Google Groups no longer supports new Usenet posts or subscriptions. Historical content remains viewable.
Dismiss

ALLAH ISLAM SANG DEWA BULAN Ditulis oleh Exmuslim di/pada Maret 7, 2009 Menurut Quran, Tuhan Yang Maha Esa sendirilah yang menamai diri-Nya Allah. “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, Maka Sembahlah Aku” (QS 20 : 14). Dalam From

1,824 views
Skip to first unread message

Bang Sapri

unread,
Oct 9, 2010, 11:11:08 PM10/9/10
to
ALLAH ISLAM SANG DEWA BULAN Ditulis oleh Exmuslim di/pada Maret 7,
2009 Menurut Quran, Tuhan Yang Maha Esa sendirilah yang menamai diri-
Nya Allah. “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku,
Maka Sembahlah Aku” (QS 20 : 14). Dalam From: Bang Sapri
<djunus0724@xxxxxxxxx>Date: Sat, 4 Jul 2009 20:32:09 -0700 (PDT) ALLAH
ISLAM SANG DEWA BULAN

Ditulis oleh Exmuslim di/pada Maret 7, 2009

Menurut Quran, Tuhan Yang Maha Esa sendirilah yang menamai diri-Nya
Allah.

“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, Maka Sembahlah
Aku” (QS 20 : 14).

Dalam QS 19 : 65 Tuhan bertanya : “Hal Ta’lamu Lahu Samiyyan”.

Ayat ini dipahami oleh ulama2 Islam dengan makna: Apakah engkau
mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti ini? Atau Apakah engkau
mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan
sebagaimana Pemilik nama itu (Allah)? Atau bermakna Apakah engkau
mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini? Juga dapat berarti
Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?

Mungkin Muhammad sewaktu menulis ayat tersebut tidak mengetahui bahwa
berabad2 sebelumnya kata Allah telah digunakan oleh orang Hindu India
untuk menamai Tuhan mereka. Kata yang sama yang digunakan nenek moyang
Muhammad untuk menyebut tuhan mereka.

Kata “ALLAH” sebenarnya telah ada jauh sebelum munculnya Islam. Kata
ini kemungkinan diambil dari sebutan sansekerta untuk Dewi Dhurga
(dewi bulan-Allah).

Dan nama “Allah” ini sebenarnya juga terdapat dalam Kitab Suci Hindu
yaitu Rigveda Book 3 Hymn 30 V. 10 dan Rigveda Book 9 Hymn 67 V. 30.

Kata Allah memang diyakini diambil dari bahasa sanskerta, namun
“wujud” Allah yang ada pada jaman Muhammad bukanlah Dewi Durga. Hal
ini dikarenakan percampuran kepercayaan Hindu India, dengan
kepercayaan2 lain yang memang asli dari Jazirah Arab tersebut. Untuk
jelasnya kita simak penjelasan berikut.

Beberapa pengkritik islam mengatakan bahwa Allah dalam Islam adalah
Dewa Bulan. Ini tidak Benar! Penulis yang lain mengatakan bahwa Allah
dalam Quran berasal dari dewa bulan pada masa sebelum Islam. Ini
mungkin benar! Kebenaran yang tak dapat disangkal adalah: konsep Allah
dalam Quran berhubungan dengan penyembahan dewa bulan, dan secara
tidak langsung terhadap dewa bulan itu sendiri sebagai objek
penyembahan pada masa sebelum Islam. Lebih dari itu, pusat penyembahan
dewa bulan pada masa sebelum Islam sama dengan tempat pusat ibadah
haji pada masa kini yaitu Kabah di Mekah. Hampir semua ritual
keagamaan Islam pada masa kini sama dengan semua ritual pada masa
sebelum Muhammad, masa dimana Arab masih menyembah dewa bulan.

Satu hal yang pasti, fakta yang tidak dapat dibantah adalah; bahwa
penyembahan kepada dewa bulan tersebar luas di seluruh daerah Arab
pada masa sebelum Muhammad.

Yusuf Ali seorang Penulis Islam menyatakan dalam Al-qur’an terjemahan
Inggrisnya di halaman 1621-1623:

“Penyembahan dewa bulan sangat terkenal dalam bentuk penyembahan yang
beragam…dewa bulan adalah dewa laki-laki pada masa India kuno. Dewa
bulan juga merupakan dewa laki-laki dalam agama Semiric kuno, dan kata
Arab untuk bulan “Qamar” dalam bentuk maskulin. Dengan kata lain, kata
Arab untuk matahari “shams” dalam bentuk feminim. Penyembah berhala di
Arab nampaknya memandang matahari sebagai seorang dewi dan bulan
sebagai seorang dewa laki-laki.

Di halaman 1644 footnote no 5798, dia menjelaskan mengapa “Allah”
bersumpah atas nama Bulan dalam Sura 74:32, dalam footnote dia
menjelaskan, “Bulan disembah sebagai dewa pada masa kegelapan”.

Dalam bagian berikutnya, kami akan menjelaskan lebih rinci bagaimana
berkembangnya, atau meluasnya kultus penyembahan berhala di Timur
tengah pada masa Muhammad. Kita mulai dari Utara, kemudian ke Medina
dan Mekah.

• Mesopotamia

Penyembahan dewa bulan sepertinya mulai di daerah Mesopotamia, dimana
dewa bulan disebut dengan nama “Sin” atau kadang-kadang “Nanna”.
Dikatakan bahwa “Sin adalah dewa pertama dari tiga dewa penting di
agama Astrai (perbintangan): Sin, Dewa bulan, Shamash-dewa matahari,
dan Ishtar-dewa planet Venus. Simbol utama dalam penyembahan dewa
bulan adalah BULAN SABIT, symbol ini ditemukan diseluruh daerah Timur
Tengah kuno, dimana ada penyembahan dewa berhala, dengan sebutan
apapun juga. Ini ditemukan di daerah penemuan Arkeologi di Arab,
Akkad, Kanaan, Mesir dan Siria. Biasanya ditemukan dengan simbol
bintang di tengah lingkaran bulan sabit, meskipun tidak selalu, symbol
bintang itu adalah bintang fajar, Venus. Orang Assyirian menyembah
dewa bulan. Replica perunggu berbentuk bulan sabit (dibuat untuk
ditaruh diatas tiang bendera), telah ditemukan sebagai contoh dari
daerah Arkeologi di TelTerra. Stratum VI. Replica itu terkubur di
benteng kuno Assyrian. (Keel, p297-29S)

Arkeolog yang bekerja di daerah dekat Hazor dari tahun 1955-1958
menemukan kuil dewa bulan. Mereka menemukan dua patung laki-laki
diatas tahta dengan ukiran bulan sabit di dadanya. Ini mungkin
perwujudan dari dewa bulan itu sendiri, atau mungkin imam-imamnya.
Mereka juga menemukan batu yang berukiran tangan terangkat menyembah
bulan sabit yang ada diatasnya. Pada situs yang sama mereka juga
menemukan bagian dari patung yang lainnya dengan tulisan yang
mengidentifikasi mereka sebagai “Putri-putri dari tuhan (God)”

Pada akhirnya Babilonia mengalahkan kekaisaran Assyirian dan membangun
kekaisarannya sendiri, dalam puisi kepahlawanan Babilonia yang
terkenal, “Enuma Elish”, dewa bulan Sin, mengambil peranan. Kota Ur
sangat terobsesi dengan dewa bulan sehingga mereka menyebutnya dengan
nama mereka di beberapa batu ukiran yang ditemukan, nama Ziggurat.
Nanar ada juga disitu. Sir Léonard Wooley menemukan kuil untuk dewa
bulan di Ur, dan menggali banyak sekali contoh-contoh penyembahan dewa
bulan. Semua benda-benda itu sekarang dimuseumkan di museum Inggris,
London. Batu ukiran Ur-Nammu mempunyai symbol bulan sabit yang
ditempatkan diatas daftar namanama dewa, menunjukkan bahwa dewa bulan
adalah yang dewa yang terutama.

Kota lain yang menjadi pusat penyembahan dewa bulan adalah Harran.
Sejarawan kuno, Herodotus, dalam IV 13, 7, membicarakan mengenai kota
itu dan kuil dewa bulannya. Kuil tersebut dibangun dan dikembangkan
berulangkali pada masa itu, oleh raja-raja terkenal seperti
Shalmanezer, Assur-Bani-pal, dan Nabonidus. Reruntuhannya masih dapat
dilihat sampai sekarang. Dari tahun 1900 SM sampai 900 SM, raja-raja
yang berkuasa diharapkan untuk bersumpah atas namanya (dewa bulan)
dalam segala bentuk perjanjian (fakta) penting yang mereka buat,
mereka memperoleh kekuatan darinya. Namanya masih dapat ditemukan
dalam tulisan kuno berbentuk baji dan dalam batu-batu tulis.
Dikemudian waktu, kita membaca dalam sejarah Roma bahwa kaisar
Caracala terbunuh setelah dia kembali dari mengunjungi kuil dewa bulan
di Harran.

Harran memiliki versi Allahnya sendiri yang sudah diketahui dengan
baik oleh mereka yang belajar Taurat. Dilihat dari hasil penelitian,
Harran memiliki BAAL-nya sendiri. Tetapi di Harran, kita mendapatkan
informasi bahwa BAAL adalah perwujudan lain dari dewa bulan. Sebagai
tambahan atas berbagai nama yang diberikan pada dewa bulan, suku yang
berbeda terkadang memberikan gagasan yang berbeda tentang dewa bulan.
Beberapa suku di Arab Utara percaya bahwa dewa bulan adalah seorang
wanita, jadi mereka memiliki DEWI Bulan.

• Bagian Utara Madinah (Arab)

Orang Arab mungkin telah menyembah dewa bulan sejak ribuan tahun lalu.
Ribuan benda-benda peninggalan telah ditemukan dalam tanah dan pasir
di daerah Timur Tengah, termasuk Arab. Simbol bulan sabit telah
ditemukan di materai, batu tulis, barang tembikar, jimat-jimat, benda
dari tanah liat, timbangan, anting-anting, kalung, dan benda-benda
yang lainnya. Kita tahu dari catatan bahwa raja Babilonia yang
terakhir, Nabonidus, pergi ke Tayma, di hijaz, 1000 tahun sebelum
Muhammad lahir. Dia tinggal disana untuk beberapa waktu, dan sementara
ia disana, ia membuat Tayma menjadi pusat untuk penyembahan dewa
bulan. Banyak sekali ditemukan naskah yang menyangkut penyembahan dewa
bulan diarea itu, termasuk “Stele o/ nabonidus” Dalam ukiran pahat
kuno itu raja sendiri terlihat bersamaan dengan simbol bulan sabit
besar di sebelahnya.

Tayma terletak 230 mil dari Medina. Tempat lain di daerah Utara juga
telah digali. Ukiran-ukiran di batu dan mangkuk-mangkuk yang dipakai
untuk ritual kegamaan pada “putri-putri allah” telah di temukan dan
didokumentasikan. Tiga putri dari allah, Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat,
seringkali terlihat dengan simbol bulan sabit diatasnya-dewa bulan,
(bahkan Prof. Muhhamad Mohar Ali, pengajar sejarah Islam di
Universitas Islam di Madinah, menyatakan dalam kuliah Pra-Islam di
Arab, bahwa prasasti yang ditujukan untuk ‘allah’ pada masa sebelum
Islam telah ditemukan di daerah Utara, daerah dimana dewa bulan di
sembah). Dapat terlihat bahwa tiga putri ‘allah’ sangat penting di
daerah Utara Arab.

Jika anda mau, anda dapat membaca tentang penemuan arkeologinya dalam
buku2 ini:

1) Aramaic Inscripticns o/ the Sth Century, Jones, xyi956, pp 1-9
(Isaac Rabinoiuitz)

2) Another Aramaic Record o/ the Noth Arabian Goddes Han’Laat, Jones,
XVIII,1959,pp 154-155 (Rabinouiitz)

3) The Goddess Atirat in Ancient Arabia, in Babylon and Ugarit: Her
Relation to The Moon God and the Sun Goddess, Orientalia Louiensia
Periodica, 3:101-109.

4) Iconography and Character of the Arab Goddess Allât, found in
Etudes Preliminaries Aux Religions Orientales Dans L Empire Roman, ed.
Maarten J. Verseren, Leiden, Brill,1978, pp 331351 (HJ. Drivers)

• Daerah Selatan Arab, Tepat di kota Mekah (dan sekitarnya)

Kerajaan Saba terletak di daerah Selatan Arab. Orang dari Saba disebut
Sabean. Ini adalah tempat asal “Ratu Seba” (Kejadian 1026, Ayub
1:15,6:19,1 Raja-Raja 10:15,). Kata, “Sheba” dalam bahasa Inggris
mengacu pada asal katanya dari bahasa Ibrani – Saba. Kerajaan ini
cukup dikenal dalam sejarah, dan dikenal baik bahwa orang Sabean
menyembah dewa bulan, dan bintang, bahkan kata Saaba dalam bahasa Arab
berarti “bintang”.

Kerajaan Saba menguasai seluruh daerah Selatan Arab sampai pada
perbatasan Yémen dengan Arab, dan ada kemungkinan lebih luas lagi.
Pengaruhnya melebihi daerah kekuasaan mereka, bahkan sampai ke kota
Mekah Al-qur’an menyebutkan juga mengenai Sabean (Sura 2:62, Sura
5:69, Sura 22:17, Sura 27:29). Lebih dari itu, Sabean adalah kaum
pedagang, sehingga pengaruh mereka tersebar kemanapun karavan mereka
pergi, bahkan sampai daerah barat Mekah dan Medinah, melewati laut
Merah di Afrika. Kaum Sabean menyembah dewa bulan mereka di Sudan, dan
Etiopia. Suku Saba dan penyembah berhala lainnya mempunyai banyak
sebutan yang berbeda untuk dewa bulan mereka. Dia diberi nama seperti
llumqah, atau Al-maqah, Wadd, Amm, Haiubas, Hubal, Ilah dan Sin.

Sin adalah dewa yang sama yang disembah di Haran sampai ke Utara.
Penyembah dewa bulan di Haran juga menyebut diri mereka sebagai kaum
Sabean. Pada awal 1940, Gertrude Caton Thompson menemukan kuil dewa
bulan di Hureidha, di tempat Kerajaan Saba dulu berada. Dia menemukan
21 prasasti dari nama dewa-Sin, di sekitar kuil itu. Ada kemungkinan
bahwa itu adalah dewa bulan yang dia temukan. Kuil dewa bulan di
temukan juga di Awan, masih di daerah kerajaan kaum Sabean. Pada tahun
1950, Wendell Philips, W.E Albright, Richard Bower, dan yang lainnya
menemukan lebih banyak bukti penyembahan dewa bulan di kota2 Qataban,
dan Timna, dan di ibukota kuno kerajaan Saba, Marib.

Saudara dapat membaca lebih banyak lagi mengenai penemuan2 ini dalam
buku2 berikut:

1) G.C Thompson, ‘The Tombs and the Temple o/ Hureidha, 1944

2) Carleton S. Coon, “Southern Arabias, a Problem /or the future”
Smithsonia,1944

3) G. Ryfemans, Less Religions Arabes Preislamiques”

4) RichardLe baron Bower }r. dan Franfe P. Albright, Archaeologicai
Discoueries in South Arabia, Baltimore, John Hopfeins Uniuersity
Press, 1958, p78ff

5) Ray Cleveland, An AncientSouth Arabian Necropolis, Baltimore, John
Hopkins University Press, 1965

6) Nelson Glueck, Deities andDolphins, New Yorfe, Farrar, Stratass
danGiroux, 1955

Penelitian arkeologis tidak mengatakan banyak hal mengenai kota Mekah,
karena pihak yang berkuasa, kaum Islamis, takut akan apa yang dapat
ditemukan di sana. Akses untuk beberapa daerah tidak diberikan, jika
ada peninggalan yang dapat membuat kontradiksi dengan pandangan
“sejarah” mereka, mereka mungkin akan merahasiakannya atau bahkan
memusnahkannya. Akan tetapi ada kabar baik, yaitu, ada beberapa
penulis Islam masa kini dan Sejarawan Islam pada abad pertengahan yang
telah cukup jujur untuk menulis sesuatu tentang penyembahan dewa bulan
di mekah.

“Sekitar 400 tahun sebelum Muhammad lahir, Amir bin Harath…bin Saba,
keturunan Qahtan dan raja Hijaz, telah meletakkan satu berhala diatas
atap kabah. Ini adalah salah satu dewa tertinggi Quraish (suku
Muhammad) sebelum Islam. Dikatakan bahwa ada 360 didalam dan sekitar
Kabah…selain Hubal, ada juga berhala-berhala lain, Shams, ditempatkan
di atas atap Kabah…selam berhala-berhala yang mereka sembah, mereka
juga menyembah bintang, matahari, dan bulan” (Hafiz Ghlam Sarwar,
“Muhammad the Holy Prophet” Pafeistanj, p. 18-19)

Jadi, kita mengetahui bahwa ada berhala yang ditempatkan di atas
kabah, berhala yang disebut “Hubal”. Selain ini, penulis muslim juga
mengatakan bahwa ada 360 berhala di dalam dan sekitar Kabah-dan 360
adalah jumlah hari dalam Kalender Bulan. Dikatakan juga bahwa Hubal
berbagi tempat diatas kabah dengan berhala lain “Shams” Yusuf Ali
mengatakan pada kita bahwa Shams adalah dewa matahari. Di daerah
Babilonia Sin dewa bulan berdampingan dewa matahari, Shamash. Karena
itu Hubal adalah, dewa bulan.

Sumber-sumber dari Musim, Sekuler dan Kristen setuju bahwa Hubal
adalah perwujudan dari dewa bulan. Seorang penulis muslim memberikan
pernyataan seperti ini:

“Di antara banyak berhala-berhala yang disembah oleh orang Arab di
dalam dan di luar Kabah, ada dewa Hubal dan tiga dewi, Al-lat,aI-Uzza,
dan Manat. Hubal sebenarnya adalah perwujudan dari dewa bulan, dan
mungkin juga dewa hujan, seperti makna kata Hubal ‘uapor’. (Mahmoud M.
Ayoub, “Islam: Faith and History” (Ox/crd£ngland, One world
Publications, 2004), p. 15)

Pada tahun 2005, Reza Aslan menulis buku lain yang berjudul “NoGod but
God: The Origins, Euolution, and Future qf Islam.” Di halaman 3 dalam
buku itu, dia membawa para pembaca kembali ke zaman pra islam Kabah,
dia menyatakan:

“Disinilah…dewa-dewa pra Islam di Arab berdiam: Hubal, Dewa bulan dari
Syria; Al-Uzza, dewa yang berkuasa di Mesir yang dikenal sebagai Isis
dan di Yunani yang dikenal sebagai Aphrodite…”

Azrarki, dalam bukunya menyebut Hubal sebagai dewa bulan. Ini berarti
bahwa Hubal mempunyai hubungan dengan matahari, bulan. dan bintang.
Dia tidak menyebutkan spesifik seperti Ayaoub atau Aslan, tetapi pada
dasarnya mereka menyatakan point yang sama.

“Di dalam kabah, Hubal harus menjaga karakter asli sebagai dewa
bintang; tetapi katakter terbesarnya adalah sebagai dewa perantara.
Bahkan, di depan dewa Hubal-lah mereka melemparkan panah undian, untuk
mengetahui apa yang harus mereka lakukan.”( Al-Azrarki,31)

Azrarki juga menyebut Hubal sebagai “dewa perantara” apa artinya?
“perantara/bilah” artinya adalah seseorang (sesuatu) yang menyampaikan
pesan kepada seseorang (sesuatu) yang lebih tinggi. Hubal, nampaknya
melayani sebagai jembatan untuk dewa yang memiliki kekuasaan lebih
tinggi. Orang berdoa, kepada dewa yang “tertinggi” melalui dewa yang
lebih rendah ini” Dua sejarawan muslim pada abad permulaan Islam
memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang Azrarki bicarakan.

Ibnu Kathir dan Ibnu Ishaq menyatakan:

Dinyatakan bahwa ketika ‘Abdul Muttalib (kakek Muhammad) menerima
perlawanan dari suku Quraish dalam menggali zamzam, dia berjanji jika
dia diberikan 10 anak, yang besar nanti dapat melindungi dia, dia akan
mengorbankan satu anaknya kepada ‘allah’ di Kabah…(tahun-tahun
berikutnya, dia memiliki 10 anak, dan…) sehingga mereka kembali ke
Mekah dan… Abdul Muttalib berdiri di hadapan Hubal dan berdoa kepada
‘allah’. Kemudian dia mempersembahkan Abdullah (Ayah Muhammad) dan 10
unta sebagai kurban persembahan dan melemparkan panah undian.
( Melemparkan panah undian adalah cara untuk mengetahui kehendak
bilah, seperti dadu undian). Dia ingin tahu apakah dia harus tetap
meneruskan mempersembahkan anaknya, hasilnya adalah dia tidak perlu
mempersembahkan anaknya). Pada saat itu orang dari suku Qurais berkata
kepada Abdul Muttalib yang berdiri di dekat Hubal dan sedang berdoa
kepada bilah’, “Sudah Selesai! Allah-mu, berkenan kepada-mu. O’ Abdul
muttalib…” (Sirat Rasul Allah. p.126)

Dua kali disebutkan bahwa kakek Muhammad berdiri di hadapan Hubal,
berdoa kepada ‘allah Ini mendukung apa yang di katakan oleh Azrarki.
Nampaknya Hubal adalah dewa lokal, dimana orang Arab pergi kepadanya
untuk sampai kepada dewa tertinggi, ‘allah’ Ada kemungkinan bahwa
Hubal adalah dewa perantara ataupun bilah’ itu sendiri( tetapi hal ini
tidak membuat satu perbedaan-pun. Catatan yang penting disini adalah
baik pergi ke dewa bulan untuk sampai kepada bilah’ atau dewa bulan
itu adalah bilah’, jelas bahwa ‘allah’, sebagaimana yang dikenal oleh
para `enyembah dewa di Arab, dalam cara tertentu$ memiliki hubungan
yang dekat dengan dewa bulan.

Khairt-Al Saleh, di halaman 29 dalam bukunya “Fabled Cities,Pri?ices
and Jin Trorn Arab Myths and legends” diterbitkan tahun 1985,
mengatakan beberapa hal lain tentang Hubal:

“Hubal tergabung dalam dewa-dewa Semitic, Baal dan Adonis dan Tammuz,
dewa musim semi, kesuburan, pertanian dan panen.” Dia menghubungkan
Hubal dengan Baal, dan banyak para ilmuwan lain setuju dengannya. Nama
“Hubal” tidak dapap dijelaskan dari bahasa Arab.

Dalam bukunya “Speaimen Historicae Arabum” penulisnya berpendapat
bahwa nama itu berasal dari kata Ha-BaaL Tulisan bahasa Ibrani dan
Arab Kuno tidak mempunyai hurup vokal, kemungkinan ini adalah salah
satu dabi perubahan umum yang terjadi (mis: seseorang dapat membaca
dengan kata Mohammed, Muhammad, Muhammed, Mahommet.dsb). Nama Hubal
(dalam naskah Arab dan Ibrani herup vokalnya tidak tercatat = H B L)
ini menunjukan adanya suatu hubungan dekat dengan kata Ibrani HABAAL
(= BAAL).

Baal adalah berhala yang disebutkan dalam Alcitab (Bil`ngan 253, Hosea
9:10), Di daerah mana Baal disembah? Di Moab! Ini adalah “dewa
kesuburan” (dari Gerhard Nehls). Amir Bin Luhaiy nampaknya memang
membawa Hubal dari Moab.

Ibnu Kathir mengatakan:

Ibnu Hismah menyatakan bahwa orang terpelajar mengatakan padanya bahwa
‘Amir Bin Luhayy pergi dari Mekah ke Syiria untuk urusan bisnis dan
mencapai Ma’ab (kemungkinan Moab) didaerah Balija. Amir kemudian
meminta mereka untuk memberikan kepadanya berhala yang dapat di bawa
ke tanah Arab dimana berhala itu dapat disembah, dan mereka memberikan
kepadanya berhala bernama Hubal. Berhala ini dia bawa ke Mekah dan
mempersiapkan acuan dan memerintahkan orang untuk menyembahnya dan
memuliakannya. (The Life of The Prophet Muhammad (Al-Sira al-
Nabauiiyya), Volume I, J, p42)

Selain Hubal di Kabah juga terdapat Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat.
Dikatakan bahwa Al-Lat telah dibawa Hijaz dari Palmyra, melalui Tayma
(kota yang telah menjadi pusat penyembahan dewa bulan). Al-Lat mungkin
bentuk dewa Arab dari dewi Astarte, Ishtar, dalam Alkitab ‘Asherah”
atau yang dikenal sebagai dewa matahari. Di sisi lain, beberapa orang
berpikir bahwa Al-Lat sebenarnya dewa bulan didaerah Arab Utara. Al-
lat memiliki batu kubik, dan tegak berdiri di dalam kuil kecil
kecilnya di Al-Taif. Nama Al-lat adalah bentuk feminis dari kata Al-
lah!

Al-Uzza adalah dewi cinta dan kecantikan, dia diidentifikasikan dengan
planet Venus, bintang fajar {bintang yang biasanya dilihat bersamaan
dengan bulan sabit jauh sebelum masa Muhammad). Patungnya berdiri
tegak di Nakhlat. Pemujaan terhadapnya sangat kuat. Manat adalah dewi
yang asli berasal dari Arab. Nama Manat muncul di kuil Baal, di
Palmyra, di naskah yang berasal dari tahun 32 M. Manat memiliki batu
hitam di jalan antara Mekah dan Medina. Patungnya berdiri tegak dekat
Qudayd. Manat adalah dewi takdir. Ketiga dewi ini sangat terkenal.
Ketiga dewi ini, dan juga Hubal, sangat senang dengan persembahan
korban manusia.

Menurut Khairt al-Saeh:

“sebagaimana penyembahan berhala dan roh-roh, ditemukan di binatang2,
tanaman2, bebatuan, dan air, Arab kuno percaya pada beberapa dewa-dewi
besar yang mereka pikir memegang kekuasaan tertinggi atas semua hal,
yang paling terkenal diantaranya adalah Al-Lat, Al-Uzza, Manat, dan
Hubal. Ketiga dewa yang pertama dipercaya sebagai putri-putri al-lah
(tuhan) dan karena itulah perantaraan mereka atas nama penyembah
mereka menjadi sesuatu yang sangat penting.”

Yusuf Ali mengatakan beberapa hal tentang putri-putri ‘allah’ di
halaman 1445 dari terjemahannya, footnote 5096. Dia menjelaskan bahwa
Lat, Uzza dan Manat dikenal sebagai “Putri-Putri al-lah! Al-Saeh dan
Ali, keduanya menghubungkan ketiga “putri-putri” itu dengan ‘allah!
Arkeolog menghubungkan “putri-putri al-lah’ yang sama dengan Hubal.
Prasasti tertua dimana nama Hubal ditemukan di dalamnya di temukan di
Nabatea, di daerah barat laut Arabia, di daerah Barat Laut perbatasan
Hijaz. Prasasti itu menghubungkan Hubal dengan “Ma-Na-Wat” Kata itu,
Ma-Na-Wat, berasal dari tiga kata yang dijadikan satu, mengacu kepada
tiga dewi, Manat.Uzza, dan Lat. Ini sama dengan “Putri-Putri al-lah”
yang dilambangkan di batu-batu yang digali oleh arkeolog di daerah
Utara Arabia, ketiga putri yang sama terlihat bersamaan dengan bulan
sabit, dewa bulan. Menaungi mereka semua. Mungkinkah bapak mereka,
‘allah; adalah dewa bulan? Hal ini sangat mungkin. Ketiga dewi ini
mempunyai ikatan langsung dengan dewa bulan. Ketiga dewi ini disebut
sebagai putri-putri ‘allah Ada beberapa pendapat yang berbeda tentang
hal ini, tapi bukti-buktinya belum meyakinkan.

Dari Baal kepada Allah

Hak. 2:11

Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka
beribadah kepada para Baal.

Baal, Dewa Sesembahan Bangsa Moab.

Dalam perjalanannya ke Suriah, Khuza’ah dan Jurhum meminta penduduk
Moab untuk memberikan salah satu patung dewa sesembahan mereka. Maka
mereka memberikannya Hubal, dan ia diletakkan dalam Ka’abah (Muhammad:
His Life Based on the Earliest Sources [Inner Traditions
International, LTD. One Park Street, Rochestor Vermont 05767, 1983],
p. 5)

Hubal, Nama Arab untuk Baal

Ka’abah adalah tempat persemayaman Hubal, dewa Arab purba tertinggi,
sesembahan utama suku Quraish (Karen Armstrong, Muhammad: A Biography
of the Prophet [Harper San Francisco; ISBN: 0062508865; Reprint
edition, October 1993], hal. 61-62)

“… Menurut legenda, sekembalinya Qusayy dari perjalanan ke Syria ia
membawa tiga dewi sesembahan ke Hejaz (note: jazirah Arab) yaitu al-
Lat, al-Uzza dan Manat, juga memahkotai dewa Hubal di dalam Ka’abah
…” (Armstrong, hal. 66;)

Hubal adalah dewa sesembahan penduduk Mekkah yang ditempatkan di dalam
Ka’abah (The Oxford Dictionary of Islam (Oxford University Press,
2003, hal. 117)

Baal dalam dialek Arab disebut juga Hubal. Nama ini berasal dari Ha-
Baal, yang dalam dialek Arab artikel berupa konsonal `ha/hu’ (S. Noja,
“Hubal = Allah”, Reconditi: Instituto Lombardo Di Scienze E Lettere,
Vol. 28 (1994), hal. 283-295)

Dari Hubal Menjadi al-Ilah

Hubal (dari bahasa Aram yang berarti `roh’) jelas merupakan dewa utama
dalam Ka’abah dan dipresentasikan dalam bentuk tubuh manusia. Di
sampingnya terdapat tujuh anak panah yang biasa digunakan oleh para
kahin dalam ritual mereka. Menurut tradisi ibn Hisyam, Amr bin Luhayy
mendapatkan sesembahan ini dari bangsa Moab (History of the Arabs from
the Earliest Times to the Present, revisi edisi ke-10, new preface
oleh Walid Khalidi [Palgrave Macmillan, 2002; ISBN: 0-333-63142- 0
paperback], p. 100

KARENA HUBAL ADALAH DEWA SESEMBAHAN YANG UTAMA, MAKA IA DISEBUT `SANG
TUHAN, SANG ILAH’ ATAU `AL-ILAH’.

Di Bawah Muhammad: dari al-Ilah kepada Allah

Muhammad menghancurkan pemujaan terhadap al-Lat, al-Uzza dan Manat,
namun berhenti menyerang sekte pemuja Hubal. Dari sini Wellhausen
(sejarawan-red) menduga bahwa Hubal adalah tidak lain selain Allah,
“dewa” orang-orang Mekkah.

Islam meminjam nama “Allah” dari suku-suku Arab purba. Nama ini
bervariasi di kalangan berbagai suku Nabatean. Pada akhirnya ini
diaplikasikan kepada satu sesembahan yang adalah `Satu-satunya’ dan
`Yang Utama’ (Ibn Warraq, Why I Am Not A Muslim [Prometheus Books,
Amherst NY, 1995], pp. 39-40, 42)

Konsep `Allah’ sebagai terminologi Arab untuk Tuhan yang Mahatinggi
sudah familiar bagi masyarakat Arab di masa Muhammad. Yang dilakukan
Muhammad adalah memberikan makna baru untuk membersihkannya dari
atribut politeisme (H.A.R. Gibb, Mohammedanism: An Historical Survey
[Oxford University Press, London 1961], p. 54)

Berikut ini adalah Hasil-hasil Penelitian mengenai Hubal:

S. Noja (1994): ada metamorfosa semantik dari nama Ba’al (sesembahan
Moab) menjadi Hu-Baal dan akhirnya Hubal, dewa bulan (Arab)

Martin Lings (1983): Hubal adalah nama Arab untuk Baal, dewa Moab yang
dibawa pulang ke Mekkah oleh Khuza dan Jumhur setelah kunjungan mereka
ke Suriah.

Karen Armstrong (1993): Hubal adalah dewa Arab purba tertinggi,
takhtanya ditempatkan di dalam Ka’abah.

Dr. Cesar Farrah (2000): Allah sudah ada sebelum Islam. Berasal dari
`Il’ (Babilonia), `El’ (Kanaan purba), `al-Ilah’ (Bedouin Arab) dan
akhirnya `Allah’ di bawah Muhammad.

Mahmoud Ayyub (2004): Hubal adalah dewa bulan Arab. Sementara ada juga
tiga dewi Ka’abah lain yaitu al-Lat, al-Uzza dan Manat. Al-Lat sangat
mungkin adalah bentuk feminin dari Allah!

Begitulah trasnsformasi kata Baal menjadi Allah adalah sebuah proses
antropologis. Secara kronologis:

Baal (berhala Moab) (Hak 6:31) –> Ha-Baal/Hu-Baal/ Hubal (Noja, 1994;
Lings, 1983) –> al-Ilah (yang utama) (Hitti, 1937; Armstrong, 1993) –>
Allah (Ibn Warraq, 1995; Farrah, 2000; Khalidi, 2002)

Banyak penulis yang mempermasalahkan nama Allah tersebut, namun
sebenarnya tidak ada nama yang cukup mewakili untuk menyatakan siapa
Tuhan itu, Konsep dibalik nama Tuhanlah yang menentukan. TUHAN disebut
dalam berbagai nama dalam suku2 bangsa, Tuhan disebut sebagai YHWH
(Yahudi), Allah (Arab), Jubata (Kalimantan), Debata (Batak), God
(bahasa Inggris).

Lalu seperti apakah konsep Allah menurut Muhammad?

Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub,
dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para
nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS
3:84)

Konsep Allah menurut Muhammad sama dengan konsep YHWH menurut Yahudi,
yaitu monotheisme mutlak (tauhid), dimana Tuhan tidak dapat
diserupakan dalam wujud dan bentuk apapun. Konsep Allah dalam Islam
didapat Muhammad dari para monotheis Arab seperti Zayd bin Amr dan
Waraqah bin Nofal, saudara sepupu Khadijah, istri pertama Muhammad.

Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke
Nosrania (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme
Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali2
menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini ‘Wahai Ahlul
Kitab ! Kalian tidak memiliki dasar berdiri kecuali kalian berdiri
tegak pada Taurat dan Injil.’ (QS 5:6)

Nosrania / Nestorian adalah sebuah sekte yang berasal dari Kristen
Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah
kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen
ortodoks. Yesus baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum
Musa. Ia juga membantah kematian Yesus di tiang salib dan
kebangkitannya sepeti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks.
Injil yang dipakai oleh kaum Nosrania adalah Injil Ibrani (Injil
Matius) namun tidak lengkap pencatatannya. Kitab ini adalah injil yang
ditujukan bagi orang2 Yahudi. Inilah salah satu sebab mengapa Muhammad
menggap bahwa Yesus hanyalah nabi bagi orang Yahudi, persis seperti
ajaran Kaum Nosrania.

