Yang saya hormati, Ustadz Arifin Ilham,
Assalamualaikum ww. Perkenalkan, saya Dina Y. Sulaeman, seorang ibu rumah tangga biasa, yang senang belajar dan menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di program doktor Hubungan Internasional; sama sekali tak ada karir yang menuntut saya untuk itu. Tulisan-tulisan saya selama ini, kelihatannya cukup banyak diapresiasi orang; dalam arti, bukan tulisan ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang sempat dimuat di majalah Az-Zikra yang Antum terbitkan, Ustadz.
Hanya saja, sejak saya aktif memberikan penjelasan tentang bagaimana sebenarnya konflik Suriah, saya tiba-tiba dimusuhi oleh kelompok-kelompok radikal pro-jihad Suriah. Dan tiba-tiba saja, seorang ibu rumah tangga seperti saya mendapat ‘kehormatan’ dinobatkan jadi “Tokoh Syiah Indonesia” oleh media-media pro-jihad Suriah, yang pemiliknya adalah teman-teman Antum sendiri, Ustadz. Meskipun isi artikel berjudul Tokoh Syiah itu fitnah, tapi setidaknya tiba-tiba saja ada gelar ‘tokoh’ dilekatkan kepada saya. Siapa tahu gelar ini (meskipun ngawur), membuat saya dianggap sah untuk lancang menyurati seorang tokoh besar seperti Antum.
Ada pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada Antum, Ustadz. Tolong, ingatlah lagi kronologi konflik Suriah, dengan mengaitkannya pada konflik Libya. Mengapa? Karena saya tahu, Antum sangat dirugikan oleh konflik Libya. Saya baca berita tahun 2011, bantuan dari Libya untuk yayasan Antum terputus gara-gara perang.
Saya juga beberapa kali menulis tentang Libya. Salah satu pegangan utama saya adalah kata-kata antum di Facebook, Ustadz, yaitu bahwa sesungguhnya Presiden Qaddafi adalah seorang hafiz Quran dan sangat consern pada Islam. Ini yang antum tulis waktu itu Ustadz:
“Alhamdulillah, sudah 3 X ke Libya, & 2 X sholat berjamaah di lapangan Moratania & Lapangan Tripoli sholat berjamaah yg dihadiri 873 ulama seluruh dunia & rakyat Libya, dg Imam langsung Muammar Qoddafy, bacaan panjang hampir 100 ayat AlBaqoroh, sbgn besar jamaah menangis, sebelumnya syahadat 456 muallaf dari suku2 Afrika, & dakwah beliau sll mengingatkan ttg ancaman Zionis & Barat, Pemimpin Arab boneka AS, selamatkan Palestina, Afghan & Irak…inilah kesanku pd almarhum, sahabatku FIllah.”
Pernyataan Antum itu mematahkan tuduhan kaum ‘mujahidin’ Libya (yang disebarkan juga oleh media-media pro-jihad di Indonesia) bahwa Qaddafi adalah thoghut, kafir, musuh Islam; dan membuktikan kebohongan gerakan jihad mereka.
Saat konflik Libya baru meletus, data yang bisa saya dapat sangat sedikit, karena terhambatnya arus informasi dari sana (tapi kemudian segalanya menjadi jelas setelah ada jurnalis-jurnalis independen yang nekad masuk ke sana dengan taruhan nyawa). Di awal, saya pakai data-data dari PBB, bahwa HDI dan GDP Libya adalah tertinggi di Afrika (artinya, Libya adalah negara yang sangat-sangat makmur). Kesaksian beberapa orang yang pernah di Libya juga menambah keyakinan saya bahwa data ini sama sekali tidak cocok dengan skenario ‘gelombang demokratisasi’. Terlepas dari keburukan alm. Qaddafi (yang digambarkan media massa Barat, jadi saya tidak tahu pasti benar-tidaknya, Antum yang lebih kenal alm. Qaddafi, Ustadz), fakta tak terbantahkan adalah beliau menggunakan kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Bila seluruh rakyat diberi gratis rumah, mobil, kesehatan, sekolah, berpendapatan US$ 14.600 per kapita, untuk apa lagi mereka menuntut Qaddafi mundur? Bahwa ada kelompok oposisi yang sakit hati dan ingin merebut kekuasaan, itu wajar saja. Tapi isu bahwa SELURUH rakyat Libya menghendaki demokrasi (atau berjihad melawan Qaddafi yang ‘kafir’), bahkan mengundang bantuan NATO, jelas omong kosong. Berita foto dan video yang dikirim jurnalis independen, misalnya Nazemroaya dari Kanada, justru menunjukkan demo luar biasa besar di Tripoli, menolak NATO. Tapi tak ada media mainstream yang mau memberitakan kebenaran ini.
DEMO PRO-QADDAFI DAN ANTI NATO DI LIBYA (FOTO:GLOBALRESEARCH.CA)
Setelah NATO membombardir Libya pada Maret 2011 (dan yang hancur sebagian besar justru infrastruktur dan bangunan sipil), proyek rekonstruksi dan eksplorasi minyak, jatuh ke tangan negara-negara Barat. Bahkan, setelah Barat membekukan dana Libya di bank-bank luar negeri (dan tidak mengembalikannya ke rakyat Libya), Barat pula yang menawarkan hutang kepada pemerintah baru Libya, untuk biaya membangun kembali Libya yang sudah hancur lebur dibom NATO.
Sebagai orang yang sangat erat berhubungan dengan Libya, Antum pasti sepakat dengan saya, bahwa alm. Presiden Qaddafi dan sebagian besar rakyat Libya telah dizalimi oleh NATO.
Poin pentingnya adalah: NATO tidak punya legitimasi untuk mengirim pasukan ke Libya, kalau tidak ada persetujuan PBB. Dan mengapa PBB menyetujui? Salah satu alasannya, karena ada segelintir orang Libya yang berteriak-teriak meminta bantuan internasional karena mengaku telah terjadi PEMBUNUHAN MASSAL di Libya oleh Qaddafi.
Siapa segelintir orang Libya itu, Ustadz? Antum pasti tahu, mereka adalah kelompok yang menyebut diri sedang berjihad. Mereka adalah Al-Qaida Libya.
Cerita selanjutnya, inilah yang tidak banyak diketahui orang. Pasukan Al Qaida Libya kemudian datang ke Suriah, untuk melatih orang-orang lokal Suriah (dan milisi yang berdatangan dari Irak), agar mereka melakukan skenario yang sama dengan Libya. Ini sama sekali bukan teori konspirasi. Datanya valid berdasarkan standar akademis, saya menuliskannya di buku saya Prahara Suriah. Saya sebut salah satu nama, Mahdi al-Harati, tokoh jihad Libya yang kemudian melatih milisi Liwaa al-Tauhid di Suriah.
MAHDI AL HARATI MELATIH MILISI SURIAH (FOTO:NEWSRECUE.COM)
Ketika Bashar Assad tidak berhasil digulingkan dengan ‘demonstrasi damai’ ala Kairo, pasukan militan yang dilatih milisi Libya pun angkat senjata. Isu yang dipakai sontak berubah. Bila tadinya ‘demokrasi’, kini ‘khilafah Islam’.
Dalam 2-3 kasus pembunuhan massal di suatu wilayah yang dituduhkan kepada Assad (saya sebut ‘dituduhkan’ karena kemudian hasil penyelidikan PBB menunjukkan aksi-aksi sadis itu bukan dilakukan tentara Assad), para milisi inilah yang berteriak mengundang Humanitarian Intervention (agar NATO juga menyerbu Suriah). Tapi selalu gagal. Pertama karena investigasi PBB kali ini lebih hati-hati (tidak seperti kasus Libya, PBB telah melakukan pelanggaran prosedur yang sangat serius – ini sudah diteliti dalam disertasi seorang doktorHubungan Internasional Unpad).
Kedua, karena opini publik internasional kini lebih waspada. Mereka sudah melihat hasil akhir serangan NATO di Libya. Jadi, mereka tidak lagi mau tertipu skenario yang sama. Tak heran bila banyak demo-demo di negara Barat yang menyeru agar AS dan NATO tidak serang Suriah.
Dan ketiga, adanya veto dari China dan Rusia. Sebabnya, mereka tidak mau rugi dua kali. Di Libya, mereka kehilangan kesempatan untuk mengeruk sumber daya alam karena sudah dikuasai Barat. Baik Libya maupun Suriah, adalah negara kaya minyak dan gas. Negara-negara NATO tidak akan mau meluncurkan perang (yang memakan biaya milyaran dollar), bila tidak ada prospek rampasan perang yang jauh berlipat ganda, yaitu minyak dan gas.
Dari kacamata geopolitik seperti ini, sebenarnya konflik Suriah dan Libya itu sangat mudah dipahami. Tidak lebih dari desain negara-negara kaya untuk menggulingkan rezim yang ‘keras kepala’ dan ‘tidak bisa diatur’, lalu menggantikannya dengan pemerintah boneka yang dengan mudah memberikan konsesi migas kepada Barat.
Tetapi, di sebagian kalangan kaum muslimin, peta yang terang-benderang ini tidak terbaca. Dan efek perang nun jauh di sana, merembet hingga ke Indonesia Mengapa? Karena mereka dibutakan oleh isu sektarian: Qaddafi itu thogut dan kafir, Assad itu Syiah, membantai Sunni; Syiah itu kafir dan sesat; Lihat bagaimana Suriah hancur karena Syiah, karena itu umat Islam di Indonesia harus berjihad melawan Syiah.
Narasi seperti ini begitu masif disebarluaskan, demi kelanjutan Perang Suriah. Ketika milisi-milisi jihad tidak berhasil mengalahkan tentara nasional, narasi ini dimanfaatkan untuk menggalang dana dan pasukan ‘mujahidin’ dari berbagai penjuru negara, termasuk Indonesia. Sejak awal perang pun, ada ribuan pasukan asing yang terlibat, di antaranya milisi Libya dan Irak. Jadi sejak awal, perang Suriah tidak bisa lagi disebut perang antara oposisi melawan rezim; karena yang bergabung dalam oposisi, sebagian besar justru pasukan asing.
Siapakah yang jadi korban terbesar, Ustadz?
Tak lain, kaum Ahlussunnah atau 74% rakyat Suriah. Jumlah penganut Syiah di Suriah hanya 16%, sisanya Kristen, Druze, Yahudi. Dengan komposisi demografi seperti itu, sulit untuk menyebut Syiah menindas Sunni. Dengan cara apa? Dasar negara Suriah pun, tercantum di UUD-nya adalah nasionalis Arab-sosialis. Militer Suriah dan menteri di Kabinet Assad, sebagian besar diisi oleh Ahlussunnah. Jihadis ISIS sekarang tidak lagi sekedar menyasar Syiah, tapi juga Sunni, Kristen, Druze, atau sesama mujahidin tapi beda ‘aliran’. Bahwa sekarang Iran dan Hizbullah (yang kebetulan Syiah) ikut terjun ke Perang Suriah melawan ISIS, sangat layak dianalisis dari sisi geopolitik (jadi, tidak dianalisis dari kacamata kebencian mazhab). Yaitu, demi menghalangi gerakan ISIS agar tidak meluas ke Beirut dan Teheran.
Ustadz Arifin yang saya hormati,
Atas semua kejadian di Libya dan Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan sedih saat membaca pernyataan Antum menyerukan jihad melawan Syiah. Tak mungkin ustadz semulia Antum yang gencar menyebarkan zikir, ingin negeri ini juga hancur lebur seperti Libya dan Suriah. Saat konflik Suriah, banyak ustadz (tapi kebanyakan tinggal di di luar Suriah) yang menyerukan jihad melawan Syiah. Gejala ini juga muncul di Indonesia. Akhir-akhir ini, betapa maraknya majlis-majlis, spanduk, dan buku anti Syiah di berbagai penjuru negeri ini. Sangat jelas tujuan gerakan ini, yaitu ingin mengeskalasi kebencian publik terhadap Syiah. Proyek anti-Syiah semasif ini, pasti butuh dana sangat besar. Siapakah donaturnya? Antum pasti tahu Ustadz, saya saja tahu siapa.
Lalu, pada 12 Februari 2015, gong pun sudah Antum bunyikan: mari kita jihad melawan Syiah!
Saya mohon, Ustadz, cobalah Antum melihat lagi peta geopolitiknya. Dalam konflik di Libya dan Suriah, ada ulama-ulama yang bertanggung jawab: mereka mengkafirkan Qaddafi, mengkafirkan Assad, lalu menyerukan jihad. Dan yang turun ke lapangan untuk bertempur adalah muslimin yang merasa sedang berjihad melawan sesama muslim (tapi dituduh kafir). Lalu, setelah kaum muslimin saling gontok-gontokan, yang datang mengeruk kekayaan alam adalah korporasi-korporasi transnasional. Tidakkah ini puncak keabsurdan?
Antum adalah ulama, Ustadz. Antum juga seorang ayah. Dan saya adalah seorang ibu rumah tangga. Saya mohon, Antum sejenak membayangkan bila anak-anak kita harus sengsara dan menjadi pengungsi, seperti jutaan anak-anak Suriah (dan Libya) hari ini. Dan ini pun dalam skala kecil sudah terjadi, Ustadz. Ada 300-an orang Syiah, warga Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, yang sejak 2012 hidup di pengungsian hingga hari ini, setelah sebelumnya rumah dan ternak mereka dibakar massa. Tidakkah kasih sayang zikir yang Antum lantunkan, melingkupi mereka, Ustadz?
Ustadz, kenanglah lagi betapa alm. Qaddafi yang Antum cintai telah dihancurkan melalui skenario seperti ini.
Wassalamualaikum ww.
Bandung, 16/2/2015,
Dina Y. Sulaeman
https://dinasulaeman.wordpress.com/2015/02/16/surat-terbuka-untuk-ustadz-arifin-ilham/
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
Dalam kasus Suriah, propagandis Syi’ah di Indonesia jelas memposisikan diri mendukung Bashar al-Assad. Para pejuang Muslim, para mujahid di Suriah yang melawan rezim syi’ah Bashar al-Assad, mereka sebut sebagai pemberontak. Penggunaan istilah yang sama dengan yang dilakukan AS dan sekutunya ketika menilai pejuang Palestina.
Para propagandis syi’ah tersebut, antara lain Jose Rizal Jurnalis (Jakarta), Ustadz Mudzakir (Solo), dan Dina Y. Sulaeman.
Jose Rizal Jurnalis adalah presidium Mer-C yang juga narasumber Radio Syi’ah RASIL AM720. Menurut Jose, di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad Suriah termasuk donatur dan pemasok utama dana dan persenjataan bagi Hamas, Jihad Islam, Hizbullah, dan berbagai faksi perlawanan terhadap Israel di Palestina.
Menurut Jose, upaya menggulingkan Bashar al-Assad bukan karena ia rezim syi’ah yang membantai Muslim, bukan karena Bashar al-Assad anti demokrasi, tetapi karena Israel menginginkan Bashar turun dengan memperalat Amerika Serikat melalui kebijakan luar negerinya. Agar lebih hot, menurut Jose, upaya penggulingan itu dikaitkan dengan isu Sunni-Syi’ah.
Pendapat batil Jose seperti bersahutan dan saling dukung dengan pendapat batil ustadz Mudzakir, yang pada sebuah kesempatan mengatakan bahwa pemberontak di Suriah dibiayai Amerika Serikat.
Berkenaan dengan Al-Buthi, ustadz Mudazkir mengatakan bahwa sikap Al-Buthi yang tidak memihak rezim Bashar al-Assad namun juga tidak memihak ‘pemberontak’ sehingga dinilai munafik dan dibantai oleh para ‘pemberontak’ tadi.
Yang dimaksud ustadz Mudzakir dengan ‘pemberontak’ di sini adalah para mujahid yang sedang membela akidahnya dari jajahan syi’ah sejak kawasan itu direbut oleh Hafiz al-Assad melalui kudeta militer 13 November 1970. Hafiz al-Assad saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Suriah, dan ia merupakan bapak kandung Bashar al-Assad.
Dalam kasus al-Buthi, ustadz Mudzakir sudah memposisikan secara tegas, bahwa al-Buthi dibunuh oleh ‘pemberontak’ melalui upaya bom bunuh diri. Padahal, karena al-Buthi juga tidak berpihak kepada rezim Bashar, tetap punya kemungkinan dibunuh oleh sang rezim.
Suriah adalah kawasan Muslim (Sunni) yang kemudian berusaha direbut oleh kaum syi’ah melalui kudeta bersenjata. Kudeta militer sebelumnya terjadi pada 28 September 1961, namun belum berhasil. Barulah pada 1970, berhasil. Siapa pendukung kudeta? Ternyata adalah Negara-negara Barat yang berkepentingan, termasuk Amerika Serikat.
Kini, mereka pulalah yang menginginkan rezim Bashar al-Assad yang anti demokrasi itu bubar. Bagi Barat (dan Amerika termasuk di dalamnya), demokrasi adalah tuhan. Sehingga ketika sebuah rezim di sebuah kawasan dinilai tidak demokratis, cenderung tiran, maka rezim itu harus digulingkan.
Berbeda dengan itu, kaum mujahidin yang berperang melawan rezim Bashar al-Assad, adalah dalam rangka membela akidah, menggulingkan pemerintahan syi’ah yang tiran, sehingga akidah Muslim di kawasan itu terjaga. Jadi, tidak benar penilaian yang mengatakan bahwa para pejuang itu dibiayai atau menjalani agenda Barat. Mereka punya agenda sendiri-sendiri: yang satu demi demokrasi, yang satu demi akidah.
Lagi pula, yang menghendaki rezim Bashar al-Assad tetap eksis juga dari kalangan kafirin komunis, yaitu Rusia dan Cina, serta Venezuela, sebuah negara di ujung utara Amerika Selatan yang mayoritas penduduknya non Muslim.
Salah satu tokoh syi’ah yang juga getol membela rezim syi’ah laknatullah Bashar al-Assad adalah Dina Y. Sulaeman, kelahiran Semarang 30 Juli 1974. Lulusan Fakultas Sastra Arab Universitas Padjadjaran tahun 1997 ini, pada 1999 memperoleh beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University.
Jadi, jelas doktrin syi’ah sudah merasuk ke dalam diri Dina. Apalagi, selama lima tahun (2002-2007), Dina bekerja sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB). Kekentalan doktrin syi’ah semakin menyatu dengan akidah Dina, ketika ia berjodoh dengan Otong Sulaeman, lulusan Qom yang juga bekerja di IRIB.
Kini, Dina berkiprah sebagai Research Associate di The Global Future Institute (GFI), yang berdiri sejak 11 Oktober 2007. Salah seorang pendirinya, Hendrajit, adalah sosok kelahiran Jakarta 8 September 1963, alumnus Fakultas Sosial-Politik Universitas Nasional, yang pernah bekerja sebagai wartawan Tabloid Detik (1992-1994) pimpinan Eros Djarot. Mudah-mudahan bukan propagandis syi’ah.
Militansi Dina terhadap paham sesat syi’ah laknatullah tetap terjaga meski ia tidak lagi bekerja untuk media yang secara resmi menyuarakan pembelaannya terhadap syi’ah dan rezim syi’ah yang sedang berkuasa di sebuah negara.
Di GFI, Dina memanfaatkan betul posisinya untuk menyuarakan lebih lantang visi dan misinya sebagai propagandis syi’ah laknatullah. Apalagi, GFI merupakan media online berbahasa Inggris, sehingga dapat lebih efektif menjangkau sasaran masyarakat berbahasa Inggris, yang negaranya secara resmi menghendaki rezim Bashar al-Assad tumbang.
Salah satu upaya Dina adalah mewawancarai Agus Nizami, yang selama ini menolak disebut berpaham syi’ah namun selalu mendukung syi’ah. Agus Nizami, yang bukan ulama ini, oleh Dina dikesankan sebagai tokoh Islam yang layak kutip untuk mendukung visi misinya mempropagandakan syi’ah, mendukung rezim syi’ah laknatullah Bashar al-Assad.
Sebelumnya, Dina mewawancarai jurnalis senior Syria yang mendukung rezim syi’ah laknatullah Bashar al-Assad. Dina mengaku merasa beruntung bisa mewawancarai sosok yang bernama samaran As-Souri ini. Namun ketika ia ditawarkan untuk diperkenalkan dengan sosok aktivis atau jurnalis yang berseberangan dengan rezim syi’ah laknatullah, Dina menolak. “… ngapain saya repot-repot wawancara jurnalis pro-pemberontak?”
Nah, semakin jelas posisi Dina. Ia memang propagandis syi’ah laknatullah, ia membela Bashar al-Assad, seraya menyebut lawannya sebagai pemberontak. Ini barangkali sebuah indikasi, bahwa propagandis syi’ah di Indonesia semakin terbuka, berani, kurang ajar, dan ngelunjak. (haji/tede/nahimunkar.com)
![]() |
Dina Y. Sulaiman |
Tanpa saya duga, surat terbuka saya yang saya tulis dengan penuh rasa hormat pada Ust Arifin Ilham (karena saya suka pada amalan-amalan dzikir), menyebar cukup luas di media sosial & online. Dari blog ini saja dalam 2 hari sudah dishare 10.000 kali lebih via FB. Setelah itu, barulah muncul info-info, bahwa memang ada ‘perubahan’ pada diri beliau. Di antaranya, ada yang kasih liat video beliau berteriak “jihaaad!!” dengan mimik wajah yang membuat saya kaget. Lebih kaget dibanding saat membaca berita ini (yang jadi referensi utama saya saat nulis surat terbuka itu). Laa hawlaa wa laa quwwata illa billah… semoga Allah menjaga negeri ini supaya tetap damai.
Dari sekian banyak komentar, tanggapan, baik yang mendukung maupun mencaci-maki saya, yang ingin saya komentari cuma dua hal: Republika dan PKS Piyungan.
Pertama, Republika. Menarik sekali, tanpa saya minta (lha emang siapa saya sampai bisa ‘meminta’), Republika memuat utuh surat saya itu. Link-nya juga sudah tersebar, saya sempat SS salah satu yang diposting teman:
Kemarin, surat itu seharian bertengger di deretan teratas top-five (artinya, terbanyak dibaca). Pagi ini saya mendapat informasi, isi surat itu sudah dihapus oleh Republika. Silahkan saja coba klikhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/17/njvnlg-soal-syiah-ini-surat-terbuka-untuk-ustaz-arifin-ilham
Pertanyaannya: mengapa dihapus?
Pembungkaman suara? Pemberangusan kritik? Hegemoni kuasa dalam pembentukan narasi?
Jawab saja sendiri, ini pertanyaan yang sangat mudah dijawab.
Kedua, PKS Piyungan memuat artikel jawaban surat saya itu dengan judul “Surat Terbuka untuk Ibu Rumah Tangga Dina Y. Sulaeman”
Saya tidak merasa perlu repot-repot membalasnya. Saya sudah sangat sering diserang dengan model tulisan begini. Awalnya dia bilang A, saya jawab B, dia jawab lagi dengan A2, muter, tak ada argumen valid untuk membantah B, hanya mengulang A dengan variasi. Tidak ada gunanya dijawab lagi. Soal tuduhan-tuduhan keji terhadap saya pribadi, saya berusaha sabar. Allah tidak tidur dan ada akhirat tempat itung-itungan.
Tapi saya pagi ini mendapati ada dua tanggapan di sosmed yang menarik sekali. Sayang kalau tidak dimuat di sini untuk kenang-kenangan. Yang pertama ditulis Ahmed Zain-Oul Mottaqin, yang kedua, Mukti Ali Azis.
Ini saya copas utuh tanpa perubahan apapun:
Simpatisan pkspiyungan bernama Wildan Hasan yang mengaku sebagai bapak rumah tangga numpang tenar dengan membuat surat balasan buat bu Dina Y. Sulaeman.Isinya sangat tendensius, khususnya ketika (nekad) berbicara tentang konflik Suriah dan Libya. Buat bu Dina ga usah repot-repot ngebantah lah, ni orang levelnya jauh sekali dari ibu. Ibu cukup duduk manis dan biar saya yang membantah isinya dengan ringkas.1. Tulisannya tanpa prinsip ‘cover both side’. Fatwa-fatwa ulama yang dicopasnya hanya dari golongannya sendiri yaitu Ibnu Taimiyah & Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi. Seharusnya dia membawa sumber-sumber netral langsung dari ‘Ulama-ulama besar Suriah sendiri seperti Syaikh Al Buthi, Syaikh Ahmad Hassoun, Syaikh Wahbah Zuhaili, mereka semua adalah ‘Ulama Sunni Aswaja cinta negerinya dan pro-pemerintahnya.2. Yang lucu, si penulis ga berani mengangkat isu-isu aktual di Suriah. Yang dia berani (seperti biasa) cuma teriak-teriak Syi’ah sesat, Syi’ah membantai Sunni dll, persis kayak gw lagi baca arrahmah.(on)com & voaislam.3. Dia bilang pemerintah Syi’ah Suriah membantai Sunni. Apa dia lupa atau (pura-pura) tidak tahu, hasil pemilu Juni kemarin Assad terpilih kembali dengan perolehan 88.7% suara rakyat. Itu artinya mayoritas mutlak rakyat Suriah apapun latarnya masih mencintai Assad. Itu yang selalu ditutupi media-media Takfiri.4. Dan (lagi) fakta yang selalu ditutupi mereka, para pemberontak di Suriah mayoritas bukanlah rakyat Suriah, tapi para militan takfiri asing yang datang dari 83 negara (termasuk Indonesia), korban cuci otak sektarian yang rame-rame menginvasi Suriah dengan kedok “jihad”.5. Fitnah-fitnah Assad membantai Sunni baru ditebar 4 tahun terakhir sejak invasi para takfiri asing ke Suriah. Faktanya sebelum itu tidak pernah ada isu-isu tersebut. Assad sudah menjadi Presiden sejak tahun 2000 dan sampai hari ini Sunni masih mayoritas di Suriah (74%). Kalo Assad benar-benar membantai Sunni, harusnya sudah habis semua Sunni di Suriah, wong dia sudah berkuasa 15 tahun.
6. Lalu bagaimana dengan Libya? Disana bahkan tidak ada Syi’ah, tapi nyatanya terjadi perang selama 4 tahun disana. Para pemberontak takfiri kawanannya si Abu Jibril akhirnya berhasil membunuh Mu’ammar Qaddafi secara keji dengan bantuan NATO & AS.
7. Lalu siapa yang paling kena dampak dengan kematian Qaddafi ? Tidak lain adalah Yayasan Qaddafi Islamic Center pimpinan Arifin Ilham sendiri. Suplai dana operasional Rp 128 juta/bulan dari pemerintah Qaddafi ke yayasan tersebut terhenti, hingga belakangan nama Masjid yang dibangun dengan biaya penuh dari Qaddafi itu kini berganti nama dari ‘Masjid Mu’ammar Qaddafi’ menjadi ‘Masjid Az-Zikra’.
8. Yang paling konyol si penulis berkata Syiah adalah pembuat makar & ancaman bagi NKRI. Tapi faktanya yang selalu teriak-teriak Bubarkan NKRI, tegakkan Khilafah, Pancasila berhala thogut, demokrasi kafir, haram hormat bendera & menyanyikan Indonesia Raya itu golongan mereka sendiri. Bahkan yang selalu kena tangkap Densus 88 ya mereka juga, bukan Syiah tuh. pacman emoticon
Sekian & Terima kasih. Kalo ada yg mau nambahin silahkan. smile emoticon
—-memang beda tulisan intelektual asli dengan yang bukan, coba cek deh:
Hasil analisis terhadap tulisan Wildan Hasan, Koordinator MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Kota Bekasi :
Total karakter tulisan : 2.374 karakter, dengan rincian :
· ide sendiri : 501 karakter
· copy paste : 1.873 karakter
jadi hanya 20% ide sendiri, 80% jiplak tanpa dianalisis, divalidasi ataupun dituliskan sumbernya.
cek cek cek…
untung memang ngakunya cuman Bapak rumah tangga biasa (kasihan anaknya ;P punya bapak kayak gitu)
—–
...
--
Assalaamu'alaikum
Ini ada tulisan lagi yg relevan, semoga bermanfaat
https://www.islampos.com/syiah-dan-jihad-dina-sulaeman-164855/
Wassalam
Ronald
One day monday.... dima Pikumbuahnyo dinda ANB.
Ondeh mak alah dunsanak sapasukuan liau tu jo ambo...
Dari: Darwin Chalidi Terkirim: Rabu, 18 Februari 2015 13.32 Ke: Rantau Net Balas Ke: rant...@googlegroups.com Perihal: Re: [R@ntau-Net] Surat Terbuka Dina Sulaeman Untuk Ust. Arifin Ilham |
Sepertinya tetap tidak ada jawaban tegas dari beliau ya, Pak Akmal.
---
Ahmad Ridha
Dan saya juga melihat maksud tertentu dengan menuliskan kata "teman2 PKS" :-)
--
Surat Terbuka Dari Ust. Wildan Hasan Menjawab Dina Y Sulaeman
Redaksi – Selasa, 28 Rabiul Akhir 1436 H / 17 Februari 2015 19:23 WIBEramuslim.com – Dina Y Sulaeman, seorang penulis dan pemerhati Dunia Arab, kemarin telah menulis sebuah surat terbuka kepada KH. Arifin Ilham yang mendapat banyak perhatian dari umat Islam. Sayangnya, jika posisi Dina netral,seharusnya dia juga menulis surat terbuka kepada gerombolan syiah yang telah menyerang Majlis Az Zikra beberapa waktu lalu. Namun hal itu tidak atau belum dilakukannya.
Akhirya, Ustadz Wildan Hasan, Koordinator MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Kota Bekasi membalas surat terbuka Dina dan diuat dalam laman PKS Piyungan (17/2/2015).Inilah suratnya:
Bismillah. Salaamun ‘alaa manit taba’al hudaaPerkenalkan, saya Wildan Hasan, seorang bapak rumah tangga biasa, yang senang belajar dan menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di berbagai majelis ta’lim (^.^) .
Sama sekali tak ada karir yang menuntut saya untuk itu. Tulisan-tulisan saya selama ini, kelihatannya cukup banyak diapresiasi orang; dalam arti, bukan tulisan ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang terkumpul dalam buku berjudul
“Bawalah Facebookmu ke Surga” yang pasti belum ibu baca he..Ibu mungkin hanya ke-GR-an saja. Tepatnya mungkin ibu dipandang sebagai orang yang patut diwaspadai karena pandangan-pandangan ibu terkait konflik Suriah ngawur dan tak berimbang. Ibu menyebut kelompok-kelompok pro jihad Suriah sebagai radikal. Maksudnya apa, Bu? Kategorisasinya apa? Tujuannya apa menyebut seperti itu? Kemudian, ibu menyebut media-media pro jihad Suriah sebagai teman ust Arifin Ilham. Jadi, ibu bukan teman media pro jihad Suriah? Ibu pro mana? Maaf bila saya dianggap lancang menyurati tokoh sebesar ibu.
Ada pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada ibu. Tolong, jangan kaitkan sebuah konflik dengan urusan pribadi. Apalagi urusan keuangan. Karena siapa yang tidak tahu bahwa program Syiahisasi dunia Islam dibiayai besar-besaran oleh Republik Syiah Iran. Ibu Dina yang mengaku ibu rumah tangga biasa, tentu tidak senang kan apabila urusan dapurnya diungkit-ungkit. Saya yakin ust Arifin Ilham punya penjelasan terkait urusan dapurnya itu.Awal konflik Suriah
Awal mula perang Suriah adalah dilatarbelakangi oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap rezim Bashar Asaad yang otoriter dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Rakyat Suriah kemudian melakukan aksi damai menuntut keadilan. Akan tetapi rezim Bashar malah menanggapi aksi damai tersebut dengan kekerasan.
Puncaknya adalah ketika ada anak Suriah menuliskan kata-kata di tembok tentang Bashar Asaad, kemudian anak ini di bawa oleh tentara Assad setelah di intrograsi anak kecil ini dikelupas kulitnya, lalu ditumpahkan cairan ke tubuh yang mengelupas, sehingga sakitnya tiada terperikan. Tentara Bashar sambil berteriak menuhankan Bashar Al-Assad. Penduduk protes tapi mereka ditangkapi. Siksaan demi siksaan dilakukan terhadap para tawanan yang dituduh menentang rezim Bashar Asad, padahal orang-orang ini hanyalah penduduk kampung.
Konflik Suriah yang dimulai sejak demonstrasi di kota Dharaa, 11 Maret 2011 lalu sampai detik ini tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Akibat dari konflik itu, anak-anak kehilangan orang tuanya, wanita kehilangan suami dan keluarganya, dan keluarga kehilangan harta benda mereka. Rakyat Suriah terancam kehilangan masa depan.
Belum lagi jumlah korban meninggal yang sudah mencapai lebih dari 110 ribu jiwa, ditambah jutaan lainnya yang kehilangan tempat tinggal dan harus menjadi pengungsi di luar negaranya. Sungguh hal itu sebuah keadaan yang memilukan. Tragedi ini hendaknya membuka rezim Syiah Suriah agar menghentikan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri.
Lantas, apa penyebabnya sehingga hal itu terjadi dan menyebabkan jutaan manusia menjadi korbannya? Penyebabnya adalah nafsu Syiah untuk berkuasa dan menumpas selain Syiah.Tidak banyak kaum muslimin yang mengetahui hakikat peristiwa yang tengah terjadi di Suriah. Banyak di antara kaum muslimin yang menyangka kebiadaban rezim Suriah tersebut semata-mata didasari oleh kepentingan politik untuk menyelamatkan kekuasaan rezim Partai Baath, partai sosialis yang telah mencengkeram rakyat Suriah selama puluhan tahun dengan kekuatan senjata. Belum banyak yang tahu bahwa kebiadaban rezim partai Baath dilatar belakangi oleh faktor ideologi dan agama. Ya, partai Baath telah didominasi oleh kelompok Nushairiyah sejak era Hafizh Asad. Kelompok Nushairiyah merupakan bagian dari sekte Syi’ah esktrim yang telah dihukumi murtad dari Islam oleh seluruh ulama kaum muslimin. Jadi, rezim Syi’ah ekstrim tengah mempertontonkan kebiadabannya kepada mayoritas rakyat yang beragama Islam, ahlus sunnah wal jama’ah. Demonstrasi damai versus kebiadaban militer di Suriah sejatinya adalah pertaarungan dua agama: Islam versus Nushairiyah.Tidak heran bila Iran yang beragama Syi’ah Imamiyah (biasa juga disebut Syi’ah Itsna Atsariyah atau Syi’ah Ja’fariyah) getol memberikan dukungan militer, politik, dan ekonomi kepada rezim Syi’ah Suriah. Dua aliran Syi’ah ekstrim telah bertemu untuk menghabisi musuh bersama; mayoritas rakyat Suriah yang beragama Islam aliran Ahlus Sunnah. Bila ditambah kekuatan Syi’ah Lebanon (dengan milisi Hizbul Laata —plesetan dari nama sebenarnya, Hizbullah), kekuatan Israel, dan Kristen Libanon yang juga memusuhi Ahlus Sunnah; maka rakyat muslim sunni Suriah tengah terkepung dari seluruh penjuru. Umat Islam sedunia sudah seharusnya terus memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Suriah, sebagaimana dukungan mereka kepada perjuangan rakyat muslim Mesir, Tunisia, dan Palestina. Para ulama dan tokoh umat Islam wajib membongkar kedok rezim Nushairiyah Suriah, sehingga wala’ dan bara’ kaum muslimin jelas. Berikut ini sebagian fatwa ulama Islam yang menjelaskan hakekat kelompok Nushairiyah dan partai Baath.Fatwa tentang Sekte NushairiyahFadhilah Syaikh Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibihafizhahullah
Siapa sebenarnya kelompok Nushairiyah itu? Kepada siapa mereka menisbahkan diri? Kapan kelompok ini muncul?
Di negeri mana saja keberadaannya? Bagaimana ajaran agama mereka? Bagaiamana pendapat para ulama tentang mereka?
Bolehkah memberikan ucapan selamat atas hari-hari kebahagiaan mereka dan memberikan ucapan bela sungkawa atas musibah yang menimpa mereka?
Bolehkah menshalatkan jenazah mereka?
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh shahabatnya. Amma ba’du…Jawaban atas beberapa pertanyaan di atas membutuhkan satu jilid buku tersendiri. Untuk itu, kami akan menjawab secara ringkas saja:
Nushairiyah adalah salah satu kelompok Syi’ah ekstrim yang muncul pada abad ketiga Hijriyah. Berbagai aliran keagamaan yang kafir seperti Bathiniyah, Ismailiyah, Budha, dan sekte-sekte kafir yang berasal dari agama Majusi masuk bergabung ke dalam kelompok Nushairiyah. Nushairiyah banyak terdapat di Suriah dan negara-negara yang bertetangga dengan Suriah.
Nushairiyah menisbahkan kelompoknya kepada seorang yang bernama Muhammad bin Nushair An-Numair, yang mengklaim dirinya sebagai nabi dan menyatakan bahwa Abul Hasan Al-Askari —-imam ke-11 kelompok Syi’ah— adalah Tuhan yang telah mengutus dirinya sebagai nabi.Ajaran agama Nushairiyah tegak di atas dasar akidah yang rusak dan ritual-ritual ibadah yang usang hasil pencampur-adukkan dari ajaran Yahudi, Nashrani, Budha, dan Islam. Di antara akidah sesat kelompok Nushairiyah adalah:
1. Kultus individu yang esktrim terhadap diri sahabat Ali bin Abi Thaib dengan meyakini beliau adalah Rabb (Tuhan Yang Maha Menciptakan, Maha Mematikan, Maha Memberi rizki, Maha Mengatur alam), Ilah (Tuhan yang berhak disembah—edt), dan Pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk. Di antara bentuk penyembahan mereka kepada Ali bin Abi Thalib adalah semboyan agama mereka:( لا إله إلا حيدرة الانزع البطين ، ولا حجاب عليه إلا محمد الصادق الأمين ، ولا طريق إليه إلا سلمان ذو القوة المتين ..) “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Haidarah (Singa betina, julukan Ali—edt) ksatria yang terpercaya .Tiada hijab (penghalang) atasnya kecuali Muhammad Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur lagi terpercaya) Dan tiada jalan menujunya kecuali Salman Dzul Quwwatil Matin (pemilik kekuatan yang perkasa).”Dari semboyan mereka ini nampak jelas bahwa kelompok Nushairiyah lebih kafir dari kaum Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik sekalipun karena dengan ucapan ini mereka menyandarkan penciptaan dan pengaturan seuruh makhluk kepada Ali bin Abi Thalib. Sedangkan kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrik mengakui bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur urusan seluruh makhluk.
2. Mereka meyakini reinkarnasi, yaitu meyakini bahwa jika seorang manusia meninggal dunia maka ruhnya berpisah dengan jasadnya dan memasuki jasad makhluk lain. Baik jasad manusia maupun jasad hewan, sesuai jenis amal perbuatannya saat ia masih hidup. Jika amal perbuatannya baik, maka ruhnya akan menempati jasad manusia atau hewan yang mulia. Adapun jika amal perbuatannya buruk, maka ruhnya akan menempati jasad hewan yang hina, seperti anjing dan lain sebagainya. Hakekat dari keyakinan ini adalah meyakini bahwa dunia ini tidak akan rusak, tidak akan pernah berakhir, tidak ada kebangkitan setelah mati, tidak ada surga, tidak ada neraka…ruh akan senantiasa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya sampai suatu saat yang tidak akan pernah berakhir. Keyakinan yang rusak ini mereka ambil dari agama Budha, karena keyakinan reinkarnasi adalah salah satu pokok ajaran agama Budha.
3. Di antara pokok ajaran akidah mereka yang sangat mengakar kuat adalah kebencian dan permusuhan yang sangat keras terhadap Islam dan kaum muslimin. Sebagai bentuk permusuhan dan kebenciaan mereka kepada Islam, mereka menjuluki shahabat Umar bin Khatab dengan julukan ‘Iblisul Abalisah’ (rajanya para iblis). Adapun tingkatan iblis setelah Umar menurut keyakinan mereka adalah Abu Bakar kemudian Utsman.
4. Mereka mengharamkan ziarah ke kuburan Nabi Muhammad SAW karena di samping makam beliau SAW terdapat makam shahabat Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khathab.
Pada zaman dahulu keberadaan agama sesat Nushairiyah ini terbatas pada sebuah tempat di negeri Syam dan mereka tidak diberi peluang untuk memegang posisi dalam bidang pemerintahan maupun bidang pengajaran, berdasar fatwa syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Keadaan itu terus berlanjut sampai akhirnya penjajah Perancis menduduki negeri Syam. Perancis memberi mereka julukan baru ‘Al-Alawiyyin’ (keturunan atau pendukung Ali bin Abi Thalib), memberi mereka kesempatan mendiami seantero negeri Syam, dan mengangkat mereka sebagai pemegang jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan penjajah Perancis di Syam.
Adapun pendapat para ulama Islam tentang kelompok Nushairiyah…sesungguhnya para ulama Islam telah menyatakan Nushairiyah adalah kelompok yang telah keluar dari agama Islam (kelompok murtad), karena agama mereka tegak di atas dasar syirik, keyakinan reinkarnasi, pengingkaran terhadap kehidupan setelah mati, surga, dan neraka.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah ditanya tentang status kelompok Nushairiyah, maka beliau menjawab:الحمد لله رب العالمين .. هؤلاء القوم المسمون بالنصيرية هم وسائر أصناف القرامطة الباطنية اكفر من اليهود والنصارى بل اكفر بكثير من المشركين ، وضررهم على أمة محمد صلى الله عليه وسلم أعظم من ضرر الكفار المحاربين فإن هؤلاء يتظاهرون عند جهال المسلمين بالتشيع وموالاة أهل البيت وهم في الحقيقة لا يؤمنون بالله ولا برسوله ولا بكتابه ولا بأمر ولا بنهي ولا ثواب ولا عقاب ولا بجنة ولا بنار ولا بأحد من المرسلين قبل محمد صلى الله عليه وسلم ولا بملة من الملل ولا بدين من الأديان السالفة بل يأخذون من كلام الله ورسوله المعروف عند علماء المسلمين ويتأولونه على أمور يفترونها ويدعون أنها علم الباطن من جنس ما ذكره السائل …)
“Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Kelompok yang dinamakan Nushairiyah tersebut dan seluruh kelompok Qaramithah Bathiniyah (salah satu sekte Syi’ah yang ekstrim) yang lain adalah orang-orang yang kekafirannya lebih parah dari kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani, bahkan kekafirannya lebih berat dari kekafiran kebanyakan kaum musyrik. Bahaya mereka (kelompok Nushairiyah dan Qaramithah Bathiniyah) terhadap kaum muslimin lebih besar dari bahaya kaum kafir yang memerangi Islam, karena mereka menampakkan dirinya sebagai orang-orang Syi’ah yang loyal kepada ahlul bait di hadapan kaum muslimin yang bodoh. Padahal sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, perintah, larangan, pahala, siksa, surga, neraka, maupun seorang rasul pun sebelum Muhammad SAW. Mereka juga tidak mengimani adanya ajaran rasul dan agama samawi terdahulu apapun. Mereka hanya mengambil sebagian firman Allah dan sabda rasul-Nya yang dikenal di kalangan ulama Islam, lantas mereka melakukan ta’wil sesat yang mereka ada-adakan dan mereka klaim sebagai ilmu bathin semisal yang telah disebutkan oleh penanya di atas…”Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melanjutkan jawabannya sampai pada perkataan beliau: “Sudah diketahui bersama bahwa pesisir pantai negeri-negeri Syam jatuh ke tangan pasukan Nasrani (tentara Salib) dari arah mereka (kelompok Nushairiyah). Mereka selalu membantu setiap musuh Islam. Menurut mereka, di antara musibah terbesar yang menimpa mereka adalah kemenangan kaum muslimin atas pasukan Tartar…”Kenapa rezim Syiah Suriah begitu kejam?
Dikarenakan itu adalah perintah para imam mereka untuk membunuh ahlu Sunnah, yaitu umat Islam selain Syi’ah. Abu Abdillah, salah seorang imam Syi’ah, pernah mengatakan, “Ambillah harta para nashib –ahlu sunnah- dimanapun kalian mendapatinya, dan bayarkan kepada kami seperlima-nya.” (Jami’ul Ahadits Syi’ah, 8/532)Sangat mungkin jika kesulitan mendapatkan harta umat Islam dengan jalan mencuri, tidak segan-segannya mereka merampok atau membunuh muslimin tadi. Toh, dalam keyakinan mereka, darah umat Islam halal.
Hal ini juga dianjurkan dalam hadits Syi’ah yang diriwayatkan oleh Husain al-Bahrani, dalam kitabnya, alMahasin an-Nafsaniyah (hal. 166). Ia meriwayatkan dari salah seorang imam Syi’ah, bahwa imam itu berkata, “Sebenarnya kami para imam hendak memerintahkan kalian untuk membunuh mereka –umat Islam. Namun kami mengkhawatirkan kalian, kami khawatir salah seorang dari kalian terbunuh disebabkan membunuh mereka. Karena satu nyawa kalian, sungguh lebih berharga daripada seribu nyawa mereka.”Dan ada cukup banyak doktrin-doktrin pengkafiran Syiah terhadap kaum muslimin yang memungkinkan mereka termotivasi untuk membunuh kaum muslimin.
Siapakah yang jadi korban terbesar, ibu? Tepat seperti yang ibu katakan. Tak lain, kaum Ahlussunnah (Umat islam) atau 74% rakyat Suriah.
Ibu Dina yang semoga hidayah Allah segera menyapa Anda,
Atas semua kejadian di Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan sedih saat membaca pernyataan ibu yang ahistoris dan penuh distorsi sejarah, pula tidak faham akan kesesatan Syiah. Tak mungkin ibu rumah tangga seluar biasa ibu yang mengaku sedang menempuh doktoral, ingin negeri ini juga hancur lebur Suriah karena membela Syiah.Alhamdulillah banyak majelis dan da’i yang menjelaskan betapa berbahayanya Syiah. Bukan karena kebencian ngawur tapi kebencian terhadap kesesatannya.
Sangat berbeda dengan kebencian Syiah terhadap umat Islam seperti tercantum dalam doktrin-doktrin radikal Syiah di atas. Terkait dana, saya dan kami kaum muslimin tahu betul bahwa gerakan ini murni muncul dari kesadaran umat Islam Indonesia untuk mempertahankan aqidahnya dan membela agamanya. Mungkin ibu ingin menunjuk Saudi Arabia sebagai donatur proyek anti Syiah. Maka bila pun benar, itu tidaklah berbeda dengan yang dilakukan Republik Syiah Iran untuk program Syiahisasi dunia Islam. Justru hal ini menunjukkan bahwa ibu berada di pihak Syiah sekalipun ibu mengaku bukan Syiah.Saya mohon, ibu, cobalah Anti melihat lagi peta ideopolitiknya. Dalam konflik di Suriah, ada peran Syiah Iran. Dan yang turun ke lapangan untuk bertempur adalah muslimin yang sedang berjihad melawan rezim Syiah kafir Nushairiyah yang didukung penuh oleh Iran. Lalu, setelah kaum muslimin habis mereka akan terus mengekspor ideologi kebencian ini sehingga pembantaian kembali terjadi di negara-negara lain termasuk di Indonesia. Tidakkah ini puncak kejahatan?
Anti adalah intelekual dan akademisi. Anti juga seorang ibu. Dan saya adalah seorang bapak rumah tangga biasa. Saya mohon, Anti sejenak membayangkan bila anak-anak kita harus sengsara dan menjadi pengungsi, seperti jutaan anak-anak Suriah hari ini. Dan ini pun dalam skala kecil sudah terjadi, ibu. Ada 40-an orang Syiah, yang menyerang secara anarkis dan radikal kepada warga perumahan muslim Bukit Az-Zikra di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ada kelompok-kelompok anarkis Syiah yang selalu menganggu ibadah dan kajian umat Islam di berbagai daerah. Tidakkah kasih sayang seorang ibu yang anti bangga-banggakan, melingkupi mereka, ibu?
Ibu menyampaikan kasus Sampang sebagai contoh intolerannya umat Islam terhadap Syiah, menunjukkan bahwa ibu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Sebagai akademisi dan intelektual sudah selayaknya ibu membaca suatu peristiwa dengan timbangan yang patut dipertanggung jawabkan.
Ibu, ingatlah ungkapan Buya Hamka tokoh besar Islam Nusantara ini:“Ketika saya di Iran, datang empat orang pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan bersemangat mereka mengajari saya tentang revolusi dan menyatakan kenginannya untuk datang ke Indonesia guna mengajarkan revolusi Syiah itu di Indonesia. Boleh datang sebagai tamu, tapi ingat kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut Syiah!” Ujar saya.
Salaamun ‘Alaa manit taba’al hudaaBekasi, 17/2/2015,Wildan Hasan
Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat
Beberapa gembong Syi'ah Indonesia yang terpublikasi di media dari atas kiri: Haidar Bagir, Jalaludin Rahmat, Muhsin Labib. bawah kiri: Dina Y. Sulaeman, Khalid Al Walid, Haddad Alwi.
(Arrahmah.com) – Beberapa saudara muslim sudah ada yang mengenali dan mewaspadai beberapa tokoh syi’ah berikut ini. Namun mayoritas muslim belum, lantaran ada pengaburan dan tipu-tipu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ini. Mereka para tokoh syi’ah adalah orang-orang yang tampil di permukaan.
Menurut ustadz Farid Ahmad Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam: “Mereka yang ada di organisasi-organisasi syi’ah seperti ABI, IJABI dan lain-lain tidak melakukan taqiyah (berdusta untuk menyembunyikan keyakinan syi’ahnya).” Demikian ungkap ustadz kepada arrahmah.com beberapa waktu lalu. Mereka syiah tulen.
Saat ini mereka semakin berani dengan mulutnya mengatakan dirinya syi’ah, demikian pula dalam bentuk dukungan fisik material dan mental spiritual terhadap pengikutnya. Seperti terekam dalam kehadiran tokoh-tokoh ini di tempat pengungsi syi’ah Sampang, Madura, sebagai bentuk dukungan terhadap mereka. Berikut ini adalah tokoh-tokoh tersebut:
1. Jalaludin Rahmat
Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia. Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia.
Pendiri dan pimpinan SMA Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang.
Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.
Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura. “Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin
2. Dina Y. Sulaeman
Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang.
Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.
Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.
Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah, dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.
3. Haidar Bagir
Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.
Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.
Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.
Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).
4. DR. Khalid Al Walid, MA
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.
Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.
Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan salah duga”. Tanyanya.
“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN tersebut.
Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.
Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif kelompok syiah di Indonesia.
Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.
5. Muhsin Labib
Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.
Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.
Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”
6. Penyanyi Haddad Alwi
Dia adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoybah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.
Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.
Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib. Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”
(az muttaqin/arrahmah.com)
Surat Terbuka Dari Ust. Wildan Hasan Menjawab Dina Y Sulaeman
Redaksi – Selasa, 28 Rabiul Akhir 1436 H / 17 Februari 2015 19:23 WIBEramuslim.com – Dina Y Sulaeman, seorang penulis dan pemerhati Dunia Arab, kemarin telah menulis sebuah surat terbuka kepada KH. Arifin Ilham yang mendapat banyak perhatian dari umat Islam. Sayangnya, jika posisi Dina netral,seharusnya dia juga menulis surat terbuka kepada gerombolan syiah yang telah menyerang Majlis Az Zikra beberapa waktu lalu. Namun hal itu tidak atau belum dilakukannya.
Akhirya, Ustadz Wildan Hasan, Koordinator MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Kota Bekasi membalas surat terbuka Dina dan diuat dalam laman PKS Piyungan (17/2/2015).Inilah suratnya:
Bismillah. Salaamun ‘alaa manit taba’al hudaaPerkenalkan, saya Wildan Hasan, seorang bapak rumah tangga biasa, yang senang belajar dan menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di berbagai majelis ta’lim (^.^) .
fitr