30
Dec
08
By burselfwoman
Categories: Travelling
Jika ditanya kemana masyarakat Pekanbaru menghabiskan liburannya? Jawabnya hanya satu (1): JALAN-JALAN KE SUMBAR. Pertama mendengar tentu serasa tidak fair. Secara mereka mencari nafkah di Riau yang kondang dengan hasil pertambangan dan perkebunannya, tapi menghabiskan pendapatan mereka di Sumatra Barat. Enak betul ya Sumbar! Tapi setelah saya melihat sendiri mengapa demikian, saya jadi maklum dan mungkin akan seterusnya mengikuti trend tersebut jika pemprov Riau tidak merubah mind-set nya.
You see, pemprov Riau sedemikian terlenanya dengan pendapatan dari sektor pertambangan dan perkebunan sehingga tidak memikirkan “their huge loss”. Pertambangan dan perkebunan memang terkesan gagah sih ya dibandingkan dengan pariwisata. Namun pariwisata bisa menggerakkan sendi ekonomi lebih luas seperti akomodasi, transportasi, kuliner, agen perjalanan, pedagang souvenir, pengrajin kecil, pemandu wisata, seniman dan masih banyak lagi. Masyarakat tidak perlu pendidikan tinggi seperti insinyur pertambangan atau memiliki kebun sawit berhektar-hektar untuk ikut serta menggerakkan sendi-sendi ekonomi. Efek manfaat yang dirasakan jauh lebih luas.
Memang Sumbar memiliki kelebihan yang tidak dimiliki Riau, yaitu demografi yang lengkap, indah dan masih alami. Namun keunggulan pariwisata Sumbar tidak demikian saja disediakan alam, tapi juga melalui usaha serius dengan promosi yang gencar namun tidak terlibat terlalu jauh dalam pelaksanaan dilapangan. Jika ingin jalan-jalan ke Sumbar, kita cukup membuka website pemda setempat, maka akan langsung tersaji lengkap peta wisata, hotel yang sesuai dengan budget, tempat makan, tempat membeli oleh-oleh serta event yang sedang berlangsung. Coba buka website pemda-pemda di Riau, aih tak maulah buka-buka website macam tu! Boring! Cocok untuk PNS saja!
Dalam pelaksanaannya dilapangan, pemda-pemda di Riau tidak banyak terlibat. Masyarakat secara luas turut berpartisipasi. Contoh kecilnya, pedagang di Sumbar umumnya lebih ramah terhadap wisatawan/pendatang dibanding dengan pedangan di Pasar Bawah Pekanbaru yang rata-rata bermuka masam. Satu lagi contoh tiket masuk ke Pantai Air Manis dilakukan oleh keamanan kampung tanpa ada bukti pungutan, namun penghuni sekitar pantai dengan kesadaran menyapu pantai tiap pagi dengan sapu lidi masing-masing. Di Danau Buatan Pekanbaru, tiket masuk dilakukan oleh petugas berseragam PNS dengan bukti pungutan, tapi silakan buktikan kotoran anjing berserak dimana-mana.
Promosi tak kalah gencar dilakukan pemprov Sumbar dan swasta sampai menyerbu radio-radio dan TV di Pekanbaru. Dimusim liburan TV setempat juga menayangkan promosi obyek-obyek wisata yang tidak boleh dilewatkan wisatawan. Sedangkan TV di Pekanbaru malah menayangkan acara-acara seremonial yang membosankan hampir tiap hari, live pula
Saya rasa sih tidak mungkin Riau menyaingi Sumbar dibidang pariwisata dalam 10 tahun kedepan. Namun perlahan-lahan harus bisa mengejar supaya ribuan pekerja di sektor pertambangan dan perkebunan Riau menghabiskan pendapatan/gaji juga di Riau. Pemprov Riau pertama-tama harus mulai memperhatikan sektor pariwisata karena walaupun krisis global dimana harga karet, sawit dan minyak dunia anjlok, pariwisata tidak bergeming. Kurangi kegiatan seremonial supaya lebih banyak waktu untuk menggali kreatifitas. Tidak usah mencoba menyaingi keindahan alam Sumbar. Sangat tidak mungkin, apalagi Riau gudangnya pembalak liar. Biarlah Sumbar unggul dengan wisata alami, sementara Riau bisa berinvestasi di pariwisata yang lebih modern, misalnya membangun waterboom yang lebih besar dari Mifan Sumbar, membangun gedung seperti Taman Pintar di Yogya, membangun seaworld, tour sungai Siak, atau apalah. Ayolah lebih kreatif lagi. Kalau tidak ada perubahan payah, karena Pekanbaru memang sangat membosankan.
