Aba, Cahaya Keluarga

42 views
Skip to first unread message

Darwin Bahar

unread,
Mar 8, 2011, 10:15:27 AM3/8/11
to Palanta Rantaunet, su...@yahoogroups.com

Demokratis dalam mendidik anak-anak, Natsir selalu menyampaikan pesan-pesannya dengan tersirat.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127679.id.html

”Orang yang pakai jilbab itu adalah sebaik-baiknya muslimah. Tapi yang tidak pakai jilbab jangan dibilang enggak baik.”

Pernyataan itu datang dari Mohammad Natsir. Pejuang Islam yang gigih itu menyampaikan pandangannya tentang jilbab kepada sejumlah pelajar yang datang ke kantor Dewan Dakwah pada awal 1980-an. Ketika itu pemerintah melarang murid mengenakan jilbab di sekolah. Sejumlah pelajar menentang aturan itu dan berujung ke pengadilan. Yusril Ihza Mahendra, bekas Menteri Sekretariat Negara, yang dijuluki Natsir Muda, menjadi pembelanya.

”Mereka berkeras soal jilbab. Kalau tidak berjilbab dianggap tidak baik,” Yusril berkisah kepada Tempo. Natsir pun menegur para pelajar yang dinilainya cenderung meremehkan orang Islam tak berjilbab. ”Saya tidak melihat manusia dari jilbab,” kata Natsir seperti dituturkan Yusril.

Natsir, sang pejuang. Dia dikenal sebagai pendidik yang keras, tapi moderat dan demokratis dalam menerapkan ajaran Islam. Dia tidak mewajibkan jilbab kepada istri dan anak-anaknya. Nurnahar, istri Natsir, seperti laiknya orang Melayu dan umumnya warga Masyumi. Sehari-hari dia tampil berkebaya panjang atau baju kurung tanpa kerudung. Ketika menghadiri acara keluarga atau melayat, Natsir baru mengingatkan Nurnahar agar berkerudung.

Mengingatkan pun, menurut Sitti Muchliesah atau Lies, putri sulung Natsir, tidak dalam bentuk perintah. Aba, panggilan anak-anak kepada ayahnya, cukup berkata, ”Kamu kan muslimah.” Kalimat pendek ini langsung dipahami keempat anak perempuan Natsir.

Dalam berpakaian, Natsir hanya mengharuskan anak-anaknya berbusana santun. Itu artinya, tidak bercelana pendek dan berbaju you can see alias baju tak berlengan. Satu kali, Lies mengenakan blus pendek tanpa lengan. Aba tak menegur langsung. Dia hanya berpesan kepada Ummie, panggilan istrinya, ”Beri tahu Lies jangan pakai yang kependekan.”

Masih soal pakaian, ada kenangan yang berkesan bagi Anies, putri Lies, cucu pertama Natsir. Satu kali, sepulang kuliah, Anies mampir ke rumah kakeknya di Jalan Cokroaminoto. Dia datang mengenakan rok mini yang sedang jadi mode. Tatkala hendak pulang, Natsir memberinya uang sambil berkata, ”Ini untuk beli celana panjang.” Teguran halus.

Sekalipun keempat putrinya telah menunaikan ibadah haji, Natsir tak memaksa mereka mengenakan jilbab. ”Menurut Aba, berjilbab itu harus dari diri kita,” tutur Lies, yang kini berusia 72 tahun.

Natsir juga tidak melarang keluarganya bergaul dengan non-muslim. Bergaul dengan teman-teman lelaki pun diizinkan sang ayah. ”Kami boleh nonton bioskop asal rame-rame, paling telat pulang pukul 10 malam.”

Dalam salah satu surat kepada anak-istrinya, Natsir mendorong kelima anaknya aktif di organisasi kepemudaan. Misalnya Himpunan Mahasiswa Islam atau Pandu Islam. Organisasi, menurut dia, dapat menjadi taman pendidikan yang melengkapi apa yang tidak didapat di sekolah. ”Aktif berorganisasi akan memberi bekal masa depan,” begitu pesan Aba dalam surat yang dia tulis tepat pada usianya yang ke-50, 17 Juli 1958.

Sikap demokratis Natsir tampak jelas di meja makan. Dia mengizinkan anak-anaknya berdebat apa saja, meskipun kadang Ummie tidak berkenan karena perdebatan mengganggu suasana makan. ”Aba suka tersenyum menyimak perdebatan kami,” kata Lies. Suasana seperti ini tanpa disadari telah membentuk dan mempengaruhi cara berpikir kelima anak Natsir. ”Khususnya menghadapi tantangan hidup,” Lies melanjutkan.

Pada masa penjajahan Jepang, sekolah Pendidikan Islam (Pendis) yang didirikan Natsir di Bandung ditutup. Dia lalu membentuk madrasah di rumah adik iparnya di Jakarta. Selain anak-anaknya, masyarakat di sekitar madrasah ikut serta menjadi murid. Natsir juga mengajak teman-temannya menjadi ustad dan ustadzah. ”Setiap sore kami mengaji dan belajar tentang Islam,” kata Lies, yang dikaruniai tiga putra-putri.

Bagi Natsir, pesantren atau madrasah bukanlah satu-satunya sistem pendidikan yang bisa menghasilkan orang beriman. Pesantren, menurut Natsir, dapat menelurkan orang berakhlak tetapi buta terhadap perkembangan dunia. Padahal, Islam mendorong umat mencapai kemajuan lahir batin, dunia dan akhirat.

Itu sebabnya dia tidak melarang anak-anaknya aktif berkesenian. Lies diizinkan mengikuti pementasan sandiwara di sekolahnya, SMA 1 Boedi Oetomo. Entah kenapa, ketika sandiwara yang disutradarai Koentjoroningrat itu hendak dipertunjukkan untuk umum di Gedung Kesenian Jakarta, Aba melarang Lies ikut serta. ”Saya kecewa tapi berusaha memahami keputusan Aba,” tutur Lies, yang bersuamikan Agus Alwi yang juga berasal dari Minang, Sumatera Barat.

Di mata anak-anaknya, ia selalu menyampaikan pesan secara tersirat. Dia juga orang yang berpikiran jauh ke depan. Sewaktu tinggal di Jakarta, Aba melarang anak-anaknya belajar berenang. ”Kami memahami, pakaian renang selalu minim,” kata Lies. Tapi, ketika tinggal di Maninjau, Sumatera Barat, Aba menyuruh anak-anak belajar berenang di danau. ”Belakangan kami mengerti, di danau kami sekaligus belajar menghadapi bahaya yang tidak akan ditemui di kolam renang,” kata Aisyahtul Asriah, putri keempat Natsir.

Natsir, sang pendidik. Dia tak begitu setuju anak-anaknya bekerja di perusahaan milik negara maupun swasta. Natsir lebih suka anak-anaknya menggeluti dunia pendidikan. Toh, dia tak bisa berbuat banyak ketika Hasnah Faizah, putri ketiganya, berganti haluan dari asisten dosen di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia, menjadi staf sebuah badan usaha milik negara.

Di kemudian hari, keluarga paham mengapa Natsir tak begitu suka anak-anaknya bekerja di perusahaan. ”Aba khawatir, sifat kami berubah karena bekerja di perusahaan yang mengutamakan keuntungan,” kata Aisyah. Menurut Aba, hal itu bisa mempengaruhi hubungan di rumah. Waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Padahal, bagi Aba, Aisyah mengenang, makan sebaiknya bersama keluarga setidaknya sekali dalam sehari.

Sebagai Vice President World Muslim Congress, yang bermarkas di Karachi, Pakistan, dan anggota Majelis Ta’sisi Rabithah Alam Islami, yang berpusat di Mekkah, Natsir bisa berangkat haji setiap tahun. Tapi tak sekali pun dia memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memberangkatkan anak-anaknya berhaji. ”Fasilitas itu hanya untuk mengajak Ummie sekali,” papar Abi—sebutan akrab Aisyah. Walhasil, kelima anaknya berhaji dengan biaya sendiri.

Selama menjadi pejabat pemerintah, hampir tak ada kemewahan yang dinikmati anak dan istrinya. Rumah pribadi pun baru dimiliki setelah Natsir bebas dari penjara pada 1967, jauh setelah penggemar biola ini tak lagi berpangkat.

Suatu ketika Fauzi, anak bungsu Natsir, meminta dibelikan sepeda motor kepada Aba. Sang ayah menolak dengan berkata, ”Memangnya tidak ada bus atau kereta api?” Natsir amat mempedulikan pendidikan. Beberapa kali Lies meminta bantuan ayahnya untuk membayar biaya kuliah anak-anaknya. ”Tanpa ragu Aba turun tangan,” tutur Lies.

Natsir juga membebaskan putra-putrinya memilih jurusan sekolah dan tempat bekerja. Lies, misalnya, memasuki Jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia. Karena banyak faktor, termasuk biaya dan kondisi politik yang belum aman, Lies harus meninggalkan bangku kuliah di semester kedua.

Natsir memutuskan, Lies dan adiknya, Asma Faridah, sebaiknya konsentrasi saja pada urusan rumah tangga. Tapi adik-adik Lies, yakni Aisyah, Hasnah, dan si bungsu Ahmad Fauzi Natsir, menyelesaikan kuliah.

Selain Fauzi, ada lagi satu anak lelaki Natsir, yakni Abu Hanifah, yang meninggal pada usia 13 tahun karena tenggelam di kolam renang. ”Aba menangis sendirian ketika Hanif wafat. Sebelum pergi, almarhum sempat memijat-mijat kaki Aba,” kata Lies. Sebuah buku memoar berjudul Aba Sebagai Cahaya Keluarga kini sedang disiapkan Lies.

Tangisan itu berulang ketika Natsir kehilangan sang istri. Nurnahar meninggal pada Juli 1991, dalam usia 86. Lima puluh tujuh tahun, Ummie mendampingi Aba dengan setia.

Dalam salah satu suratnya, Natsir menulis: Ummie sadar jalan hidup yang Aba tempuh sama sekali tidak memberi jaminan hasil yang tetap. Tapi Ummie rela dan berani naik perahu Aba yang oleng itu, sama-sama menempuh samudera hidup yang penuh risiko. Tak terlukiskan betapa bersyukurnya Aba kepada Allah SWT dan terima kasih kepada Ummie atas kebahagiaan hidup yang Aba rasakan.”

Sebelum jenazah sang istri diberangkatkan ke makam, Natsir sendiri yang menyampaikan pidato pelepasan. Dua tahun kemudian, Natsir dimakamkan di samping makam Nurnahar. Kata Lies, ”Seperti keinginan Aba.”

Arman Bahar

unread,
Mar 8, 2011, 8:17:02 PM3/8/11
to rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum ww

"Katakanlah yang benar (haq) itu adalah benar dan berilah aku kekuatan untuk melaksanakannya, katakanlah yang salah (batil) itu adalah batil dan berilah kami kekuatan untuk menghindarinya"

Pernyataan dalam kalimat "Orang yang pakai jilbab itu adalah se-baik2 Muslimah adalah pernyataan yang benar, apresiet orang berani mengatakannya tapi kenapa sih masih takut2 dan terkesan tidak tegas untuk mengatakan yang tidak memakai jilbab itu tidak benar alias salah BESAR.......?

Kan tentang jilbab tegas2 Allah perintahkan, lihat surat Al Ahzab ayat 59 dan An Nur ayat 31 dan banyak ayat2 lainnya serta hadist2 yang membahas soal ini

Kemungkinan besar M Natsir dan M Natsir Muda itu BELUM sempat menuntaskan kajinya, maklum dek sibuk urusan lain (dunia) hingga belum seimbang kajian dunia dan kajian ukhrawinya makanya anak istrinya tenang2 saja tidak berjilbab, dan mungkin juga bapak2 ketua partai Islam kita ini bisa saja lupa lupa dengan ayat 6 surat At Tahrim "Wahai orang2 yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu2, penjaga nerakanya adalah malaikat2 yang keras lagi kasar, malaikat2 yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa2 yang diperintahkan"

Ambo maraso aneh saja kok, kutipan penggalan kalimat thread sebelumnya:

"Natsir, sang pejuang. Dia dikenal sebagai pendidik yang keras, tapi moderat dan demokratis dalam menerapkan ajaran Islam. DIA TIDAK MEWAJIBKAN JILBAB KEPADA ISTRI DAN ANAK ANAKNYA. Nurnahar, istri Natsir, seperti laiknya orang Melayu dan umumnya warga Masyumi. Sehari-hari dia tampil berkebaya panjang atau baju kurung tanpa kerudung. Ketika menghadiri acara keluarga atau melayat, Natsir baru mengingatkan Nurnahar agar berkerudung"

"Sekalipun keempat putrinya telah menunaikan ibadah haji, Natsir tak memaksa mereka mengenakan jilbab. ”Menurut Aba, berjilbab itu harus dari diri kita,” tutur Lies, yang kini berusia 72 tahun"

Mudah2an orang salah tulis tentang ketua partai Islam yang anak istrinya tidak pakai jilbab ini, (masak KETUA PARTAI ISLAM begitu yaaa, ntar apa kata dunia.......?

wasalam
abp58


Dari: Darwin Bahar <dba...@indo.net.id>
Kepada: Palanta Rantaunet <rant...@googlegroups.com>; su...@yahoogroups.com
Terkirim: Sel, 8 Maret, 2011 22:15:27
Judul: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga

rinapermadi

unread,
Mar 8, 2011, 10:45:50 PM3/8/11
to rant...@googlegroups.com

 

 

Rina pikia, M Natsir masih lebih baik daripado seorang suami yang ngotot nyuruah istrinyo bacadar sehari-hari bahkan mengintimidasi. Tapi pas istri barangkek karajo dipadiakan jo pakaian karajo. Sebab Si Istri tulang pungguang keluarga. Cape de…

 

Rasulullah SAW sendiri  menurut riwayat juo indak berhasil mengislamkan paman baliau.

 

Wassalam

Rina

Reni Sisri Yanti

unread,
Mar 8, 2011, 11:19:03 PM3/8/11
to rant...@googlegroups.com
Setuju uni Rina
mohon maaf sebelumnya...
wanita muslimah yg sempurna adalah yang berakhlak dan berjilbab...
tapi sebagian orang kadangkalanya jilbab cuma sebagai kedok...
ini yang Reni alami sabtu kemaren di tempat mama...
kebetulan mama skr di Jakarta mengelola rumah kos2an...
sudah beberapa kali tetangga minta mama menegor seorang gadis yg selalu memasuki teman prianya ke kamar..
tapi mamaku tak berani menegor...
akhirnya...
sabtu kemaren aku yang menegor...krn kedapatan si pria semalam tidur disana...

Wanita berjilbab dan pria tampangnya alim...
aku menegor dengan diawali kata maaf..
apakah saudara suaminya?
bukan...tapi mau nikah sih...
ok...mulai hari ini...kalau anda ingin nginap disini...
tolong bawa surat nikah anda...krn kalau tidak ada...warga disini akan mengrebek anda...dan yg bertanggung jawab bukan saja anda berdua...tp mama saya juga...
dia menjawab....lah apa urusannya mereka mengatur kos ini?
aku jawab....rumah ini berada dilingkungan mereka, dan mereka mempunyai kewajiban melindungi lingkungannya dari hal2 yang mereka anggap melanggar ...
dan setau saya anda sudah melanggar peraturan kos ini...

dia :loh kan saya tidak ngapa2in mba cuma tidur doang...
aku : yang anda laku didalam saya mana tau mas...tp menurut saya anda sudah melanggar...
dia : apa yg saya lakukan hal saya mba'
Aku : apa yg anda lakukan kalau sudah melanggar etika agama dan adat itu pengaruh kepada saya yg pny rumah ini...masa dosa anda saya jg tanggung...!!
dia : jangan bawa2 agama deh...
aku : nah loh...jangan bawa2 agama...mang anda hidup dan tinggal dimana? dan kalau tak sangkut paut dgn agama, ngapain pacar anda pakai jilbab?
kalau saya sbg pacar anda....malu saya....pakai jilbab tapi ngga ngerti soal akhlak....mending kaya' saya mas....ngga pake jilbab tp masih tau mana yg haram mana yang ngga......gini aja mas....kalau tak mau ngikuti peraturan disini...silahkan kosongkan kamar pacarmu...bawa pergi....dari sini....tinggal di apart atau hotel .....

( langsung tu pergi aja.........)

so....jilbab tak bisa menjadi patokan org mempunyai akhlak yg baik....
berbahagialah...wanita yang berjilbab dan mempunyai akhlak yg baik...
wanita muslimah yang sempurna...dimata tuhan...dimata masyarakat....
amin........



Renny,Bintara



From: rinapermadi <rinap...@gmail.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Wed, March 9, 2011 10:45:50 AM
Subject: RE: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga

 




rinapermadi

unread,
Mar 8, 2011, 11:41:26 PM3/8/11
to rant...@googlegroups.com

Bagus Ren

Yang Reni lakukan tu butuh energy yang besar

Sebuah energy positif

 

Wassalam

Rina

 

 

 

From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Reni Sisri Yanti
Sent: Wednesday, March 09, 2011 11:19 AM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga

 

Setuju uni Rina
mohon maaf sebelumnya...
wanita muslimah yg sempurna adalah yang berakhlak dan berjilbab...
tapi sebagian orang kadangkalanya jilbab cuma sebagai kedok...

 

so....jilbab tak bisa menjadi patokan org mempunyai akhlak yg baik....

