Suplemen Herbal apa yang Cocok? 1, Kunyit

17 views
Skip to first unread message

light99

unread,
Feb 21, 2015, 1:06:08 AM2/21/15
to Segar Bugar Sepanjang Masa Tanpa Obat & Tanpa Suplemen

Suplemen Herbal apa yang Cocok? 1, Kunyit


Sudah amat sering kita membicarakan tentang suplemen. Tapi, toh masih terlalu banyak pertanyaan dan pernyataan yang masuk : “apa suplemen yang harus kita minum?”, “Suplemen X ini bagus sekali untuk melumasi persendian dan menguatkan tulang”, “suplemen Y bagus sekali untuk mencegah kanker”, “banyaklah makan buah dan sayur segar untuk mencegah kolesterol jahat dan berbagai penyakit generatif”. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa bayam dan ketimun bisa menyembuhkan kanker.


Kali ini, kita akan membahas tentang suplemen herbal lagi. Konon, iklannya selalu mengatakan tanpa efek samping tetapi mampu memberikan begitu besar kesembuhan. Mereka juga mengatakan bahwa suplemen herbal itu alami dan “tanpa bahan kimia”.

Masih kah di antara kita yang percaya pada hal tersebut?


Masih kah di antara kita yang percaya bahwa “makin  bertambah usia kita” maka “makin berkurang masa tulang kita” sehingga makin banyak pula suplemen yang kita perlukan?


Para produsen itu, apakah produsen herbal atau yang buatan farmasi, selalu menanamkan suatu paradigma bahwa makin tua kita makin perlu suplemen. Mereka juga mengatakan bahwa untuk menjadi tumbuh besar, kuat dan pintar maka kita memerlukan protein dan vitamin yang memadai.

 

Alami


Tidak semua yang dikatakan alami itu aman untuk kita konsumsi. Daun ganja toh juga alami bukan?


Contoh yang lain, misalnya, Bunga Terompet Malaikat (Angel Trumpet Flower,  Brugmansia). Sekalipun pada kadar tertentu ,dalam pengobatan, bunga terompet terkadang bisa digunakan sebagai obat penenang tetapi sesungguhnya semua bagian dari tanaman bunga terompet sangat beracun, terutama biji dan daunnya. Pada tahun 1994, di Florida Amerika Serikat, 112 remaja belasan tahun dibawa ke rumah sakit karena mengkonsumsi bunga terompet1). Konsentrasi alkaloid ada tiap bagian bunga terompet sangatlah bervariasi, bahkan juga tergantung pada musim dan pengairannya, sehingga hampir tidak mungkin menentukan dosis aman yang tepat pada bunga  ini2).


Inline image 2


1) Roberts MF et al. “Alkaloids: Biochemistry, Ecology, and Medicinal Applications” : 28, Springer, 1998.

2) Van der Donck I et al., "Angel's Trumpet (Brugmansia arborea) and mydriasis in a child - A case report", Bulletin de la Societe Belge, 2004.

 

Masih banyak tanaman lain yang juga mematikan3).


3) http://www.planetdeadly.com/nature/most-poisonous-plants

 

Unsur kimia seperti besi dan merkuri juga terdapat di alam, tetapi toh mereka mengganggu sistem metabolisme tubuh bila kita konsumsi.

 

Tumeric (Kunyit)


Setelah flax seed dan wheatgrass, turmeric menempati peringkat ketiga dalam penjualan suplemen.

Inline image 3


Tidaklah mengherankan kunyit menjadi terkenal, yaitu karena para peneliti di dunia mengakui bahwa curcumin, yang merupakan zat aktif yang banyak terdapat pada turmeric (kunyit) dan sedikit pada jahe, memiliki kemampuan yang baik sebagai penurun kolesterol4),  anti peradangan dan pengobatan kanker, terutama kanker payudara dan kankrer prostat 5,6,7).

4) Ini dilakukan oleh para peneliti dari Indonesia.

Alwi l et al., “The Effect of Curcumin on Lipid Level in Patients with Acute Coronary Syndrome”, Acta Medica Indonesiana Indonesian Society of Internal Medecine 40(4):201-10, 2008.

5) Marie-Hélène T et al., “Chemopreventive Potential of Curcumin in Prostate Cancer”, Genes & Nutrition 5(1): 61–74, 2010.

6) Zanotto F et al., “The Curry Spice Curcumin selectively Inhibits Cancer Cells Growth in vitro and in Preclinical Model of Glioblastoma“  The Journal of Nutritional Biochemistry 23(6):591-601, 2012.

7) Dongwu Liu et al., “The Effect of Curcumin on Breast Cancer Cells”, Journal of Breast Cancer 16(2): 133–137, 2013.

 

Walaupun sesungguhnya merupakan pengobatan ayurvedic, tetapi ilmuwan juga mengakui bahwa turmeric dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer dan demensia (gejalanya : mudah lupa, linglung dst) 8).


8) Nozomi Hishikawa et al., “Effects of Turmeric on Alzheimer's Disease with Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia”,  An International Quarterly Journal of Research in Ayurveda 33(4): 499–504, Oct- Dec 2012.

 

Hmm, si kunyit begitu hebat ya? Hanya saja, para peneliti juga menemukan bahwa kunyit juga dapat meningkatkan pembentukan batu ginjal dan batu empedu9).


9) Minghua Tang et al., “Effect of Cinnamon and Turmeric on Urinary Oxalate Excretion, Plasma Lipids, and Plasma Glucose in Healthy Subjects 1,2,3”, The American Journal of Clinical Nutrition 87 no. 5 1262-1267,  May 2008

 

Kunyit juga bisa menyebabkan pendarahan dan memperlambat pembekuan darah10), sehingga karena itu juga bisa menyebabkan anemia. Kita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi suplemen kunyit sekurangnya 2 minggu sebelum operasi. Karena menyebabkan pendarahan maka juga akan mempertinggi resiko keguguran pada mereka yang hamil. Kunyit juga dianjurkan tidak dikonsumsi bagi mereka yang sedang menstruasi.


10) Curcumin may have the potential to contribute to the development of anemia in patients with marginal iron status.

Yan Jiao et al., “Curcumin, a Cancer Chemopreventive and Chemotherapeutic Agent, is a Biologically Active iron Chelator”,    The American Society of Hematology, Blood : 113(2): 462–469, January 2009.

 

Jadi, sekalipun herbal, sekalipun dikatakan alami, tetapi kunyit tetap juga obat, yang sudah pasti punya efek samping.


Mencegah penyakit atau menjaga kesehatan badan dengan mengkonsumsi suplemen berarti juga meningkatkan resiko atas efek sampingnya.

Suplemen, seperti juga antibiotika, pembedahan dst, tetap merupakan sistem terapi, dan hanya digunakan atau dilakukan jika dan hanya jika kita benar-benar terpaksa.

Pertanyaan klise, “apakah tangan yang tidak terluka harus kita jahit atau diobati?”

Inline image 4

 

Tubuh memerlukan istirahat dari beban yang begitu banyak. Gunakanlah suplemen sesuai ukuran dan di bawah pengawasan mereka yang benar-benar mengetahuinya, dan hanya bila terpaksa.


Pemeriksaan dini memang mungkin diperlukan, tetapi pengobatan dini sungguh sering lebih berbahaya daripada penyakitnya itu sendiri. Mengapa tidak berusaha terlebih dahulu mengurangi beban kepada tubuh dan baru kalau terpaksa kita mencari obat untuk mengatasinya?


Bagaimana dengan Chia-Seed yang sekarang begitu populer?


Ikuti diskusi yang akan datang.


(bersambung)

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages