REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tafsir Fi Zhilalil Qurankarya Sayyid Quthub merupakan salah satu tafsir yang istimewa. Salah satu keistimewaan tafsir tersebut adalah karya tafsir tersebut kaya dengan uraian tentang Sirah Nabawiyah.
Mempelajari Sirah Nabawiyah memberikan manfaat bagi generasi yang akan datang. Darinya, mereka akan memetik buah-buah terlezat dan mengambil bekal terbaik. Sehingga Sirah Nabawiyah itu kemudian, setelah Alquran dan sunah Rasul, menjadi sumber kekuatan dan energi untuk pergerakan dan perjalanannya sepanjang masa dan zaman.
Tafsir Fi Zhilalil Quranlahir dari momentum renungan Sayyid Quthub bersama nash-nash Alquran. Tafsir tersebut menjadi sebuah bahan manhaj haraki (metode gerakan), dakwah, dan tarbiyah yang realistis. Metode dakwah dan tarbiyah di dalam tafsir tersebut untuk jangka waktu yang jauh ke depan dapat menjadi salah satu panduan untuk membentuk kepribadian atau pemikiran seorang Muslim dalam bentuk yang benar dan lurus serta sejalan dengan ajaran-ajaran Alquran dan sunah.
Penulis membagi buku ini menjadi 10 bab, dimulai dengan metodologi sejarah Islam, lalu perubahan historis dari jahiliyah kepada Islam, dan fase Mekkah. Setelah itu, lembaran penting fase Madaniyah; kewajiban loyalitas berbagai fondasi, kaidah, dan syariat; konfrontasi antara kaum Muslimin dengan orang Yahudi;dan konfrontasi dengan orang-orang Nasrani. Tiga bab terakhir mengupas ujian kemunafik an dan orang-orang munafik; gerakan jihad dalam sirah; dan epilog biografi antara fragmen terakhir dan penaklukan Makkah. Epilog buku ini membahas QS an-Nashr ayat 1-3. Surah ini mengungkap karakter akidah dan hakikat manhaj.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab tafsir Alquran yang ditulis oleh Sayyid Qutb, ulama Mesir, saat mendekam di dalam penjara pada 1950-an. Dalam kitab tersebut, dia mencantumkan Hitler saat menafsir ayat 8 Surat Al Isra yang berisi tentang bani Israil.
عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يَّرْحَمَكُمْۚ وَاِنْ عُدْتُّمْ عُدْنَاۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ حَصِيْرًا
"Mudah-mudahan Tuhan kamu melimpahkan rahmat kepada kamu; tetapi jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang kafir." (QS. Al Isra ayat 8)
Sayyid Qutb mengawali tafsir atas ayat tersebut dengan mengungkapkan bahwa ayat tersebut ada dalam konteks ketetapan Allah pada ayat 4 Surat Al Isra. "Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." (QS. Al Isra ayat 4)
Dijelaskan Sayyiq Qutb, ketetapan Allah SWT pasti terjadi dan kehancuran bani Israil adalah jalan menuju rahmat, hanya bila mereka memetiknya sebagai sebuah pelajaran. Namun, jika bani Israil kembali melakukan kerusakan lagi di muka bumi, maka mereka akan mendapatkan balasannya dan ini menjadi sunnatullah. Allah SWT berfirman, "...tetapi jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu)..."
Ternyata bani Israil kembali melakukan kerusakan sehingga Allah SWT melimpahkan kekuasaan kepada umat Muslim untuk mengusir orang-orang bani Israel dari seluruh daratan (jazirah Arab). Tak berhenti di situ, bani Israil kembali bikin ulah di muka bumi.
ثم عادوا إلى الإفساد فسلط عليهم عبادا آخرين حتى كان العصر الحديث فسلط عليهم " هتلر " ولقد عادوا اليوم إلى الإفساد في صورة " إسرائيل " التي أذاقت العرب أصحاب الأرض الويلات .
"Kemudian mereka (bani Israil) kembali melakukan kerusakan, maka ditimpakan kepada mereka hamba-hamba-Nya yang lain. Hingga tiba era modern, ketika Allah menimpakan 'Hitler' kepada mereka. Dan hari ini mereka kembali melakukan kerusakan dalam wujud (negara) Israel) yang telah membuat orang Arab, pemilik tanah itu, menderita."
وليسلطن الله عليهم من يسومهم سوء العذاب تصديقا لوعد الله القاطع وفاقا لسنته التي لا تتخلف . . وإن غدا لناظره قريب !
c01484d022