Debat Tanpa Perdebatan

1 view
Skip to first unread message

Abdul Rohim

unread,
Jun 19, 2009, 11:46:44 AM6/19/09
to
Debat Tanpa Perdebatan
Calon Presiden Tebarkan Janji untuk Rakyat
http://media-klaten.blogspot.com/
Jakarta, Kompas - Perdebatan antarcalon presiden justru tidak muncul
dalam acara debat calon presiden yang berlangsung di Studio Trans
Corporation, Jakarta, Kamis (18/6). Debat diadakan Komisi Pemilihan Umum.
Debat yang diikuti calon presiden Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang
Yudhoyono, dan M Jusuf Kalla itu berlangsung datar, menyerupai tanya
jawab karena tidak muncul pandangan yang bisa menunjukkan perbedaan
pendapat dan program masing-masing calon.
Debat capres putaran pertama itu bertemakan ”Mewujudkan Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Menegakkan Supremasi Hukum dan
Hak Asasi Manusia”. Diagendakan lima kali debat, tiga di antaranya
diikuti capres dan dua lainnya oleh calon wakil presiden.
Debat yang dipandu Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Anies Rasyid
Baswedan itu dibagi atas empat tahapan, yaitu penyampaian visi-misi,
pendalaman, diskusi dengan kesempatan calon menanggapi pandangan calon
lain, serta penutup. Pada sesi ketiga, saat calon diberi kesempatan
menanggapi pendapat calon lain, kesempatan untuk ”menyerang” itu tidak
dipergunakan mereka.
Misalnya, ketika menyoal perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia di
luar negeri, Megawati menyatakan akar masalah ada di dalam negeri
sehingga perlindungan harus dimulai dari dalam negeri. SBY menanggapinya
dengan menyatakan ”setuju 200 persen”. Kalla juga menyebut apa yang
disampaikan Megawati dikerjakannya saat ia menjabat Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat pada masa pemerintahan Megawati.
Ketika diberikan kesempatan menanggapi balik, Megawati hanya berujar
singkat, ”Semua ngikut saya.”
Dalam sesi kedua, Anies melontarkan tiga pertanyaan terkait dengan
pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, anggaran pertahanan, dan penyelesaian kasus lumpur Lapindo
Brantas. Kalla dan Megawati menekankan agar RUU itu bisa dirampungkan
maksimal September 2009 oleh DPR periode sekarang. SBY menyebutkan, jika
tidak bisa selesai, presiden punya hak menerbitkan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang (perppu).
”Saya sependapat dengan Pak SBY karena yang bisa membuat perppu Pak
SBY,” kata Kalla.
Soal anggaran pertahanan, Kalla menyebutkan, salah satu upaya membangun
militer yang kuat adalah dengan mengupayakan pemenuhan alat utama sistem
persenjataan dengan produk dalam negeri. Ia pernah memerintahkan PT
Pindad memproduksi 150 panser. SBY lebih menekankan peningkatan anggaran
pertahanan secara bertahap. Kebutuhan minimal mencapai Rp 120 triliun,
tetapi tahun 2009 baru mencapai Rp 35 triliun.
*Tebarkan janji*
Jawaban yang disampaikan ketiga capres, semalam, juga masih bersifat
umum, seperti menyampaikan janji mereka kepada masyarakat. Megawati
menyampaikan, untuk menuju pemerintahan yang mengayomi masyarakat, harus
dilakukan reformasi birokrasi. ”Pada saat saya menjadi presiden, saya
pernah mencoba melakukan reformasi birokrasi ini, birokrasi diperbaiki,
kesejahteraan juga perlu ditingkatkan,” katanya lagi.
Di sisi lain, SBY mengawali dengan pertanyaan tentang pentingnya
pemerintahan yang baik. ”Sebagian sasaran tercapai, tetapi ada yang
belum tercapai. Dalam situasi krisis global, oleh banyak negara kita
dianggap lebih siap. Kondisi kita sekarang lebih baik dibandingkan 11
tahun yang lalu,” ungkapnya.
Kalla mengungkapkan mengenai pemerintahan yang efektif dan bersih mulai
dari tingkat pusat sampai daerah, mulai dari presiden sampai lurah.
”Kita harus mempunyai sistem pemerintahan yang efektif dari atas sampai
ke bawah, tetapi aspirasi harus digali dari bawah ke atas,” katanya.
Ruangan untuk debat juga penuh sesak dengan undangan. Tim sukses ketiga
pasangan capres-cawapres, pejabat negara, tokoh masyarakat, sampai
dengan artis dan pengusaha ikut menyaksikan debat itu.
*Lebih menjanjikan*
Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Ifdhal Kasim di
Jakarta, Kamis, menilai, meski ketiga capres menunjukkan intensi
terhadap persoalan HAM masa lalu dan masa kini, Kalla memiliki perhatian
lebih dengan membuka peluang pada proses penegakan dan pemenuhan
keadilan bagi korban pelanggaran HAM. Selain mengakui ada pelanggaran
HAM masa lalu, Kalla tidak hanya melihat proses rekonsiliasi sebagai
sarana, tetapi juga membuka peluang pengadilan HAM.
”Hal itu ditunjukkan Kalla dengan mengatakan, jika ada yang salah dan
ada bukti yang kuat, harus diadili,” papar Ifdhal. Dengan pernyataan
itu, Kalla melakukan pendekatan distributif atas penanganan kasus
pelanggaran HAM.
SBY, papar Ifdhal, mengakui adanya kompleksitas dalam penyelesaian kasus
HAM dan menawarkan langkah rekonsiliasi untuk menanganinya. Namun,
kritik atas pernyataan SBY adalah mengapa pendekatan rekonsiliasi
diungkapkannya saat ini.
Selama masa pemerintahannya, pendekatan itu tidak tampak dilakukan,
bahkan pengajuan nama calon anggota Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
berhenti di meja Presiden. Menurut Ifdhal, hal itu menunjukkan
ambiguitas SBY.
Jawaban Megawati terkait kasus Lapindo, yang menyatakan pemerintah harus
tegas, selayaknya lebih dijelaskan bentuk-bentuknya. Untuk semua perkara
terkait dengan HAM, Ifdhal berpendapat, Megawati memberikan jawaban
normatif.
Anggota Komisi Penyiaran Indonesia, Izzul Muslimin, menuturkan, debat
capres-cawapres semestinya dapat disiarkan stasiun televisi lain. TVRI
sebagai lembaga penyiaran publik disayangkan juga tak menyiarkan debat
itu. (sie/dik/jos/nwo/inu)

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages