Baldatun Thayyibatun ... Re: [R@ntau-Net] HUT RI

196 views
Skip to first unread message

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 20, 2013, 1:03:09 PM8/20/13
to rant...@googlegroups.com
Mak Asmardi n.a.h.

Kalimat "Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur"  (BTWRG) disebutkan spesifik dalam QS 34:15, yakni Negeri Saba'. Dan kalimat ini disebutkan hanya satu kali dalam Al Qur'an, beda dengan kata "balad" (dengan variasinya) yang disebutkan 19 kali, di mana hampir semuanya mengacu pada Mekkah Mukarromah.

Ambo tidak tahu alasan Fahmi Basya menisbatkan BTWRG juga ke Mekkah, karena dari Tafsir Ibnu Katsir pun BTWRG hanya mengacu pada Negeri Saba'. 

Tapi kalau kita baca lanjutan ayat itu (34:16), terlihat bahwa predikat BTWRG bukanlah predikat "once and for all" karena begitu generasi sesudahnya berpaling, menjadi kafir, maka Allah mengazab mereka dengan mengirimkan banjir bandang. Seberapa kafirkah umat Saba' setelah sebelumnya mendapat pujian Allah sebagai "negeri BTWRG"? Ternyata mengerikan: sangat kafir! (34:17). Jadi hanya dalam satu generasi saja, pujian Allah itu berbalik 180 derajat menjadi azab yang sangat keras. 

Di sini ambo sertakan terjemahan dari Tafsir Alhidayah yang disarikan dari kitab "Al Munir" karya Imam Nawawi Al Bantany, salah seorang ulama besar Nusantara asal Banten yang mengajar di Masjidil Haram (wafat 1897 M), tentang tiga ayat Surah Saba' itu:

-----
15. Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda kebesaran Tuhan di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Kepada mereka dikatakan: "Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. NEGERIMU ADALAH NEGERI YANG BAIK, NYAMAN, SEDANG TUHANMU ADALAH TUHAN MAHA PENGAMPUN 
(بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَ رَبٌّ غَفُوْرٌ).

16. Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar* dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsi serta sedikit pohon Sidr**

(Note: Imam Nawawi Al Bantany menjelaskan *banjir besar itu adalah runtuhnya bendungan Ma'rib di Saba', serta **pohon Atsi adalah sejenis cemara dan pohon Sidr sejenis bidara).

17. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab yang demikian itu, melainkan hanya kepada ORANG-ORANG YANG SANGAT KAFIR.
------

Asbabun Nuzul ayat 15-17:

Ali bin Rabah meriwayatkan bahwa ketiga ayat ini diturunkan berkenaan dengan Farwah bin Masik  al-Ghatfani yang satu ketika menemui Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasululllah, kaum Saba' adalah kaum yang terpandang di masa Jahiliyah. Aku khawatir manakala mereka menolak masuk Islam. Bolehkah aku memerangi mereka?"  (HR Ibnu Abi Hatim, dalam Tafsir Alhidayah, hal. 431). 

Menarik melihat kalimat Farwah bin Malik "bolehkah aku memerangi mereka?" yang mengindikasikan bahwa (keturunan) kaum Saba' masih ada pada masa Rasulullah hidup. Dan memang ada pendapat yang merujuk kawasan Yaman sebagai tempat Negeri Saba, di mana belakangan setelah Fathu (Penaklukan Mekkah) Rasulullah mengutus Mu'az bin Jabal sebagai Gubernur Yaman.

Belakangan, dalam bahasa Indonesia dan Melayu, pengertian "Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur" mendapat pemaknaan sebagai masyarakat madani, yang lebih menisbatkan pada adanya sejumlah atribut positif tertentu, bukan merujuk pada sebuah kawasan geografis tertentu yang (pernah) dipuji Allah dan diabadikan dalam Al Qur'an.

Bahkan ayat QS 34:15 ini pun kemudian menjadi salah satu "ayat favorit" dalam tiap MTQ, dan seakan-akan menjadi "target pembangunan". Di Indonesia, bahkan frasa ini menjadi kalimat favorit jurkam dari tingkat kecamatan sampai nasional. Semua jurkam mengobral janji menjadikan Indonesia sebagai "Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur" (yang artinya belum terjadi, baru akan, cita-cita), sementara Negeri Saba' yang justru pernah mendapat predikat luar biasa itu dari Allah, justru tak lama menikmatinya karena hanya selang satu generasi (dalam ukuran manusia modern berarti sekitar 25-30 tahun) pujian itu berubah menjadi azab akibat sikap mereka yang menjadi sangat kafir. 

Apa yang menjadi pelajaran utama ('ibroh) dari rangkaian kisah QS 34:15-17 ini sebenarnya? dan mengapa para "jurkam" di tanah air hobinya hanya mengutip ayat 15 saja tanpa melanjutkan ayat 16-17?

Lalu, "Apakah Fahmi Basya akan menjurus seperti Rashad Khalifa?" tanya Mak Asmardi.
Jawaban ambo: yang ditanya tidak lebih tahu dari yang menanyakan. 
Namun kita berharap, semoga hal ini tidak terjadi pada beliau (FB).

Wassalam,

ANB
45, Cibubur 


Pada Selasa, 20 Agustus 2013, Asmardi Arbi menulis:

Bung Akmal nan dapek acungan 5 Jempol dari bung Doktor Rahayussalim dan ambo sapandapek.

Kalau negari Baldatun Thoiyyibatun wa Rabbun Ghafur itu dimana kira2  ya, apa sudah ada penelitian para ahli. Sebab yang baru saya tahu iyalah hasil Penelitian Ustadz Fahmi Basya yang mengumpulkan kriteria2 nya dari ayat2 al Qur'an, lalu disimpulkannya hanya 2 negeri/balad yaitu Makkah dan Saba'. Disebutkan antara lain : Kriteria negeri Saba': Negeri yang baik itu nyaman ,aman . dipenuhi tumbuh2an ( dua kebun/hutan ), air berlimpah, ada banjir besar, ada pohon berbuah pahit. Para jin bekerja untuk Sulaiman membuat gedung2 yang tinggi, patung2 dan piring2 yang besarnya seperti kolam dan periuk2 yang tetap berada diatas tungku.. Kemudian arti dari Saba' itu dijelaskan sebagai tempat pertemuan atau tempat berkumpul. Apakah kriteria2 itu cocok untuk negeri Yaman yang disebut sebagai negeri Saba'
Beliau ( FB ) ,melakukan ekspedisi memakai nama Dzikrul Lil Alamin ( DLA ), Matematika Qur'an , sumber informasi dari ayat2 Qur'an, apakah mungkin akan menjurus seperti Rasyad Khalifa? Agaknya perlu pencerahan pula bagi yang masih kelas awam walau juga ada terasa nuansa  ilmu cocoklogi' itu..

Wassalam,

Asmardi Arbi / 72, Tangsel.
..



On 20/08/2013 00:19, Akmal Nasery Basral wrote:
Pak Asmardi n.a.h.

Para mufassirin sejak awal sampai Buya Hamka dalam Tafsir "Al Azhar" semua bersepakat, bahwa "Al Balad" (Surat 90) mengacu pada Makkah Al Mukarromah. Di bawah ini adalah tautan untuk link Tafsir "Al Azhar" Buya Hamka untuk Surat "Al Balad" ayat 1-4.

http://tafsir.cahcepu.com/albalad/al-balad-1-4/

Jika untuk tafsir yang sudah segamblang ini masih "diarahkan" (ilmu gathuk, kata Pak Fashridjal) kepada Indonesia, nau'dzubillahi min dzaliik, bukankah itu berarti sama saja dengan Rashad Khalifa ("penemu" Misteri Angka 19) yang akhirnya menganggap, bahkan mengganti, semua tafsir Qur'an sebelumnya yang mengacu kepada Nabi Muhammad, menjadi kepada DIRI SENDIRI.
Kini pola yang sama terjadi, dengan mengganti makna Al Balad dengan NEGERI SENDIRI.

Ini juga yang sangat saya sayangkan dari sanak Anwar Djambak, yang dalam postingnya di awal tahun ini ketika menjawab pertanyaan MakNgah tentang suluk, sanak AD dengan entengnya menilai bahwa "sebagian besar anggota Palanta ini tauhidnya belum benar." 

Kini lihatlah siapa yang Tauhidnya lebih pantas dipertanyakan, karena begitu mudahnya percaya (bahkan sampai memforward) BBM yang jelas-jelas BATIL seperti ini dengan begitu beraninya menganggap "Al Balad" sebagai Indonesia? Adakah orang-(orang) ini punya ilmu dan kemampuan sebagai mufassir untuk MENAFSIRKAN AYAT? 

@ Pak Fahridjal: 
bintang-bintang yang sedemikian banyak itu hanya ada "di langit yang dekat" ("samaa-d dunya") sesuai dengan penjelasan Allah dalam QS 67:5. Atau dengan kata lain, "langit yang dekat" ini adalah "langit pertama", langit pertama. Sementara jumlah langit seluruhnya ada 7 (tujuh) lapis yang tersusun sempurna, tanpa cacat. (67:3-4, 71:15)

Apa fungsi bintang-bintang? Masih dalam 67:5 dijelaskan sebagai "alat-alat pelempar setan" (rujuuman li syayathiin). Dalam redaksi yang agak berbeda dalam Surat Al Jinn (72), para jin berkata bahwa ketika mereka mencoba mencuri rahasia langit, mereka kesulitan karena adanya "panah-panah api" (syuhuban) yang mengintai untuk membakar para jin (yang nekad mencoba naik ke langit kedua dst)' seperti dijelaskan dalam ayat 8-9.

Jadi, barangkali, apa yang dilihat mata fisik manusia (atau lewat bantuan teleskop) seperti peristiwa kosmis luncuran meteor, bintang jatuh, ("lintang kemukus" dalam bahasa Jawa, saya tidak tahu istilah Minangnya), supernova (bintang mati) dll, boleh jadi bukan hanya peristiwa fisik, melainkan sesungguhnya adalah "panah-panah api" yang dimaksudkan dalam QS 72:8-9 yang sedang bekerja untuk menghalau jin-jin yang ingin mencuri rahasia langit. 

Manusia tak akan pernah tahu pasti ihwal keghaiban ini, sehingga jika manusia ada yang mengaku-aku paham tentang rahasia langit, apalagi dengan pertolongan jin/makhluk ghaib lain, sesungguhnya itu mengada-ada karena Allah sendiri yang memastikan bahwa "... Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu, KECUALI kepada rasul yang diridhaiNya..." (QS 72:26-27).

Wallahua'lam,

ANB
45, Cibubur





--
.
*

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlan...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

fashrid...@gmail.com

unread,
Aug 20, 2013, 2:50:01 PM8/20/13
to Rantaunet, Akmal Nasery BASRAL, asmard...@rantaunet.org
Sanak Akmal, pak Asmardi, jo para sanak sapalanta yth.,

Berikut ambo kopas artikel ttg pandapek KH Fahmi Basya.

Walaupun dalam artikel iko disabuikkan bahaso KH Fahmi manyampaikan isi bukunyo di seminar bertema Titik balik Candi Borobudur di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/4), tapi indak ado disabuikkan baa tanggapan pakar2 lain jo hadirin (tanya-jawab).

Ambo mengharapkan agar KH Fahmi Basya dapek mampatahankan pandapeknyo itu dalam suatu forum ilmiah nan mangundang pakar2 agama (Islam dan Buddha), budaya, sejarah, arkeologi, arsitektur, teknik sipil, dll nan takaik. Semoga pak
Asmardi jo sanak Akmal bisa merintis forum ilmiah itu.

Salam
Fashridjal M. Noor Sidin
L65Bdg

Sabtu, 6 April 2013 | 21:13 WIB
Argumentasi Fahmi Basya bahwa Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman

Metrotvnews.com, Bogor: Penulis buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman KH Fahmi Basya berkeyakinan terungkapnya misteri Candi Borobudur yang menggambarkan kisah nabi-nabi besar bisa berpotensi mengislamkan masyarakat dunia.
   
"Daya tarik Candi Borobudur akan mengalahkan lukisan Monalisa dan bangunan bersejarah lain yang ada di dunia. Orang-orang di seluruh dunia akan berdatangan untuk melihat fakta bahwa Borobudur menjelaskan kebenaran Alquran, jadi bukan peninggalan umat Budha," kata KH Fahmi dalam seminar bertema Titik balik Candi Borobudur di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/4).

Ia menyebutkan Candi Borobudur tersusun dari dua bangunan yaitu bagian bawah merupakan karya masa Nabi Sulaiman dengan bantuan para jin dan bagian puncak merupakan bangunan milik Ratu Saba yang dipindahkan dengan kecepatan cahaya ke bagian atas Candi Borobudur.

Dalam buku tersebut, ia menjelaskan dengan detail dan ilmiah bukti-bukti bahwa Borobudur merupakan peninggakan Nabi Sulaiman seperti adanya relief yang menggambarkan kisah Nabi Yunus yang terlempar dari kapal dan siap diterkam ikan besar.

Kemudian ada relief yang menggambarkan Nabi Sulaiman, Nabi Daud (ayah Sulaiman), kisah Ratu Saba yang mengangkat kain karena dikira lantai yang
diinjak adalah kolam.

Ada 40 bukti eksak yang dijelaskan dalam buku tersebut. Salah satu bukti paling kuat dan belum bisa dibantah ialah ditemukannya surat dari Nabi Sulaiman bertuliskan, 'Bismillahirrahmanirrohim' di atas plat emas di dalam kolam pemandian Ratu Saba atau Ratu Boko di daerah Sleman, Jawa Tengah. Bahkan, diduga Sleman berasal dari nama Nabi Sulaiman.

Fahmi mengharapkan pemerintah Indonesia dapat melakukan kajian atas temuan-temuan dan fakta yang diungkapkan olehnya, sehingga ada ekspedisi yang membuktikan Candi Borobudur bukanlah peninggalan agama Buddha.

"Saya bisa membuktikan Borobudur bukanlah peninggalan Buddha. Tidak ada bukti peninggalan Buddha di Borobudur. Tidak ada di relief candi ini
membuktikan Borobudur peninggalan Buddha," kata ahli matematika Islam ini.

Fahmi menyebutkan perlu perhatian pemerintah untuk melindungi Candi Borobudur. Dari temuan tersebut akan menarik minat masyarakat dunia untuk mendatangi Borobudur.

Mungkin selama ini masyarakat datang berkunjung hanya sekadar melihat dan mendokumentasikan diri. Namun, fakta yang ia ungkapkan bahwa Candi Borobudur menjadi bukti asal muasal bangsa Indonesia.

Pesan lain yang terkandung dalam penemuan itu ialah Nusantara merupakan negeri Saba yang merupakan duplikatnya surga. Menurutnya, jika pemahaman tersebut ditanamkan guru-guru kepada muridnya sejak kecil akan menumbuhkan rasa bangga dan jiwa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.
    
"Generasi muda kita akan menjadi percaya diri. Pemahaman ini perlu dimasukkan dalam kurikulum. Guru-guru sejarah harus dilatih agar menyebarluaskan pemahaman ini," katanya. (Ant)


Editor: Wisnu AS
Share on facebook
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
Date: Wed, 21 Aug 2013 00:03:09 +0700
Subject: Baldatun Thayyibatun ... Re: [R@ntau-Net] HUT RI

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 20, 2013, 11:21:01 PM8/20/13
to rant...@googlegroups.com, Akmal Nasery BASRAL, asmard...@rantaunet.org
Pak Fashridjal M. Noor Sidin, Pak Asmardi dan dunsanak Palanta RN n.a.h.,

sebelum kita masuk ke topik apakah Borobudur dan sejumlah tempat di Jawa Tengah terkait dengan Nabi Sulaiman dan Bilqis, Ratu Negeri Saba', mari kita lihat beberapa konsep penting dalam topik ini yang ambo bagi dalam 4 bagian (angka Romawi) untuk memudahkan.

I.  Tentang Saba'

1. Apa (atau siapa) Saba'? Nama tempat atau nama orang?

A. Menurut para ahli genealogi Islam seperti Muhammad bin Ishaq, nama Saba' mengacu pada 'Abdu Shams Ibn Yashjub Ibn Ya'rub Ibn Qahlan, yang memiliki nama panggilan Saba', seorang raja. As Suhaili, dan Ibnu Didya dalam bukunya "At Tanwir fi Maulid Al Bashir An Nadhir") mengatakan Raja Saba' seorang yang saleh, pemurah, dan penyuka puisi. Dia menulis sajak panjang tentang kedatangan Nabi Muhammad. 

B. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip sebuah hadis dari Imam Ahmad: "Bahwa saya diberitahu oleh Abu 'Abdur Rahman dari Absullah bin Luhai dari Abdullah bin Dalah yang mengatakan saya mendengar Abdullah bin Abbas mengatakan 'Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah tentang Saba' apakah itu nama seorang lelaki, seorang perempuan, atau nama sebuah tempat?' Rasulullah menjawab:

“Itu adalah nama seorang lelaki, yang darinya lahir sepuluh anak lelaki.  Enam dari anak lelakinya bermukim di Yaman, dan empat orang di Syams. Mereka yang menetap di Yaman adalah: Madhhaj, Kindah, Al-Azd, Al-Ash `ariyun, Anmar dan Himyar. Sedangkan yang menetap di Syams adalah: Laghm, Judham, `Amilah dan Ghassan." 

Kesepuluh anak lelaki itulah yang kelak menjadi kepala-kepala kabilah, di mana Ratu Bilqis merupakan keturunan dari Himyar bin Saba' ('Abdu Shams Ibn Yashjub Ibn Ya'rub Ibn Qahlan).

2. Tentang Bendungan Ma'rib dan Banjir Arim.

Penanda utama utama tentang keberadaan Negeri Saba' yang dijelaskan QS 34:16 adalah Banjir Arim ("Sayl Al Arim", سَيْلَا لْعَرِيْمِ, dalam istilah Qur'an) akibat jebolnya bendungan Ma'rib. Nama bendungan Ma'rib tidak disebutkan spesifik dalam Al Qur'an, melainkan merupakan keterangan tambahan dari para mufassir seperti Ibnu Katsir, tersebab kata "Arim" yang berarti bendungan atau dam. Jadi, "Sayl Al Arim" bermakna "banjir besar yang menghancurkan sebuah bendungan".

Tapi apakah bendungan Ma'rib itu jika memang (pernah) ada? Dan kalau ada seperti apa ukuran dimensinya? Para mufassir tak menjelaskan spesifik soal ini, tapi seorang arkeolog Jerman bernama Werner Keller melakukan penelitian, dan menuliskan hasil risetnya dalam buku berjudul "The Holy Book Was Right". 

Bendungan Ma'rib memiliki tinggi 16 meter, lebar 60 meter dan panjang 620 meter. Menurut kalkulasi Kellner, bendungan Ma'rib bisa mengairi lahan seluas 9600 hektar. Dimensi bendungan setinggi itu menunjukkan tingkat kemajuan teknologi irigasi Negeri Saba' yang jauh di atas negeri-negeri lain pada masanya, sehingga lahan mereka begitu subur makmur sehingga, yang ini versi mufassir, warga Saba' tidak perlu memetik buah-bahan, mereka cukup hanya berjalan di bawah pepohonan sambil menjunjung keranjang yang akan segera penuh karena buah-buahan jatuh dengan sendirinya. 

Sekarang pertanyaan kuncinya adalah: jika sebuah bendungan berdimensi 620 m (p) x 60 m (l) x 16 m (t) bisa jebol, seperti apakah kekuatan banjir yang menghancurkannya? 

Sebagai perbandingan, waduk Situ Gintung Ciputat yang jebol pada 2009 melimpahkan air setinggi 6 meter dengan arus selebar 30 meter yang menumpahkan 2,1 juta kubik air. Sehingga jika Bendungan Ma'rib setinggi 16 meter bisa jebol oleh desakan air, maka tinggi air tentu di atas level tinggi bendungan. (Tsunami Aceh 2004 menurut catatan dr. George Plafker dari US Geological Survey adalah setinggi 30 meter, sehingga tinggi Banjir Arim di Saba' itu bisa diperkirakan lebih dari setengah tinggi tsunami Aceh. Namun dengan jumlah penduduk Saba' yang saat itu jauh lebih sedikit, akibat destruktifnya tak kalah mengerikan dibandingkan tsunami Aceh yang menewaskan sedikitnya 200.000 orang). 

Dengan melihat situs bekas Bendungan Ma'rib dan melakukan kalkulasi kekuatan Banjir Arim, Werner Keller yang seorang penganut Kristen menyimpulkan: dia MENERIMA penjelasan Al Qur'an tentang Banjir Arim dan akibat destruktifnya yang membuat jebol Bendungan Ma'rib dan hancurnya Negeri Saba'.

Foto-foto bekas lokasi (situs) Bendungan Ma'rib bisa Pak Fahsridjal dan Pak Asmardi lihat di sini:

http://www.miraclesofthequran.com/historical_09.html

Foto-foto situs Negeri Saba' dan contoh-contoh inkripsi mereka juga menjadi telaah Harun Yahya dalam subyek "Perished Nations", dan bisa dibaca di sini:

http://m.harunyahya.com/en/Books/904/perished-nations/chapter/3369

Dengan dua konsep kunci di atas tentang (1) Apa dan Siapa Saba itu sebenarnya, serta (2) Banjir Arim yang menjadi penanda (Al Qur'an menyebutnya sebagai azab) terhadap Saba' menurut saya siapa pun orang yang datang kemudian (entah kiai, pakar matematika, dll) yang mengklaim bahwa Saba' sebenarnya bukan di Yaman, tapi di negeri X atau Y, pertanyaan kontrol yang bisa diajukan adalah:

1. Jika itu kejadian di Jawa (atau di mana pun selain di Yaman), bagaimana menjelaskan siapa Raja Saba' (Abdu Shams Ibn Yashjub) dalam konsep/tradisi/folklore rakyat setempat, karena nama Saba' mengacu pada, dan berawal dari, tokoh ini.

2. Jika Negeri Saba' berada di Jawa (atau di mana pun selain di Yaman), adakah bukti bekas reruntuhan atau artefak Bendungan Ma'rib dan seperti apa Banjir Arim terjadi di tempat itu? 

Jika dua pertanyaan kunci di atas terjawab dengan meyakinkan (bukan hanya "qola ma qila" alias "katanya, katanya"), maka peluang bahwa Negeri Saba' bukan di Yaman tapi di tempat lain itu baru mulai terbuka.

II.  Tentang "bukti" pelat emas pemandian Ratu Bilqis

Tentang adanya bukti tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada pelat emas di dalam kolam pemandian Ratu Bilqis (atau Ratu Boko di daerah Sleman, menurut penjelasan Fahmi Basya), saya melihatnya begini Pak Fahsridjal:

Alternatif 1.

Nabi Muhammad menjelaskan, dalam berbagai riwayat, bahwa jumlah nabi itu ada 124 orang dan jumlah rasul ada 313 orang (ada yang menyebut 312, ada 315, tapi yang terbanyak adalah 313 orang).  Allah sendiri berfirman, "Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul lain yang tidak kami kisahkan." (QS 4:164).

Jadi, sangat mungkin ada rasul (yang tidak disebutkan namanya di dalam Qur'an) yang diturunkan Allah di Tanah Jawa. Rasul yang mengajak kaumnya (di Jawa) untuk menyembah Allah dan mengajarkan kisah Rasul di belahan bumi lain, berdasarkan wahyu yang diterimanya dari Allah, untuk diajarkan kepada masyarakat Jawa (Kuno), sehingga masyarakat Jawa juga tahu kisah nabi dan rasul di tempat lain seperti Sulaiman a.s. Atau Yunus a.s. dan mengabadikan episode-episode kisah itu dalam relief-relief setempat.

Alternatif 2.

Jika kita percaya Ratu Bilqis adalah seorang muslimah, seorang salehah, bukankah klaim adanya pelat emas bertuliskan "Bismillahirrahmanirrahim" DI DALAM kolam pemandiannya, justru akan menimbulkan pertanyaan kritis: mungkinkah seorang muslimah yang telah dirahmati Allah dan dikisahkan dalam Al Qur'an bisa/berani meletakkan asma Allah yang suci di bawah, maaf, kelaminnya? (Karena sebagai kolam pemandian, tentu Ratu Bilqis/Ratu Boko, layaknya orang modern yang berendam dalam bathub, tentu akan menanggalkan seluruh pakaiannya sambil duduk/berbaring. Masuk akalkah di bawah kakinya yang terjulur, apalagi di bawah bokongnya yang polos, akan diletakkan sebuah pelat emas dengan nama Allah?) 

Bahkan jika pelat emas itu tidak ditempatkan DI DASAR KOLAM, tetapi pada DINDING KOLAM, saya ragu Ratu Bilqis akan melakukan itu karena kolam pemandian bukanlah bagian dari tempat yang dianggap suci. Bahkan Nabi Muhammad mengajarkan umatnya agar tiap kali memasuki kamar mandi agar berdoa "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat jahat (خُبُثِ) dan keburukan (خبا ءِثِ)" (HR Bukhari). 

Tentu esensi doa Nabi ini juga diajarkan para Rasul terdahulu, dan diketahui oleh Bilqis. 

Alternatif 3.

Benarkah tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" milik Ratu Bilqis yang dikirimkan Nabi Sulaiman a.s. itu berupa pelat emas?

QS 27: 29-30 menjelaskan bahwa ketika Ratu Bilqis menerima kiriman itu dari Nabi Sulaiman, dia mengumpulkan para pembesarnya dan mengatakan telah menerima "surat yang mulia (kitabun karim)" yang isinya "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (muslimun)".

Jadi, inkripsi surat Sulaiman kepada Bilqis sesungguhnya bukan hanya satu kalimat "Bismillahirrahmanirrahim" melainkan dilanjutkan dengan rangkaian kalimat lain.

Alternatif 4.

Yang paling membingungkan dari klaim tentang Surat "Bismilahirrahmanirrahim" di atas pelat emas pemandian Ratu Boko (yang berarti ada dua materi: yakni surat dan pelat emas) adalah bagaimana menjelaskan sebuah surat yang berada di dalam kolam pemandian (yang tentu penuh air saat digunakan Ratu Bilqis) bisa bertahan berabad-abad? Karena daya tahan materi surat (meski saat itu bukan dari kertas, tentu tidak sekuat materi pelat emas).

III. Siapa yang memindahkan Singgasana Bilqis? Jin atau manusia? 

"Lantas, kalau begitu bagaimana menjelaskan fenomena begitu banyaknya "kesamaan" 40 bukti kisah Nabi Sulaiman-Ratu Bilqis dengan Borobudur, Ratu Boko, Sleman, dsb, yang diklaim Fahmi Basya?" mungkin begitu pertanyaan yang akan muncul dari pendukung teori Borobudur sebagai jejak kerajaan Sulaiman dan Bilqis.

Pak Fashridjal, Pak Asmardi, dan juo sanak sapalanta n.a.h, mari kita lihat referensi lain seperti "Ihya 'Ulumiddin" karya Imam Ghazali. Dalam "Ihya", Al Ghazali ada menjelaskan tentang sosok Ashif bin Barkhiyya,  sepupu dan juru tulis kepercayaan Nabi Sulaiman. Karena Sulaiman juga seorang Raja, maka kira-kira jabatan Ashif seperti Menteri Sekretaris Negara dalam pemerintahan modern. Sebelum mendapat kepercayaan penting itu, Ashif adalah seorang yang banyak melakukan maksiat, namun bertobat setelah mendapatkan pengajaran dari Nabi Sulaiman.

Begitu berubahnya Ashif dari kehidupan terdahulunya, sehingga Allah memberinya karomah, seperti kemampuan memindahkan singgasana Ratu Bilqis dari Yaman (Saba') ke Baitul Maqdis, Palestina. 

Dikisahkan ulang dalam "Ihya'", bahwa satu saat Ashif bin Barkiyya berwudhu dan melakukan Shalat Sunnah 2 rakaat, kemudian mendatangi Nabi Sulaiman a.s. dan berkata, "Wahai Nabiyullah, arahkanlah pandanganmu ke arah jauh." Nabi Sulaiman mengikuti itu, dan tampaklah olehnya Singgasana Bilqis, sehingga beliau berujar, "Ini termasuk karunia dari Tuhanku untuk mengujiku."

Kisah lengkapnya ada pada QS An Naml (27) ayat 40:


قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ٤٠

40. berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

Syahdan, "seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab" itulah Ashif bin Barkiyya, terutama seperti dijelaskan Al Ghazali dan juga  merupakan keyakinan para sufi. 

Jadi bukan jin yang memindahkan Singgasana Bilqis? Bukan! Sebab menurut ayat sebelumnya QS 27:39, Ifrit (jin) memang sempat menawarkan diri kepada Nabi Sulaiman bahwa "Akulah yang akan membawanya (Singgasana Bilqis) kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya."

Tapi tawaran Ifrit ini ditanggapi "seseorang (manusia) yang mempunyai ilmu dari Al Kitab" dengan penawaran yang lebih fenomenal: membawa singgasana itu sebelum MATA SULAIMAN BERKEDIP (Lihat redaksi ayat 40 di atas), yang artinya jelas jauh lebih cepat dibandingkan "sebelum kau berdiri dari tempat dudukmu". Dan itulah yang terjadi atas izin Allah.

Jadi siapa pun yang mengatakan bahwa Singgasana Bilqis berpindah tempat karena bantuan jin, maka berdasarkan QS 27:39-40 yang sangat gamblang, pernyataan seperti itu tertolak dengan sendirinya. Gugur.

IV. Ratu Saba mengangkat kain karena mengira yang diinjaknya kolam (air). 

Satu "bukti" lain yang disodorkan FB adalah Kolam pemandian Ratu Boko itu menunjukkan validitas ayat yang menceritakan Ratu Saba (Bilqis) mengangkat kainnya karena mengira yang diinjaknya adalah air. Dan karena kolam pemandian berisi air, tentu saja terlihat seperti ada hubungan logis yang jelas.

Masalahnya adalah: jika kita membaca lanjutan kisah ini pada QS 27: 40-44, akan terlihat dengan sangat gamblang bahwa "episode" Ratu Bilqis mengangkat kain hanyalah bagian yang belum utuh dari seluruh "adegan" yang bermuara pada klimaks beliau (Bilqis) akhirnya menyatakan berserah diri sebagai muslim".

Saya ringkaskan inti ayat-ayat itu sbb:

-----
39. Ifrit (dari golongan jin) menawarkan memindahkan Singgasana (Istana) Bilqis kepada Sulaiman, sebelum dia bangkit dari duduknya.

40. Seseorang (dari golongan manusia) menawarkan bisa melakukan lebih cepat, sebelum Sulaiman mengedipkan mata. Sulaiman setuju, dan berpindahlah istana Bilqis itu hingga terlihat Sulaiman.

41. Sulaiman meminta agar singgasana itu diubah sedikit untuk menguji apakah Bilqis (yang akan diundang datang, karena sebelumnya sudah dikirimi surat melalui burung Hud-hud) bisa tahu bahwa itu Singgasananya.

42. Bilqis datang memenuhi undangan Sulaiman yang bertanya apakah itu singgasananya? Bilqis menjawab, "seperti itulah." (artinya dia tidak terlalu yakin, hanya melihat kemiripan yang tinggi).

43. Pernyataan Allah bahwa Bilqis dahulu (sebelum datang ke istana Sulaiman) termasuk orang kafir.

44. Sulaiman meminta Bilqis masuk ke dalam istananya. Bilqis mengikuti, dan menyingkapkan kainnya ketika melihat lantai istana karena dikiranya kolam air yang besar. Sulaiman berkata itu (bukan kolam air) tapi lantai kaca ("qowariiro"). Mendengar jawaban itu Bilqis berkata "Ya Tuhanku, sungguh aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri ("aslamtu") bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan Seluruh Alam."

-----


Pak Fashridjal, Pak Asmardi, dari "ending adegan" pada ayat 44, bagi ambo ado 3 kesimpulan penting menyangkut penyingkapan kain yang menutupi kedua betis Bilqis yakni:

1. Bilqis hanya MENDUGA bahwa itu kolam air. Artinya, dia TIDAK YAKIN bahwa itu air.

2. Dan memang itu sesungguhnya BUKAN KOLAM AIR/KOLAM PEMANDIAN melainkan LANTAI KACA ("qowariiro") seperti diucapkan Nabi Sulaiman kepada Bilqis.

3. "Qowariiro" yang digunakan dalam ayat ini, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "lantai kaca", juga digunakan pada QS Al Insan (76) ayat 15-16 untuk menunjuk pada "(gelas-gelas) kristal" yang digunakan para ahli surga untuk minum sebagai balasan Allah Swt. Kesimpulan: Qowariiro adalah materi serupa kaca bening/kristal jernih, yang sekilas terlihat seperti air karena bisa memantulkan cahaya persis seperti permukaan air. Dan inilah yang "menjebak" Bilqis dalam kesalahannya menerka materi itu, hingga dia menyesali diri kepada Allah.

Jadi dengan bersandar pada hujjah-hujjah di atas, ambo sendiri yakin bahwa yang sedang dikisahkan Allah bukanlah tentang KOLAM PEMANDIAN BILQIS, melainkan sesuatu yang dibuat Sulaiman (dan timnya) MENYERUPAI kolam pemandian, karena sesungguhnya itu adalah lantai kaca/kristal.

Dengan demikian, jika ada orang yang berpendapat bahwa dia "menemukan" dan "bisa membuktikan" KOLAM PEMANDIAN Ratu Bilqis, maka dengan sendirinya argumentasi itu gugur, tertolak, karena menyelisihi keterangan ayat-ayat di atas, dan penjelasan Nabi Sulaiman kepada Bilqis bahwa itu BUKAN KOLAM AIR melainkan lantai kaca.

V. Penutup

Demikian tanggapan ambo Pak Fashridjal, Pak Asmardi, nan indak taraso cukuik panjang (ambo tulih sejak ba'da Subuh sampai sekitar jam 10 dengan mengecek beberapa bahan nan ambo punyo dan terjemahan Mushaf Al Qur'an).

Dengan segala pendapat ambo di ateh, bukan berarti ambo "menentang (against)" penelitian yang sudah dilakukan Pak Fahmi Basya dan tim beliau. Tidak, ambo tidak menentang.
Hanya ambo belum bisa teryakinkan, apalagi meyakini, keabsahan "40 Bukti" yang disodorkan Fahmi Basya.

Kecuali nanti beliau, atau orang-orang lain lagi, ada yang bisa menunjukkan bukti yang lebih valid tentang topik ini, bagi ambo sampai sekarang cukuplah Al Qur'an -- utamanya Surat 27 ayat 22-44 yang mengisahkan Sulaiman-Bilqis ini -- lalu kitab-kitab ulama terdahulu yang menafsirkan ayat-ayat itu, hingga penelitian dengan kredibilitas yang memadai seperti dilakukan arkeolog Jerman Werner Keller, yang lebih ambo percayai bahwa:

1. Negeri Saba' lokasinya di Yaman. Beribukota di Ma'rib, dekat dengan Sana'a, Yaman sekarang.

2. Di kota Ma'rib ini pernah berdiri Bendungan Ma'rib yang megah, dan hancur akibat Banjir Arim, azab Allah terhadap penduduk Saba'.

3. Istana Bilqis di Saba dipindahkan ke depan mata Sulaiman (wilayah kerajaan Sulaiman) bukan oleh jin (Ifrit), tetapi oleh manusia yang telah diberikan oleh karomah tinggi, dan diduga kuat orang itu adalah Ashif bin Barkhiyya, sepupu dan "Sekretaris Negara" Kerajaan Sulaiman.

4. Istana Bilqis itu kemudian diubah Sulaiman untuk menguji keimanan Bilqis, dengan menjadikan lantainya dari kaca/kristal, bukan sebuah kolam pemandian.

Wallahua'lam,

ANB
45, Cibubur

Darwin Chalidi

unread,
Aug 20, 2013, 11:59:09 PM8/20/13
to Rantau Net
Sanak Palanta RN NAH.

Ambo sato sakaki terkait pembahasan iko.

Apokah banjir besar yang di ceritakan dalam Al-Qur'an itu juga "terkait" dengan kejadian besar di Nusantara yang menenggelamkan Selat Sunda dan Selat Malaka serta sebagian besar laut cina selatan sekitar 11,600 tahun yang lalu?. 

Lihat buku Prof. Arysio Santos mengenai Atlantis The Lost Continent Finally Found serta Eden in The East karangan Stephen Oppenheimer.

Kita lihat sekarang bermunculanlah penemuan2 arkeologi yang sangat mengagetkan kita dan umur dari situs2 tersebut kebanyakan sama dengan kejadian banjir bandang Nusantara, seperti adanya Piramida di Gunung Padang Sukabumi.

Mungkin saja suatu saat ada pula terkuak Situs Purba yang tertimbun karena Ledakan besar Danau Maninjau yang menguburkan peradaban di Ranah Minang.

Karena kejadian2 tersebut pernah kami diskusikan dengan Ust. Said Agil Munawar mengenai buku Borobudur dari Fahmi Basya. Beliau dengan santun mengatakan bahwa untuk itu bertanyalah pada ahlinya terutama ahli2 arkeologi dan ilmu2 lainnya.

Wassalam, Darwin Chalidi, Tangsel.


2013/8/21 Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>

fashrid...@gmail.com

unread,
Aug 21, 2013, 12:31:31 AM8/21/13
to Rantaunet, Akmal Nasery BASRAL, asmard...@rantaunet.org
Sanak Akmal, pak Asmardi dan para sanak di palanta yth.

Terima kasih banyak atas uraian sanak Akmal dengan banyak referensi. Saya kagum atas kelancaran penuturan dan analisis sanak Akmal.

Pernah saya sampaikan dulu tapi belum mendapat tanggapan bahwa pendekatan KH Fahmi Basya hanya terfokus pada sumber2 yang Islami. Beliau terkesan mengabaikan kenyataan di lapangan bahwa budaya Jawa itu bersifat sinkretis (yang sering disampaikan oleh pak Mochtar Naim). Artinya budaya Jawa itu menggabung-gabungkan semua atribut agama dan budaya lain yang datang dari luar dengan yang sudah dimiliki secara turun temurun. Mereka tidak mempermasalahkan perbedaan aqidah. Konon salah seorang walisongo menggunakan media wayang untuk menyebarkan ajaran Islam, padahal wayang itu merupakan produk budaya agama Hindu. Jimat Kalimusodo diartikan sbg Kalimat Syahadat.

Khusus untuk candi Borobudur, tampilan luarnya jelas sebagai candi Buddha (yg terbesar di dunia). Yang perlu diselidiki bekerjasama dg arkeolog adalah, apakah di belakang "kulit/permukaan" Buddha itu ada "isi" yang merupakan warisan nabi Sulaiman AS? Kayaknya ini perlu dilakukan oleh KH Fahmi Basya (yang menurut pak Mochtar Naim berasal dari budaya Minang yg sintesis)

Salah satu contoh: di permukaan dinding terbawah candi Borobudur ada relief kapal berlayar....apakah itu kapal nabi Yunus ataukah penggambaran tingkat terendah kehidupan manusia menurut ajaran Buddha? Bagaimana dengan relief2 yg lain?

Allah SWT, Maha Pencipta, memberi berbagai karakteristik kepada salah satu machluqNya: manusia, termasuk sifat keingintahuan (curiosity), sebagian ada yg menyukai misteri (makanya dalam Al Qur'an ada uraian tentang Al Kahfi/pemuda2 yg ditidurkan ratusan tahun di gua, kisah nabi Musa AS dan Khidr) dll.

Semuanya membuat kehidupan beragama lebih menarik, tapi jangan sampai kita menghabiskan sebagian besar waktu untuk hal2 yg misterius itu. Tetap saja sebagian waktu dan enerji sebaiknya digunakan untuk beribadah dan beramal saleh serta meningkatkan kesejahteraan ummat Islam.

Salam,

Fashridjal M. Noor Sidin
L65Bdg
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
Date: Wed, 21 Aug 2013 10:21:01 +0700
Subject: Re: Baldatun Thayyibatun ... Re: [R@ntau-Net] HUT RI

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 1:02:00 AM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Setuju Mak Darwin Chalidi,
untuk mengujibuktikan kisah-kisah dalam Qur'an, kalau memang tujuannya itu, memang harus melibatkan para arkeolog, antropolog, karena kejadian-kejadian itu terjadi ribuan tahun lalu?

Tentang apakah banjir besar yang menurut Mak Darwin terjadi sekitar 11.600 tahun lalu dan menenggelamkan Selat Sunda, Selat Malaka, dsb, secara umum bisa kita cross cek dengan masa kehidupan para Nabi, seperti dari "Buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul" karya Sami Abdullah Al Maghluts di bawah ini:

PERKIRAAN MASA HIDUP NABI DAN RASUL
   Nabi                          Tahun
Adam                 5872 – 4942 SM
Idris                    4533 – 4188 SM
Nuh                    3933 – 3043 SM
Hud                    2450 – 2320 SM
Saleh                  2150 – 2080 SM
Ibrahim               1997 – 1822 SM
Luth                   1950 – 1870 SM
Ismail                 1911 – 1774 SM
Ishak                 1897 -  1717 SM
Ya’kub               1837 – 1690 SM
Yusuf                 1745 – 1635 SM
Syuaib               1600 – 1490 SM
Ayub                 1540 – 1420 SM
Zulkifli               1500 – 1425 SM
Musa                 1527 – 1407 SM
Harun                1531 – 1408 SM
Daud                 1041 –   971 SM
Sulaiman             989 –   931 SM
Ilyas                   910 –   850 SM
Ilyasa                  885 –   795 SM
Yunus                  820 –  750 SM
Zakaria                 91 –         1 M
Yahya               31 SM –      1 M
Isa                      1 SM –    32 M
Muhammad         571 –    632 M
Sumber: Buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul – Sami bin Abdullah Al-Maghluts

Jika:

1. Banjir yang dimaksud adalah Banjir Arim yang menenggelamkan Saba', berarti terjadi sekitar masa Nabi Sulaiman (yang kenal dengan Ratu Bilqis keturunan Himyar bin Saba'). Ini pada periode 900 tahunan SM, yang artinya masih terpaut 10 ribu tahun, jika "banjir besar" itu terjadi ca. 11.600 SM. 

Melihat penjelasan Ibnu Katsir dan temuan arkeolog seperti Werner Keller, rasanya Banjir Arim itu hanya terjadi di Negeri Saba', bukan di wilayah lain, apalagi sampai ke Nusantara.

2.  Jika banjir besar yang dimaksud adalah Banjir Nabi Nuh, maka Nuh yang hidup sampai usia 950 tahun pun, hidup di abad ke-4 SM. Masih jauh juga dengan kejadian 11.600 tahun SM.

3. Namun mengingat berbagai perubahan periode bumi dari zaman es, sangat mungkin terjadi banjir besar (berulang kali) di berbagai kawasan bumi hingga salah satu akibatnya adalah punahnya hewan-hewan tertentu yang kini disebut "binatang purba" dari keluarga Dinosaurus" dll.

4. Buku Arysio Santos dan Stephen Oppenheimer menarik juga dikupas dalam thread berbeda, karena kontroversinya juga banyak.

Wassalam,

ANB


Pada Rabu, 21 Agustus 2013, Darwin Chalidi menulis:
Sanak Palanta RN NAH.

Ambo sato sakaki terkait pembahasan iko.

Apokah banjir besar yang di ceritakan dalam Al-Qur'an itu juga "terkait" dengan kejadian besar di Nusantara yang menenggelamkan Selat Sunda dan Selat Malaka serta sebagian besar laut cina selatan sekitar 11,600 tahun yang lalu?. 

Lihat buku Prof. Arysio Santos mengenai Atlantis The Lost Continent Finally Found serta Eden in The East karangan Stephen Oppenheimer.

Kita lihat sekarang bermunculanlah penemuan2 arkeologi yang sangat mengagetkan kita dan umur dari situs2 tersebut kebanyakan sama dengan kejadian banjir bandang Nusantara, seperti adanya Piramida di Gunung Padang Sukabumi.

Mungkin saja suatu saat ada pula terkuak Situs Purba yang tertimbun karena Ledakan besar Danau Maninjau yang menguburkan peradaban di Ranah Minang.

Karena kejadian2 tersebut pernah kami diskusikan dengan Ust. Said Agil Munawar mengenai buku Borobudur dari Fahmi Basya. Beliau dengan santun mengatakan bahwa untuk itu bertanyalah pada ahlinya terutama ahli2 arkeologi dan ilmu2 lainnya.

Wassalam, Darwin Chalidi, Tangsel.
2013/8/21 Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
Pak Fashridjal M. Noor Sidin, Pak Asmardi dan dunsanak Palanta RN n.a.h.,

sebelum kita masuk ke topik apakah Borobudur dan sejumlah tempat di Jawa Tengah terkait dengan Nabi Sulaiman dan Bilqis, Ratu Negeri Saba', mari kita lihat beberapa konsep penting dalam topik ini yang ambo bagi dalam 4 bagian (angka Romawi) untuk memudahkan.

I.  Tentang Saba'

1. Apa (atau siapa) Saba'? Nama tempat atau nama orang?

A. Menurut para ahli genealogi Islam seperti Muhammad bin Ishaq, nama Saba' mengacu pada 'Abdu Shams Ibn Yashjub Ibn Ya'rub Ibn Qahlan, yang memiliki nama panggilan Saba', seorang raja. As Suhaili, dan Ibnu Didya dalam bukunya "At Tanwir fi Maulid Al Bashir An Nadhir") mengatakan Raja Saba' seorang yang saleh, pemurah, dan penyuka puisi. Dia menulis sajak panjang tentang kedatangan Nabi Muhammad. 

B. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip sebuah hadis dari Imam Ahmad: "Bahwa saya diberitahu oleh Abu 'Abdur Rahman dari Absullah bin Luhai dari Abdullah bin Dalah yang mengatakan saya mendengar Abdullah bin Abbas mengatakan 'Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah tentang Saba' apakah itu nama seorang lelaki, seorang perempuan, atau nama sebuah tempat?' Rasulullah menjawab:

“Itu adalah nama seorang lelaki, yang darinya lahir sepuluh anak lelaki.  Enam dari anak lelakinya bermukim di Yaman, dan empat orang di Syams. Mereka yang menetap di Yaman adalah: Madhhaj, Kindah, Al-Azd, Al-Ash `ariyun, Anmar dan Himyar. Sedangkan yang menetap di Syams adalah: Laghm, Judham, `Amilah dan Ghassan." 

Kesepuluh anak lelaki itulah yang kelak menjadi kepala-kepala kabilah, di mana Ratu Bilqis merupakan keturunan dari Himyar bin Saba' ('Abdu Shams Ibn Yashjub Ibn Ya'rub Ibn Qahlan).

2. Tentang Bendungan Ma'rib dan Banjir Arim.

Penanda utama utama tentang keberadaan Negeri Saba' yang dijelaskan QS 34:16 adalah Banjir Arim ("Sayl Al Arim", سَيْلَا لْعَرِيْمِ, dalam istilah Qur'an) akibat jebolnya bendungan Ma'rib. Nama bendungan Ma'rib tidak disebutkan spesifik dalam Al Qur'an, melainkan merupakan keterangan tambahan dari para mufassir seperti Ibnu Katsir, tersebab kata "Arim" yang berarti bendungan atau dam. Jadi, "Sayl Al Arim" bermakna "banjir besar yang menghancurkan sebuah bendungan".

Tapi apakah bendungan Ma'rib itu jika memang (pernah) ada? Dan kalau ada seperti apa ukuran dimensinya? Para mufassir tak menjelaskan spesifik soal ini, tapi seorang arkeolog Jerman bernama Werner Keller melakukan penelitian, dan menuliskan hasil risetnya dalam buku berjudul "The Holy Book Was Right". 

Bendungan Ma'rib memiliki tinggi 16 meter, lebar 60 meter dan panjang 620 meter. Menurut kalkulasi Kellner, bendungan Ma'rib bisa mengairi lahan seluas 9600 hektar. Dimensi bendungan setinggi itu menunjukkan tingkat kemajuan teknologi irigasi Negeri Saba' yang jauh di atas negeri-negeri lain pada masanya, sehingga lahan mereka begitu subur makmur sehingga, yang ini versi mufassir, warga Saba' tidak perlu memetik buah-bahan, mereka cukup hanya berjalan di bawah pepohonan sambil menjunjung keranjang yang akan segera penuh karena buah-buahan jatuh dengan sendirinya. 

Sekarang pertanyaan kuncinya adalah: jika sebuah bendungan berdimensi 620 m (p) x 60 m (l) x 16 m (t) bisa jebol, seperti apakah kekuatan banjir yang menghancurkannya? 

Sebagai perbandingan, waduk Situ

--

Muhammad Habdi

unread,
Aug 21, 2013, 1:25:49 AM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Barati Pithecan tropus erektus penduduk asli Bumi....dan Nabi adam Alien ? :)
atau nama nan lebih dulu di bumi?



From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
To: "rant...@googlegroups.com" <rant...@googlegroups.com>
Sent: Wednesday, August 21, 2013 12:02 PM
Subject: Re: Baldatun Thayyibatun ... Re: [R@ntau-Net] HUT RI

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 1:31:40 AM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Pak Fashridjal n.a.h, 
kalau menurut bapak "pendekatan KH Fahmi Basya hanya terfokus pada sumber-sumber yang Islami", saya justru ingin lebih menegaskan: apa iya?

Sebab "sumber Islami" yang pertama dan utama tentulah Al Qur'an, bukan? Dan dalam peristiwa Nabi Sulaiman dengan Ratu Bilqis, ayat-ayat yang menjelaskan itu cukup banyak selain gamblang, seperti sudah saya paparkan sebelumnya dan saya cuplik lagi 2 saja:

1. Yang memindahkan Singgasana Bilqis dari Saba' ke Baitul Maqdis, pusat kerajaan Sulaiman, bukanlah jin (Ifrit) seperti cukup banyak dipercayai (sebagian) umat Islam dan diajarkan guru-guru ngaji. Qur'an dengan sangat jelas menyebutkan yang memindahkan singgasana itu, atas izin Allah, adalah "seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab", yang merujuk pada manusia, bukan jin. 

2. Ratu Bilqis menyingkap kain yang menutupi betisnya karena dia MENYANGKA akan menginjak/melewati kolam air. Padahal menurut Nabi Sulaiman itu bukan air, tapi lantai kaca.

Jadi kalau terhadap dua informasi penting yang sudah skriptural (tertulis jelas) dalam redaksi ayat-ayat itu saja, masih ada orang yang beranggapan bahwa yang memindahkan Singgasana Bilqis adalah jin, dan Bilqis menyingkap kainnya karena akan melewati air, dan air itu sebagai bukti bahwa tempat yang dimaksud adalah KOLAM PEMANDIAN, bagaimana mungkin kita menyebutnya sebagai "sumber-sumber Islami"?

Jika betul tempat itu KOLAM PEMANDIAN, maka sama konsekuensinya dengan mengatakan bahwa Nabi Sulaiman yang keliru, karena mana ada kolam pemandian yang terbuat dari kaca?
Sementara jika kita yakin bahwa Nabi Sulaiman yang benar, dan itu yang tercantum dalam Qur'an, sehingga itulah yang seharusnya kita percaya, maka klaim-klaim yang tak sesuai dengan pernyataan Sulaiman bahwa dasar istana/Singgasana yang akan diinjak Bilqis adalah kaca itulah yang dengan sendirinya tertolak.

Wassalam,

ANB

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 1:57:25 AM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Sanak Muhammad Habdi,
kalau menurut Fahmi Basya dalam bukunya "One Million Phenomena" yang saya baca tahun 1983/1984, Nabi Adam memang bukan manusia pertama.

Alasannya adalah QS 2:30 ketika Allah berfirman akan menciptakan manusia, dan malaikat protes "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang MERUSAK dan MENUMPAHKAN DARAH di sana ... dst". 

Dengan menggunakan ayat itu, FB berargumentasi bahwa kalau manusia belum pernah diciptakan sebelumnya dan Adam adalah manusia pertama, maka dari mana malaikat tahu bahwa manusia akan "merusak" dan "menumpahkan darah"? Dari mana malaikait tahu konsep "merusak" dan "menumpahkan darah" padahal setiap saat mereka selalu beribadah mematuhi kepada Allah dan tak melakukan hal-hal lain? 

Jadi, karena malaikat melakukan protes dengan alasan yang jelas bahwa Adam akan "merusak" dan "menumpahkan darah" jika diciptakan, berarti malaikat sudah MENGETAHUI dan MELIHAT CONTOH adanya (makhluk sebangsa) manusia, sebelum Adam, yang sifatnya begitu. Dan karena itulah malaikat keberatan.

Itu menurut paparan "One Million Phenomena" karya FB lho ya. Silakan dicari bukunya, kalau mau ' terkejut-kejut' dengan fenomena-fenomena. Dulu saya baca "Keajaiban Angka 19" dari Rashad Khalifa pertama kalinya juga dari buku Fahmi Basya ini. Dan seingat saya dulu, buku ini termasuk bacaan favorit anak-anak halaqah selain buku-buku Sayyid Quthb, Sayyid Sabig, Yusuf Qardhawi,  Hasan Al Banna, dll. "One Million Phenomena" jadi semacam variasi bacaan yang "fun & entertaining" di tengah bacaan-bacaan berat lainnya.

Wass,

ANB

Darwin Chalidi

unread,
Aug 21, 2013, 2:00:32 AM8/21/13
to Rantau Net Minang

Wah! Bisa masalah kalau dasar ukuran waktu yg dipakai itu dinda Akmal.

Bisa2 Nabi Adam bukan manusia pertama dibuat oleh Allah SWT untuk planet Bumi. Jadi apakah ada makhluk lain diluar manusia yg pernah menghuni planet Bumi?

Kaum terdahulu berumur 1000thn. Dimana keberadaannya kaum Add. Apakah bukan keturunan nabi Adam?.

Darwin Chalidi

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 2:26:47 AM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Mak Darwin n.a.h,

Data pada tabel Periode Hidup Nabi dan Rasul itu dari karya Prof. Dr. Sami bin Abdullah Al Maghluts. Siapa beliau? Profilnya bisa dibaca di sini:

http://almahira.com/ib/index.php?option=com_content&view=article&id=1225:sami-abdullah-al-maghluts&catid=111:profil-penulis&Itemid=596

"Di mana kaum 'Ad? Apakah bukan keturunan Nabi Adam?"

Kaum 'Ad hidup sezaman dengan Nabi Hud, Mak Darwin, dijelaskan dalam QS 11:50 sbb: 
"Dan kepada kaum 'Ad, Kami utus saudara mereka Hud."

Jadi jelas mereka keturunan Nabi Adam, karena Hud adalah nabi keempat (setelah Idris dan Nuh), namun sebelum Nabi Saleh yang hidup pada zaman kaum Tsamud.

Tingkat kemajuan teknologi, peradaban, dan foto-foto situs kaum 'Ad bisa dibaca di sini:

http://hermadut.blogspot.com/2012/09/umat-nabi-hud.html

Namun Allah menghukum kekafiran mereka terhadap Nabi Hud dengan mengirimkan angin topan yang sangat dingin selama 7 malam 8 hari terus menerus yang membuat mereka mati semuanya, bergelimpangan, seperti batang kurma layu (QS 69: 6-7). Tak seorang penduduk pun tersisa (69: 8).

Jadi tidak ada kontradiksi dengan ukuran waktu, Mak Darwin. Linimasa kejadiannya sesuai dengan kronologi kehidupan para Nabi.

Wass,

ANB

Darwin Chalidi

unread,
Aug 21, 2013, 3:19:51 AM8/21/13
to Rantau Net Minang

Tambah menarik diskusi dimensi waktu ini dinda Akmal. Pada jaman pembuat Atlas nabi2 tsbt belum ada lagi teknologi Carbon Dating atau sejenisnya.

Kalaulah betul kapal yang diketemukan di gunung Ararat sisa2 kapal nabi Nuh. Ada fakta2 baru yang terkuak:
1. Umur kapal adalah lebih dari 4800 tahun.
2. Kayu yang dipakai untuk kapal adalah kayu jati (penelitian terakhir dari ilmuan2) dan lebih mencengangkan lagi tetnyata jati itu hanya tumbuh di tanah Jawa.

Tambahan misteri lagi.
3. Teknology pembuatan tempat tinggal yang mengorek batu2 besar s/d 50 ton perbiji. Ada hampir disemua benua dan umurnya dgn carbon dating adalah diatas 20rb tahun. Sayangnya sampai saat ini teknologyst blm bisa memecahkan misteri dgn alat apa mereka mengerjakannya. Dengan teknology yg kita punyai saat ini kita tdk bisa melakukannya.

Apakah yg disebutkan dlm qur'an bukankah kaum Add yg sanggup mengolah batu2 besar tsbt.

Darwin Chalidi

Asmardi Arbi

unread,
Aug 21, 2013, 4:33:48 AM8/21/13
to Akmal Nasery Basral, rant...@googlegroups.com, Akmal Nasery BASRAL

Bung Akmal nan kritis konstruktif,

Pada ujung alternatif 4 dibawah  ditulis : Jadi siapapun yang mengatakan bahwa Singgahsana Ratu Balqis berpindah karena bantuan jin ...dst
maka bagaimana dengan bunyi ayat : QS 34:13...Mereka ( para jin itu )  bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya diantaranya ( membuat ) gedung2 yang tinggi, patung2, piring2 yang ( besarnya ) seperti kolam dan periuk2 yang tetap ( berada diatas tungku ) dst , bagaimana pula penjelasannya?

Asmardi Arbi / 72, Tangsel?

-foto situs Negeri Saba' dan contoh-contoh inkripsi mereka juga menjadi telaah Harun Yahya dalam subyek "Perished Nations", dan bisa dibaca di sini:

http://m.harunyahya.com/en/Books/904/perished-nations/chapter/3369

Alternatif 4.

Yang paling membingungkan dari klaim tentang Surat "Bismilahirrahmanirrahim" di atas pelat emas pemandian Ratu Boko (yang berarti ada dua materi: yakni surat dan pelat emas) adalah bagaimana menjelaskan sebuah surat yang berada di dalam kolam pemandian (yang tentu penuh air saat digunakan Ratu Bilqis) bisa bertahan berabad-abad? Karena daya tahan materi surat (meski saat itu bukan dari kertas, tentu tidak sekuat materi pelat emas).

III. Siapa yang memindahkan Singgasana Bilqis? Jin atau manusia? 

"Lantas, kalau begitu bagaimana menjelaskan fenomena begitu banyaknya "kesamaan" 40 bukti kisah Nabi Sulaiman-Ratu Bilqis dengan Borobudur, Ratu Boko, Sleman, dsb, yang diklaim Fahmi Basya?" mungkin begitu pertanyaan yang akan muncul dari pendukung teori Borobudur sebagai jejak kerajaan Sulaiman dan Bilqis.

Pak Fashridjal, Pak Asmardi, dan juo sanak sapalanta n.a.h, mari kita lihat referensi lain seperti "Ihya 'Ulumiddin" karya Imam Ghazali. Dalam "Ihya", Al Ghazali ada menjelaskan tentang sosok Ashif bin Barkhiyya,  sepupu dan juru tulis kepercayaan Nabi Sulaiman. Karena Sulaiman juga seorang Raja, maka kira-kira jabatan Ashif seperti Menteri Sekretaris Negara dalam pemerintahan modern. Sebelum mendapat kepercayaan penting itu, Ashif adalah seorang yang banyak melakukan maksiat, namun bertobat setelah mendapatkan pengajaran dari Nabi Sulaiman.




Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 5:03:47 AM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Mak Darwin Chalidi n.a.h.

1. Prof. Dr. Sami Abdulllah Al Maghluts adalah sarjana kontemporer (ahli sejarah dengan spesialisasi geografi) yang juga imam Masjid Jami Al Maghluts di Provinsi Ahsa. Beliau lahir tahun 1962 (51 tahun). Jadi beliau bukan pembuat Atlas yang awam dengan teknologi Carbon Dating.

2. Kejadian Bahtera Nuh (Noah's Ark) masih cocok dengan timeline Atlas Nabi Prof. Sami Abdullah, sebab kalau umur kapal lebih dari 4800 tahun (perkiraan terendah), itu baru sekitar 2800 -3000 tahun lalu. Untuk lengkapnya silakan baca di sini:


3. Kalau Mak Darwin sudah melihat link nan ambo kirim sebelumnya tentang kaum 'Ad, mereka adalah kaum yang piawai mengolah bebatuan, sehingga Allah menyebut kota kebanggaan kaum 'Ad, Iram, sebagai "Iram Dzatil 'Imad" alias Kota Seribu Pilar (QS 89:7).

Iko linknyo ambo tampilkan lagi:

http://hermadut.blogspot.com/2012/09/umat-nabi-hud.html

Wass,

ANB


Pada Rabu, 21 Agustus 2013, Darwin Chalidi menulis:

Tambah menarik diskusi dimensi waktu ini dinda Akmal. Pada jaman pembuat Atlas nabi2 tsbt belum ada lagi teknologi Carbon Dating atau sejenisnya.

Kalaulah betul kapal yang diketemukan di gunung Ararat sisa2 kapal nabi Nuh. Ada fakta2 baru yang terkuak:
1. Umur kapal adalah lebih dari 4800 tahun.
2. Kayu yang dipakai untuk kapal adalah kayu jati (penelitian terakhir dari ilmuan2) dan lebih mencengangkan lagi tetnyata jati itu hanya tumbuh di tanah Jawa.

Tambahan misteri lagi.
3. Teknology pembuatan tempat tinggal yang mengorek batu2 besar s/d 50 ton perbiji. Ada hampir disemua benua dan umurnya dgn carbon dating adalah diatas 20rb tahun. Sayangnya sampai saat ini teknologyst blm bisa memecahkan misteri dgn alat apa mereka mengerjakannya. Dengan teknology yg kita punyai saat ini kita tdk bisa melakukannya.

Apakah yg disebutkan dlm qur'an bukankah kaum Add yg sanggup mengolah batu2 besar tsbt.

Darwin Chalidi


.

Darwin Chalidi

unread,
Aug 21, 2013, 7:00:55 AM8/21/13
to Rantau Net Minang

Dinda Akmal.
1. Ambo salah mancaliak thn kelahiran prof. Tsbt dikito abad ke 14. Kurang hati2 ambo. Tarimo kasih alah maingekkan.

2. Carito mengenai link kaum Add yg disabuikkan alah ambo pelajari, dan itu berbasiskan knowledge dari main stream Timur Tengah.
Tapi tetap indak menjawab Pembangunan2 di Amerika Selatan. Afrika dan terakhir Indonesia berbasiskan batu2 besar dgn teknologi yg masyarakat sekarang belum bisa membuatnya.

Darwin Chalidi

--

alhaqir...@yahoo.com

unread,
Aug 21, 2013, 7:05:58 AM8/21/13
to Rant...@googlegroups.com


Batua bana tu Mak DC,

sabana banyak nan tasirek drpd nan tasurek.





Sangenek,





Wassalam,
anwardjambak 44+,
mudiak Pyk, kanakan Dt Rajo Malano(Maulana),

"Maminteh Sabalun Hanyuik....!!!

Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

From: Darwin Chalidi <dcha...@gmail.com>
Date: Wed, 21 Aug 2013 18:00:55 +0700
To: Rantau Net Minang<rant...@googlegroups.com>
Subject: Re: Baldatun Thayyibatun ... Re: [R@ntau-Net] HUT RI

Fitrianto

unread,
Aug 21, 2013, 7:44:31 AM8/21/13
to rantaunet
Da Akmal,

komentar ku tentang umur Nabi2 saja; rangkuman di bawah sudah tidak tepat karena umur Nabi Nuh cuman jadi 890 tahun.
Padahal alQur'an jelas memastikan bahwa nabi Nuh berdakwah selama 1000 tahun kurang 50 tahun (alfa sanatin illa khamsin) = 950 tahun.
Kalau jadi Nabi setelah akil baligh, umurnya minimal 965 - 990 tahun....

Jg aku gak yakin jarak Nabi Adam dgn nabi Nuh juga cuman 1000tahun.

Lainnya tentang nabi Sulaiman dan Saba, aku banyak setuju dgn uda Akmal.

Wassalam
fitr
lk/38/kumamoto


2013/8/21 Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
Setuju Mak Darwin Chalidi,

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 8:18:11 PM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
"Jika engkau orang bodoh, belajarlah kepada yang pintar. Jika engkau orang pandai, ajarlah yang bodoh. Tunjukkan kemaslahatan mengenai keselamatan dunia dan akhirat." 
(Buya Hamka, "Nasehat Kepada Kaum Muslimin" dalam "Tasawuf Modern", hal. 136).

Lain pulo gaya "hit and run" sanak Anwar ko nyehhh ...

Satalah manuduah ambo salah mambaco dan mengintepretasi surang Surah "Al Balad" sebagai Indonesia, padahal jaleh tabaco oleh saluruah dunsanak Palanta bahwa posting awal sanak sendiri dalam "HUT RI" nan manyabuik itu, tapi sanak Anwar indak punyo kerendahan hati dan kemuliaan akhlak untuk minta maaf alah salah manuduah.

(Ya ndak mungkinlah. 'Kan setelah sanak Anwar mampagarahan gelar Sutan Rajo Jambi Buya Zubir Amin bara bulan lalu, dan mambuek Buya JB marah bana, barulah sanak mau minta maaf. Tapi Itukan hanya berlaku untuk urang nan labiah tuo bagi sanak Anwar, kalau untuak urang lain nan samua, untuak apo yo sanak Anwar?).

Kalau memang ado babebo pandapek jo ambo tantang "Baldatun Thayyibatun" ko, tunjuakkan sajo nan ma. Nanti kito liek basamo aa kecek para ulamo tadahulu atau para pakar ilmu lainnya tentang itu. Kalau sanak Anwar nan bana, insya Allah ambo ridha mengganti pandapek, karena sarupo itu pulo caro Imam Syafi'i bahujjah bahwa "ikutilah pendapatku sampai ada pendapat yang lebih baik dariku."

Baa gak ati tu, Tuan "Raso jo Pareso"? 

Wassalam,

ANB

O ya, satiok mandanga namo Imam Syafi'i, ambo taringek pulo jo komentar sanak tahun lalu bahwa saat menulis kitab "Fiqhun Nisa", Imam Syafii menikahi ratusan pertanyaan. Ambo alah barulang-ulang mananyoan soal ko, tapi sanak Anwar alun jawek pulo. Jadi salamo sanak Anwar alun manunjukkan bukti soal ko, ambo anggap sanak masih MENUDUH DENGAN KEJI Imam Syafi'i (dan kini sanak dengan berani menyelisihi pendapat para mufassirin soal "Al Balad" yang sudah mutawatir berpendapat bahwa itu menunjuk pada Mekkah Mukarromah, bukan negara lain, apalagi Indonesia. Bahkan tanpa penyesalan sedikit pun sanak tak mengakui kesalahan posting itu, apalagi menyatakan menariknya).

Bertobatlah, sanak Anwar. Sungguh Allah itu Maha Penerima Taubat. Jangan anggap main-main jika sudah menyangkut ayat Qur'an. 

* * 

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 21, 2013, 8:38:24 PM8/21/13
to rant...@googlegroups.com
Mak Darwin Chalidi n.a.h.,

Tentang kaum 'Ad, manuruik ambo alah jaleh Firman Allah dalam QS 11:50 yang berbunyi "Dan kepada kaum 'Ad, kami utus saudara mereka Hud." Itu artinya, Nabi Hud hidup di lingkungan kaum 'Ad. Dan nama ibu kota kaum 'Ad pun disebut jelas sebagai Iram (QS 89:7).

Kalau menurut Mak Darwin penjelasan tentang kaum 'Ad itu berbasis mainstream knowledge dari Timur Tengah, sebetulnya salah salah penjelasan tentang profil kaum 'Ad dalam literatur modern justru berdasarkan penelitian Arkeolog Nicholas Clapp, yang dijuluki "The Real Indiana Jones", penulis buku "The Road To Ubar: Finding The Atlantis of The Sand". Ubar adalah nama lain Iram, dan sebutan 'The Atlantis of The Sand" yang kini mendunia berkat jasa Clapp adalah mengacu pada kota yang dibangun kaum 'Ad itu.

Jika ada yang berpendapat lain, misalnya teknologi batu besar ada di Amerika Selatan, Afrika, atau Indonesia, apalagi untuk menunjukkan bahwa kaum 'Ad sebenarnya dulu bermukim di tempat-tempat di atas, maka tugas untuk membuktikan itu justru pada orang yang berkeyakinan demikian, bukan? 

Pertama, tunjukkan bukti-bukti (baru) bahwa hasil penelitian para arkeolog terdahulu seperti Nicholas Clapp (yang hasilnya sejalan dengan Qur'an) adalah keliru. Jika riset Clapp bisa dimentahkan, selanjutkan buktikan bahwa Nabi Hud tinggal di Amerika Selatan, Afrika, atau Indonesia, jika tak mau membuktikan bahwa QS 11:50 keliru. 

Mak Darwin mungkin masih ingat soal makam Syekh Yusuf? Sedikitnya ada "tiga makam" Syekh Yusuf yang dipercaya masyarakat, yakni di Makassar (tempat lahirnya), di Banten (tempat beliau berdakwah) dan di Pretoria, Afsel (tempat beliau diasingkan sampai menghembuskan nafas terakhir). Sampai-sampai di awal tahun 90-an Taufiq Ismail sampai harus napak tilas untuk memastikan di mana makam Syekh Yusuf itu sebenarnya, karena tak mungkin satu tubuh dimakamkan di tiga tempat berbeda - tapi itulah yang dipercayai masyarakat setempat berdasarkan kecintaan masing-masing pada Syekh Yusuf.


Wass,

ANB
45, Cibubur

Akmal Nasery Basral

unread,
Aug 22, 2013, 1:06:34 AM8/22/13
to rant...@googlegroups.com
Dinda Fitr Tanjuang, 

Betul sekali Allah menjelaskan bahwa "Nuh hidup bersama kaumnya selama seribu tahun kurang 50 tahun" (QS 29:14). Tetapi ayat ini mendapatkan setidaknya enam tafsir seperti dalam penjelasan Ibnu Katsir, bahwa umur Nabi Nuh itu adalah:

1. 950 tahun (Qatadah Ibnu Nu'man r.a.)

2. 1050 tahun (Ibnu Abbas r.a.). 

Cara menghitungnya: Nabi Nuh diangkat menjadi Nabi umur 40, tinggal bersama kaumnya 950 tahun (1000-50) sesuai ayat di atas, lalu masih hidup 60 tahun lagi setelah banjir besar yang menewaskan sebagian besar kaumnya.

3. 1020 tahun (Ka'ab Al Ahbar)

4. 1400 tahun (Wahab bin Munabbih)

5. 1650 tahun ('Aun bin Abi Syaddad)

6. 1700 tahun (Ikrimah bin Abu Jahal r.a.) 

Dari enam pendapat itu, Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa pendapat Ibnu Abbas tentang umur Nabi Nuh (1050 tahun) adalah "yang paling mendekati." 

Mungkin pertanyaan lanjutan akan muncul, "Kalau umur Nabi Nuh saja, berdasarkan pendapat umum masyarakat, 950 tahun sudah beda dengan hitungan Prof. Dr. Sami Abdullah Al Maghluts, apalagi kalau pendapat Ibnu Abbas yang dipakai bahwa umur Nabi Nuh itu 1050 tahun. Apakah itu tidak membuat perhitungan Sami Al Maghluts makin keliru?"

Masalahnya ada pada kebiasaan kita menghitung tahun, dinda Fitr, yang terbiasa dengan Tahun Syamsiyah (Solar Year) yang 365/366 hari setahun. Padahal tradisi Islam, dan masyarakat Arab pra-Islam, menghitung dengan Tahun Qamariyah (Lunar Year) yang 354/355 hari setahun. Contoh mudah, umur Nabi Muhammad selalu disebut 63 tahun (Qamariyyah), tapi dalam hitungan Solar dalam teks-teks selalu ditulis Nabi Muhammad (570-632, atau 62 tahun). 

Jadi seluruh teks menyangkut tahun dalam Qur'an, juga keenam tafsir para sahabat yang mengikuti QS 29:14 tsb adalah dalam perhitungan tahun Qamariyah, sedangkan yang ditulis Sami Al Maghluts dalam bukunya adalah hitungan tahun Syamsiyah yang digunakan kalender Gregorian sekarang. 

Kalau begitu, dari mana muncul "kepastian" umur Nabi Nuh itu 950 tahun? Justru dari tradisi Kristen!  Sumbernya Kitab Kejadian 9:29 "Jadi Nuh mencapai umur 950 tahun, lalu dia mati."

Bandingkan dengan teks Qur'an pada 29:14

----
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. KEMUDIAN mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.
----

Dinda Fitr, adakah sulit bagi Allah untuk menggunakan jumlah angka pasti 950 tahun dalam menyebutkan umur Nabi Nuh? Tentu tidak bukan. Tapi kenapa yang digunakan pilihan diksi "... maka dia TINGGAL BERSAMA mereka selama 1000 tahun kurang 50 tahun, KEMUDIAN  mereka dilanda banjir... "? 

Artinya, seperti dijelaskan Ibnu Abbas, ada kehidupan Nabi Nuh PASCA banjir besar.

Tidak mungkinkah itu sesungguhnya cara Allah untuk mengoreksi kepercayaan Nasrani yang haqqul yaqin umur Nabi Nuh adalah 950 tahun? 

Untuk komentar jarak Nabi Adam dan Nabi Nuh, insya Allah nanti malam saya sertakan jawaban perbandingan versi Islam dan versi Kristen berdasarkan Kitab Kejadian. Jawaban pendeknya: jarak Nabi Adam ke Nabi Nuh jauh lebih pendek daripada versi Kristen yang panjang sekali.

Wallahua'lam,

ANB

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages