Trik alternatif dalam pemanfaatan simbol-simbol

40 views
Skip to first unread message

es we

unread,
Jun 12, 2016, 12:47:17 AM6/12/16
to Spiritual World
Ada semacam kesepakatan tidak tertulis bahwa: mereka yang banyak membaca akan memiliki wawasan yang luas dan berpotensi mengurangi fanatisme. Dan kebanyakan orang mengira hal itu disebabkan oleh perkembangan intelektualitas yang terjadi.

Tetapi penemuan pribadi saya agak beda: "kita tidak perlu membaca kata demi kata dan berusaha memahaminya secara intelektual". Kita bisa melihat sebuah halaman buku, website, koran atau majalah (--yang berisi ratusan atau ribuan simbol berupa kata-kata--) sepintas/sekilas. Walau kita tidak paham secara intelek, mood dan perasaan kita akan berubah, seolah-olah kita sudah paham. Rupanya walau pikiran sadar belum paham secara intelektual, alam bawah sadar sudah paham. Dan perubahan pada alam bawah sadar itulah yang akan kita bawa di masa depan.

Bahkan dulu saya sering membuka halaman-halaman buku, koran, kamus dan majalah di dalam sebuah ruangan yang gelap gulita. Menyimak halaman demi halaman, dalam kegelapan, mood saya berubah terus. Saya jadi berempati pada pandangan penulis dan isi buku.

Setelah keluar dari ruangan gelap itu, saya tidak tertarik lagi membaca buku tersebut, seolah-olah saya sudah pernah membacanya. Rupanya, kemungkinan besar alam bawah sadar saya memang membacanya saat ditempat gelap itu, hanya saja pikiran sadar saya tidak paham secara intelaktual. Dugaan saya sementara: dalam ruangan gelap gulita itu mata saya membaca dengan gelombang inframerah atau sejenisnya. Tetapi itu baru dugaan saya sementara, soalnya sepertinya belum ada saintis yang meneliti tentang fenomena ini, bahkan bisa jadi memang tidak terpikirkan oleh banyak orang.

Kalau sebelumnya ego kita tersentuh saat membaca tulisan kontroversial seorang penulis, saat membaca di ruangan gelap gulita, kita akan lebih berempati pada pandangannya. Itu penemuan saya. Rupanya yang sebelumnya menentang pandangan sipenulis itu adalah intelek pikiran sadar kita. Alam bawah sadar kita tidak demikian.

===

(Catatan:
Walaupun teknik di bawah memang efektif, secara teori bisa saja keliru. Bisa saja cara kerjanya berbeda dari yang saya bayangkan. Soalnya saya juga cuma meraba-raba.)

Permainan energi itu bisa "ditunggangi".

Caranya dengan melihat nama kota di dunia yang ada di Atlas. Terutama yang ada di indeks nama-nama kotanya. Karena setiap kota memiliki vibrasi-nya masing-masing. Sehingga akan terjadi penyelarasan antar setiap titik di planet bumi dengan tubuh chi kita.

Jadi lihat/baca berulang kali. Misalnya nama Sumedang baca 15 kali sehari, begitu juga dengan nama Oslo, Beijing, Baghdad, Brasilia dan sebagainya.

Pokoknya lihat ratusan nama kota-kota dunia setiap hari. Masing-masing nama lihat/baca sampai belasan kali. Jadi harus sering bolak-balik Atlas beberapa kali sehari, sehingga beberapa hari saja, buku Atlas akan menjadi kumal.

Tetapi yang saya maksudkan dengan "melihat" di atas, adalah melihat sebuah halaman yang berisi nama-nama kota itu sepintas dan sebentar saja. Langsung lihat sebuah halaman buku Atlas sekaligus. Jadi bukan di baca kata-perkata, nama per-nama misalnya. Karena semua hal yang kita lihat, walau cuma sepintas, sebetulnya langsung masuk dan terekam ke dalam alam bawah sadar.

Itu teknik yang saya pakai selama beberapa bulan ini.

Tetapi tidak akan merubah energi mereka, melainkan akan meningkatkan maqam kita dengan "menunggangi" mereka.

Tubuh energi planet bumi bermacam-macam. Ada yang dibentuk oleh chi-chi manusia. Setiap kota karena merupakan kumpulan orang dengan kondisioning tertentu, akan memiliki vibrasinya tersendiri. Jadi vibrasi Stockholm macam ini, vibrasi Bandung lain lagi. Dan seterusnya.

Saya menemukan teknik itu secara kebetulan. Dulu saya merasa heran mengapa setiap kali membaca berita tentang Korea dan Swedia, terjadi perubahan mood saya. Maksudnya terjadi pelapangan "hati" untuk kasus Korea, dan menjadi semakin liberal kalau membaca tentang hal-hal yang terkait Swedia. Waktu itu saya berusaha memaksimalkannya dengan langganan berita-berita tentang kedua negara tersebut lewat internet.

Belakangan saya menemukan beberapa negara lain, Vietnam dan Kongo. Tulisan-tulisan tentang Vietnam ternyata menetralisir fanatisme budaya, sementara tulisan-tulisan tentang Kongo selalu menimbulkan perasaan damai tanpa sebab yang jelas.

Ada 2 negara lain juga yaitu Tajikistan dan Uruguay. Yang pertama ternyata membantu menetralisir pengaruh dogma Islamisme yang ada di masyarakat sekitar, sementara yang kedua mengatasi "fanatisme" Katolik yang ada dalam diri saya (--walau secara pribadi saya bukan Katolik). Karena kedua agama itu memang cukup berpengaruh dalam pembentukan masa kecil saya. Islam dari masyarakat sekitar, Katholik dari keluarga ibu saya.

Selain 2 negara asing ada juga 2 budaya lokal, yaitu budaya batak dan Manado. Keduanya cukup membantu "evolusi jiwa" tersebut.

Setelah melakukannya sejak tahun 2013, di tahun 2015 saya mulai terpikir untuk memakai sebanyak mungkin nama-nama kota yang ada di dunia. Maka saya mulai memakai indeks nama-nama kota yang ada di buku Atlas yang ada di rumah. Ternyata memang ada beberapa banyak nama-nama kota lain yang memiliki efek sama, yang sebelumnya tidak saya sadari. Tidak saya sadari karena memang jarang masuk berita surat kabar atau buku.

Itu sebuah teknik penemuan saya yang belum pernah saya temukan referensinya dalam tulisan-tulisan yang pernah saya baca. Boleh di coba bagi yang mau mencobanya.

===

Setap orang berbeda-beda. Nama-nama kota dan negara di atas cuma pada kasus pribadi saya. Mungkin ada yang cocok dengan Kanada dan kota Balikpapan misalnya, misalnya. Atau Surabaya dan Bombay, padahal ia orang Maumere misalnya. Bisa jadi, karena setiap orang mengalami kondisioning yang khas unik, sehingga simbol-simbol (nama kota, budaya atau negara) yang cocok untuk si A belum tentu cocok buat si B.

Yang jelas alam bawah sadar kita memiliki persepsinya sendiri-sendiri untuk tiap simbol yang berupa nama-nama kota/negara tersebut. Secara intelektual mungkin bisa dianalisa lewat psikoanalisa, tetapi itu akan menghabiskan banyak waktu. Lebih baik langsung dimanfaatkan saja.

Untuk simbol-simbol selain/diluar nama-nama kota, budaya atau negara, bisa memakai sebuah kamus yang berisi puluhan ribu kata. Cara memakainya sama dengan cara memakai buku Atlas yang saya tulis di atas.

Selama ini kita hanya ingin terpapar oleh simbol-simbol yang kita sukai, sehingga kita hanya mau membaca buku-buku bertema atau dari bidang ilmu tertentu saja. Banyak simbol-simbol yang kita hindari dan tidak kita temui akibat jarang masuk bacaan kita. Padahal simbol-simbol yang kita hindari itulah yang bisa jadi akan membantu membuka bagian psikis (--di tingkat alam bawah sadar--) yang belum berkembang/tertutup. Dengan memakai kamus dan buku Atlas di atas, kita membiarkan diri kita terpapar sebanyak mungkin simbol-simbol yang jarang kita temui, karena jarang masuk dalam daftar bacaan kita sehari-hari (, akibat selera baca tertentu). Dengan memakai kamus, kita akan terpapar puluhan ribu simbol sehari.

Ada simbol-simbol yang membelenggu dan ada yang membebaskan, tergantung dari persepsi alam bawah sadar kita terhadap kata (simbol) tersebut. Yang membebaskan itu biasanya adalah kata-kata yang membangkitkan perasaan terangkat dan kegembiraan (kecil atau besar) tanpa syarat/sebab. Untuk kasus pribadi saya, semua hal yang berkaitan dengan biology memicu sensasi macam itu. Dan pengalaman semacam itu kalau diulangi sampai ratusan atau ribuan kali akan menyebabkan perubahan pribadi yang permanen. Itulah yang saya maksudkan sebagai pertumbuhan diri yang merupakan bagian dari evolusi jiwa.

Tetapi penggunaan kamus ini akan jauh lebih lambat dan kalah efektif di bandingkan pemanfaatan simbol-simbol nama kota atau budaya. Apalagi jumlah halaman buku kamus yang harus kita buka banyak sekali. Puluhan halaman secara intensif, dan diulangi beberapa kali sehari, dari halaman pertama sampai terakhir.

===

Setiap pengalaman yang kita alami akan terekam dalam alam bawah sadar. Misalnya kita pernah mengalami kejadian buruk di jalan tertentu, maka setiap lewat jalan itu ingatan traumatis yang terpendam akan muncul kembali. Dan hal semacam itulah yang menjadi sumber berbagai phobia. Sampai mendengar atau membaca berita tentang jalan itu pun sudah dapat memunculkan kembali segala perasaan-perasaan tidak karuan. Tetapi dengan memberanikan diri lewat jalan itu lagi berulang kali, misalnya sampai ratusan kali atau ribuan kali, maka suatu saat phobia/trauma itu bisa saja sembuh tiba-tiba.

Nah, nama jalan itu, nama tempat itu cuma terdiri dari beberapa kata. Padahal seluruh pengalaman hidup yang pernah kita alami tidak sesedikit itu. Ada jutaan pengalaman lain yang pernah dialami, dan itu akan terekam dalam ribuan kata/nama/simbol. Dan saat melihat atau membaca sebuah tulisan, banyak kata-kata/simbol/nama itu yang akan mengingatkan alam bawah sadar kita akan berbagai pengalaman lama yang terpendam itu.

Itu yang saya maksudkan sebagai pengulangan. Sama dengan pengulangan untuk menyembuhkan trauma yang dibicarakan pada alinea pertama.

Pengulangan menyebabkan kebosanan. Tetapi kebosanan ada batasnya. Kalau batasnya sudah ditembus, maka pengulangan-pengulangan ulang tidak akan menimbulkan kebosanan lagi, tidak akan menimbulkan kebencian lagi. Maka saat itu kita bebas dari kebencian yang berupa kebosanan itu.

Dan untuk mengulangi sesuatu, tidak selalu harus dalam bentuk aktivitas yang sama persis dengan pengalaman awal. Bisa digantikan dengan melihat foto, gambar, kata, nama atau tulisan tentang sesuatu itu.

Itu sebabnya saya mau bilang, bahwa untuk bisa bermakna kata-kata tidak harus disusun dalam kalimat-kalimat yang bisa dipahami secara intelektual. Setiap kata itu sendiri sudah bermakna macam-macam bagi alam bawah sadar kita.


(Catatan: Maaf cuma untuk bagi yang tidak berkenan. Tetapi tulisan di atas boleh di-share secara bebas, juga boleh di sadur dan ditulis ulang dengan bahasa sendiri. Boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Saya sengaja membagikannya ke sebanyak mungkin orang, termasuk kepada mereka yang tidak memiliki hubungan pribadi.--sw)
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages