Sambil mengisi kekosongan di tengah kurungan ruang dan waktu
dan setelah gagal menerawang tentang spesies baru yang mungkin terbentuk
setelah wabah corona usai, lalu jadi ingin membuat semacam ringkasan atau kilas
balik..
_serial ke-4 dari 8 serial_
*Berbicara melalui Air*
Masih ingat dengan Dr. Masaru Emoto? Beliau mengatakan bahwa air akan membentuk
suatu konfigurasi molekul yang indah ketika kita berbicara yang baik dengan
air, dan molekul air akan berubah buruk ketika kita berbicara sesuatu yang
buruk. Tapi, tentu saja tidak hanya air yang begitu, getaran kebaikan akan
meneruskan konfigurasi kebaikan, getaran buruk akan meneruskan konfigurasi
buruk. Air mudah didapat dan ada di mana-mana, dan mungkin karena itu Dr.
Masaru Emoto memilih air sebagai obyeknya.
Seandainya itu udara atau benda gas tertentu yang digunakan sebagai percobaan
maka konfigurasi itu akan cepat buyar sehingga kita tak sempat bisa
memperhatikannya.
Seandainya itu benda padat yang digunakan sebagai percobaan maka diperlukan
getaran yang sangat kuat untuk bisa mengubah strukturnya. Sebuah suara ledakan yang kuat bisa
memecahkan kaca-kaca jendela bukan?
Kalau dalam jumlah banyak kita mengatakan sesuatu bersama-sama pada frekuensi atau nada yang sama maka suara kita akan terdengar jauh lebih keras ketimbang kita mengatakannya sendiri. Begitu juga jika kita berpikir bersama-sama dengan kuat pada hal yang sama, juga akan bisa mempunyai kekuatan sendiri. Oleh karena itu, marilah kita berdoa untuk kebaikan dunia bersama-sama!
Pernah beberapa orang membuat percobaan pada salah satu siswa di kelas (_jangan dicoba_), siswa itu dalam keadaan sehat walafiat, tapi tiap teman sekelas yang menemuinya selalu berkata, “kamu kok pucat?”, “kamu sakit?” dst, dan akhirnya, apa yang terjadi, siswa tersebut menjadi benar-benar sakit.
Nah, apa yang terjadi di peternakan ayam dan peternakan
sapi? Apa yang terjadi pada saat mereka digorok dan disembelih? Mungkin itu
hanya seekor ayam, mungkin itu hanya seekor anak sapi yang baru lahir yang
dipisahkan dari induknya, tapi rintihan begitu banyak hewan itu terkumpul
menjadi suatu sehingga mempunyai kekuatan yang luar biasa. Rintihan itu tidak
terjadi bersama, tapi frekuensinya hampir serupa, yaitu ketakutan dan kesakitan,
sehingga menimbulkan kekuatan yang luar biasa.
Getaran keras dan buruk itu mempengaruhi konfigurasi berbagai hal, dari air,
dari udara, dari benda-benda hingga konfigurasi molekul protein.. dan dari situlah virus yang mengganggu tubuh
terbentuk.
Tidak disengaja memang, para hewan itu tidak membalas, mereka juga tidak berdoa menyumpahi manusia. Konfigurasi keburukan terjadi begitu saja dari kumpulan ketakutan dan kesakitan yang luar biasa pada saat mereka berada di peternakan, ketika mereka dalam proses pengiriman dan terakhir pada saat mereka digorok atau disembelih..Ada sekitar 56 miliar hewan setahun yang dibunuh untuk kepentingan makanan sekitar 8 miliar manusia di dunia ini. Tak terbayangkan betapa besar pengaruh energi keburukan merambat ke mana-mana.
Tentu tak hanya konfigurasi molekul protein yang berubah
sehingga menjadi covid-19, tapi tentu juga berbagai keburukan yang lain timbul.
Temperamen tinggi dan perang bukan tidak mungkin juga terbentuk akibat
akumulasi dan kumpulan getaran buruk itu. Bencana alam, global warming hingga
climate change tentu jadi bagian dari efek ini semua. Sudah amat banyak orang
tahu bahwa global warming dan climate changet terutama (50%) disebabkan oleh
sektor peternakan dan perikanan bukan?
Masihkah kita ingin meneruskannya?
Masihkah kita akan merusak alam ini dengan mengkonsumsi daging atau telur atau
susu dan berbagai produk hewani di
piring kita? Masihkah kita ingin membiarkan 1 miliar orang kelaparan sementara
kita lebih suka memberikan hasil ladang untuk peternakan dan perikanan?
Masihkah kita ingin menciptakan berbagai konfigurasi
keburukan dengan terus mengkonsumsi dan menggunakan produk hewani?
Hanya ada dua pilihan bagi kita
dunia akan menjadi lebih baik dan menjadi surga penuh kedamaian selama kita hidup
atau untuk generasi mendatang,
atau menjadi hancur dan spesies kita tinggal menjadi kenangan dan obyek para
antroplog pada masa mendatang.
Semua itu bisa terjadi tergantung pada semua yang kita lakukan sekarang.
Masihkah kita selalu berdoa dan meminta kedamaian dan
kebahagiaan kepada Tuhan sementara kita sendiri terus merusaknya sendiri?
Lalu, apa dong solusinya?
Ikuti serial berikutnya …
(_bersambung_)