Arman Bahar

unread,
Mar 9, 2011, 2:05:13 AM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
Hee...5x, seru juga introgasi ya

Saya cuma ngutip kalimat mbak dibawah ".........mending kaya' saya mas....ngga pake jilbab tp masih tau mana yg haram mana yang ngga......"

Gak pakai jilbab itu matematikanya kita telah mengabaikan suruhan Allah (Al Ahzab:59 dan An Nur:31) dan sekaligus kita telah mencuekin Alquran sebagai pedoman hidup kita bahkan kita juga telah membelakangi hadist2 Rasulullah tentang keharusan memakai jilbab ini, lha fatal dan berat amat nih karena 3 yang kena tabrak sekaligus, pasti dosa dong mbak dan bukankah dosa itu haram? jadi kesimpulannya gak pakai jilbab itu haram lhooo... mbaak

abp58

Dari: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Rab, 9 Maret, 2011 11:19:03
Judul: Re: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga

Reni Sisri Yanti

unread,
Mar 9, 2011, 3:55:49 AM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
Hahahhahaahahha jadi malu...
tapi lebih haram lagi kalau memakai tidak dari hatikan?
dan mengunakan jilbab sebagai kedok doang...
sama juga kan pak hukumnya bagi laki2 yg dilarang memakai cincin emas?

thank's pak..

Renny,Bintara

Arman Bahar

unread,
Mar 9, 2011, 4:14:32 AM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
Ya iyaa lah mbak....mosok mencintai Allah dan Rasul tidak dengan hati....Kalau mencintai cewek bisa aja tanpa hati tapi pake' mata (keranjang) dan nepsong, lha pake' jilbab cuma buat nampang dan kedok doang lebih parah lagi mbaak, nambah lagi tuh dosanya dosa pura2 (muna) dan dosa perbuatan nyimpan cowok dalam kamar kalau sempat gituan .... nambah lagi tuh dosa bahkan 40 rumah disekelilingnya bakalan dapat bala

Laki pakai cincin emas jua dosa termasuk pake gigi mas.... cliiingg......bersinar kena cahaya, bisa bikin mata lawan bicara silau dan kalau interview masuk kerja bisa lolos karena yang interview kesilauan
abp




Dari: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Rab, 9 Maret, 2011 15:55:49
Judul: Re: Bls: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga

Reni Sisri Yanti

unread,
Mar 9, 2011, 6:13:44 AM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
So..pak...
maka bersyukurlah...
bagi wanita muslimah yg sempurna dan laki2 muslim yang sempurna...
amin......amin....


Renny.Bintara


Sent: Wed, March 9, 2011 4:14:32 PM
Subject: Bls: Bls: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga



Arman Bahar

unread,
Mar 9, 2011, 7:27:41 AM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
Yup.... rancak bana kalau disampaikan pulo ka keluarga dan famili, sanak dan sudaro, karib dan kerabat, teman dan sejawat, jiran dan tetangga

jzklh
abp58


Dari: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Rab, 9 Maret, 2011 18:13:44
Judul: Re: Bls: Bls: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga

sjamsir_sjarif

unread,
Mar 9, 2011, 11:21:29 AM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
Syukurlah Renny, debat jilbab bapuriah antaro sanak baduo lah disudahi jo amin; mungkin sasudah postiang Makngah untuak mararainyo jo "Angin Berembus".

Yah, mungkin rancak ditaipokan saketek kapalo postiang tu,
Amin Berembus ... :)

Salam,
--Nyit Sungut

--- In Rant...@yahoogroups.com, Reni Sisri Yanti <resy_2000@...> wrote:
>
> So..pak...
> maka bersyukurlah...
> bagi wanita muslimah yg sempurna dan laki2 muslim yang sempurna...
> amin......amin....
>
>
> Renny.Bintara
>
>
>
> ________________________________

> From: Arman Bahar <arman_bahar@...>

Abraham Ilyas

unread,
Mar 9, 2011, 8:20:31 PM3/9/11
to rant...@googlegroups.com
"Sekalipun keempat putrinya telah menunaikan ibadah haji, Natsir tak memaksa mereka mengenakan jilbab. ”Menurut Aba, berjilbab itu harus dari diri kita,” tutur Lies, yang kini berusia 72 tahun"

Sato ambo batanyo satantangan "jilbab"

Supayo kito bisa ma raso kan makna dari kata "jilbab" dengan pe rasa an kito masing masing .....yang selanjutnya yang selanjutnya sebagai dasar untuk memahami perintah berjilbab.

Kalau di pareso nan tatulih di KBBI sbb:

jil·bab n kerudung lebar yg dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada

Diharapkan sanak Afrijon Ponggok dapat membantu.

Salam

AI



Afrijon Afrijon

unread,
Mar 10, 2011, 1:57:25 PM3/10/11
to rant...@googlegroups.com
Mamanda Abraham Ilyas dan dunsanak Palanta RN nan ambo hormati.
 
Perintah berjilbab kepada wanita itu lansung dari Allah dalam surak Al-Ahzab ayat 59 dan surak An-Nur ayat 31, berjilbab atau menutup kepala leher dan dada bagi wanita hukumnya adalah wajib, dalam ilmu usul fiqih yang dikatakan wajib adalah "ma yu'asabu 'ala fi'lihi wa yu'akabu 'ala tarkihi" (sesuatu yang diberi pahala/imbalan/rahmat apabila melaksanakannya dan diberi 'ikab/dosa/siksa apa bila meninggalkannya).
 
Oleh karena itu seorang muslimah wajib ikhlas karena Allah memakai jilbab keluar rumah, selama dia tidak memakai jilbab keluar rumah maka selama itu pula di dalam keadaan berdosa karena ingkar/kufur kepada perintah Allah.
 
Kewajiban memakai jillbab dan menutup aurat lainnya dalam Islam adalah untuk marwah, harga diri dan menjaga kehormatan wanita itu sendiri, karena hampir seluruh anggota tubuh seorang wanita itu mendatangkan syahwat bagi laki-laki yang memandangnya, oleh sebab itu pulalah lebih banyak bagi wanita itu aurat makanya harus ditutup. 
Dalam sebuah hadist Nabi mengatakan (mohon maaf saya lupa rawinya) bahwa wanita yang tidak menutup auratnya dan yang suka memperlihatkan perhiasanya serta yang suka berjalan melenggok-lenggok mereka tidak akan masuk syurga dan bahkan tidak akan dapat bau syurga.
 
Tks, mohon para Ustaz dan Buya koreksi kalau saya salah.
 
Afrijon Ponggok
44,L,Pekanbaru


Dari: Abraham Ilyas <abraha...@gmail.com>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Kam, 10 Maret, 2011 08:20:31

Judul: Re: [R@ntau-Net] Aba, Cahaya Keluarga
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/

Abraham Ilyas

unread,
Mar 10, 2011, 3:28:48 PM3/10/11
to rant...@googlegroups.com
Sanak Afrijon Afrijon yth.

Maaf, pertanyaan ambo tersebut kurang lengkap; nan ambo mukasuik yaitu asal kato "jilbab" tsb.
Maklum kosakata "jilbab" itu bukan dari bahasa ibu.

Itu adalah bahasa alQuran yang ditafsirkan ke dalam bahasa Arab, lalu ketika Islam masuk ke negeri kita maka menjadi kata "jilbab".
Manuruik ambo jilbab itu samo jo "kerudung" (Indonesia) atau "tangkuluak" (MK).

Begitu pula dengan kata "aurat".

Salam

Abraham Ilyas lk. 65
www.nagari.org



Zulkarnain Kahar

unread,
Mar 10, 2011, 4:34:31 PM3/10/11
to rant...@googlegroups.com
Sanak Afrijon dan Dunsanak Palanta Ysh.
 
Telah lama ada yang mengganjal dalam fikiran saya sebuah pertanyaan bodoh.
 
Islam telah masuk ke Nusantara ratusan tahun .. sampai saya tamat SMA pada th 1978 baik di Indonesia, Malaysia dan Singapura  jilbab tak sehebat sekarang gaungnya. Lalu kemana saja para Ulama yang hidup s/d 1978 itu, kenapa tidak mampu menafsirkan tak berjilbab adalah "Dosa". Bahkan para guru agama di SMP dan beberapa SMA yang sempat saya duduki tak pula ada suara jilbab.
 
Kalau boleh bertanya pula sama Mak Ngah, Apa kawan kawan wanita yang sama sekolah dengan Mak Ngah dulu berjilbab?.  kalu tidak apakah mereka tak mengaji atau tak belajar agama?
 
Apa yang terjadi pada era th 80 han , Apakah ada semacam konvensi Internasional Islam yang keluar dengan tafsiran baru.
 
Saya hentikan tahun di 1978 karena setelah itu I am lost., bangun bangun orang orang telah berwacana jibab semua.
 
Mohon maaf bila pertanyaan ini tidak berkenan
 
Wassalam 
  

Zulkarnain Kahar




From: Afrijon Afrijon <aafr...@yahoo.co.id>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Thu, March 10, 2011 12:57:25 PM
Subject: [R@ntau-Net] Bls: Aba, Cahaya Keluarga

Abraham Ilyas

unread,
Mar 10, 2011, 4:49:54 PM3/10/11
to rant...@googlegroups.com
Ondeh alah salah pulo, ......maaf untuak kaduo kalinyo, karano ambo kurang pareso !

Maksudnyo sanak Afrijon Ponggok, bukan Afrijon Afrijon !

Salam

AI

sjamsir_sjarif

unread,
Mar 10, 2011, 8:06:08 PM3/10/11
to rant...@googlegroups.com
Angku Zuolkarnain Kahar sarato Rang Lapau nan Lasamo,

Sampai tahun1 1966 wakatu MakNgah tinggakan kampuang halaman, indak ado doh urang mampasiansikan masalah jilbab ko. Kalau wakatu sikola di SGA-Negeri Payokumbuah, Kepala Sekolah kami malah menuyruh anak-anak perempuan mananggakan jilbab mereka pai sikola. Anak-anak padusi kawan-kawan kami wakatu itu mamakai dress atau blouse dengan skirt (rok). Ukuran roknya, terutama pakaian seragam putih untuk praktek mengajar) malah ditentukan 30cm dari tanah. Payakumbuh sangat semarak dengananak-anak gadih SGA caroln-calohn Guru wakatu itu, rancak-rancak elok-elok dipuji masayarakat.

Hanyo ado seorang dari kawan kami nan indak namuah mananggakan jilbabnyo, baiak sampai tammat SGA maupun sampai kini(masih hiduik. Wakatu itu karho inyo surang nan mangganjuia pakai jilbab padek, kami panggiakan inyo "KAK UNA" panggilan julukan masyarakat kito ka RANGKAYO9 RASUNA SAID. Ado duo tigo urang lai kawan-kawan Kak Una ko nan pakai tingkuluak (istilah kami di Balaigurah) atau ceda (istilah kami di Panampuang). Kak Uha ko sabalun masuak SGA adolah pelajar MualLimin nan kebanyakannnyo bajilbab atau semijilbaB karano mareka akan manjadi uztazah kalau tammatnyo.

Guru Agamo kami NANJUO Kepala Sekolah Muallimin, indak ado mampamasalahkan murik-murik balia nan di SGA tu indak bajilbab saroman dianjurkan Kepala Sekolah kami.

Untuak verifikasi silakan tanyo j Bundo Nismah.

Salam,
--MakNgah


--- In Rant...@yahoogroups.com, Zulkarnain Kahar <zxkahar@...> wrote:
>
> Sanak Afrijon dan Dunsanak Palanta Ysh.
>
> Telah lama ada yang mengganjal dalam fikiran saya sebuah pertanyaan bodoh.
>
> Islam telah masuk ke Nusantara ratusan tahun .. sampai saya tamat SMA pada th
> 1978 baik di Indonesia, Malaysia dan Singapura  jilbab tak sehebat sekarang
> gaungnya. Lalu kemana saja para Ulama yang hidup s/d 1978 itu, kenapa tidak
> mampu menafsirkan tak berjilbab adalah "Dosa". Bahkan para guru agama di SMP dan
> beberapa SMA yang sempat saya duduki tak pula ada suara jilbab.
>
>
> Kalau boleh bertanya pula sama Mak Ngah, Apa kawan kawan wanita yang sama
> sekolah dengan Mak Ngah dulu berjilbab?.  kalu tidak apakah mereka tak mengaji
> atau tak belajar agama?
>
> Apa yang terjadi pada era th 80 han , Apakah ada semacam konvensi Internasional
> Islam yang keluar dengan tafsiran baru.
>
> Saya hentikan tahun di 1978 karena setelah itu I am lost., bangun bangun orang
> orang telah berwacana jibab semua.
>
> Mohon maaf bila pertanyaan ini tidak berkenan
>
> Wassalam 
>   
> Zulkarnain Kahar
>
>
>
>
> ________________________________

> From: Afrijon Afrijon <aafrijon@...>

Arman Bahar

unread,
Mar 12, 2011, 11:22:54 PM3/12/11
to rant...@googlegroups.com
Assalamaulaikum ww

Maaf talabiah dahulu, ambo sakadar mauleh saketek tantang hadist nan dibawah bahwa cewek yang suka jalan malenggok2, bau surga saja tidak akan dapat, nah... tu dia,...apa lagi menari, joget, dancing, tari perut, tari piriang, tari payuang, menggerak2 tubuh dengan erotis waktu nyanyi seperti menggoyang2 tubuh / nggoyang ngebor dan lain2 adalah sangat termasuk dalam kategori ini, makanya ibu2 rebana atau qasidah goyangnya cuma dan sekali lagi cuma "sangenek bana", sakadar pado lah indak sajo

Ado nan labiah tegas dari itu seperti nan disabuik dek kisanak Afrijon, "(hampir seluruh anggota tubuh seorang wanita itu mendatangkan syahwat bagi laki-laki yang memandangnya, oleh sebab itu pulalah lebih banyak bagi wanita itu aurat makanya harus ditutup)" nah./.. lagi2 tu dia ....dalam hal ini tamasuak "SUARO"nyo, jangan menyanyi alias tarik suara apalagi untuk konsumsi urang banyak termasuk terlarang, aratinyo kok manyanyi tantu badoso pulo dan doso tu kan haram, maka rumusnyo manyanyi itupun haram jatuahnyo, jangankan menyanyi,.... MANGAJI dengan keras /tarik urat leher bagi wanita juga sama halnya dengan itu, mengajilah dengan suara yang pelan dan lembut SAKADAR TADONGA dek talingo awak sendiri (indak paralu di hajan bana suaro tu co ibuk2 peserta tadarusan dio bulan Ramdhan tu apolagi pakai loud speaker 36 inci hinggo tadanga sampai kasuduik2 kampuang

Jadi kan tampak tuah....jangan manyanyi seperti grup ibu2 rebana nan eksis di musajik2 nagari awak ko, pun sudah termasuk pamerkan aurat (dalam hal ini suara), cubolah dek saak baa ka indak, lai mangaji sajo harus di-cukuik2kan sajo lah utuak katingaran dek talingo awak sorang, apo lagi mendendangkan lagu2 rebana/qasidah dan labiah apo lagi lagu dangdut dan pop dengan goyang2 erotinya atau jenis lagu apo pun lah namonyo mana pakai pengeras suara lagi...amit2 deh (ibu2 yang udah melalui pengajian / tarbiyyah alah tabu jo nan co iko dan menerapkan dalam keseharian mereka sebagaimana kaji nan alah dipadapek, begitu mereka lakukan)

Walaupun kini lah banyak induak2 nan bajilbab tapi paralu juo pembekalan lebih dari itu antaro lain bahwa walau telah tertutup aurat semuanya namun ada satu sisi saja lagi yang harus diperhatikan yaitu TIDAK BOLEH KETAT MENCETAK BENTUK TUBUH, seperti pada bagian2 dada/punggung, pinggang, pinggul, paha dan betis, kalau tidak, tantu ka samo sajo aratinyo "masih mempertontonkan aurat ka urang banyak" dan paralu juo diperhatikan kaus kaki jan indak dipakai pulo, kadok taliek bahkan kutiko sadang sholat wakatu sadang sujuik, kaki dan tapak kaki ibuk2 ko tasimbah, kok lupo pakai kaus kaki ulurkan lah kain hinggo kaki/tapak kaki indak tasebeng

Ada kok contoh yang bagus untuk ditiru yaitu ibu2 (akhwat) yang telah mengikuti tarbiyah dengan baik, mereka berbusana longgar, tidak menggunakan busana dengan warna2 mencolok, tidak memasang make up (lipstik, celak, eye shadow, pemerah pipi, bedak/pupur) kecuali dirumah dan itu semua tentu saja untuk konsumsi sang suami, bukan untuk sato pulo LAKI LAKI LAIN sato perai menikmati kemolekan tubuh dan wajah awak, mereka tilawah / mengaji tiap selesai sholat fardhu (ini bentuk zikir harian yang paling dan paling baik) walau dapat satu halaman sekalipun, tetap dengan suara pelan dan sayup2 saja kedengarannya

Ibuk2 anggota salafi/jamah tabligh malahan memasangkan tirai/cadar dimukanya kalau keluar rumah...mereka lebih teliti lagi yaa...?
    
Semoga semakin banyak peningkatan pada Muslimah kita yang mencontoh hal2 yang baik ini
wasalam
abp58

Dari: Afrijon Afrijon <aafr...@yahoo.co.id>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Jum, 11 Maret, 2011 01:57:25
Judul: [R@ntau-Net] Bls: Aba, Cahaya Keluarga
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages