Apakah scrum wajib menggunakan story point atau bisa dimodifikasi dengan penggunaan mandays?

329 views
Skip to first unread message

Muhammad Ridwan Nawawi

unread,
Oct 18, 2015, 3:00:29 AM10/18/15
to scrum-i...@googlegroups.com
All,

Maaf saya silent reader selama ini :D.
Mau tanya nih tentang scrum planning. Di buku saya baca, planningnya menggunakan story point yang dapat dibantu menggunakan tool planning poker. Tapi seperti yang kita ketahui dalam metode konvensional adalah dengan estimasi mandays yang diperlukan untuk pengerjaan task tersebut. Disini saya mau tanya, apakah rekan2 yang telah mengimplementasikan scrum menerapkan konsep story point ini atau memang dimodifikasi dengan tetap menggunakan metode estimasi mandays? Hal ini saya tanyakan karena saya kurang familiar dengan story point yang menurut saya subjective dari masing2 kemampuan developer.

Mohon infonya yah. Terima kasih sebelumnya.

Thanks,



Muhammad Ridwan Nawawi

Ivan Darmawan

unread,
Oct 25, 2015, 9:04:30 PM10/25/15
to scrum-i...@googlegroups.com

Scrum tidak harus menggunakan story point. Namun bila ingin bermain dengan metric silakan pakai story point. Jangan bermain metric bila tidak diperlukan. Lakukan pengukuran metric secara realtime dengan Scrum events.

Story point terlalu subyektif? Yup, benar dan itu tujuannya... Dengan Scrum, software development menjadi subyektif untuk enforce self organizing. Subyektif dalam arti developer akan mengambil ownership dan lebih merasa memiliki.

--
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "Scrum Indonesia Community" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke scrum-indones...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


--
Regards,
Ivan Darmawan

Daud Mukadar

unread,
Oct 25, 2015, 10:32:48 PM10/25/15
to scrum-i...@googlegroups.com
Nimbrung ya, Om Ivan,

Dengan subjektivitas ini, berarti tidak ada yg pasti dong yah?
satu2nya cara mengkaitkan dengan man days hanya velocity ya, 
karena sifatnya yg subjektif ini jadi tidak bisa ada 1 panduan yg pasti, misal:
 * tiap orang harus deliver sekian poin per hari
 * velocity tim bisa beda, meskipun mungkin sebagian orang yg sama join di 2 tim berbeda

btw, pernyataan ini maksudnya gimana ya, pak?

Jangan bermain metric bila tidak diperlukan. Lakukan pengukuran metric secara realtime dengan Scrum events.

bukannya penentuan story point itu sudah pakem yg mesti diikutin?
saya sendiri ngerasa dengan menentukan story point, secara tidak langsung anggota tim sudah menganalisa tingkat kesulitan setiap pekerjaan, meskipun secara sepintas, tapi ini membantu mereka membayangkan sebesar apa skup fitur yg akan digarap.

awalnya mungkin metrik lebih penting buat managemen buat tahu posisi project,
tapi kalau tim-nya bener2 mandiri, kan metrik juga berguna buat mereka mengukur performa diri sendiri, apa bukan gitu tujuannya?

Thanks,
Daud Mukadar

Joshua 스크람 Partogi

unread,
Oct 25, 2015, 10:40:10 PM10/25/15
to scrum-i...@googlegroups.com
Semua estimasi dalam software development ya akan subyektif lah Pak Ivan selama developernya yang kasih estimasi, mau itu pakai satuan waktu, point, ukuran baju, suit jari, jelly bean, persentase alkohol dalam bir.
@jpartogi

Ivan Darmawan

unread,
Oct 26, 2015, 12:47:23 AM10/26/15
to scrum-i...@googlegroups.com
Tidak ada yang pasti. Velocity juga tidak akan menunjukkan kepastian. Bolehlah sebagai guidance tapi bukan sebagai tujuan. Tujuan adanya sprint timebox dan iterasi adalah untuk mengatasi ketidakpastian itu.

Scrum tidak mengharuskan kita menggunakan story point dalam planning. Story point tidak disebutkan di dalam Scrum guide. Story point diambil dari XP. Mempraktikan XP di dalam Scrum adalah boleh dan sangat populer.


>awalnya mungkin metrik lebih penting buat managemen buat tahu posisi project,
>tapi kalau tim-nya bener2 mandiri, kan metrik juga berguna buat mereka mengukur performa diri sendiri, apa bukan gitu tujuannya?

Utamakan mengukur metrik bisnis daripada metrik kinerja team. Tapi silakan saja bila mampu mengukur metrik bisnis dan team sekaligus. Jangan sampai team menghabiskan waktu untuk metrik daripada untuk kualitas kode.

Scrum menghargai baik hal subyektif dan obyektif selama keduanya mendukung transparansi empiris. Jangan sampai kita berdebat dengan bilang: "Obyektif menurut siapa (subyek)?".

Regards,
Ivan Darmawan
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages