Tsunami tak terduga terjadi di Palu justru beberapa saat setelah BMKG mencabut peringatan bahaya Tsunami. Di tengah teluk yang begitu menjorok ke daratan dan di Selat Makasar (bukan di samudera luas), bagaimana bisa terjadi Tsunami setinggi 3 m yang mampu meluluhlantakan semua yang ada di atas pesisir Kota Palu? Berbagai ahli geologi mulai berteori mencoba menjelaskan semua itu, tapi apa yang bisa kita lakukan?
Bencana Palu ini sangat memilukan dan merupakan bencana susulan setelah gempa di Lombok.
Apa yang terjadi dengan Bumi ini? Bumi tak pernah marah dengan kita, tapi ulah manusia terlalu sering membuat bencana bagi dirinya sendiri.
Peternakan memang sumber segala bencana dan polusi terbesar di atas planet ini. Tapi, kalau bukan para ahli iklim dunia, kalau bukan para artis Hollywood, kalau bukan sejumlah artis yang peduli lingkungan, siapa yang tergerak untuk berhenti mengkonsumsi dan menggunakan produk yang mendukung terjadinya peternakan?
Sekitar satu juta orang kelaparan di dunia ini, tetapi orang lebih suka memberikan hasil panen kepada ternak. Di beberapa daerah di Australia, bahkan orang lebih suka memberikan air kepada domba biri-biri ketimbang menggunakannya untuk kepentingan rumah tangganya sendiri. Pemerintah setempat membatasi penggunaan air untuk kepentingan rumah tangga. Sungguh ironis..
Akibat gas rumah kaca yang makin menebal, energi matahari ke
Bumi terus berakumulasi sehingga tidaklah heran jika akselarasi gerakan
lempeng-lempeng tektonik di Bumi ini makin besar.
Nah, apa lagi biangkerok utama terjadinya penebalan gas rumah kaca, kalau bukan
peternakan?
Baca : Crisis to Peace untuk keterangan lebih renik
dan tentunya
Be Veg Go Green to Save The Planet!