Feed for this Entry Trackback Address
Riau sebenarnya bukan tidak kreatif. Kreatifitas itu ada di sana…. tapi karena memang Masyarakat Riau (bukan hanya yang keturunan Minangkabau saja, tapi juga yang keturunan Melayu, Jawa, dan Batak) rata2 memang punya mind-set..
BERLIBUR = SUMBAR, MALAYSIA, SINGAPURA, BATAM, dan BINTAN … Gak bakal kepikiran buat liburan di dalam Riau sendiri. Selain karena pilihan yang sedikit. Tidak seperti Sumbar, tempat wisata satu dengan lainnya yang berdekatan. Di Riau, jarak antar kota dan provinsi bisa ratusan kilometer.
Bagi saya biarlah ini menjadi simbiosis mutualisme bagi Provinsi Riau dan SUmatra Barat. Dengan dukungan finansial yang ada mungkin saja Riau bangun wisata modern yang gegap gempita. SANGAT MUNGKIN. Tapi, kasian donk Sumatra Barat nantinya. Kalau Pemprov RIau menyedot turis Riau untuk keliling2 di RIau saja.
Tempat wisata di Riau ada kok, bahkan lebih bersih dan terawat dari di Sumbar. Cuman jaraknya jauh dan kurang populer. Kalau tahu Kota Siak Sri Indrapura, itu luar biasa sekali, kita bisa wisata Sejarah di sana. begitu juga Kuliner. Tapi sayang jarak ke sana itu jauh. APalagi tempat wisatanya masih cenderung sedikit. Di RIau kita kalah kuantitas dan aksesibilitas, jalannya bagus ,,, tapi kejauhan .. ditambah jumlah tempat wisatanya sedikit. Bandingkan dengan Bukit Tinggi, duhh itu kota isinya tempat wisata semua.. Walaupun gak semuanya bersih-terawat, tapi pada kenyataannya ALAM NYA MEMANG BAGUS !!!
Alam Riau tanpa Ilegal Logging dan eksplorasi kelapa sawit pun , memang tidak terlihat cantik secara kasat mata. Semuanya bakal berupa hutan lebat yang membosankan. Jalan Raya datar dan lurus2 . sesekali bertemu Sungai Besar (jauh lebih besar dari yang ada di Sumbar). Beda bangetlah alamnya dengan di Sumbar. TOpografi Riau memang bawaannya dataran rendah dan tidak bergunung-gunung. Pantainya pun bukan main jauhnya dari Kota Pekanbaru.
Mengenai tempat wisata canggih nan-modern kayaknya di
Pekanbaru sudah bangun Waterboom deh di Kuantan Regency (kira2 sebesar MIFAN di
Payakumbuh). Bahkan ada yang lagi dibangun ukurannya 3 kali lipat dari yang di
Kuantan Regency …. namanya LABERSA WATERPARK … Itu mantap banget
tuh … Hehehe, tapi ya sebatas itu aja. Ohya, sudah ada SNOW WORLD loh di
Mal SKA ![]()
Ohya, anggapan bahwa Pariwisata lebih menyentuh masyarakat tidak sepenuhnya benar. Karena tingkat kemiskinan di Sumatra Barat masih lebih tinggi dari Provinsi Riau. Begitu juga kalau bicara standar hidup dan mutu pendidikan SD-SMA (Riau cuman kalah di Universitas saja, itu juga karena UNAND sudah senior). Uang yang berputar di Masyarakat juga begitu besar. Jauh lebih besar dari yang ada di Sumbar. Utilisasi dana di Riau jauh lebih bergerak begitu juga perkembangan dunia usaha dan penyerapan tenaga kerja.
Pariwisata berbanding pertambangan dan perkebunan, adalah industri yang VOLATILE. Gak percaya >??? Dengan adanya Gempa Bumi di Jogja, pariwisata mereka sempat menurun drastis. Dua kali Bom Bali sudah cukup membuat banyak hotel dan pengusaha kecil gulung tikar di Bali sana. Lagipula Di Sumatra Barat itu industri pariwisata nya masih jauh di bawah Kepulauan Riau (dari segi perputaran dana). Jumlah kunjungan turis di KEPRI itu aja yang tertinggi kedua di Indonesia setelah Bali. Jadi menjadikan Sumbar sebagai parameter kemajuan ekonomi kerakyatan sungguh kurang tepat. Karena kenyataan di lapangan ekonomi kerakyatan di Riau jauh lebih bergerak dan jauh lebih kuat. Masalah utama hanya di mana Masyarakat RIau kebingungan menggunakan uang berlebih mereka untuk berwisata.
Maaf kepanjangan, berasa buat BLOG SENDIRI hehehe
Makasih bang, comment & infonya. Mungkin yang kurang info & promosi menyeluruh ya bang. Misalnya kalau saya akan ke Siak, saya harus nginap dimana (daftar hotel berbintang & melati), petanya mana, makan apa, jalan-jalan kemana. Sumbar sudah punya itu bang di web pemda, Riau belum. Apalagi untuk wisata keluarga, kita kan harus merencanakan rute biar nggak capek karena biasanya wisata keluarga disetir sendiri sama si bapak & budget sesuai kantong, info menyeluruh sangat membantu. Kalau cuma sepenggal2, eh disana ada ini, disono ada itu, wah pontang-panting kita. Tapi bener juga kata abang, kalau Riau so perfect, Sumbar kebagian apa ya? Ah biar aja, Sumbar kan gudangnya pedagang ulung. Maksud hati biar Riau semakin kaya dan bisa membangun pembangkit listrik terbesar se Sumatra he…he…he….
Ternyata eh ternyata Gubri Rusli Zainal sependapat dengan saya bahwa pariwisata Riau perlu dibangkitkan. Mungkin beliau sudah sering survey ke Sumbar ya, secara dalam musim liburan banyak mobil BM plat merah ikut menyerbu Sumbar. Kalau kondisi sudah memperihatinkan begini maka yang harus dilakukan adalah merubah mind-set dengan think outside the box. Sayangnya Gubri sendiri mengakui bahwa jajarannya tidak mampu melakukan itu. Kadis Parsenibud diakui Gubri hanya memiliki kemampuan manajerial, tapi tidak secara teknis. Jadi beliau maju selangkah lagi dengan think outside the box by man outside the box, yaitu dengan meng-hire konsultan pariwisata. Sekali lagi sayang aduh sayang, saya baca di Tribun hari ini, anggaran untuk itu tidak disetujui DPRD. Mungkin DPRD melihat hal lain yang lebih penting daripada mengembangkan pariwisata, misalnya menabung untuk membangun pembangkit listrik (hi…hi…hi…). Atau mungkin mereka berpikir ah ngapain sih capek-capek ngabisin duit mengembangkan pariwisata? Sumbar deket kok!
http://burselfwoman.wordpress.com/2008/12/30/pariwisata-riau-vs-sumbar/
From:
Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Nofiardi
PARIWISATA:
RIAU VS SUMBAR
Tempat wisata di Riau ada kok, bahkan lebih bersih dan terawat dari di Sumbar. Cuman jaraknya jauh dan kurang populer. Kalau tahu Kota Siak Sri Indrapura, itu luar biasa sekali, kita bisa wisata Sejarah di sana. begitu juga Kuliner. Tapi sayang jarak ke sana itu jauh. APalagi tempat wisatanya masih cenderung sedikit. Di RIau kita kalah kuantitas dan aksesibilitas, jalannya bagus ,,, tapi kejauhan .. ditambah jumlah tempat wisatanya sedikit. Bandingkan dengan Bukit Tinggi, duhh itu kota isinya tempat wisata semua.. Walaupun gak semuanya bersih-terawat, tapi pada kenyataannya ALAM NYA MEMANG BAGUS !!!
Untuk jalan kita memang harus appreciate ke Sumbar…didaerah persawahan dipelosok kampung pun mulus pakai aspal beton.
Kalau kondisi iko udah jadi anekdot…. Tando awak lah masuak Riau dari Jambi atau Sumut…. Kok sadang takalok pasti tajago…karano jalan yang tadinyo mulus mulai keriting ....sahinggo kendaraan jadi oleng jalannyo.
Tapi duo bulan terakhir ko lah banyak pulo lubang dijalan sekitar Pangkalan menuju batas Riau-Sumbar.. Apakah sekarang sudah diperbaiki ??
Makasih bang, comment & infonya. Mungkin yang kurang info & promosi menyeluruh ya bang. Misalnya kalau saya akan ke Siak, saya harus nginap dimana (daftar hotel berbintang & melati), petanya mana, makan apa, jalan-jalan kemana.
Siak- Pekanbaru cuma sekitar 2-3 jam via Minas-Perawang jalan cukup mulus hanya kadang agak lama antri dipenyeberangan ferry Perawang...
Jalur lain yang bisa ditempuh via dari jalan Harapan Raya- Tangkerang- Simp. Beringin...
Karena hanya ada beberapa objek wisata yang berdekatan dengan Istana, rasanya gak perlu nginap disini... Apalagi memang belum ada hotel yang representatif . Kalau makanan ...karena ditepi sungai selain Ikan Baung dan Selais ... udang yang panjangnya sejengkal atau lebih lumayan enak
3 burselfwoman January 3, 2009 at 7:31 am
Kadis Parsenibud diakui Gubri hanya memiliki kemampuan manajerial, tapi tidak secara teknis. Seperti seringnya mutasi pejabat pemda...Boss dinas ini lumayan sering juga bongkar pasang…kemaren adik ipar sang Gubri yang jadi bossnya
"4 Rancak 5 Lamak Bana"
From:
Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of
Nofiardi
PARIWISATA:
RIAU VS SUMBAR
Tempat wisata di Riau ada kok, bahkan lebih bersih dan terawat dari di Sumbar. Cuman jaraknya jauh dan kurang populer. Kalau tahu Kota Siak Sri Indrapura, itu luar biasa sekali, kita bisa wisata Sejarah di sana. begitu juga Kuliner. Tapi sayang jarak ke sana itu jauh. APalagi tempat wisatanya masih cenderung sedikit. Di RIau kita kalah kuantitas dan aksesibilitas, jalannya bagus ,,, tapi kejauhan .. ditambah jumlah tempat wisatanya sedikit. Bandingkan dengan Bukit Tinggi, duhh itu kota isinya tempat wisata semua.. Walaupun gak semuanya bersih-terawat, tapi pada kenyataannya ALAM NYA MEMANG BAGUS !!!
Untuk jalan kita memang harus appreciate ke Sumbar…didaerah persawahan dipelosok kampung pun mulus pakai aspal beton.
Kalau kondisi iko udah jadi anekdot…. Tando awak lah masuak Riau dari Jambi atau Sumut…. Kok sadang takalok pasti tajago…karano jalan yang tadinyo mulus mulai keriting ....sahinggo kendaraan jadi oleng jalannyo.
Tapi duo bulan terakhir ko lah banyak pulo lubang dijalan sekitar Pangkalan menuju batas Riau-Sumbar.. Apakah sekarang sudah diperbaiki ??
........
Akademi Pariwisata Bukiktinggi kali ndak, sanak Madahar..?
Salam
Defiyan Cori L/40 (kapatang talabiah 1) |
|
|