Kembali ke judul yang berupa pertanyaan, "Darimana Asal Lingua
Franca?". Saya cerita sedikit, saat ini saya sedang membaca dua buku.
Buku pertama adalah novel, Life of Pi, Yann Martel, penulis asal
Kanada. Buku kedua adalah Lecture Notes on Cryptrography, Shafi
Goldwasser dan Mihir Bellare. Keduanya buku ber-bahasa Inggris, bukan
buku terjemahan. Walau buku pertama, Life of Pi tersedia juga versi
terjemahan bahasa Indonesia-nya, saya beruntung dapat pinjaman buku
aslinya :). Kalau buku kedua, saya download dari situs MIT
(http://ocw.mit.edu) kemudian saya print.
Saya yang termasuk malas untuk belajar bahasa asing. Pendek kata, saya
berteori saya akan bisa bahasa asing dengan baik (misal Jerman, Rusia,
Jepang, dll) apabila saya hidup di kota dimana bahasa itu digunakan dan
bergaul bukan dengan orang Indonesia. Setelah hampir 5 tahun tinggal di
Bandung, ternyata saya belum bisa berbahasa Sunda, gara-gara tidak
bergaul dengan orang Sunda :D.
Kemudian saya jadi bertanya-tanya, darimana bahasa Lingua Franca
berasal? Apalagi di zaman The World is Flat-nya Thomas Friedman,
ataupun kemudian kita imbangi dengan teori Creative Class-nya Thomas
Florida. Saya melihat perlu ada suatu protokol, bahasa pengantar,
Lingua Franca, yang sama. Karena jika tidak, bagaimana cara mereka yang
berbahasa yang berbeda dapat berkomunikasi? Apakah menggunakan bahasa
tubuh atau bahasa simbol?
Secara de facto, saat ini bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa
Lingua Franca. Penelitian-penelitian kelas dunia, akan ditulis dalam
bahasa Inggris. Bahkan website-website institusi pendidikan pun
menggunakan bilingual, yang salah satunya adalah bahasa Inggris.
Bayangkan apabila saya membuka situs Keio Univ di Jepang, yang tidak
terdapat bahasa Inggrisnya. Wah, saya pasti akan capek kebingungan
belajar bahasa Jepang dulu sebelum belajar topik yang saya sukai. Lain
cerita kalau saya membuka situs Stanford, MIT, Caltech, Waterloo,
Manitoba, yang memang berbahasa Inggris.
Saya beri contoh yang sedikit nyata agar mudah dimengerti. Katakanlah,
misanya saya bisa memecahkan algoritma MD5. Lalu untuk membuktikan saya
bisa memecahkan algoritma ini berarti saya harus meyakinkan orang lain,
atau si Ron Rivest sang penemu algoritma MD5 ini. Ternyata yang
penasaran dengan algoritma MD5 ini bukan cuma saya saja. Ternyata ada
juga orang India, dan orang Jepang yang penasaran untuk memecahkan
algoritma ini. Berarti mereka semua harus belajar Bahasa Inggris juga
dong sebagai bahasa de facto Lingua Franca zaman sekarang?
Lalu sejak kapan Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa Lingua Franca?
Mengapa bahasa ini mampu menjadi bahasa pengantar? Apakah karena sifat
adidaya Amerika? Atau karena mereka memang unggul di segala bidang:
sains, teknologi, sastra, budaya, dll?
Dahulu Bahasa Yunani pernah jaya, dengan menjadi bahasa Lingua Franca.
Seperti buku Newton yang berjudul Principia ...... (lupa persisnya)
yang ditulis dengan bahasa latin. Akankah bahasa Inggris akan
tergantikan sebagai bahasa Lingua Franca?
Sekian dan terimakasih
Zaki Akhmad
Kalo saya gak salah,berdasarkan konsensus(?) sebelum PD II (?) justru
bahasa prancis yg digunakan untuk bahasa internasional.... CMIIW
> Lalu sejak kapan Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa Lingua Franca?
Setelah PD I atau II...CMIIW
> Mengapa bahasa ini mampu menjadi bahasa pengantar? Apakah karena sifat
> adidaya Amerika? Atau karena mereka memang unggul di segala bidang:
> sains, teknologi, sastra, budaya, dll?
Alasan yang sangat realistis IMO.
Tambahan.
Pertama,
Makanya ada pilihan bahasa Inggris: Bahasa inggris inggris atau
american inggris.
Kalo terbiasa denger american english,denger real inggris-inggris
seperti
"Mind The Gap" di kereta api gitu rasanya aneh...CMIIW
Kedua,
Aksen Bahasa Inggris yang mana yang bener ? apakah model inggris di
england atau aksen inggris amerika ? soale aksenya orang inggris di
tiap region di UK juga beda beda ..ada aksen england,wales,aksen
'liverpool',scottish sama irish...
Aksen american inggris juga berbeda tiap regionnya walaupun tidak '
separah' inggris-inggris perbedaanya.
Btw,kalau aksen,yang bener berdasar konsensus sepertinya aksen
english-american yang pelan dan jelas. CMIIW too.
Carlos
Ini biasanya tipikal pendapat org yg sudah terbiasa dengar American
English. Apalagi yg demen nonton film Hollywood dan American TV shows.
Saya berani taruhan anak2 muda di Indonesia (bahkan di negara2 lain yg
English bukan first language) bahasa Inggrisnya kebanyakan punya aksen
American.
Saya sendiri paling sreg dengar "BBC" English version of the British
English. Aksen saya sendiri skrg jadi campur Canadian dan Australian.
Native English speaker sih ngerti walaupun kita pake aksen yg mana aja
(seperti halnya kita ngerti Bahasa Indonesia dg aksen Betawi, Tegal,
Jawa, Batak, Madura, dsb). Rasanya prof2 di fakultas saya juga udah
mulai ngerti English dg aksen India dan China. Hehehe.
Soal aksen mana yg paling sreg itu mirip lah seperti orang yg pertama
kenal komputer pake Mac disuruh pake Windows atau vice versa. Semuanya
cenderung subjektif, tergantung kesan pertama dan "dibesarkan" di
lingkungan mana.
English jadi Lingua Franca secara de facto aja, dr pengamatan saya
karena udah banyak materi yg ada dalam English ya jadinya org yg mau
jangkauan lebih luas terpaksa mempublikasi materi dalam English juga.
Titik awalnya kapan (atau karena event apa) mulai jadi de facto saya
kurang tau.
Ronny
Btw,British english itu lebih spesifik lagi adalah aksen English di
England,bukan UK keseluruhan.Secara pribadi saya juga sreg dengan aksen
inggris-england yang dipakai ratu elizabeth.Ternyata banyak orang yang
coba mempelajari aksen ini maklum konon aksenya para kaum ningrat :)
Sebenarnya pernah nanya ke profesor disini yg spesialis di masalah
aksen,menurut dia yang bener adalah "internasional english" yg pelan
dan jelas,yang ya katanya memang mirip2 american english. Gak tahu deh
apakah dia bias atau tidak.
> Native English speaker sih ngerti walaupun kita pake aksen yg mana aja
> (seperti halnya kita ngerti Bahasa Indonesia dg aksen Betawi, Tegal,
> Jawa, Batak, Madura, dsb). Rasanya prof2 di fakultas saya juga udah
> mulai ngerti English dg aksen India dan China. Hehehe.
Buat orang Asia,dengerin India-english,chineese-english dan mengerti
SINGlish
memang gampang tapi belum tentu untuk orang non-asia.Sama juga lebih
gampang dengerin English-British aksen dibanding English-irish aksen
contohnya.
>
> Soal aksen mana yg paling sreg itu mirip lah seperti orang yg pertama
> kenal komputer pake Mac disuruh pake Windows atau vice versa. Semuanya
> cenderung subjektif, tergantung kesan pertama dan "dibesarkan" di
> lingkungan mana.
>
> English jadi Lingua Franca secara de facto aja, dr pengamatan saya
> karena udah banyak materi yg ada dalam English ya jadinya org yg mau
> jangkauan lebih luas terpaksa mempublikasi materi dalam English juga.
> Titik awalnya kapan (atau karena event apa) mulai jadi de facto saya
> kurang tau.
De Fakto ini mungkin karena faktor sejarah dan kombinasi yang Zaki
sebutkan yach.
Kalau pertanyaan ini ditanyakan tahun 1300,mungkin jawabanya adalah
Bahasa Arab dan Sanskrit,karena jaman sebegitu Arab/Muslim yang paling
maju di kota Baghdad sebelum diruntuhkan Genghis Khan.
Untuk periode 1500-1800 mungkin spanish,english dan prancis sama
kuatnya.Nah dimasa2 1800-PD II setahu saya untuk bahasa resmi antar
negara kolonial dan dipakai di forum internasional adalah bahasa
prancis.CMIIW.
Carlos
lingua franca adalah bahasa penjajah, atau bahasa yang dipilih oleh
penjajah untuk digunakan, atau bahasa yang dipilih oleh yang dijajah,
sebagai bahasa penghubung.
jadi, lingua franca selalu terkait penjajahan, entah penjajahan dalam
arti sesungguhnya, atau dalam arti yang lebih manusiawi.
ada yang berpendapat bahwa, lingua franca adalah bahasa perdagangan,
bahasa diplomatik. kenyataannya, unsur perdangangan dan diplomatik itu
sendiri tidak cukup untuk menjadi lingua franca.
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
--
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)
Ada laptop gratis dari situs Kanada,
Promosi produk Acer dari situs Canadian Business ini akan membagi
notebook Acer dengan gratis.
Caranya:
1. Daftarkan Diri anda (GRATIS) dengan mengklik:
http://notebook.GustoNetwork.com/index.php?mid=428729
Lalu klik register. setelah selesai register (login dengan user dan
pasw yang baru saja anda buat) anda diberi referrals dengan mengklik
No Thanks. Just continue to notebook.GustoNetwork.com
2. selanjutnya klik menu referrals (dibagian atas web yang sudah anda
register),
lalu klik juga link sponsor search engine dan klik link kembali ke
GustoNetwork maka Anda akan melihat URL atau link REFERAL anda seperti
punya saya diatas.
3. Informasikan kepada teman-teman anda mengenai produk notebook Acer
ini, cukup 18 orang yang mendaftar dari referrals anda.
4. Setelah 18 orang mendaftar melalui referrals anda, tinggal Order
Notebook Acer Travelmate, IP4 2,8 GHz)Langsung dikirim ke alamat rumah
anda.
Selamat mencoba,
http://notebook.GustoNetwork.com/index.php?mid=428729
Seandainya anda tidak tertarik dengan program ini TOLONG anda daftar
saja melalui link diatas.
Dan anda hanya mengisi form yang muncul dengan lengkap, kemudian
lupakanlah program ini
Kalau anda melakukan hal itu saya sangat berterima kasih kepada anda.
salam,
Please sing in :
Kalau Bahasa Indonesia -- sebagai lingua franca di negara kita -- yang
diambil dari melayu di Riau, apakah masih membawa unsur penjajah atau
yang dijajah?
--
amal
Kayaknya konteksnya bukan kesitu deh Mas. Yang saya tangkap dari
pernyataan itu adalah, lingua franca yang diakui sekarang inilah yang
merupakan warisan penjajah. CMIIW.
--
Oskar Syahbana
http://www.permagnus.com/
http://blog.permagnus.com/
dari namanya saja sudah 'Bahasa Indonesia' :-)
masih ingat Charles Adriaan van Ophuijsen?
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/19/pustaka/262312.htm
kalau ada yang kenal dengan timor timur, itu bisa jadi 'miniatur' apa yang
terjadi dalam sejarah Bahasa Indonesia. Orang-orang portugis di sana
'menganjurkan' (baca: memaksa) penggunaan Bahasa Tetum (dibaca: tetung,
kata yang diakhiri huruf 'n' atau 'm' dibaca 'ng', sebaliknya, kata yang
diakhiri 'ng' dibaca 'n', seperti pusing jadi pusin :-) lingua franca
kedua setelah Bahasa Tetum, tentu saja bahasa portugis yang dipakai oleh
kalangan ningrat (bahasa belanda juga dikuasai oleh kalangan ningrat, di
jawa misalnya). Penggunaan Bahasa Tetum dikarenakan di Timor Timur
hampir setiap kecamatan memiliki bahasa sendiri-sendiri. Bahasa Tetum
ini juga digunakan oleh orang-orang di kota Atambua (NTT).
lingua franca jaman sebelum jaman siti nurbaya, menggunakan bahasa latin
(kekaisaran roma) dan juga bahasa yunani (ini juga berkat kekaisaran
roma) yang jelas penjajah. pengaruhnya bisa dirasakan dalam
bahasa-bahasa di daratan eropa non skandinavia (huruf/tulisan, bukan
lafal).
sekarang bandingkan dengan pan-islam (turki) yang pernah meluruk sampai
spanyol (mesjid kordoba), itu tidak bisa disebut sebagai 'imperialisme',
that's why tdk ada lingua franca yang 'baru'. mudah-mudahan point saya
bisa ditangkap.
itu karena 'mereka' cenderung membalikkan 'fakta', jadi tidak heran
sampai ada tulisan: The World is Flat :-))
tobaaat!!! masih aja ada yang percaya.
Btw,British english itu lebih spesifik lagi adalah aksen English di
England,bukan UK keseluruhan.Secara pribadi saya juga sreg dengan aksen
inggris-england yang dipakai ratu elizabeth.Ternyata banyak orang yang
coba mempelajari aksen ini maklum konon aksenya para kaum ningrat :)
aksen,menurut dia yang bener adalah "internasional english" yg pelan
dan jelas,yang ya katanya memang mirip2 american english. Gak tahu deh
apakah dia bias atau tidak.
De Fakto ini mungkin karena faktor sejarah dan kombinasi yang Zaki
sebutkan yach.
Kalau pertanyaan ini ditanyakan tahun 1300,mungkin jawabanya adalah
Bahasa Arab dan Sanskrit,karena jaman sebegitu Arab/Muslim yang paling
maju di kota Baghdad sebelum diruntuhkan Genghis Khan.
On Mon, Dec 12, 2005 at 12:05:43AM +0700, Oskar Syahbana wrote:
> Kayaknya konteksnya bukan kesitu deh Mas. Yang saya tangkap dari
> pernyataan itu adalah, lingua franca yang diakui sekarang inilah yang
> merupakan warisan penjajah. CMIIW.
dari namanya saja sudah 'Bahasa Indonesia' :-)
masih ingat Charles Adriaan van Ophuijsen?
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/19/pustaka/262312.htm
kedua setelah Bahasa Tetum, tentu saja bahasa portugis yang dipakai oleh
kalangan ningrat (bahasa belanda juga dikuasai oleh kalangan ningrat, di
jawa misalnya). Penggunaan Bahasa Tetum dikarenakan di Timor Timur
hampir setiap kecamatan memiliki bahasa sendiri-sendiri. Bahasa Tetum
ini juga digunakan oleh orang-orang di kota Atambua (NTT).
lingua franca jaman sebelum jaman siti nurbaya, menggunakan bahasa latin
(kekaisaran roma) dan juga bahasa yunani (ini juga berkat kekaisaran
roma) yang jelas penjajah. pengaruhnya bisa dirasakan dalam
bahasa-bahasa di daratan eropa non skandinavia (huruf/tulisan, bukan
lafal).
spanyol (mesjid kordoba), itu tidak bisa disebut sebagai 'imperialisme',
that's why tdk ada lingua franca yang 'baru'. mudah-mudahan point saya
bisa ditangkap.
dan sekarang... seperempat (atau sepertiga?) penduduk dunia bisa
berbahasa Mandarin. he he he.
CMIIW tetapi sampai sesaat sebelum Perang Dunia, dalam dunia ilmiah
(terutama fisika) yang luas digunakan adalah bahasa Jerman.
Jurnal-jurnal bergengsi, termasuk yang memuat paper Einstein,
menggunakan bahasa Jerman.
--
Ariya Hidayat, http://ariya.blogspot.com
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayat&btnI
On Mon, Dec 12, 2005 at 12:05:43AM +0700, Oskar Syahbana wrote:
> Kayaknya konteksnya bukan kesitu deh Mas. Yang saya tangkap dari
> pernyataan itu adalah, lingua franca yang diakui sekarang inilah yang
> merupakan warisan penjajah. CMIIW.
dari namanya saja sudah 'Bahasa Indonesia' :-)
----- Original Message -----From: Made WiryanaSent: Monday, December 12, 2005 3:30 PMSubject: [teknologia] Re: Darimana Asal Lingua Franca?On 12/12/05, adi <a...@postpi.com> wrote:
On Mon, Dec 12, 2005 at 12:05:43AM +0700, Oskar Syahbana wrote:
> Kayaknya konteksnya bukan kesitu deh Mas. Yang saya tangkap dari
> pernyataan itu adalah, lingua franca yang diakui sekarang inilah yang
> merupakan warisan penjajah. CMIIW.
dari namanya saja sudah 'Bahasa Indonesia' :-)
masih ingat Charles Adriaan van Ophuijsen?
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/19/pustaka/262312.htm
kedua setelah Bahasa Tetum, tentu saja bahasa portugis yang dipakai oleh
kalangan ningrat (bahasa belanda juga dikuasai oleh kalangan ningrat, di
jawa misalnya). Penggunaan Bahasa Tetum dikarenakan di Timor Timur
hampir setiap kecamatan memiliki bahasa sendiri-sendiri. Bahasa Tetum
ini juga digunakan oleh orang-orang di kota Atambua (NTT).
Denger-denger sekarang di Timor Timur, orang lebih menyukai tetap berbahasa Indonesia karena mudah mempelajarinya, ketimbang belajar bahasa Tetun atau bahasa Portugis.
Waktu jamanya orang Eropah masih belum pinter-pinter,ahli/ilmuwan
Eropah di awal kebangkitan Eropah pada jaman dark ages(?) belajar
banyak dari tulisan Arab karena peradaban Islam/Arab adalah yang paling
maju dan kota Baghdad sebagai pusatnya.
Mulai dari ilmu filsafat,agama,navigasi bintang,fisika,matematika,kimia
dan ilmu kedokteran/bedah asalnya dari sana.
Jadi jaman segitu,orang Eropah kudu wajib belajar bahasa Arab supaya
bangsanya jadi maju :)
Carlos
Untuk abad 21,gara2 "equal distribution of talented people" sepakat
harus pelajari bahasa mandarin dan bahasa jepung.
Mempelajari Bahasa Eropah non-English mungkin bukan top prioritas lagi
dibanding mandarin dan jepun :)
Sambil batuk: Abad 21 adalah Abad Asia :P
Carlos
> > Bahasa Jerman dipengaruhi bahasa latin dan sanksrit
>
> dan sekarang... seperempat (atau sepertiga?) penduduk dunia bisa
> berbahasa Mandarin. he he he.
Untuk abad 21,gara2 "equal distribution of talented people" sepakat
harus pelajari bahasa mandarin dan bahasa jepung.
Mempelajari Bahasa Eropah non-English mungkin bukan top prioritas lagi
dibanding mandarin dan jepun :)
kemungkinan besar, karena 'malas'. btw, bahasa indonesia di sana,
setidaknya kan untuk menerapkan bahasa X menjadi bahasa penghubung,
harus ada enforcement dulu ... (lingua franca adalah bahasa akibat
penjajahan).
barangkali ada yang berpendapat bahwa itu adalah bahasa penjajah :-))
> Lingua franca masa kini UUD dan KGB , he he he he
opo kuwi Pak? :-)
pertanyaan on-topic thd komentar thd pertanyaan out-of-topic :-)
Bener koq kata Pak Made.Dan bukan hanya China,tapi lagi-lagi Indiaaa :)
Nah sekarang BMW pun sekarang buka manufacturing plant di Chennai.
http://www.indiainfoline.com/news/news.asp?dat=71583
Setelah Bangalore jadi Silicon Valley-nya India,Chennai-pun
dipromosikan jadi Detroitnya India :)
Semua negara -- seperti The Economist bilang -- tiba2 mau jadi good
pren dan berbulan madu dengan India.
Carlos
Sekarang saya baru mengerti filosofi-nya belajar sejarah. Kalau zaman
dahulu waktu SMA, sejarah bagi saya adalah pelajaran yang menakutkan
karena diharuskan menghafal begitu banyak fakta dan tanggal-tanggal.
Mengapa belajar sejarah penting? Karena kita bisa belajar dari
kesalahan yang telah lalu.
(Perdebatan mengenai benar/tidaknya sejarah tidak dibuka di topik ini
ya. Soalnya ada kutipan begini nih: "Tuhan tidak bisa mengubah sejarah
tapi Manusia bisa mengubah sejarah).
Mengenai pergantian Lingua Franca, menurut saya seolah memang sudah
di-skenario-kan terjadi pergiliran. Masalah giliran siapa (bahasa apa
yang menjadi Lingua Franca), berapa lama, dan bagaimana caranya menjadi
Lingua Franca, bisa jadi perdebatan yang panjang lagi deh.
Sejarah adalah salah satu bidang yang menarik buat saya, selain kimia
dan matematik. Membaca buku pelajaran sejarah itu serasa membaca buku
cerita fiksi atau komik-tak-bergambar. Apalagi kalau ditambah Asterix,
hingga Rurounin Kenshin (Samurai X). :-)
Menghafal? Itu perlu untuk melatih konsentrasi.
> Lingua franca masa kini UUD dan KGB , he he he he
opo kuwi Pak? :-)
> Mungkin ini bagi kita yg sering melihat ke negara berbahasa Inggris (misal
> USA), lha orang China dan Jepang aja masih hot belajar bahasa Eropa non
> English. Karena mereka melihat peluang di sana.
Bener koq kata Pak Made.Dan bukan hanya China,tapi lagi-lagi Indiaaa :)
Nah sekarang BMW pun sekarang buka manufacturing plant di Chennai.
http://www.indiainfoline.com/news/news.asp?dat=71583
Setelah Bangalore jadi Silicon Valley-nya India,Chennai-pun
dipromosikan jadi Detroitnya India :)
Kenyataan yang benar tapi menyakitkan.Di negeri yang purchasing power
rata2 penduduknya sangat kecil,tetap saja Jakarta masih merupakah salah
satu kota di dunia dengan kepadatan mobil mewah terpadat di dunia
(berdasarkan statistik 'somewhere').
Selain swadeshi,penyakit excessive-konsumerisme di sebagian kalangan
Indonesia yang mampu mungkin setara dengan permasalahan konsumerisme di
negara Paman Sam.Sementara,kebanyakan orang India nyaris tidak mengenal
konsumerisme,sekalipun untuk kalangan yang mampu.Kesusahan dari kondisi
alam dan kompetisi tidak membuat mereka patah semangat dan loyo, justru
alasan untuk kerja keras dan bermotivasi tinggi.
Jadi,secara spritual,ini yang mereka miliki:
Swadeshi,anti-konsumerisme,motivasi tinggi dan kerja keras.
Carlos
> Jadi... Indonesia adalah pasar yang empuk, bagi persh yang ingin mendekatkan
> diri dengan pasar Indonesia maka, dekat-dekatlah dengan lokasi Indonesia.
> Ndak heran khan India atau China yang dipilih.
Kenyataan yang benar tapi menyakitkan.Di negeri yang purchasing power
rata2 penduduknya sangat kecil,tetap saja Jakarta masih merupakah salah
satu kota di dunia dengan kepadatan mobil mewah terpadat di dunia
(berdasarkan statistik 'somewhere').
negara Paman Sam.Sementara,kebanyakan orang India nyaris tidak mengenal
konsumerisme,sekalipun untuk kalangan yang mampu.Kesusahan dari kondisi
alam dan kompetisi tidak membuat mereka patah semangat dan loyo, justru
alasan untuk kerja keras dan bermotivasi tinggi.
Jadi,secara spritual,ini yang mereka miliki:
Swadeshi,anti-konsumerisme,motivasi tinggi dan kerja keras.
Carlos
>Selain swadeshi,penyakit excessive-konsumerisme di sebagian kalangan
>Indonesia yang mampu mungkin setara dengan permasalahan konsumerisme di
>negara Paman Sam.Sementara,kebanyakan orang India nyaris tidak mengenal
>konsumerisme,sekalipun untuk kalangan yang mampu.Kesusahan dari kondisi
>alam dan kompetisi tidak membuat mereka patah semangat dan loyo, justru
>alasan untuk kerja keras dan bermotivasi tinggi.
>
>Jadi,secara spritual,ini yang mereka miliki:
>Swadeshi,anti-konsumerisme,motivasi tinggi dan kerja keras.
>
>
>
Ya memang menyakitkan,
banyak dari murid saya yang bangga dan merasa 'beruntung' dapat nilai
bagus meskipun sebenarnya dia tidak memahami ilmu nya.
Soal ujian jawabannya benar, ternyata hasil mencontek dari teman-teman,
kemudian dirangkum atau ditulis ulang.
Nilai bagus lebih penting dari memahami pelajaran.
Dan yang lebih menyakitkan, saya dulu waktu kuliah juga begitu :-(.
---
Aris
Untuk a) market terbesarnya dimana ; memang hampir tidak ada hubungan
dengan
b) developmentnya dimana.
Contohnya,semua persh IT berlomba2 punya R&D IT di China,India dan
Irlandia(Google untuk contoh di Ireland) padahal market terbesar produk
persh2 tersebut tidaklah berada di negara tersebut.Yang mereka cari
memang,siapa yang bisa get the project done , dan dimana ? (BBR sudah
mengingatkan ini beberapa kali).
Masalah ini bisa dilihat dari dua pendekatan:
~Pertama,Kalau saya tidak salah,ada beberapa peraturan seperti di UK
yang pemthnya bisa memaksakan untuk vendor bisa menjual produknya
secara massive,mereka harus punya R&D disana.Pemerintah Indonesia
--jika mau dan aware-- sebenarnya bisa mengadakan pendekatan atau
peraturan yang sama untuk meminta agar vendor investasi R&D atau
pendidikan di Indonesia.
~Kedua,sebenarnya vendor gak perduli invest R&D dimana2,termasuk di
Indonesia --lha IT labour Indonesia masih terbilang 'dirt cheap' koq--.
Masalahnya,mereka gak tahu apakah ada SDM atau persh yang kompeten
mengerjakan R&D tersebut (keyword R&D disini bisa didefinisikan dari
very small scale projek yg isinya 2 orang sampai large scale seperti di
India).Kenapa mereka gak tahu ?
a) karena orang2 Indonesia memang jarang ada di MNC (baik dari sisi
engineering dan eksekutif) sehingga tidak bisa mempengaruhi kebijakan
perushaan
b )Tidak tahu harus menghubungi siapa untuk development produk tsb di
Indonesia.
(dengan asumsi,SDM Indonesia mampu mengerjakan proyek2 software untuk
mobile application,yang nyatanya YA mampu).
Solusi Masalah
a) harus dijawab secara jangka panjang oleh msg2 individu, sementara
masalah
b) ini bisa disediakan jika ada semacam entity yang bisa inventarisi
dan memajukan industri software.Kalau saya lihat di negara lain,ini
bisa berbentuk Asosiasi Perushaan Software (agak batuk2) atau Komite
yang dibentuk pemerintah.
Hal b) ini saya baca dari Flight Capital ; disitu diberikan dengan
cukup komprehensif kebijakan jangka panjang dan jangka pendek dari
semua segi(baik pendidikan,kultur dan ekonomi) bagaimana negara2
Irlandia,India,China,Singapura,Taiwan dan Israel memajukan negaranya
melalui sektor hitech.
Di Vietnam dan Irlandial,fungsi dari Asosiasi Software ternyata cukup
handal untuk memberikan kontribusi positif dan show the world 'what
kind of job they could get it done'.Dengan catatan: gerakan industri
tersebut mendapatkan ritme dan respond yang **seiring** dari
pemerintahnya dalam menentukan kebijakan.
Carlos
Di Vietnam dan Irlandial,fungsi dari Asosiasi Software ternyata cukup
handal untuk memberikan kontribusi positif dan show the world 'what
kind of job they could get it done'.Dengan catatan: gerakan industri
tersebut mendapatkan ritme dan respond yang **seiring** dari
pemerintahnya dalam menentukan kebijakan.
Hihihi Sepakat 49% :) persepsi yang salah mah kudu dirubah dengan
"force" atau unjuk kekuatan kalau kita yang sebagian kecil ini mampu.
Realnya begini lho,untuk bisa merubah keadaan,0.1% dari citizen harus
berprestasi world-class dan menunjukkan kalau mereka can do the
job.Nanti 0.1%-ini memberi contoh dan iklim positif (misalnya memberi
pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan) ke the next 10%
higher-society.Dan seterusnya,sehingga grassroot perubahan yang
diberikan 0.1% citizenya-nya,bisa merubah the 'the rest of society'
Contoh realnya,sampai 5 tahun yang lalu,gak ada yang kebayang kalo R&D
jobs bisa dilakukan di India apalagi di Vietnam,tapi tahun 2005 koq
bisa ya ? Pernah kebayang sekarang Intel order design chipsnya dari
Malaysia yang isinya orang 'serumpun dengan orang Indonesia ? Ini
apalagi kalau bukan hasil kerja keras 0.1% citizen-nya yang
extra-work-hard di luar negeri DAN political will pemerintahnya untuk
berubah.
Persepsi tentang mereka 10 tahun yang lalu apa sich coba :))
Kembali ke masalah diatas,kebanyakan orang Indonesia,even meskipun dia
punya potensi sebagai agen perubahan (bagian dari 0.1%) ; selalu nunggu
perubahan dari 99.99% societynya yang lain.
( Hal yang bisa dilakukan para dosen misalnya,meng-endorse
fresh-graduatenya untuk menjadi researcher atau engineer di persh R&D
di luar,misalnya Singapura untuk Biotech atau Bangalore/Singapore untuk
IT. Ini sudah dilakukan BBR dari tulisan di blogsnya )
Carlos