LIHAT TOPIK SELENGKAPNYA; BELAJAR AGAMA DARI WARAQAH

Jika konsep Allah Muhammad sama dengan konsep YHWH Yahudi, mengapa
sifat Allah begitu bertentangan dengan sifat YHWH? Tuhan, seperti yang
diucapkan oleh Musa, Yesus, Zoroaster, dan Hinduisme adalah SUMMUM
BONUM (kebaikan yang tertinggi), Allah dilain pihak adalah pribadi
yang bengis, yang ditempa dalam khayalan penciptanya, Muhammad.

Jika Allah benar2 Tuhan, mengapa Allah begitu kejam, dan tanpa belas
kasihan memerintahkan muslim untuk membantai para non muslim?

Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang
kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung
jari mereka. [QS 8:12]

Mengapa Allah mewajibkan umatnya untuk merampok dan menjanjikan harta
rampasan bagi umatnya?

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS
2:216)

Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat
kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu. (QS
48:20)

Mengapa Allah berkolusi dengan setan untuk menyesatkan orang kafir?

Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu
kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat
dengan sungguh-sungguh?,(QS 19:83)

MENGAPA SIFAT ALLAH SAMA DENGAN SIFAT IBLIS?

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa
aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
maksiat) di muka bumi, dan pasti aku (iblis) akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”.
[QS 15:39-40]

Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang2 yang
bertobat kepada Nya”,[QS 13:27]

(yang kamu sembah) selain Allah?” Mereka menjawab: “Mereka telah
hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah
sesuatu”. Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir. [QS
40:74]

Benarkah Allah adalah Tuhan? Ataukah ia hanyalah iblis yang menyamar
sebagai Tuhan? Renungkanlah dengan hati nurani anda!
.http://www.youtube.com/view_play_list?
p=2A31FC10F955DCC0&playnext=1&v=BF5ipq-Qz78

yazir....@gmail.com

unread,
May 20, 2020, 8:40:30 AM5/20/20
to
Asal – Usul Tuduhan yang Tidak Berasas Ini

Tuduhan mengatakan Allah adalah dewa bulan ini dicetuskan oleh seorang Pastor bernama Robert Morey di dalam bukunya The Islamic Invasion. Setelah itu idea yang sama dikembangkan oleh seorang anthropologis yang bernama Carleton S. Coon.

Beliau mendatangkan hujah bahawa Allah yang disembah oleh orang Islam itu merupakan dewa bulan bernama Hubal. Selain dari nama Hubal ia juga disebut sebagai ‘Ilah’ yang disembah bersama dengan berhala al Latta, Uzza, Manat, Manaf dan lain-lain. Perbahasan ini boleh dirujuk dalam artikel ini: (Sejarah Berhala Di Tanah Arab)

Sebelum kedatangan nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab Mekah dahulu telah mengubah ajaran nabi Ismail yang membawa Islam yang mentauhidkan Allah. Akan tetapi datang seorang bernama Amru Ibnu Luhaiy al Khuzai’e yang mula mensyirikkan Allah dengan membawa sebuah patung berhala setelah pulang dari pengembaraannya. Hasil daripada pengaruh berhala yang dibawa oleh Amru Ibn Luhay al Khuzai’e ke Mekah menyebabkan berkembangnya penyembahan dan pengukiran berhala di Mekah.

Setelah itu diutuskan nabi Muhammad SAW bagi memurnikan semula ajaran Islam yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu dan baginda menentang segala fahaman yang membawa syirik kepada Allah. Baginda juga telah memusnahkan 360 buah patung berhala yang dipuja di Kaabah. Berhala-berhala yang disembah oleh orang Arab suatu ketika dahulu itu berfungsi sebagai perantaraan antara seseorang dengan Allah. Fahaman ‘perantaraan’ inilah yang dibanteras oleh Islam.

Berbalik kepada tuduhan Robert Morey, sekira benar agama Islam ini menyembah dewa bulan yang merupakan salah satu berhala yang berada di Kaabah, harus mengapa nabi Muhammad memusnahkannya? Ini bukti jelas yang Islam tidak meletakkan nilai ‘penghormatan’ walau sekecil debu kepada dewa bulan.

Malah lagi parah jika dikaitkan umat Islam menyembah dewa bulan, sedangkan di dalam al Quran Allah jelas mengatakan yang bermaksud:


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari mahupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (Surah Al-Fussilat: 37)

Di dalam ayat ini jelas Allah menyuruh menyembahNya sahaja! Dan bukan menyembah matahari dan bulan. Sekiranya dewa bulan itu dimuliakan, harus mengapa ayat ini menafikan ‘kemuliaannya’?

Akan tetapi Robert Morey cuba mencari hipotesis untuk mengaitkan agama Islam dengan dewa bulan dengan menunjukkan kesan pahatan dewa bulan yang disertakan dengan gambaran ukiran bulan sabit dan bintang. Di atas alasan itu, lalu dia mengaitkan simbol bulan bintang yang berada di kebanyakkan bendera negara Islam dan di menara masjid umat Islam. Selain itu juga beliau cuba menguatkan lagi teorinya dengan mengatakan umat Islam menggunakan kelander mengikut kiraan bulan sepertimana bulan sabit bagi mengetahui masuknya bulan Ramadhan dan juga Syawal.

Jika dilihat kepada keseluruhan hujah Robert Morey, beliau hanya berdiri di atas dua hipotesis ini sahaja untuk mengaitkan dewa bulan itu kepada Allah.

Pertama, Robert Morey menggunakan alasan umat Islam menggunakan simbol bulan dan bintang di bendera mereka adalah sebagai bukti umat Islam mendewa-dewakan dewa bulan. Hujah ini paling tidak logik sekali kerana jika dibilang jumlah bendera umat Islam yang tidak menggunakan simbol bulan bintang adalah lebih banyak. Seperti negara Arab Saudi, Afghanistan, Bahrain, Brunei, Mesir, Maghribi, Kuwait, Iraq, Palestin, Sudan, Syria, UAE, Yaman, Bangladesh, Indonesia, Qatar dan banyak lagi negara yang majoriti umat Islam yang tidak menggunakan simbol tersebut. Ini menunjukkan simbol itu bukan simbol keagamaan.

Malah terdapat banyak masjid yang dibina tidak menggunakan simbol bulan dan bintang dan tidak ada apa-apa kelebihan terhadap simbol itu.

Kedua, di dunia ini kita sedia maklum memiliki beberapa jenis kalender untuk mengira hari, bulan dan tahun. Antaranya adalah kalender bulan, solar dan juga lunisolar. Ini adalah sistem perkiraan yang sangat terkenal dari zaman berzaman. Malah, di dalam Islam, bermula pada zaman Umar al Khattab telah menetapkan kalender Hijjriyah sebagai Kalender umat Islam dengan memakai perkiraan bulan. Malah bukan setakat Islam sahaja, di dalam kalender masyarakat Cina dan Jawa, mereka juga memakai kalender bulan. Timbul persoalan, adakah wajar disebabkan perkara itu kita mengatakan mereka menyembah dewa bulan? Sudah tentu tidak kerana ia hanyalah sekadar perkiraan hari, bulan dan tahun sahaja.

Dan sekiranya terdapat masyarakat yang menggunakan kelendar matahari seperti Iran, Baha’I, Koptik dan lain-lain, adakah boleh untuk kita membuat hipotesis bahawa mereka menyembah dewa matahari? Sudah tentu tidak.

Sekiranya dengan hal sebegitu boleh dihipotesis semudah itu harus mengapa tidak mengatakan golongan astronomis dan saintis itu penyembah dewa-dewi Rom? Ini kerana mereka menamakan planet dengan nama-nama dewa seperti Mars, Jupiter, Pluto, Neptune, dan Mercury. Adakah mereka juga Paganisme?

Ini menunjukkan kedua-dua hipotesis yang dikemukan oleh Robert Morey ini terbukti gagal dan tidak mendasar. Jika benar ingin membawa hujah berkaitan dengan kepercayaan dan aqidah sesebuah agama maka hendaklah datangkan teks di dalam kitab sucinya yang menganjurkan perkara itu. Bukan sekadar mencarik-carik info di dalam bahagian lain lalu cuba tampalkan di wajah sesebuah agama.

Seorang teologi di dalam Kristian bernama James White sendiri mengatakan dakwaan yang dikemukakan oleh Pastor Robert Morey itu tidak berasas, malah :

Ia argumen tidak berasas. Semua debat berkaitan tajuk ini kita kalah. Tak perlu gunakannya.
Dr James White

Adapun sebahagian orientalis lain seperti Carleton S. Coon mendakwa nama kepada Allah itu berasal daripada kata nama Illah yang disandarkan kepada patung Hubal yang disembah oleh orang Arab. Akan tetapi dari segi bahasa nama ini jelas berbeza. Malah di dalam bahasa Arab perkataan Ilah boleh bermaksud sembahan dan tuhan-tuhan selain daripada Allah. Malah di dalam al Quran Allah menggunakan orang yang mempertuhankan hawa nafsu juga digunapakai perkataan Ilah:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya” (Surah al Jasiyah: 23)

Ilah boleh bermaksud bermacam bagi sesuatu yang disembah. Manakala Allah adalah nama ekslusif yang mengisyaratkan kepada Tuhan Yang Maha Segala-Galanya. Malah sebelum kelahiran nabi Muhammad di Kota Mekah, orang Arab sudah menggunakan perkataan Allah bagi mengisyaratkan Tuhan Yang Maha Tinggi. Malah, Allah tidak pernah digambarkan dan dipatungkan, berbeza dengan dewa atau ‘Ilah’ di Mekah yang mana ia diukir dan diberhalakan.
Islam Bukan Agama Simbol

Jika dilihat Kristian memiliki simbol salib, Yahudi memiliki simbol bintang Daud, Hindu memiliki simbol OM, Buddha memiliki simbol Cakra lapan sila manakala Islam pula sering kali disimbolkan bulan dan bintang.

Pokok asalnya dalam Islam tidak memiliki simbol-simbol bagi melambangkan agamanya. Bermula pada zaman nabi, sahabat dan genersi seterusnya tidak pernah mengekslusifkan mana-mana simbol sebagai lambang agama.

Manakala bulan dan bintang pula adalah simbol yang diperkenalkan oleh pemerintahan khilafah Islam Turki Uthamaniyah. Bendera Khilafah Turki dahulu memperkenalkan simbol bulan bintang sebagai identiti kerajaan Khilafah Islam dan setelah jatuhnya Khilafah Uthmaniyyah maka negara-negara Islam lain masih mengekalkan simbol ini di bendera mereka.

Umat Islam tidak ada masalah jika dibuang simbol bulan dan bintang kerana ia adalah simbol kerajaan yang menyatukan umat Islam pada suatu ketika dahulu dan bukan simbol agama. Simbol itu dibuat di atas beberapa falsafah yang berkaitan dengan kemuliaan mengikut tanda aras anak bulan ketika bulan ramadhan dan syawal.
Kesimpulan

Islam menolak segala unsur yang memperduakan Allah. Tuduhan yang mengatakan Allah yang merupakan Tuhan kita semua itu sebagai dewa bulan adalah tidak benar. Samada dari sudut sejarah dan juga etimologi kalimah jelas membuktikan ia berbeza. Dakwaan yang dilemparkan oleh Robert Morey itu jelas merupakan dakwaan yang tidak berasas. Sekiranya dia ingin membincangkan soal aqidah dan keimanan maka datangkanlah bukti di dalam bentuk pendalilan khususnya teks di dalam al Quran dan Hadis. Contoh, datangkan bukti ayat al Quran mengatakan “sembahlah dewa bulan” bagi membenarkan tuduhan itu. Akan tetapi al Quran dan hadis tidak menyebut mengenainya. Tuduhan yang dilemparkan oleh golongan orientalis hanyalah hipotesis yang lemah semata-mata.

Begitu juga, jika argumen yang sangat dangkal dan cetek, serta telah lama dibuktikan salah itulah yang dipilih oleh pihak misionari untuk meruntuhkan Islam, maka ia hakikatnya ia menunjukkan kebenaran Islam yang tidak mampu dibantah akal yang waras.
0 new messages