Suangguah satapan pagi nan angek di pagi ko...
JIKO IYO MODE ITU...tantulah nan MANULIH milis ko...sarupo pulo jo nan di tulihnyo...jiko lai taunyo jo kato nan apek lai tau jo ereng jo gedeng komlai untuang ka mujua nan ma angkek carito nan ko...lai tan tu jo ADAIK BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH....nan tantu jo nan dia teh ko indak ka babuek sarupo nan batulijkan...
Jujur ambo tasingguang karano mambao namo minang...
Jiko di tujukan kasalah satu urang tp nyo urang minang ndak k ba a do...
Iko sabagai pambadiang sajo...
Ambo bakarajo di salah satu prusahaan swasta...nan babagai etnis ado di dlalm nyo mulai dar urang padang, jawa, medan, flores, ambon dll...suatu kutiko ambo mandanga nan bacarito dari toilet ba akecek urang kini...di sabuiknyo URANG PADANG DARI TOILET..."kenapa..??"tanyo kawannyo..."iya toiletnya bau jengkol..."nan kecek paja ko...mandanga itu darah ambo langsung tasirok ...sacaro spotan sajo kerah baju paja ko ambo angkek ambo sandakan kadindiang...sambia manggaham..."KECEK WA ANG URANG PADANG SAJO NAN MAKAN JARIANG...KAN DATANG KALAU KA MANGECEK PIKIA BANA DULU...JAJ ASA KA BAROYAK CE PARUAH BURUAK TU.,."disiko ambo bukan mancaritokan bagak taunkareh angok ambo...tapi kalau la manyabuik MINANG ATAU PADANG ko ambo sangaik sensitif ban...
Wasalam
Eko
Rang kampai minang
Asa koto nan godang payokumbuah
Alun takilek lah takalam
MEMBUKA AIB ORANG LAIN SAMA DENGAN MEMAKAN BANGKAI
Pada dasarnya diharamkan bagi seorang muslim mengungkapkan aib saudaranya karena ini termasuk kedalam perbuatan ghibah, yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesama muslim pada saat orang itu tidak ada dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan.
Para ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk kedalam kategori dosa besar, sebagaimana disebutkan didalam firman Allah swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ
الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب
بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya : “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
Didalam shahih Muslim dari hadits al ‘Ala bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairoh bahwa Nabi saw bersabda,”Tahukah kalian apa itu ghibah?’ para sahabat bertanya,”Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahuinya.” Beliau saw bersabda,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.’ Beliau saw ditanya,’Apa pendapatmu, jika pada saudaraku itu benar ada apa yang aku katakan?’ beliau saw bersabda,’Jika apa yang engkau katakan itu benar (ada pada saudaramu) maka sungguh engkau telah melakukan ghibah dan jika apa yang engkau katakana itu tidak benar maka engkau telah berdusta.”
Namun ghibah atau menyebutkan aib saudaranya untuk suatu kepentingan maka dibolehkan, dan diantara hal-hal yang dibolehkannya ghibah adalah :
1. Adanya unsur kezhaliman.
Dibolehkan bagi seorang yang dizhalimi untuk mengadukannya kepada penguasa atau hakim atau orang-orang yang memiliki wewenang atau orang yang memiliki kemampuan untuk menghentikan kezhaliman orang yang berbuat zhalim itu kemudian orang itu mengatakan,”Sesungguhnya si A telah merzhalimiku, dia telah berbuat ini kepadaku, dia telah mengambil itu dariku atau sejenisnya.”
2. Meminta pertolongan untuk menghentikan kemunkaran dan mengembalikan orang-orang yang berbuat maksiat kepada kebenaran dengan penjelasannya yang mengatakan kepada orang yang diharapkan kesanggupannya untuk menghilangkan kemunkaran dengan mengatakan,”Si A melakukan ini dan itu maka cegahlah dia, atau perkataan sejenisnya.” Maksudnya adalah untuk menghilangkan kemunkaan dan jika tidak ada maksud yang demikian maka diharamkan.
3. Meminta fatwa, seperti penjelasannya kepada seorang mufti,”Ayahku telah menzhalimiku atau saudaraku atau fulan dengan perbuatan ini. Adakah balasannya ? Bagaimana caranya untuk melepaskan diri dari perbuatan itu dan mendapatkan hakku serta mencegah kezhaliman itu terhadapku?’ atau perkataan-perkatan seperti itu, maka hal ini dibolehkan untuk suatu kepentingan.
Namun yang lebih baik baginya adalah dengan mengatakan,”Bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang melakukan perbuatan ini dan itu, atau seorang suami atau istri yang melakukan ini dan itu atau sejenisnya.” Ia hanya menyampaikan substansinya tanpa menyebutkan orangnya meski jika menyebutkan orangnya pun dibolehkan, berdasarkan hadits Hindun yang mengatakan,”Wahai Rasulullah saw sesungguhnya Abu Sofyan adalah seorang yang kikir…” dan Rasulullah saw tidaklah melarang Hindun.
