"wuuut...",
hampir saja ujung kaki Palimo menyentuh dadanya ketika terjangan "memecah rasak" simpanan Palimo diarahkan ke dirinya. Nasib baik ia masih fasih menggunakan "gelek
kuciang lia" yang selalu diutamakan gurunya dalam menghindari serang lawan
bagaimanapun besarnya. Ia tidak habis pikir bagaimana Palimo bisa mementahkan
serangan "Tikam Tuo" andalan nya, padahal semua titik tempat menghindar sudah dijangkau oleh ujung jari kakinya, dan lelaki itu mampu menghantarkan serangan balas
yang sulit diikuti mata. Habis sudah semua pelajaran dari gurunya ia kerahkan dan
akibatnya ia hanya mampu menghindar kesana kemari dari serangan Palimo. Rasanya
Palimo berada di atas angin sedikit dari dirinya, dan mungkin hanya menunggu waktu sampai ia kehabisan tenaga dan terjilapak.
Namun pikirannya melayang mengingat kejadian 10 tahun yang lalu ketika gurunya diserang terjangan "memecah rasak" andalan "Tuo Napa" guru terakhir Palimo.
Ketika itu gurunya bergerak sangat aneh dan akhirnya berhasil mengusir
lawannya. Gurunya pernah bercerita tentang Ngo Cun Sam, seorang sahabat gurunya ketika mengunjungi negeri Cina. Jurus "Harimau Pulang ke gunung" yang pernah
diajarkan sahabatnya itu adalah jurus "gelek" yang aneh dan dapat berbalik tanpa diduga
lawan. Dan serangan balik itu sangat sesuai jika memakai jurus "Menebarkan angin
membelah mega" untuk membalas. Ia sendiri tidak pernah mencoba kedua jurus itu,
akan tetapi ia sering melihat bagaimana gurunya memainkannya hingga ia hafal di luar
kepala. Dalam keterdesakannya itu mau tak mau ia harus mencoba warisan gurunya,
kalau tidak ia akan tetap dikejar kesana kemari oleh Palimo sampai ia kehabisan tenaga.
Dan kesempatan itu ia dapatkan, ketika gumpalan tinju palimo datang hendak membentur
dadanya. Segera saja ia menghindar dengan gelek, yang diduga Palimo masih gelek
"Kuciang Lia", tapi kemudian membuat mata Palimo terbelalak karena kaki pemuda itu
telah mengarah ke lututnya. Gelek harimau pulang ke gunung berhasil membuat Palimo terkesima dan selanjutnya serangan tipuan "Menebar angin" mengarah ke lutut Palimo
tapi kemudian lelaki itu melenguh keras di saat ujung jarinya menyentuh
dada Palimo dan kemudian terlipat menjadi gumpalan tinju yang merupakan
serangan "membelah mega" dan bergendang di dada lelaki itu sebelum terjerembab dan memuntahkan darah segar. "Engkau bukan murid "Tuo Agam", murid siapa engkau ?".
sergah Palimo dengan serak karena rasa nyeri di dadanya.
Ia tidak menggubris pertanyaan lelaki itu. Dibiarkannya Palimo berteriak-teriak serak menanyakan gurunya, sambil melangkah meninggalkan kaki bukit itu.
Yang pasti kejadian hari itu telah membuat lelaki itu jera dan tidak mau lagi
mengganggu bahkan hampir memperkosa kedua isteri yang dicintainya Maisarah
dan Aisyah.
Akhir Juni 2011
St. Sinaro
|
Salam
Andiko
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
--
Sent from my mobile device
He he ... indak Andi,..Giriang2 perak ambo alun baco lai..
iko aa nan takana se...
takana Palimo Agam,
takana Sapik Kalo,
takana Alang Bangkeh,
takana Puti Langkisau,
dek ado Ngo Cun Sam,
sudah tu takana pulo Tat mo cowsu, Suma Han, Tan Beng San, Yap Kun Liong .. dst.
Wassalam
St. Sinaro
|
Eh, indak do lo Andi,
nan tadi tu palapeh ueh-ueh dek lah lamo ndak mambaco carito silek.
Dan ambo indak pulo pandai basilek do takah Makmur Hendrik nan pernah
mendirikan paguruan Pat Ban Bu di Padang. Ciek lai ambo lah gaek pulo,
dan ukatu indak adoh pulo do, lah sibuk jo ilimu dunia se. |