setoran (tidak ada stok
berita) :)


saya bersedia share lebih banyak ke rekan. tetapi tidak setiap waktu
saya bisa membongkar isi dapur dan kebijakan pemberitaan di detikinet,
seperti yang saya sampaikan saat ini. bukan karena pelit informasi,
tetapi waktu untuk saya melakukan hal ini juga tidak terlalu banyak


nb:
saya ada usulan, kalau memang rekan2 setuju, mengapa tidak
sekali-sekali kita bikin diskusi face-to-face? bisa dengan berkunjung
ke detikcom, melihat proses kerja pemberitaan, lalu ditutup dengan
diskusi banyak hal. saya siap jadi guide-nya :)


mudah2an bermanfaat.


-dbu-

Ben

unread,
Mar 13, 2005, 12:38:24 PM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sun, 13 Mar 2005 07:35:37 -0800, donnybu <don...@gmail.com> wrote:
> saya bersedia share lebih banyak ke rekan. tetapi tidak setiap waktu
> saya bisa membongkar isi dapur dan kebijakan pemberitaan di detikinet,
> seperti yang saya sampaikan saat ini. bukan karena pelit informasi,
> tetapi waktu untuk saya melakukan hal ini juga tidak terlalu banyak
>
> nb:
> saya ada usulan, kalau memang rekan2 setuju, mengapa tidak
> sekali-sekali kita bikin diskusi face-to-face? bisa dengan berkunjung
> ke detikcom, melihat proses kerja pemberitaan, lalu ditutup dengan
> diskusi banyak hal. saya siap jadi guide-nya :)
>
> mudah2an bermanfaat.
>

Sebuah keterbukaan yang menarik dari pihak detikcom. Jarang-jarang ada
media yang mau memberikan keterangan terbuka seperti ini. Bagus Pak
Donny! Semoga semua rekan-rekan di detikcom bisa seterbuka Pak Donny
dalam berdiskusi tentang segala sesuatu yang menyangkut detikcom. :)

Mungkin detikcom perlu membuka rubrik baru: blog.detik.com yang isinya
seperti begini. Daripada pas dipasang di halaman index hanya berjudul
"Kabar dari Pondok Indah", dsb... :)

--
Ben
http://bennychandra.com/2005/03/10/tidak-menikmati-steak-lemak-di-black-angus/

Priyadi Iman Nurcahyo

unread,
Mar 13, 2005, 1:23:16 PM3/13/05
to tekno...@googlegroups.com
On Sunday 13 March 2005 22:35, donnybu wrote:

> nah, setelah berita2 berlanjut... tentu kita pantau terus kondisi
> chatroom dan laporan2 kondisi server di indonesia. kemudian kita
> melihat, sudah mulai ada 1-2 posting di chatroom yang intinya bersifat
> profokatif tidak lagi sekedar terkait dengan isu ambalat saja, tetapi
> sudah mulai adu jago dan adu pamer hasil deface mereka di media.
>
> apakah dengan demikian detikinet langsung menstop pemberitaan? itu
> tentu bukan pilihan yang bijak. pada posisi demikianlah maka detikinet
> menentukan posisinya. detikinet sebagai media massa, tetap melakukan
> pemberitaan secara faktual dan konsisten. tetapi sebagai sebuah fungsi
> kontrol sosial, detikinet harus bersikap.
>
> bagaimana dan seperti apa sikap yang diambil oleh detikinet? silakan
> rekan2 baca baik2 setiap kalimat atau paragraf penutup di beberapa
> berita terakhir yang terkait dengan aksi saling deface.
>
> jadi, saya tidak akan membantah jika ada pendapat bahwa detikinet
> seolah2 hanya mengejar "berita yang itu2 saja". ya memang, karena
> sebagai sebuah media online, detikinet selain "breaking news" (saat itu
> juga), juga "running news" (berkelanjutan).

ok, pertama2 saya minta maaf kepada mas donnybu atas reaksi saya sebelumnya.
untuk hal ini sepertinya kita selalu berseberangan pendapat, masih ingat dulu
saya pernah mencoba menulis ulang sebuah artikel di detik? :)

pendapat saya masih sama. detikinet terlalu mendekatkan diri ke dunia
underground dibandingkan ke sisi lainnya. ciri artikel detik tentang deface
tetap sama seperti dulu: mencantumkan identitas/nickname oknum, kata-kata
hasil deface, dan terkadang bahkan screenshot. hal ini menurut saya sudah
cukup untuk menjadi 'bahan bakar' untuk para oknum tersebut. mereka sudah
melakukan tindak kriminal dan menurut saya tidak akan peduli terhadap
editorial yang ditaruh di bawah artikel.

menurut saya sebenarnya sudah cukup informasi bahwa situs ini dicrack, situs
itu dicrack dan tentunya tidak perlu sampai ada 1/2 lusin berita tentang
deface dalam 1 hari. gimana kalau dibahas juga liputan dari sisi lainnya,
yaitu dari pihak yang mengalami kerugian. selain itu bisa bahas juga dari
sisi teknisnya juga misalnya dari servis mana cracker bisa menyusup, jangan
cuma dibahas dari sisi intriknya saja. ini kan detikinet, bukan detikhot :)

intinya mungkin seperti yang saya katakan sebelumnya, masyarakat melihat
aktivitas crack mengcrack sebagai sesuatu yang 'wah', 'hebat', 'patut
dibanggakan', 'patriotik', 'nasionalis', dll dsb. menurut saya (dan mudah2an
sebagian besar di sini juga) cracking adalah hanyalah tindak kriminal biasa,
bedanya hanya menggunakan media internet. sekarang tinggal bagaimana reaksi
media massa dengan detik salah satunya menyikapi kondisi demikian.

sebenarnya kalau mau kita lihat, bentuk 'perang cyber' bukan cuma crack
mengcrack. di blog juga sangat ramai, kita bisa dengan mudah cari opini dari
pihak kita atau seberang, di pihak kita bisa lihat homepage dudi gurnadi,
sedangkan untuk pihak malaysia misalnya di http://www.jeffooi.com/. detikinet
saat ini bahkan belum memuat himbauan dari pak budi rahardjo. saat ini pun
saya sibuk memoderasi komentar-komentar tentang yang masuk ke blog saya,
dalam satu jam bisa ada 5-10 komentar tentang ambalat, tapi hampir semuanya
memang cuma 'sumpah serapah' dari kedua belah pihak. coba sekali-kali search
technorati atau bloglines dengan keyword 'ambalat'. saya yakin di sana lebih
banyak yang menarik daripada cuma sekedar crack mengcrack.

kalau detik gak setuju, saya akan coba ikut saran rekan2 yang lain, diamkan
saja, jangan dibaca... jadi ini masukan saya yang terakhir untuk hal ini.

mengenai artikel untuk detik? terus terang niat ke sana sudah ada, hanya saja
saya belakangan ini ngeblog sudah menjadi refleks :) kadang-kadang artikel
yang saya rencanakan untuk dikirim ke detik terpublish. tapi tunggu aja,
suatu saat pasti ada. mudah2an kritik saya gak menjadi penghalang artikel
saya untuk masuk detik :)

sekali lagi mohon maaf kalau ada kata2 saya yang menyinggung...

Priyadi Iman Nurcahyo

unread,
Mar 13, 2005, 1:25:49 PM3/13/05