10 Ribu Keramba di Danau Maninjau Harus Dibongkar

16 views
Skip to first unread message

Sjamsir Sjarif

unread,
Apr 29, 2015, 6:45:49 AM4/29/15
to rant...@googlegroups.com
Tabaco di Harian Singgalang,
-- MakNgah

10 Ribu Keramba di Danau Maninjau Harus Dibongkar

in Agam, Headline, Sumbar 9 menit ago 3 Views

Keramba di Danau Maninjau. (desrian)

Keramba di Danau Maninjau. (desrian)

PADANG – Danau Maninjau sudah over kapasitas keramba apung. Kondisinya saat ini sudah di atas ambang batas daya tampung lingkungan. Untuk itu paling tidak sekitar 10 ribu petak keramba dari perkiraan 17 ribu petak keramba harus dibongkar.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bappedalda) Sumbar, Asrizal Asnan dihubung Rabu (29/4) sekaitan masih adanya kematian iklan keramba masyarakat belakangan ini.

“Berdasarkan perkiraan kita saat ini dalam Danau Maninjau mencapai sekitar 17 ribu petak keramba. Sementara batas tertinggi ditetapkan dalam Peraturan Darerah Agam, maksimal 6 ribu petak keramba,”ungkapnya. (yose)


ajo duta

unread,
Apr 29, 2015, 12:58:13 PM4/29/15
to Rantau
Perda Agam menetapkan 6.000 tapi nan ado 17.000 karamba.
Nah sia nan salah ko? Manyo satpol?

Wassalaamu'alaikum WW

Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA
------------------------------------------------------------

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Zorion Anas

unread,
Apr 30, 2015, 1:53:46 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com
Alasan "CARI MAKAN' selalu menghalakan cara untuk melabrak sagalo aturan dan merusak lingkungan. Ala dapekpun akan tetah kitop sajo dibuang kabalakang. Maninjau  koto rang alim dan sholeh, tapi kok pemahaman kelestarian alam sangat randah? Ado nan salah jo  pengajian2 agamo kito di sinan, indak meresap ka hati.

Darwin Chalidi

unread,
Apr 30, 2015, 2:00:23 AM4/30/15
to Rantau Net

Ndak ado nan salah dlm pendidikan Agama. Yang salah adalah penegakkan hukum. Kenapa tidak dilakukan oleh penguasa yg mempunyai tenaga dan kekuasaan. Rakyat akan patuh. Kalau perlu didor seperti bali 9.

Zorion Anas

unread,
Apr 30, 2015, 2:12:42 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com
Kalau sadonyo harus dibenahi jo penegakan hukum. indak ado gunonyo ABS-SBK, untuak apo wacana DIM kalau Sumbar ka samo sajo sabalun jo sasudah ado DIM.DIM diharapkan masyarakat berbudaya tinggi, patuh hukum, sosial religius dan menjadi role model.

Darwin Chalidi

unread,
Apr 30, 2015, 2:20:08 AM4/30/15
to Rantau Net

Budaya ABS-SBK tdk akan jalan kalau seluruh pendukungnya tidak diarahkan kedalam corridor perilaku. Kalau sdh berada diluar corridor harus ada penalti.
Mudah2an perangkat hukum bisa mengawal untuk semprit orang2 yg sdh melewati batas.

Message has been deleted

Sjamsir Sjarif

unread,
Apr 30, 2015, 5:17:15 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com

Tapi, kabanyo nan mamokok-i karamba tu Urang Lua bukan Urang Kampuang. Masalah Fulus dari lua ko barangkali nan mamasang Kungkuang Mato Kudo di kapalo panguaso sahinggo terlena ...

Sapuluah ribu karamba malabiahi jatah
Mungkin dek ulah fulus nan indak bagarah...

-- Makngah

Zorion Anas

unread,
Apr 30, 2015, 5:20:52 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com
Maninjau o Maninjau
Keindahanmu kini hanya semu
Terkikis keserakahan segilintir oknum
Tanpa ada yang memantau
Hidupmu terasa kumuh
Merusak mata pandangan umum

2015-04-30 16:12 GMT+07:00 Sjamsir Sjarif <sjamsi...@gmail.com>:
Tapi kabanyo nan mamokok-i karamba tu Urang Lua bukan Urang Kampuang.  Masalah Fulus dari lua ko barangkali nan mamasang Kungkuang Mato Kudo di kapalo panguaso sahinggo terlena ...

Saribu karamba malabiahi jatah

dek ulah fulus nan indak bagarah...

-- Makngah
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup.

Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Fashridjal M. Noor

unread,
Apr 30, 2015, 5:31:31 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com

"Tapi kabanyo nan mamokok-i karamba tu Urang Lua bukan Urang Kampuang. Masalah Fulus dari lua ko barangkali nan mamasang Kungkuang Mato Kudo di kapalo panguaso sahinggo terlena ..."

Sia nan bisa meungkek apokah kaba itu batua atau indak?

Apokah ado daftar pemilik karamba lokal dan investor karamba dari luar di danau Maninjau nan legal?

Kalau penguasa punya raso empati dan peduli ka nasib rakyat dan lingkungan pesisir danau Maninjau itu tantulah akan cepat/segera menindak tegas karamba2 nan ilegal

On Apr 30, 2015 4:12 PM, "Sjamsir Sjarif" <sjamsi...@gmail.com> wrote:
Tapi kabanyo nan mamokok-i karamba tu Urang Lua bukan Urang Kampuang.  Masalah Fulus dari lua ko barangkali nan mamasang Kungkuang Mato Kudo di kapalo panguaso sahinggo terlena ...

Saribu karamba malabiahi jatah
dek ulah fulus nan indak bagarah...

-- Makngah

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup.

Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Darwin Chalidi

unread,
Apr 30, 2015, 5:36:37 AM4/30/15
to Rantau Net

Takicuah di nan Tarang. Alah jaleh mah. Ado study dari Unand mengenai kasus danau wak iko. Sangat2 sedih dan terjadi pemiskinan secara massif petani ikan danau.
Insya Allah kalau ado study tu ambo share dlm milisko baliak.

Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.

Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+...@googlegroups.com.

Sjamsir Sjarif

unread,
Apr 30, 2015, 10:16:34 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com

Sjamsir Sjarif

unread,
Apr 30, 2015, 10:24:09 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com

Sjamsir Sjarif

unread,
Apr 30, 2015, 10:41:39 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com
"Namun, ironis dan kontras dengan tubo saat sekarang ini. entah tahun berapa karamba dimulai,entah siapa pencetusnya, tapi yang jelas, setelah karamba membooming di salingka danau maninjau, tubo menjadi momok yang menakutkan, ditakuti, dibenci, dan dihindari. Memang pada dasarnya, karamba meningkatkan income masyarakat scara drastis. tapi dibalik ini semua, tubo yang disambut hangat saat kedatangannya, sekarang sangat tidak di inginkan. Tubo datang, petani keramba tacingangak."


Maninjau ; Tubo Balerang



Siapa yang tak tahu dengan keberadaan danau maninjau. Danau dengan pemandangan nan eksotif namun rupawan ini, sudah terkenal eksistensinya di dunia pariwisata nasional, maupun internasional.

Namun, siapa yang menyangka kalau danau vulkanik ini, menyimpan sebuah misteri, yakni tubo balerang. Tubo balerang merupakan fenomena alam yang dianggap biasa bagi orang asli maninjau, namun aneh bagi non asli maninjau.

Dahulu, sekitaran tahun 80an, saat saya masih kecil-kecilnya, tubo balerang adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu, biasanya kemunculan tubo ini, ditandai dengan angin kencang atau biasa disebut angin darek. Warna danau yang semula berwarna biru, berubah menjadi hijau.

Umumnya tubo naik dikala Ramadhan di Danau Maninjau setiap tahunnya. Akibat naiknya tubo, maka ikan di danau terindah di Sumatera Barat itu banyak yang mati. Sebagian orang desa sana mempercayai bahwa itu terjadi karena “Bujang Sembilan” mengamuk sehingga tubo naik ke atas permukaan danau sehingga mengakibatkan banyak yang mati ikan mati, baik ikan tanam (yang disebar) maupun ikan asli danau ikan bada (Rasbora argyrotaina), ikan rinuak, pensi dan lainnya.



Akibat naiknya tubo, pemandangan mengharukan terlihat jelas, nelayan tambak menjadi kocar-kacir dengan  berusaha membuang ikan yang mati dan menyisihkan yang bisa diselamatkan (5 Nopember 2010).


Saya kalau melihat gejala alam yang demikian, secepatnya mempersiapkan peralatan menangkap ikan. Dengan teman sebaya, mencari kelambu untuk digunakan menagkap rinuak, tak perlu repot repot, dengan tangan kosong saja, ikan-ikan akan mudah ditangkap, karena apabila tubo datang, ikan akan pusing (nena) dan menepi di tepian danau.

Bukan saya saja, mayoritas masyarakat disalingka danau,akan bersuka ria untuk menyambut kedatangan tubo ini,sebab akan mendapatkan ikan dan rinuak dengan sangat mudah. Masyarakat berbondong-bondong didanau seperti ada pesta rakyat mendadak.

Namun, ironis dan kontras dengan tubo saat sekarang ini. entah tahun berapa karamba dimulai,entah siapa pencetusnya, tapi yang jelas, setelah karamba membooming di salingka danau maninjau, tubo menjadi momok yang menakutkan, ditakuti, dibenci, dan dihindari. Memang pada dasarnya, karamba meningkatkan income masyarakat scara drastis. tapi dibalik ini semua, tubo yang disambut hangat saat kedatangannya, sekarang sangat tidak di inginkan. Tubo datang, petani keramba tacingangak.


Diposkan oleh Armeidi Doank di 01.08 Tidak ada komentar:

Sjamsir Sjarif

unread,
Apr 30, 2015, 11:33:48 AM4/30/15
to rant...@googlegroups.com



x

8:23 AM (4 minutes ago)



Life on the Caldera: The Minang People of Lake Maninjau



















Life on the Caldera: The Minang People of Lake Maninjau

By NWMeyer  |  Posted August 1, 2012  |  Bukittinggi
55
 Share
 

CNN PRODUCER NOTE     While traveling in Sumatra as a freelance photographer and writer, NWMeyer says he was tipped off to Lake Maninjau by locals at Lake Toba, a volcanic lake in northern Sumatra. After a 24-hour bus ride, he says he arrived at the breathtaking beauty of the Maninjau caldera. "These photos represent the lives and challenging environment of the Minang people who have made Lake Maninjau their home. I was humbled by their genuine friendliness and hospitality," he says. "Their lives are not easy and filled with both steep challenges and constant uncertainties, but their openness to outsiders and their curiosity of the wider world is inspiring." His third photo was selected as CNN's Travel Photo of the Day for November 14, 2012.
- Anika3, CNN iReport producer

In the highlands of western Sumatra, a place where rutted roads disappear in clouds and dark forest, lies Lake Maninjau reflecting the sky from within the jagged ruins of an old volcano. Fifty-two thousand years ago a massive eruption hurled ash and debris as far as the Pacific Ocean and created the 20km long caldera lake; today its soil and water sustain the Minang people who have for centuries made their home on the volcano’s watery roof.

Though devout Muslims, the Minang people eschew many patriarchal traditions and are the world’s largest matrilineal society with their lands, houses, and properties passed down mother to daughter. As for boys, traditionally they leave home as young as age 7 to live in a commuity prayer house, a surau, where they are taught Minang cultural and religious beliefs. As teenagers, Minang males frequently work and study away from their hometowns, returning as adults with skills and learning to benefit their communities. While Islam has been an integral part of Minang culture since the 1500s, more ancient animist beliefs persist to this day and have been incorporated into religious observations.

The Minang people of Lake Maninjau work the caldera’s terraced rice paddies as they have always done, but it is a life which promises hard work for meager rewards. This traditional economy was challenged in 1992 when karamba floating net cages were introduced to Lake Maninjau and now, three decades later, these shore-ringing fish farms supply 30 tons of fish every day to markets in the surrounding provinces of Jambi, Riau, and South Sumatra.

While aquaculture has brought prosperity to the people of Lake Maninjau, the overproduction of fish for distant markets threatens the lake’s fragile ecology and the future economy of the communities who earn their living from the caldera’s waters. Massive amounts of minerals found in fish pellets can produce a toxic environment for aquatic life and now significant fish die-offs occur as frequently as twice a year. In 2010 the Jakarta Globe reported 100 tons of fish dead during that March with losses estimated at US$8.6 million, a staggering amount in a country with an IMF rated GDP of US$3,500.

For centuries the Minang people of Lake Maninjau have shared the green slopes and rocky shores, their rice grown in the lake-fed swamps and fish drawn from its waters, but as in the past their future is tied to the lake. With the dangling promise of prosperity comes increased aquaculture and the lake’s ecosystem will be further degraded so that if this trend continues Lake Maninjau will lose its ability to support local communities. Fewer economic opportunities at home mean fewer men will return from their time in the cities of lowland Sumatra and leave unanswered the question if the caldera’s people will, like the roads, disappear into the mountain clouds.


Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages