Rky Evy,
Batik tanah liek belakangan digalakkan oleh urang Panyakalan (Solok) yang didukung oleh Menteri BUMN (waktu itu Ir Mustafa Abubakar). Isteri beliau adalah orang Panyakalan. Ada unit produksinya di situ.
Usaha batik ini tetap berjalan/diteruskan oleh dr Winda dan mandenyo Ir Darwina Hamzah Alidinar. Mereka sering ikut pameran bila ada iven urang awak, sekalian berjualan.
Tahun yang lalu ambo ambiek ciek, senang juga pakai baju batik tanah liek. Sayang rononyo capek lindok.
Salam,
Muchlis Hamid
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Batik Minang
Salam add Akmal, Hadi Saputra, Mang Gepe dan Sanak Palanta n.a.hNah.. sudah terjawab wacana mengembangkan calon batik Minang sebagaimana yang disampaikan bung Hadi Saputra.Rasanya tidak tepat jika Uni yang ditunjuk sebagai calon penggerak batik Minang ini. Uni tidak punya kompetensi untuk itu. Cukuplah Uni berposisi sebagai orang yang tegak merambah-rambah rumput yang tumbuh disekitar uni berdiri.Btw.. setelah Uni berburu batik Kaganga di kota terpencil di Curup di Bengkulu sana tahun lalu, waktu itu Uni berpikir " kota terpencil saja bisa menampilkan nama batik " Kaganga " , kenapa Minang tidak ? Batik kaganga mengambil motif tulisan asli suku Rejang. Bahkan ketika baju batik kaganga dipakai seseorang, ada peneliti dari Amerika yang terkaget-kaget saat membaca tulisan yang ada motif batik itu. Perempuan AS itu bisa membacanya tulisan yang ada di batik itu.!Sependek angan-angan Uni, ada yang menarik untuk dijadikan wacana motif batik Minang yaitu motif burung geseng atau burung hong sehingga tidak saja sekedar motif kaluak paku atau pucuk rebung atau motif motif yang ada pada kain " balapak " atau songket Minang. Burung geseng dan burung hong ini ada pula ceritanya..Seandai wacana batik Minang ini terwujud nantinya, maka biarlah batik tanah liek - tetap sesuai dengan fungsinya sebagai asesori pakaian perempuan (minang)menjadi selendang amay2 atau mande-mande. Karena warnanya konstan yaitu berwarna coklat tanah. Kurang menarik bila dikomersialisasikan.Tetapi.... untuk mengembangkan batik Minang sebagaimana yang ingin digagas kita gagas bagi penyuka batik, saran Uni sebaiknya kita mengikuti warna dan ragam masyarakat minang yang egaliter tetapi juga aristokrat yaitu merah--hijau--kuning--hitam, sebagai simbol ranah dua warna ; luhak dan rantau.Insya Allah warna ini hidup dan tidak kalah dengan batik Madura yang terkenal dengan kaya warna. Kebetulan Uni sudah pergi ke sentra produksi batik Madura di Tanjung Bumi, pulau Madura. Mereka asli menggunakan warna alam untuk pewarnaan batik seperti halnya batik tanah liek.Kemudian uni infokan lagi, bahwa batik Garut, batik Bengkulu, batik kaganga, batik Jambi, batik sasirangan (Kalteng atau Kaltim) semua menggunakan bahan yang sama yaitu bahan fiskin. Mereka tidak menggunakan kain mori karena memang bukan batik tulis. Seandain
--
Assalamualaikum ww,
Iko agak narsis saketek, family uniform ambo nan pakai batik 'tanah liek'
Wassalam