Sudah lama saya tidak menulis artikel di segarbugarsepanjangmasa. Kesibukan selalu menjadi dalih untuk tidak melanjutkan penelitian. Sekurangnya, tak ada tulisan yang bisa dipublikasi. Pengamatan hanya bersifat sporadis dari baca sana sini dan melihat berbagai kejadian.
Tapi ada yang menarik untuk diamati, yang sangat menggelitik untuk menulis, yaitu tentang apa yang disebut dengan sains atau ilmiah, terutama pada kasus kanker. Seorang sahabat dekat bak saudara divonis kanker stadium lanjut padahal orangnya ceria, aktif, dan sudah cenderung menjalani segarbugar. Dia sudah vegan beberapa tahun. 'Apa.yang salah pada diriku?', tanyanya kepada saya. Hingga sekarang pun saya masih menanyakan pada diri sendiri, 'Oh, kok dia? kok bisa?
Tentang hidup segarbugar....
. Yang sudah dipublikasi di jurnal penelitian terkenal tidak menjamin suatu kebenaran, walau sekurangnya kita lebih dapat mempercayainya dan bahkan bisa kita gunakan sebagai referensi pada tulisan kita. Tanpa referensi dari jurnal, tulisan kita jadi kurang keren.
Eh, tapi apa.hubungannya dengan segarbugarsepanjamasa?
Selama ini saya selalu mendasari tulisan saya dengan hasil penelitian yang ada pada jurnaljurnal. Heheheh, supaya kelihatan keren saja sih dan lebih bisa dipercaya.
Walau begitu saya juga masih sering skeptis pada apa yang pernah saya tulis. Apa iya sih?
Madih ingat curhatan si erica lebang, rawfoodist indonedia, yang mamanya berhasil memperpanjamg usianya (masih segar hingga sekarang, padahal empat tahunan yang lalu sudah divonis usianya tinggal beberapa bulan) dengan menjadi 70 % rawfoodist? Mamanya itu seorang dokter dan walau mau menjalani gaya hidup segar bugar tapi masih berkeyakinan bahwa kanker itu adalah bawaan, genetik. Seperti banyak para herbalis bilang, 'Tuhan itu tidak menciptakan kanker'..,, kata mas.erica. Trus, siapa dong.yang menciptakan kanker, mas eric? Ilmuwan ya?
Hahahah,.saya setuju itu, ilmuwan memang biangkeroknya...
Debat tentang gaya hidup segarbugar terus berlanjut. Berbagai penelitian yang dipublikasi di jurnal penelitian saling bertentangan dan mempertentangkan satu sama lain.
Walau tidak banyak, ada juga.yang.sembuh dari kanker dengan sistem pengobatan bedah, kemo dan radiasi. Banyak juga penganut segarbugar yang meninggal karena kanker.
Oh, lalu, mana yang kita pilih?
Penganut segar bugar yang akhirnya meninggal.tidak mengalami rambut gundul, tidak mengalami mual dan perubahan emosi yang tinggi, Mereka yang puasa total banyak yang sembuh (karena mungkin yang gagal tentu tidak dipublikasi). Kalau yang meninggal palingan juga karena kelaparan atau lemas.
Jadi sebenarnya tinggal pilihan. Kalau lingkungan mendukung, meninggqal dengan pola segarbugar tentu akan membahagiakan. Tidak ada kesan heroik yang pantas jadi cerpen 'perjuangan melawan kanker', karena dia tak pernah melawan sedikitpun. Kebahagian seakan hanya menjadi miliknya sendiri...
Tidak ada juga yang nampak menjadi 'miracle' untuk mencapai kesembuhannya, Kanker akan menjadi bagian hidupnya, anggota tubuhnya, hingga ajal tiba .
Yang sembuh, juga bukan keajaiban. Apanya yang ajaib sih kalau virus komputer tidak menyebar garagara kita tidak menghidupkan komputer?
Namun, kalau lingkungan tidak mendukung dan justru membuat kita stres, pengobatan atau perlawanan dan kekerasan tetap bisa menjadi pilihan terbaik dari yang begitu buruk.
salam segarbugarsepanjangmasa untuk.semua dan juga untuk sahanat yang punya sahabat baru kanker stadium lanjut di.tubuhnya...
Sahabat.., selama menikmati hidup segaebugar dan bahagia..