4. Memberikan peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan kejahatannya. Hal itu dalam lima bentuk sebagaimana disebutkan Imam Nawawi :
a. Mengungkapkan ‘cacat’ para perawi dan saksi yang memiliki cacat, ini dibolehkan menurut ijma’ bahkan diwajibkan demi menjaga syariah.
b. Memberitahukan dengan cara ghibah saat bermusyawarah dalam permasalahan keluarga besan, atau yang lainnya.
c. Apabila engkau menyaksikan orang yang membeli sesuatu yang mengandung cacat atau sejenisnya lalu engkau mengingatkan si pembeli yang tidak mengetahui perihal itu sebagai suatu nasehat baginya bukan bertujuan menyakitinya atau merusaknya.
d. Apabila engkau menyaksikan seorang yang faqih, berilmu berkali-kali melakukan perbuatan fasiq atau bid’ah sedangkan orang itu menjadi rujukan ilmu sementara kemudharatan yang ada didalam perbuatan itu masih tersembunyi maka hendaklah engkau menasehatinya dan menjelaskan perbuatannya itu dengan tujuan memberikan nasehat.
e. Terhadap seorang yang memiliki kekuasaan (amanah) yang tidak ditunaikan sebagaimana mestinya dikarenakan dirinya tidak memiliki kemampuan atau karena kefasikannya maka hendaklah hal itu diungkapkan kepada orang yang memiliki wewenang atau kemampuan untuk menggantikan orang tersebut dengan orang lain yang lebih mampu, tidak mudah tertipu dan istiqomah.
5. Apabila kefasikan atau bid’ah yang dilakukannya sudah tampak terang maka dibolehkan mengungkapkan yang tampak terang itu saja dan tidak dibolehkan baginya mengungkapkan aib-aib selain itu kecuali jika ada sebab lainnya.
6. Sebagai pengenalan atau pemberitahuan… apabila seseorang telah dikenal dengan gelar si Rabun, si Pincang, si Biru, si Pendek, si Buta, si Buntung atau sejenisnya maka dibolehkan baginya untuk mengenalkannya dengan perkataan itu dan diharamkan menyebutkannya dengan maksud menghinakannya akan tetapi jika dimungkinkan untuk pengenalannya dengan selain gelar-gelar itu maka hal ini lebih utama. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 11445 – 1146)
Dengan demikian dibolehkan mengungkapkan aib korupsi yang dilakukan para pejabat dikarenakan adanya kemaslahatan didalamnya yaitu untuk menghentikan kezhalimannya yang dapat merugikan negara dan menyengsarakan masyarakat dan agar para pejabat lainnya tidak melakukan perbuatan itu atau pun agar pejabat itu diganti dengan pejabat lainnya yang lebih baik dan amanah.
Mentaati Pemimpin
Selain hadits-hadits yang anda sebutkan diatas yang
memerintahkan seorang muslim untuk mendengar dan menaati pemimpinnya maka
terdapat hadits-hadits lainnya, diantaranya :
Sabda Rasulullah saw,”Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemui
keadaan itu?’ Beliau saw bersabda,”Hendaklah engkau berkomitmen (iltizam)
dengan jama’atul muslimin dan imam mereka.” (HR. Bukhori)
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang melepaskan tangannya (baiat) dari suatu keaatan maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa adanya hujjah (alasan) baginya. Dan barangsiapa mati sementara tanpa ada baiat di lehernya maka ia mati seperti kematian jahiliyah.” (HR. Muslim)
Maksud kata “pemimpin/imam” yang harus didengar dan ditaati didalam hadits-hadits diatas adalah pemimpin seluruh kaum muslimin atau khalifah atau imam syar’iy yang dipilih oleh Ahlu al Halli wa al Aqdi yang merupakan perwakilan dari seluruh kaum muslimin bukan pemimpin suatu organisasi, jama’ah, partai, perkumpulan atau bukan pula penguasa suatu negara, pemimpin suatu daerah atau yang sejenisnya.
Sehingga apabila seorang pemimpin suatu organisasi atau jamaah atau seorang penguasa suatu negeri memerintahkan kemaksiatan walaupun dirinya masih melaksanakan shalat maka ia tidak boleh ditaati karena tidak ada ketaatan didalam maksiat kepada Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Tidak ada ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhori dan Muslim) (eramuslim)
--
Dosa Membicarakan Kejelekan Orang Lain
(Apalai urang minang sandiri nan mambukak tukak urang Minang
sandiri)
Menjalankan puasa tidak
hanya sekedar menahan lapar dan dahaga semata. Selain menahan syahwat, marah,
syakwasangka dan hal-hal tercela lainnya, ada juga kebiasaaan membicarakan atau
membuka aib orang lain yang kadang sulit dihindarkan. Tidak sedikit mereka yang
menjalankan puasa pun dengan sengaja menggunjing kekurangan orang lain.
Bahkan diantara umat Islam sendiri masih sering saling memperolokkan sesama
muslim lainnya. Ketika orang lain melakukan kesalahan biasanya orang yang tidak
bersalah merasa suci dan bersorak atas kesalahan dan kelemahan itu. Kemudian
mereka menyebarkan kesalahan-kesalahan itu kepada khayalak. Nau'dzubillah.
Padahal tidak ada manusia satu pun yang belum pernah salah.
Menurut penceramah kajian tafsir Al Qur'an Masjid Raudhatul Jannah Bengkong
Baru, Ustad Muhith Marzuqi SPDi menjelaskan membuka aib orang lain merupakan
perbuatan yang sangat keji. Selain tercela, perbuatan itu merupakan dosa besar.
Rasulullah bersabda: Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan ditutupi
aibnya di dunia dan di akhirat (HR Ibnu Majah Juz II/79, shahih).
"Siapa yang mengajak kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan siapa yang
mengajak kesesatan maka baginya dosa seperti dosa yang mengikutinya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun, HR Muslim 2674," papar Ustad Muhith
Marzuqi menyebutkan hadis dari shahih Muslim.
Ustad Muhith pun menjelaskan firman Allah yang artinya: Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma`ruf atau mengadakan perdamaian
di antara manusia (QS An Nisa: 114).
Bahkan Nabi Muhammad juga mewanti-wanti kepada umat muslim untuk menutupi
rahasia (kejelekan) sudara muslim lainnya. Dalam sabda Rasulullah disebutkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang artinya: "Tahukah kamu apakah
ghibah atau menceritakan aib orang lain itu? Maka para sahabat menjawab: Allah
dan Rasul-Nya lebih tahu."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan: Yaitu kamu
menyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci? Maka ada sebagian sahabat
yang bertanya: Beritahukan kepada kami, bagaimana jika yang saya katakan ada
padanya? Beliau nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Jika yang kamu
katakan ada padanya, maka kamu telah berbuat ghibah, dan jika tidak ada padanya
apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta padanya (HR Muslim).
Dari penjelasan di atas telah banyak larangan-larangan yang bersumber kepada Al
Qur'an dan As Sunnah tentang membuka aib orang lain. Dan secara psikologis,
membuka dan membicarakan aib orang lain merupakan gangguan kepribadian yang
harus segera di obati. Sebab jika tidak segera di atasi maka akan memunculkan
penyakit hati dan berujung kepada kekufuran.
"Lebih baik kita meluruskan niat dan mengoreksi ibadah kita sendiri. Ambil
cermin dan lihatlah kesalahan dan kelemahan kita. Sudah banyak Allah menutupi
kesalahan-kesalahan kita, tidak terhitung betapa kasih dan rahmat Allah kepada
kita sehingga keburukan-keburukan kita dilindungi-Nya," tandasnya.
Momentum Ramadan ini merupakan medan pertempuran untuk melawan nafsu-nafsu yang
ada di dalam diri manusia. Artinya selama setahun berlalu umat muslim juga
telah menjalankan puasa Ramadan sebelumnya. Namun Ramadan yang sudah dilewati
dari masa ke masa apakah sudah membawa perubahan dan pencerahan? Hanya diri sendiri
yang bisa menilai dan mengukurnya.
Allah juga berfirman di dalam surat Al Hujurat ayat 12 yang artinya: Dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Memang pada kenyataannya untuk mencegah perbuatan dan sifat tercela sangat
berat godaannya. Tetapi Allah sudah memberikan akal untuk memilih, yang paling
penting niat dan ikhtiar merupakan hal yang wajib. Maka dari itu, apabila ada
saudara muslim disekeliling yang suka menceritakan kejelekan, maka kewajiban
kita mengingatkan dan mencegahnya.
"Saudaraku seiman, kita ini manusia yang lemah. Tidak ada manusia yang hidup
tanpa salah dan dosa. Bahkan kita wajib memimiliki dosa. Maka dari itu, jadilah
kita hamba-hamba Allah yang saling mengingatkan dan memaafkan kesalahan orang
lain, bukan menjadi hakim atas kesalahan dan aib orang lain," imbuh Ustad
Muhith Marzuqi.
Rasulullah bersabda: Dari Anas radhiyallahu, ketika aku (Rasulullah) dinaikkan
(mi'raj), aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku dari kuningan, mereka
mencakar-cakar muka dan dada mereka sendiri, maka aku (Rasulullah) berkata:
Siapa mereka itu, wahai Jibril? Maka Jibril pun menjawab: Mereka itu adalah
orang-orang yang memakan daging manusia (membicarakan aib) dan menyentuh
kehormatan mereka" (HR Abu Daud).
Dari penjelasan hadis di atas, maksudnya haram bagi seorang muslim untuk
membunuh, memakan harta, atau melecehkan kehormatan muslim lainnya dengan cara
yang tidak dibolehkan dalam syariat. Menceritakan aib orang lain adalah
termasuk dosa besar dan termasuk maksiat yang paling tersebar dikalangan kaum
muslimin. Dan mereka menganggap remeh permasalahan ini sehingga mereka tidak
memungkiri perbuatan tersebut jika terjadi dihadapan mereka.
Ghibah atau membicarakan kejelekan atau keburukan orang lain. Dan hal ini
penyebab terjadinya permusuhan antara kaum muslimin dan merusak persaudaraan di
antara mereka. Karena buruknya perbuatan ghibah ini Allah Ta'ala mengumpamakan
orang yang berbuat ghibah dengan orang yang makan daging saudaranya dalam
keadaan mati. Sangsi baginya bahwa dia di alam barzakh (alam antara kehidupan
dan hari kiamat), mereka mencabik-cabik muka dan dadanya sendiri.
"Perbuatan ghibah termasuk dosa besar. Kemudian menyebut orang lain dengan
sesuatu yang dia benci adalah termasuk ghibah yang haram dilakukan, walaupun
hal itu benar-benar ada pada orang tersebut. Selain itu haramnya mendengarkan ghibah,
karena orang yang mendengarkan telah membantu saudaranya untuk ghibah dan ridha
dengan ghibah tersebut. Kita sebagai muslim wajibnya mengingkari orang yang
berbuat ghibah dan melarangnya dari perbuatan tersebut, sebab sangat pedih
sangsi bagi orang yang berbuat ghibah di alam barzakh nanti. Keutamaan
melindungi kehormatan seorang muslim, maka Allah akan memelihara mukanya dari
api neraka pada hari kiamat," tutupnya.
Lagi-lagi, tulisan nan dipalewakan di RN ko membuek ambo teahanyak.
Mengalirlah kisah penuh hikmah yang sempat membuat saya menagis, aduhia kasihannya sang shahabul hikayah yang memberanikan diri menceritakan kisah kelamnya. Dan akhirnya, dirangkai dengan indah oleh Akh Salim, lewat tulisannya berjudul “Mencintai penanda Dosa”. Tulisan beliau cukup menyentak iman, bagaimana tidak, seorang yang terkenal shalih dan shalihah dikalangan aktifis dakwah kampus, sosok yang terkenal senior tersebut, mampu jatuh ke dalam jurang dosa.. lalu bagaimana kita??Masih ingat, “sang adik” yang dulu saya kenal dan saya kagumi dengan keterjagaannya. Dan yang dulu sempat menceritakan “daftar hitam” sang ketua organisasi nya kepada saya. Baru-baru ini saya ketahui, ia tengah mengalami goncangan diri. Ke-istiqomahannya sedang diuji. Dan ini, baru saya ketahui lewat facebooknya juga pengakuan dari sahabat dekat “sang adik” ini. Masih ingat sekali “sang adik” berucap, betapa tidak terjaganya sang ketua yang dulu sempat ia kagumi.. hanya karena kurang pandai menjaga diri dan kini, “sang adik” pun jatuh pada kondisi yang serupa. Ia terjebak dalam kondisi yang sama dengan ketua organisasinya. Saya hanya bisa menangis dalam hati.. aduhai.. betapa hitungan bulan mampu merubah semua isi hati. Padahal baru saja beberapa bulan yang lalu kami bertemu, saling bercerita dan menguatkan.. dan pada kali ini, semua bagai angin lalu. Mungkin salahku..
Teringat petuah agung, tersirat ancaman pasti..
“Setiap Kami menyepakati, apabila ada seorang mukmin menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, maka ia tidak akan mati, kecuali Allah akan menimpakan dosa/kesalahan yang serupa” [Dari Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Az zuhd]
Tersentak sekali membaca petuah ini, kiranya, karma itu benar-benar ada.. dan saya pun pernah mengalami persis dengan apa yang disampaikan imam ahmad tersebut. bahkan, beberapa teman-teman yang saya kenal juga mengalami kondisi yang sama.
Sering kali kita menghina seseorang, bahkan membeberkan aib-aib nya kepada orang lain. Sampai mengerutuki bahkan mewanti-wanti diri agar tidak berulah sama seperti orang yang sedang kita rutuki. Tahu apa kita dengan kondisi mereka, sampai berani-beraninya kita menjudge mereka se-enak diri. Merasa diri paling shalih dan yakin tidak mungkin akan jatuh pada dosa yang sama.
Disanalah masalah dan gawatnya. Kita tidak tahu, betapa kiranya mereka “jiwa-jiwa pendosa” pun meng-insyafi bahwa mereka salah, mereka tahu apa yang mereka lakukan dosa. Namun diantara mereka, ada yang mampu bertahan dan mencoba keluar dari kubangan dosa, lalu menguatkan dinding pertahanan kembali dengan ‘amal-‘amal shalih yang mungkin lama tidak mereka lakukan akibat keimanan yang sedang menurun, ada juga yang tidak mampu bertahan, terlena hingga mencari pembelaan-pembelaan untuk melegitimasi dosa-dosa yang mereka lakukan, hingga pada akhirnya, terlepaslah tali keistiqomahan.
Lalu, apakah kita tahu, kita mampu menjadi yang bertahan atau malah yang terlena? Kita tidak akan pernah tahu, sebelum kita mengalami kondisi yang sama. Dan disitulah letak ujian yang Allah berikan atas hinaan, juga cacian yang kita berikan. Kita ditimpakan dosa dan kesalahan yang sama, agar kita bisa merasakan, bagaimana tidak enaknya menjadi “jiwa-jiwa pendosa”.
Allah itu Maha adil. Betapa kiranya, kita diajak untuk bijaksana dalam menilai permasalahan hidup. Betapa kiranya, kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang saling menjaga aib-aib saudara-saudara seiman kita. Dan ini menjadi pelajaran berharga, khususnya saya pribadi, agar tidak mudah untuk menghina atau memandang sebelah mata orang-orang yang melakukan dosa, karena pada hakikatnya kita pun adalah hamba Allah yang juga punya potensi menjadi hina bahkan mulia. Untung saja, Allah tidak menimpakan dosa yang membuat kita terlepas dari tali agamanya, sekalipun ada yang Allah palingkan dari kebenaran, naudzubillah semoga kita dihindarkan.
Dari pelajaran penuh hikmah, saya memetik ibrah terindah. Agar kiranya, ketika ada saudara kita yang melakukan dosa, tidak serta merta kita merutuki atau bahkan menghina juga mencacinya, baik langsung maupun tersimpan di dalam hati. Alangkah lebih baik, kita justru mendo’akannya, agar Allah segera meluruskan kebengkokan dirinya, menuntunnya ke jalan yang lebih lurus dan meneguhkan dirinya dalam keistiqomahan. Lalu sembari berdo’a pula, agar Allah tidak menimpakan kita dalam dosa yang sama. Itu lebih indah bukan? Daripada harus menghina dan mencaci yang jelas mampu meninggalkan luka yang abadi di dalam hati orang-orang yang kita caci.
Kalaupun terpaksa menceritakan aib saudara kita, semoga kiranya hanyalah untuk mencari jalan agar bisa memperbaiki ketidaklurusannya, menariknya kembali dalam keistiqomahan, dan yang jelas menceritakannya pun hanya kepada orang-orang yang memang terkenal shalih dan amanah untuk saling menjaga aib diri saudara-saudara kita. Bukan diceritakan dihadapan khalayak ramai, bukan dijadikan konsumsi public. Biarlah, aib-aib tersebut menjadi pelajaran berharga bagi kita, agar kita bisa menjaga diri dari segala celah yang dapat menjatuhkan kita pada kubangan dosa yang serupa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, lalu memagarinya dengan ‘amal-‘amal shalih.
Sungguh, terngianglah suatu hadits yang cukup menggetarkan hati kala membacanya
“Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2590)
Dan, pelajaran inilah, yang membuat saya sangat mencintai persaudaraan di jalan Allah dan berjanji akan menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ukhuwwah. Seperti azzam yang selalu saya tanam dalam hati. “Saya ingin dan akan berusaha menjadi sahabat setia layaknya Abu Bakar r.a kepada Rasulullah SAW”..
Jadi terkenang..
“Jiwa-jiwa yang pernah tersalah, yang diabadikan al Qur’an, seperti musa yang dulu pernah membunuh kaumnya, layaknya yunus yang menghindar dari beban risalah hingga ia ditelan ke dalam perut hiu, seperti adam yang memakan khuldi lantas diturunkan ia ke bumi, lalu ketiganya bertobat, berjanji akan patuh pada perintah iLLahi, dan harum lah nama mereka, mulia, hingga ke Jannah”
Bausaholah Manyaok Aib Dunsanak Awak Sandiri, Meski Dari Suduik Imiah Mungkin Awak Maraso Bana. Antahlah……, antahlah…………………………….!!!! |
Kalau kita perhatikan dari berbagai macam media yang ada, baik elektronik maupun cetak, banyak sekali berita yang mengorek-ngorek aib orang lain. Terlebih yang diberitakan adalah publik figur yang sangat dikenal oleh masyarakat luas. Wahai saudaraku, membongkar aib ini sepertinya telah menjadi suatu pekerjaan, bahkan menjadi hobi yang dapat menimbulkan kecanduan bagi orang gemar melakukannya. Mereka menganggap halal perbuatan itu, serta menganggap perlu untuk memberitakannya kepada khalayak masyarakat. Ternyata motivasi dibalik semua itu, karena mereka akan meraup keuntungan yang tidak sedikit dengan pemberitaan itu. Dia merasa puas kalau pemberitaan itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dimasyarakat, bahkan mampu membelokkan opini masyarakat dengan ekspoitasi berita tersebut. Sungguh Allah SWT mengecam orang yang selalu menyiarkan berita buruk agar diketahui dikalangan orang-orang mukmin, bahkan bagi mereka disediakan azab yang pediah di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nuur: 19) [2] Wahai saudaraku, tidaklah patut bagi seorang muslim membuka aib saudaranya sendiri. Karena dalam Islam menjaga kehormatan sesama saudaramu yang seiman merupakan satu keharusan dan mesti dijaga dengan sebaik-baiknya. Maka sudah semestinya sesama mukmin untuk selalu menutupi aib saudaranya satu sama lain, hal demikian ini sesuai dengan apa yang Rasulullah saw perintahkan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Nabi saw yang bersumber dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Barang siapa yang melepaskan kesusahan seorang muslim diantara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya diantara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang sedang salam kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim) [1] Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: ”Seorang hamba yang menutupi aib orang lain di dunia, kelak Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR.Muslim) [2] Begitulah seharusnya sikap yang ditunjukkan oleh saudara sesama muslim. Mereka Allah tutupi aibnya di akhirat, kalau mereka menutupi aib saudaranya di dunia. Begitu pula dengan aibnya sendiri, janganlah gemar menceritakannya kepada orang lain. Atau bahkan merasa berbangga diri dengan membuka aibnya sendiri di depan orang lain, dengan mengatakan ini dan itu. Perbuatan demikian sangat dilarang dan dikecam keras dalam Islam. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits Rasulullah saw, yang bersumber dari Abu Hurairah ra, ia berkata, saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Semua umatku akan diampuni, kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa. Salah satu contohnya ialah seseorang yang melakukan suatu pekerjaan (buruk) dimalam yang ditutupi oleh Allah, tetapi kemuadian pagi harinya ia justru mengatakan, ‘Semalam aku melakukan ini dan ini.’ Ketika tidur malam aibnya sudah ditutupi oleh Tuhannya, tetapi pagi hari ia justru membukanya sendiri.’” (HR. Bukhari dan Muslim) [3] Allah SWT melarang kita mengorek-ngorek aib orang lain, sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka (kecurigaan), karena sebagian dari berprasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12) Sungguh celaka orang yang berbuat dosa di malam hari dan Allah SWT tutupi aibnya, tapi ia malah membukanya di siang harinya dengan menceritakannya kepada orang lain. Begitu pula sungguh celaka orang yang berbuat dosa di siang hari dan Allah SWT tutupi aibnya, tapi ia malah membukanya di malam harinya dengan menceritakannya kepada orang lain. Lebih celaka lagi orang yang suka membuka aib orang lain dengan menceritakan dan menyebarkannya demi kesenangannya semata. Semoga kita terjaga dari berbuat demikian, karena kehinaanlah yang diterimanya bagi siapapun yang berbuat demikian. Bukan hanya kehinaan di dunia, akan tetapi juga kehinaan di akhirat kelak. Na’uudzubillahi min dzaalik. Wallahu’alam Dikutip dari : [1] Lihat, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Ibnu Hajar Al-Asqolani, Terbitan AKBARMEDIA, Bab al-Birri wa ash-Shilah (Kebajikan dan Silaturahim) [2] Lihat, Riyadhush Shaalihiin, Imam An-Nawawi, Takhrij Hadits: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ta’liq: Syaikh Muhammad Shaleh Al-Utsaimin, Terbitan AKBARMEDIA, Bab menutupi aib kaum muslimin. [3] Lihat, Riyadhush Shaalihiin , Imam An-Nawawi, Takhrij Hadits: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ta’liq: Syaikh Muhammad Shaleh Al-Utsaimin, Terbitan AKBARMEDIA, Bab menutupi aib kaum muslimin. |
Sanak ambo nan disayangi Allah,Baa pulo istilah ko: "Titian biaso lapuak, janji biaso mungkia"-----------------------------------------------------------------------------------------------Selamat 'Idulfitri 1434 H Mohon Maaf Lahir Bathin Atas Kesalahandan Kekeliruan. Semoga Amal Ibadah Kita Diterima Allah SWT. AminWassalaamu'alaikumDutamardin Umar (aka. Ajo Duta),17/8/1947, suku Mandahiliang, gala BagindoGasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -Jakarta - Sterling, Virginia USA------------------------------------------------------------
Ma ajo duta nan mambuek milis...
Ba a indak ado responyo,..?? ndak hisa manjalehkan atau sadang bapikia untuak manjawwek...??
nan kan datang kalau ka mamburuak buruakkan urang minang...kaji bana dulu...dan itu butuh wakatu nan lamo...untuak mangkaji sifat, tabiat, jo parangai suatu etnis...butuh data nan akurat nan bisa di patangguang jawabkan...
Kalau bisa duta manjalehkan jo manguekkan pandapaik duta tu...iko hanyo pandapaik jan disabuikkan pulo kebiasaan...jadi duta alun japang la eiho...
Nyo diambiak pisau...dikubak kuliknyo...baru nampak isinyo....
Kalau buliah tau pasangkan photo duta...
Kok iyo anak asrama unand kloter partamo...
Munhkin kito pernah basuo...
Wasalam
Eko
Rang kampai
Koto nan godang payokumbuah
Sadang di kampuang
Alun takilek alah ta kalam
Dunsanak Palanta RN
Iko tulisan bukan kebiasaan Buruk orang minang leb ih kepada "mamburuak-buruakan urang minang"
Keterlaluan bana menggeneralisir
Dan maaf Om Duta
Kok samakin batambah-batambahkan pulo...apo nan om alami secara pribadi jo urang awak...apo memang la parah bana sarupo nan om (generalisasi) sifat urang minang...kok yo manapuak aia di dulang..ambo pikia ndak paralu lo disabuikan do
Dan juga ambo harus batanyo bana ka kanda Zultan...nan ahli statistik...tolong kanda jalehkan dalam prinsip2 keilmuan statistik ketika mengambil kesimpulan, seandainya orang minang taroklah jumlah populasi kita anggap 9 juta di ranah dan dirantau...kito anggap anak2 minang belum cukup umur (belum akil balik) 3 juta....nah dari 6 juta itu secara ilmu statistik mengambil kesimpulan sifat buruk orang minang baik melalui tulisan di link ini maupun indikasi Om duta dinyatakan "Iya" berapa persen atau lai labiah dari 50 persen urang awak mempunyai sifat buruk ko
Kalau lah ado penelitian denga kaidah2 statistik terukur sifat buruak taroklah dengan beberapa parameter sistim sampling apo nan cocok manuruik Kanda Zultan.
Bagi ambo iko bukan masalah labiah ka ego sebagai urang minang nan tasingguang tapi indak badasar kalau disabuik "urang minang" kanai sadonyo nn maraso suku minang, ambo labiah cendrung lebih melihat kepada sebuah sentimen "mamburuak-buruakan urang minang" dari pado sifat buruak urang minang...kecuali ado penelitian nan mandalam dan sado sifat buruak nan di link sarato nan disampaikan om Duta itu alah ado dan bisa dipertanggung jawabkan dengan data-data akurat secara statistik (terukur) dan termetodologi.
So..silahkan kanda Zultan dan sanak ahli statistik (Ahmad Ridha) baa metoda sampling nan akurat dalam melihat sebuah sifat, kebiasaan, perilaku orang banyak atau lebih spesifika kepada suatu Suku....terima kasih
Wass-JepePowered by Telkomsel BlackBerry®
From: Endecho km <ba17...@gmail.com>Sender: rant...@googlegroups.comDate: Tue, 6 Aug 2013 07:04:26 +0700
To: <rant...@googlegroups.com>ReplyTo: rant...@googlegroups.comSubject: Re: [R@ntau-Net] Kebiasaan Buruk Orang Minang
Suangguah satapan pagi nan angek di pagi ko...
JIKO IYO MODE ITU...tantulah nan MANULIH milis ko...sarupo pulo jo nan di tulihnyo...jiko lai taunyo jo kato nan apek lai tau jo ereng jo gedeng komlai untuang ka mujua nan ma angkek carito nan ko...lai tan tu jo ADAIK BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH....nan tantu jo nan dia teh ko indak ka babuek sarupo nan batulijkan...
Jujur ambo tasingguang karano mambao namo minang...
Jiko di tujukan kasalah satu urang tp nyo urang minang ndak k ba a do...Iko sabagai pambadiang sajo...
Ambo bakarajo di salah satu prusahaan swasta...nan babagai etnis ado di dlalm nyo mulai dar urang padang, jawa, medan, flores, ambon dll...suatu kutiko ambo mandanga nan bacarito dari toilet ba akecek urang kini...di sabuiknyo URANG PADANG DARI TOILET..."kenapa..??"tanyo kawannyo..."iya toiletnya bau jengkol..."nan kecek paja ko...mandanga itu darah ambo langsung tasirok ...sacaro spotan sajo kerah baju paja ko ambo angkek ambo sandakan kadindiang...sambia manggaham..."KECEK WA ANG URANG PADANG SAJO NAN MAKAN JARIANG...KAN DATANG KALAU KA MANGECEK PIKIA BANA DULU...JAJ ASA KA BAROYAK CE PARUAH BURUAK TU.,."disiko ambo bukan mancaritokan bagak taunkareh angok ambo...tapi kalau la manyabuik MINANG ATAU PADANG ko ambo sangaik sensitif ban...Wasalam
Eko
Rang kampai minang
Asa koto nan godang payokumbuah
Alun takilek lah takalam
Pada 6 Agt 2013 00:23, "ajo duta" <ajo...@gmail.com> menulis:
nan tatulih di link diateh, alun termasuk, pacaruik, pancemeeh, gadang ota, rancak dilabuah, bagunjiang, pancudia, saku bajaik, bakaruak arang, egois, susah picayo, susah dipicayo, pambingik.Alah tu...banyak bana nan katulih. Mohon maoh mungkin ambo manapuak aia didulang. Tantu indak sado-alahe urang Minang macam tu...
-----------------------------------------------------------------------------------------------Selamat 'Idulfitri 1434 H Mohon Maaf Lahir Bathin Atas Kesalahandan Kekeliruan. Semoga Amal Ibadah Kita Diterima Allah SWT. AminWassalaamu'alaikumDutamardin Umar (aka. Ajo Duta),17/8/1947, suku Mandahiliang, gala BagindoGasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -Jakarta - Sterling, Virginia USA------------------------------------------------------------
--
Ma ajo duta nan mambuek milis...
Ba a indak ado responyo,..?? ndak hisa manjalehkan atau sadang bapikia untuak manjawwek...??
nan kan datang kalau ka mamburuak buruakkan urang minang...kaji bana dulu...dan itu butuh wakatu nan lamo...untuak mangkaji sifat, tabiat, jo parangai suatu etnis...butuh data nan akurat nan bisa di patangguang jawabkan...
Kalau bisa duta manjalehkan jo manguekkan pandapaik duta tu...iko hanyo pandapaik jan disabuikkan pulo kebiasaan...jadi duta alun japang la eiho...Nyo diambiak pisau...dikubak kuliknyo...baru nampak isinyo....
Kalau buliah tau pasangkan photo duta...
Kok iyo anak asrama unand kloter partamo...
Munhkin kito pernah basuo...Wasalam
Eko
Rang kampai
Koto nan godang payokumbuah
Sadang di kampuang
Alun takilek alah ta kalam
Pada 6 Agt 2013 07:48, <andi...@gmail.com> menulis:
Ambo minta MAAF juo ka Mak Duta satantang postingn ambo nan manuruaik ambo iyo indak tapek...indak sasuai jo Kato nan ampek...
Sakali lai ambo minta MAAF Mak Duta...dek kato nan talompek...dek ambo ba argumen jo darah paneh tabao dek emosi...
Nan biaso ambo ba Mamak ka Mak Duta...dek ta bao suasana mode itu jadinyo kato nan takaluakan...
Sakali lai ambo minta MAAF bakeh Mak Duta...juo untuak dunsanak dipalanta kasado alahanyo...niniak mamak, cadiak pandai, alim ulama, bundo kanduang, uni uda, nan ketek indak basabuikkan namo, nan gadang indak basabuikkan gala...
Ambo minta MAAF juo ka Mak Duta satantang postingn ambo nan manuruaik ambo iyo indak tapek...indak sasuai jo Kato nan ampek...
Sakali lai ambo minta MAAF Mak Duta...dek kato nan talompek...dek ambo ba argumen jo darah paneh tabao dek emosi...
Nan biaso ambo ba Mamak ka Mak Duta...dek ta bao suasana mode itu jadinyo kato nan takaluakan...
Sakali lai ambo minta MAAF bakeh Mak Duta...juo untuak dunsanak dipalanta kasado alahanyo...niniak mamak, cadiak pandai, alim ulama, bundo kanduang, uni uda, nan ketek indak basabuikkan namo, nan gadang indak basabuikkan gala...
Eko
Rang kampai
Koto nan godang payokumbuah
Sadang di kampuang
Alun ta kilek alah takalam
Alhamdulillah, Syawal alah masuak. Mari kito memulai hiduii baru setalah awakmandapek maghfirah dibulan Ramadhan lalu.
Nan rami malah di FB. Ambo dituduah bukan urang Minang. Setelah ambojalehkan ambo rang Piaman, malah tambah kuek tuduhan bahaso urang Piamantu bukan urang Minang, dek bukan keturunan dari Luhak Nan Tigo.Jadi seperti disclaimer ambo diawalnyo, bahaso iko adolah "manapuak aiadidulang" atau self introspection. Kalau iyo bisa melahirkan "self correction",bagi ambo dan dunsanak nan sepakat. Bagi sanak nan indak maraso coitu,alhamduliLah.
nan tatulih di link diateh, alun termasuk, pacaruik, pancemeeh, gadang ota, rancak dilabuah, bagunjiang, pancudia, saku bajaik, bakaruak arang, egois, susah picayo, susah dipicayo, pambingik.Alah tu...banyak bana nan katulih. Mohon maoh mungkin ambo manapuak aia didulang. Tantu indak sado-alahe urang Minang macam tu...
-----------------------------------------------------------------------------------------------Selamat 'Idulfitri 1434 H Mohon Maaf Lahir Bathin Atas Kesalahandan Kekeliruan. Semoga Amal Ibadah Kita Diterima Allah SWT. Amin
Wassalaamu'alaikumDutamardin Umar (aka. Ajo Duta),17/8/1947, suku Mandahiliang, gala BagindoGasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -Jakarta - Sterling, Virginia USA------------------------------------------------------------
--