CIPEH-CIMEEH --BAKILAH -- GARAH JO GARAU (3)

114 views
Skip to first unread message

ricky avenzora

unread,
Apr 12, 2009, 7:14:47 AM4/12/09
to RN
Dear Rangkayo Hanifah serta Majelis RN Yang Mulia,
 
Mohon ijinkan saya untuk melanjutkan berbagi cerita tentang tema ini. Sebagaimana telah saya sampaikan terdahulu, maka berbagi cerita ini adalah TIDAK UNTUK MENGHAKIMI.
 
"ONDEEE,....HEBAT Angku kini yo!"
 
Suatu hari di penghujung tahun 93, saya sedang berjalan keluar kota bersama beberapa kawan. Kami semua berdelapan orang, yang salah satunya adalah "urang awak juo" yang usianya sekitar 7 tahun lebih tua dari saya. Ketika kami sedang makan malam di suatu restoran, maka tiba-tiba ada seorang lelaki yang menepuk pundak "sang urang awak juo" tadi.
 
Mr. X  : "Baa kaba.....?"
 
Mr. Y : " Allahu Akbar,..... Uda,.....baa kaba Da,....alah lamo bana awak indak basuo".
 
Setelah semua (kami) dan kawan tersebut saling berkenalan, ...maka terjadilah obrolan panjang lebar antara dua org berkawan tsb yang esensinya mereka saling bertukar informasi tentang apa saja yang telah terjadi selama 10 tahun mereka tidak bertemu. Tiba-tiba, kami semua tersentak mendengar suara yang menghentak.
 
Mr. X : "Ondeee,....HEBAT angku KINI YO!!"
 
Ketika mendengar suara itu, salah seorang kawan lain berbisik kepada saya.
 
Mr. Z : "Memangnya Mr. Y dulunya seperti apa?"
 
Pertanyaan Mr. Z hanya saya jawab dengan senyum sambil terus berfikir mengapa Mr. X bertanya seperti itu kepada Mr. Y. Sejauh yang saya tahu, rumah gadang Mr. Y adalah rumah gadang yang BABANDUA,...Ibu dan Bapaknya adalah kepala sekolah, dan perjalanan kariernya juga tergolong baik dan rasanya Mr. Y juga tidak pernah saya lihat tergolong individu yang menderita.
 
 
"Menurut benak saya, ...saya SARAN kan Bapak memilih yang itu saja"
 
Suatu hari saya sedang memfasilitasi suatu diskusi para mahasiswa pasca sarjana yang sedang akan melakukan suatu kegiatan bersama. Kami semua bersebelas orang, dan diantara 10 mahasiswa pasca sarjana tersebut terdapat seorang mahasiswa asal Sumbar yang besar di rantau  (sebutlah Mhsw X), sedangkan masiswa yang lain berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia, termasuk dari Jakarta.
 
Mahasiswa tersebut adalah mahasiswa campuran S2 dan S3, dimana sebagian besar diantara mereka adalah berlatarbelakang "manejer menengah" baik dari perusahaan swasta ataupun PNS yang sedang mendapat tugas belajar. Ketika diskusi sampai pada situasi harus memilih beberapa opsi, maka semua peserta diskusi memberikan pendapat masing-masing.
 
Mhs 1. : "Pak, ....bagaimana kalau kita pilih yang bla..bla..bla saja?".
Mhs 2. : "Pak, ....nampaknya yang bli...bli...bli...lebih sesuai dengan tata waktu kita".
Mhs 3  : "Pak, .....kalau kita pilih bla..bla..bla maka barangkali kita memerlukan
              da...da...da.".
Mhs 4 : "Pak, ....mungkin kita perlu juga untuk dam...dim...dam".
 
Ketika Mhs4 belum begitu selesai berbicara, tiba-tiba Mhs X  "MANYOLO" sbb :
 
Mhs X : " Menurut benak saya, ....saya sarankan Bapak memilih yang itu saja!".
 
Singkat cerita, sampai hari ini saya masih memonitor bekas mahasiswa saya tersebut tentang kemajuannya (termasuk kemampuannya berbahasa).
 
Saya cukupkan dahulu bagian 3 ini, dan seperti yang telah saya tulis pada bagian 1 dan 2, maka perspektif saya tentang tema ini akan saya sampaikan pada bagian akhir dari tema ini.
 
 
Salam,
r.a
 
 
 
 
 

hanifah daman

unread,
Apr 12, 2009, 10:08:47 PM4/12/09
to avenz...@yahoo.com, Rant...@googlegroups.com

Assalammualaikum WR WB bung RA. Baiklah, silakan di lanjutkan. Kayaknya seperti di jaman nabi musa, jawaban terakhir... Hanifah tdtap penasaran bgm dalam keadaan banyak waktu untuk kegiatan .... Tapi sekolah tetap lancar. Apa ktk di kelas bisa konsentrasi penuh ? Wass. Hanifah

ricky avenzora wrote:
> Dear Rangkayo Hanifah serta Majelis RN Yang Mulia,
>  
> Mohon ijinkan saya untuk melanjutkan berbagi cerita tentang tema ini. Sebagaimana telah saya sampaikan terdahulu, maka berbagi cerita ini adalah TIDAK UNTUK MENGHAKIMI.
>  
> "ONDEEE,....HEBAT Angku kini yo!"
>  
> Suatu hari di penghujung tahun 93, saya sedang berjalan keluar kota bersama beberapa kawan. Kami semua berdelapan orang, yang salah satunya adalah "urang awak juo" yang usianya sekitar 7 tahun lebih tua dari saya. Ketika kami sedang makan malam di suatu restoran, maka tiba-tiba ada seorang lelaki yang menepuk pundak "sang urang awak juo" tadi.
>  
> Mr. X  : "Baa kaba.....?"
>  
> Mr. Y : " Allahu Akbar,..... Uda,.....baa kaba Da,....alah lamo bana awak indak basuo".
>  
> Setelah semua (kami) dan kawan tersebut saling berkenalan, ...maka terjadilah obrolan panjang lebar antara dua org berkawan tsb yang esensinya mereka saling bertukar informasi tentang apa saja yang telah terjadi selama 10 tahun mereka tidak bertemu. Tiba-tiba, kami semua tersentak mendengar suara yang menghentak.
>  
> Mr. X : "Ondeee,....HEBAT angku KINI YO!!"
>  
> Ketika mendengar suara itu, salah seorang kawan lain berbisik kepada saya.
>  
> Mr. Z : "Memangnya Mr. Y dulunya seperti apa?"
>  
> Pertanyaan Mr. Z hanya saya jawab dengan senyum sambil terus berfikir mengapa Mr. X bertanya seperti itu kepada Mr. Y. Sejauh yang saya tahu, rumah gadang Mr. Y adalah rumah gadang yang BABANDUA,...Ibu dan Bapaknya adalah kepala sekolah, dan perjalanan kariernya juga tergolong baik dan rasanya Mr. Y juga tidak pernah saya lihat tergolong individu yang menderita.
>  
>  
> "Menurut benak saya, ...saya SARAN kan Bapak memilih yang itu saja"
>  
> Suatu hari saya sedang memfasilitasi suatu diskusi para mahasiswa pasca sarjana yang sedang akan melakukan suatu kegiatan bersama. Kami semua bersebelas orang, dan diantara 10 mahasiswa pasca sarjana tersebut terdapat seorang mahasiswa asal Sumbar yang besar di rantau  (sebutlah Mhsw X ), sedangkan masiswa yang lain berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia, termasuk dari Jakarta.

ricky avenzora

unread,
May 9, 2009, 6:45:03 AM5/9/09
to Rant...@googlegroups.com
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,
 
1. Setelah tertunda beberapa lama (karena sedang di lapangan), mohon ijinkan saya untuk kembali berbagi cerita ttg topik ini. Sebagaimana juga selalu telah saya sampaikan terdahulu, maka berbagi cerita ini adalah TIDAK UNTUK MENGHAKIMI.
"Ayah, ...kawanku orang Padang juga, katanya kalau di kampung aku bisa jadi anak buah dia"
 
 
Suatu hari setahun yang lalu, kami sekeluarga (saya, istri dan 3 orang anak) sedang berkumpul dan bercerita bersama. Seperti biasanya, setiap malam menjelang tidur kami selalu menyempatkan diri utk saling bertukar cerita atas hari yang telah dilalui seharian tadi.
 
 Kitto (6 thn) : "Ayah,...kawan sekolah ku dong orang padang juga"
 
Ayah  : "Oh ya,....asyik dong nak. Dimana kampungnya katanya?".
 
Kitto : "Wah aku lupa di mana tuch tadi katanya, aku belum pernah dengar nama tempat itu".
 
Ayah : "Kok gitu,....lain kali diingat dong nama kampung kawan itu, siapa tahu dia saudara kita,.....se kampung atau se suku".
 
Kitto : "Ah males,.....abis dia bilang aku anak buahnya".
 
Ayah : "Memangnya dia jadi ketua apa?".
 
Kitto (cemberut)  : "Gak, dia gak jadi ketua apa-apa, aku malah yang jadi ketua kelas".
                              "Gak tahu tuch kenapa dia bilang kalau di kampung aku bisa jadi
                               anak buah nya".
 
Saya tersentak mendengar cerita Kitto, dan menjadi lebih pusing lagi ketika tiba-tiba adek nya yang baru berusia 3.5 tahun dan Uni nya (19 thn) ikut pula bertanya dan berkomentar.
 
Addo (3.5 thn) : "Apa itu anak buah, Yah........kenapa Uda Kitto cemberut?".
 
Kana (wanita) : "Kenapa sich Yah ada anak orang yang ngomong SOTOY begitu,....dulu 
                         kawan SMA ku juga ada yang ngomong seperti itu".
 
Singkat cerita, malam Jumat tersebut menjadi malam yang sangat panjang bagi kami sekeluarga. Saya putuskan malam itu menjadi malam begadang bersama, kami keluar rumah dan pergi jalan keluar kota dan besoknya semua libur kuliah, sekolah dan bekerja karena kami liburan mendadak hingga Minggu malam nya.
 
Sungguh sulit bagi saya untuk menjelaskan persoalan tersebut pada anak saya, ....bukan sulit untuk menjelaskan ranji dan silsilah keluarga saya ataupun Ande nya, .....tapi sulit utk menghantarkan mereka agar bisa berfikir dan bertindak untuk TIDAK  "membalas" atau "meniru" hal-hal seperti itu.
 
Singkat cerita, hingga hari ini saya masih belum sempat utk bersilaturahmi dengan keluarga teman anak saya tersebut sehingga masih belum tahu apa gerangan yang menjadikan keluarnya bahasa spt itu dari anak yang masih sangat belia tsb. Sementara di sisi lain, 35-40 tahun yang lalu hal-hal tersebut Nenek, Datuak, Ibu dan paman-paman saya membisikan bahwa "jika salah" dalam berkata seperti itu bisa "denda adat" akibatnya (jika tidak ingin dikatakan perang kaum), atau "jika benar" apa yang dikatakan maka bisa "mati" menjadi tantangannya.
 
Saya cukupkan dahulu bagian 4 ini, dan seperti yang telah saya tulis pada bagian terdahulu, maka perspektif saya tentang tema ini akan saya sampaikan pada bagian akhir dari tema ini.
 
 
Salam,
r.a
 
catatan : SOTOY = istilah remaja saat ini untuk mengungkapkan kata "sok" (arogan).
 

--- On Sun, 4/12/09, ricky avenzora <avenz...@yahoo.com> wrote:

Nofend St. Mudo

unread,
May 9, 2009, 8:18:14 AM5/9/09
to Rant...@googlegroups.com
Da.

Dalam kehidupan bamasyarakat sewaktu masih sekolah dikampuang dulu, terutama SD, acok istilah2 anak buah ko dipakai dek kawan2, dek ado memang nan bagak dalam rombongan tu dikarenakan kenakalan dan gadang badannyo, sehingga nan ketek2 nan sapai jo inyo udah lazim juo dianggap anak buah, tentu babeda dengan anak buah yang mana kita sebagai karyawan/stafnyo.

Dan sampai beberapa bulan lalu, ambo masih mengartikan bahwa anak buah itu, adalah orang2 yang bisa diperintah atau karyawan dari orang2 yang menurut anak uda sotoy itu ☺

Kami (ambo jo katua miko) kecek da miko, antah bilo lonyo diangkek jadi katua, tapi kami rato2 sanang mamangianyo katua, dek memang inyo kami tuokan din an mudo2 di palanta RN ko, tapi untuangnyo lai ndak ma anggap kami anak buah.. hahaaa...
Beberapo bulan nan lalu kami bakunjung ka dangau pak Azmi Dt. Baagindo di Utara, dan seperti biasa kalau sesame member RN basuo, past iota kito hampia samo dipalanta, bamacam2 nan kito bicarakan, mulai dari topic nan angkek, permasalah di RN dlsb.
Dalam maota2 tu, pak Datuak acok mengatakan "Anak Buah" ambo di kampuang, dan akhirnya kami bertanya, apokah makasuik anak buah nan mak datuak sabuik ko sabananyo? Dan akhirnya beliau menjelaskan bahwa, anak buah yng baliau sabuik adolah anak kamanakan yangbeliau bimbiang dikaum baliau, jadi akhirnyo ambo ambiak kesimpulan dek mungkin di kampuang beliau sebutan ka anggota kaum/kamanakan adolah anak buah.

Memang kito alun tau, apo maksud anak buak nandikatokan kawan anak2 uda tersebut, tapi kok inyo kawan anak uda tu dari daerah yg samo jo carito diatas atau memang beranggapan demikian, dan inyo tau anak2 uda sasuku, mako dikatokan anak buahnyo pulo, antahlah....

Mungkin itu pulo sato sakaki dimanjalang malam minggu ko dari ambo da.


Wassalam
Nofend St. Mudo, Cikarang - Bekasi


On Behalf Of ricky avenzora
Sent: Saturday, May 09, 2009 5:45 PM

Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,

1. Setelah tertunda beberapa lama (karena sedang di lapangan), mohon ijinkan saya untuk kembali berbagi cerita ttg topik ini. Sebagaimana juga selalu telah saya sampaikan terdahulu, maka berbagi cerita ini adalah TIDAK UNTUK MENGHAKIMI.
"Ayah, ...kawanku orang Padang juga, katanya kalau di kampung aku bisa jadi anak buah dia"

Suatu hari setahun yang lalu, kami sekeluarga (saya, istri dan 3 orang anak) sedang berkumpul dan bercerita bersama. Seperti biasanya, setiap malam menjelang tidur kami selalu menyempatkan diri utk saling bertukar cerita atas hari yang telah dilalui seharian tadi.

Saya cukupkan dahulu bagian 4 ini, dan seperti yang telah saya tulis pada bagian terdahulu, maka perspektif saya tentang tema ini akan saya sampaikan pada bagian akhir dari tema ini.

Salam,
r.a

catatan : SOTOY = istilah remaja saat ini untuk mengungkapkan kata "sok" (arogan).

=================== CUT (yang bukan dari Aceh) ===========================


zalmahdi syamsuddin

unread,
May 9, 2009, 11:40:34 PM5/9/09
to Rant...@googlegroups.com
Sanak Nofend Yth.
Dinagari kami (nagari R.A), anak buah ko tamasuak sebutan yang terkesan agak melecehkan (kan baitu R.A. tolong koreksi bilo salah). Anak buah ko adolah yang bukan kamanakan langsuang, melainkan kamanakan malakek (istilah kamanakan malakek pernah juo ado nan maraikan di milisko) nan diistilahkan kamanakan dibawah lutuik.
Wassalam,
Zalmahdi Syamsuddin

--- On Sat, 9/5/09, Nofend St. Mudo <nof...@rantaunet.org> wrote:

From: Nofend St. Mudo <nof...@rantaunet.org>
Subject: [R@ntau-Net] Re: CIPEH-CIMEEH --BAKILAH -- GARAH JO GARAU (4)
To: Rant...@googlegroups.com
Date: Saturday, 9 May, 2009, 7:18 PM


Da.

Dalam kehidupan bamasyarakat sewaktu masih sekolah dikampuang dulu, terutama SD, acok istilah2 anak buah ko dipakai dek kawan2, dek ado memang nan bagak dalam rombongan tu dikarenakan kenakalan dan gadang badannyo, sehingga nan ketek2 nan sapai jo inyo udah lazim juo dianggap anak buah, tentu babeda dengan anak buah yang mana kita sebagai karyawan/stafnyo.

Dan sampai beberapa bulan lalu, ambo masih mengartikan bahwa anak buah itu, adalah orang2 yang bisa diperintah atau karyawan dari orang2 yang menurut anak uda sotoy itu ☺

Kami (ambo jo katua miko) kecek da miko, antah bilo lonyo diangkek jadi katua, tapi kami rato2 sanang mamangianyo katua, dek memang inyo kami tuokan din an mudo2 di palanta RN ko, tapi untuangnyo lai ndak ma anggap kami anak buah.. hahaaa...
Beberapo bulan nan lalu kami bakunjung ka dangau pak Azmi Dt. Baagindo di Utara, dan seperti biasa kalau sesame member RN basuo, past iota kito hampia samo dipalanta, bamacam2 nan kito bicarakan, mulai dari topic nan angkek, permasalah di RN dlsb.
Dalam maota2 tu, pak Datuak acok mengatakan "Anak Buah" ambo di kampuang, dan akhirnya kami bertanya, apokah makasuik anak buah nan mak datuak sabuik ko sabananyo? Dan akhirnya beliau menjelaskan bahwa, anak buah yng baliau sabuik adolah anak kamanakan yangbeliau bimbiang dikaum baliau, jadi akhirnyo ambo ambiak kesimpulan dek mungkin di kampuang beliau sebutan ka anggota kaum/kamanakan adolah anak buah.

Memang kito alun tau, apo maksud anak buak nandikatokan kawan anak2 uda tersebut, tapi kok inyo kawan anak uda tu dari daerah yg samo jo carito diatas atau memang beranggapan demikian, dan inyo tau anak2 uda sasuku, mako dikatokan anak buahnyo pulo, antahlah....

Mungkin itu pulo sato sakaki dimanjalang malam minggu ko dari ambo da.


Wassalam
Nofend St. Mudo, Cikarang - Bekasi


Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist. Download it now! </a

Indra Jaya Piliang

unread,
May 10, 2009, 1:59:08 AM5/10/09
to Rant...@googlegroups.com

Deklarasi Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto:
“Secara saksama dan sesingkat-singkatnya!”

Assalamu’alaikum Wr Wb

Terima kasih atas kehadiran saudara-saudara di tempat bersejarah ini. Tentu saudara-saudara datang untuk menyaksikan bangkitnya harapan. Harapan akan perbaikan kehidupan saudara-saudara semua. Harapan untuk mempercepat pencapaian tujuan-tujuan nasional bangsa Indonesia.

Indonesia adalah negara republik yang berbeda dengan negara-negara kerajaan dan teokrasi. Sebagai negara Republik, proses pemilihan para pemimpin dilakukan oleh rakyat. Bukan hanya untuk jabatan presiden dan wakil presiden, bahkan juga pemilihan ketua rukun tetangga dan kepala desa. Karena itu pula, kehadiran calon-calon pemimpin yang banyak bukanlah duri dari sebuah republik, melainkan pupuk yang subur bagi pohon demokrasi.

Maka dari itu, kita percaya bahwa seseorang terpilih, sesudah pemilihan umum itu sendiri dilaksanakan. Kami tidak sepenuhnya percaya dengan seluruh hasil analisa, survei atau pendapat orang-orang tertentu, betapa pemilihan presiden dan wakil presiden seolah-olah sudah selesai. Justru pemilihan umum itu baru saja dimulai.

Dan pihak yang memulai pertama kali adalah pasangan Jusuf Kalla-Wiranto. Kita tidak boleh ragu-ragu lagi. Insya Allah kita mampu menjalankan dengan baik. Kalaupun yang mendukung persyaratan pilpres adalah Partai Golkar dan Partai Hanura, saudara-saudara tentu sadar betapa yang dipilih adalah presiden dan wakil presiden, bukan pimpinan partai politik.

Sebagai bangsa, kita sudah berjalan selama ratusan tahun. Sebagai negara, kita diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, lebih dari 63 tahun yang lalu. Para pemimpin datang silih berganti. Soekarno dan Muhammad Hatta mendeklarasikan kemerdekaan itu di sini, di tempat ini. Tempat ini dulunya adalah Jalan Pegangsaan Timur No 56, kediaman resmi dari Ir Soekarno.

Sekarang, kami berdua berdiri di sini, dengan semangat yang sama dengan Soekarno dan Hatta, demi mengisi kemerdekaan Indonesia.

Soekarno adalah sosok yang gagah, brilian, visioner dan cepat mengambil tindakan. Muhammad Hatta juga visioner akan kemakmuran bangsa dengan karya dan pikirannya. Hatta memahami dengan sangat baik bidang ekonomi, sementara Soekarno mengerti masalah arsitektur, termasuk arsitektur bangsa ini.

Gabungan kepemimpinan Soekarno dan Hatta itulah yang memberikan inspirasi kepada kami, sehingga deklarasi secara terbuka ini diadakan di sini, di tempat ini. Kami jelas menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia, bahwa cita-cita perjuangan kami sama dan sebangun dengan cita-cita proklamasi dan cita-cita bapak proklamator bangsa Indonesia ini.

Proklamasi kemerdekaan menyatakan:
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.”

Kami tidak berbicara di sini tentang kemerdekaan, tetapi kami dan kita semua berbicara tentang pemilihan presiden dan wakil presiden untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Kami hanya ingin mengatakan:
“Hal-hal yang mengenai pelayanan pemerintahan, diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnja..”

Kita tahu, krisis multidimensional di segala bidang telah menghancurkan sebagian besar sendi-sendi kehidupan bernegara. Tetapi kita juga tahu bahwa bangsa ini bisa bertahan dalam krisis atas kekuatan rakyat. Di bidang ekonomi, justru ekonomi rakyatlah yang menyelamatkan bangsa ini. Ekonomi rakyat harus dijalankan untuk kemajuan bangsa. Pasar-pasar tradisional harus dipelihara, diperbanyak dan digunakan sebagai penyangga perekonomian nasional. Rakyat harus terlibat penuh dalam perekonomian.

Bukan hanya bidang ekonomi, tetapi juga bidang keamanan. Kita berterima kasih kepada masyarakat yang mampu mengamankan lingkungannya dengan sebaik-baiknya. Kita mengenal poskamling. Kita juga mengenal dengan baik kerjasama di kalangan rakyat dengan cara gotong royong, demi memperbaiki taraf hidup masyarakat. Rakyat sangat berperan dalam bidang keamanan. Bahkan dalam perang kemerdekaan, rakyatlah yang berada di barisan terdepan. Kami sadari itu dengan baik, betapa rakyat adalah soko guru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara presiden dan wakil presiden adalah orang-orang biasa. Presiden dan wakil presiden tidak bisa menjalankan semua hal dan segala hal berdua saja, tanpa rakyat. Karena itu pula, kami sebagai orang-orang biasa dan saudara-saudara semua yang hadir di sini atau yang tidak hadir di sini, patut bahu-membahu dalam membantu bangsa dan negara ini bertahan dan maju secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kami memohon restu dari saudara-saudara sebangsa dan setanah-air untuk mewujudkan itu.

Kita mencatat dan menghayati dalam hati nurani kita tentang tujuan kemerdekaan, yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan-tujuan itulah yang menjadi inti dari kehadiran kami berdua di panggung ini.

Tentu untuk mewujudkan hal itu, kami membutuhkan saudara-saudara semua. Satu suara dari saudara, anak-anak bangsa Indonesia, sangat berarti untuk mencapai tujuan-tujuan berbangsa dan bernegara tadi. Kita tidak boleh lagi malu-malu meminta dukungan dan memberikan dukungan, ketika ada orang yang merasa sudah memiliki dukungan penuh dalam pilpres yang baru saja dimulai ini.

Apabila menang dalam pemilihan presiden dan wakil presiden mendatang, maka kami: Pertama, melakukan pembinaan bagi bangsa yang aman dan sejahtera. Kedua, membangun ekonomi yang mandiri. Ketiga menjalankan pemerintahan yang efektif.

Untuk itu, kami menyatakan Deklarasi Terbuka Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2009-2014, bertempat di Tugu Proklamasi Jakarta, 10 Mei 2009. Atas nama kita semua: Muhammad Jusuf Kalla - Wiranto.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Catatan: Naskah ini mengalami beberapa penambahan, akan segera ditambahkan ke dalam naskah awal. Tetapi hanya beberapa tambahan kecil.


zalmahdi syamsuddin

unread,
May 10, 2009, 8:39:18 AM5/10/09
to Rant...@googlegroups.com
Semoga janji yang disampaikan melalui deklarasi Capres dan Cawapres ini dapat terwujud sebagaimana yang mereka niatkan.
 
Wassalam
Zalmahdi Syamsuddin, 53+, Jkt

--- On Sun, 10/5/09, Indra Jaya Piliang <pi_l...@yahoo.com> wrote:
From: Indra Jaya Piliang <pi_l...@yahoo.com>
Subject: [R@ntau-Net] Naskah Pidato Deklarasi Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto:
To: Rant...@googlegroups.com
Date: Sunday, 10 May, 2009, 12:59 PM

Deklarasi Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto:
“Secara saksama dan sesingkat-singkatnya!”

Assalamu’alaikum Wr Wb

-----  dikuduang ----------

Apabila menang dalam pemilihan presiden dan wakil presiden mendatang,  maka kami: Pertama, melakukan pembinaan bagi bangsa yang aman dan sejahtera. Kedua, membangun ekonomi yang mandiri. Ketiga menjalankan pemerintahan yang efektif.

Untuk itu, kami menyatakan Deklarasi Terbuka Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2009-2014, bertempat di Tugu Proklamasi Jakarta, 10 Mei 2009. Atas nama kita semua: Muhammad Jusuf Kalla - Wiranto.

Wassalamu’alaikum Wr Wb
   


Yahoo! Toolbar is now powered with Free Anti-Virus and Anti-Adware Software. Download Yahoo! Toolbar now!

adha jamil

unread,
May 10, 2009, 8:50:40 AM5/10/09
to Rant...@googlegroups.com
...syair sebuah lagu...

....kau yang berjanji ..
....kau yang mengingkari...

...kito harap jan sarupo jo syair di ateh...semoga..

Wassallam
Ajo Manih di Lapau Suduik..
--
visit http//come to/digitalworks a source for computer hobbyist

ricky avenzora

unread,
May 10, 2009, 9:57:54 AM5/10/09
to Rant...@googlegroups.com
Dear Pak Zalmahdi dan Pak Nofend,
 
1. Iya Pak Zal, benar bahwa di nagari kita (Sumaniak, Batusangka) istilah "anak buah" adalah istilah yang SANGAT SENSITIF (jika tidak ingin dikatakan sebagai TABU). Seperti sudah saya isaratkan dan saya suratkan dalam tulisan saya terdahulu, kesalahan penggunaan istilah tersebut bisa berdampak DENDA ADAT (jika tidak ingin dikatakan perang suku),.... bisa berdampak DIBUANG DARI ADAT,.... atau bahkan MELAYANGNYA NYAWA sebagai konsekuensi dari penghinaan krn menggunakan frase itu secara terbuka. Barangkali Pak Nofend tidak teliti membaca tulisan saya.
 
2.    Saya tidak tahu persis di nagari lain, tapi seingat saya istilah itu sama di semua luhak yang ada di Minangkabau. Saya juga tidak tahu bagaimana keluarga lain bertindak sebagai penghulu (seperti yang disinyalir oleh Pak Nofend), ......tapi yang jelas seperti ajaran kita orang Sumaniak maka seorang penghulu sangat menjaga lidahnya untuk tidak sampai mengeluarkan istilah itu.
 
Memang nagari kita Sumaniak saya fikir tergolong UNIK dan LANGKA, yaitu adat Dt. Parpatiah Nan Sabatang serta Adat Dt. Katumanggungan ditegakan sama kuatnya secara bersama-sama. Hal itu bisa kita lihat pada bentuk Balai Adat di Balai Okoak. Keberadaan Dt. Makhudum, keberadaan Haji Sumaniak, keberadaan Lareh Sumaniak, keberadaan Datuak Tigo Tungku Sajarangan (satu keluarga mempunyai 3 Datuak sekaligus), keberadaan Silek Tigo Niniak, keberadaan Mantiko Cirik Ameh, etc barangkali menjadi hal lainnya yang membuat nagari kita, Sumaniak,  menjadi bertambah unik dan langka.      
 
3. Pak Nofend, berkaitan dengan penggunaan istilah itu diantara anak-anak di sekolah memang menjadi diskusi yang sangat menarik pada anak-anak saya saat itu. Mereka (Kana, Kitto, Addo) telah kami tuntun untuk membuka mata tentang apa yang disebut orang jawa sebagai BIBIT, BEBET, BOBOT pada keluarga ayah dan ande nya,...... dan sejak dini mereka juga telah mulai kami tuntun untuk menjaga lidahnya.
 
Di satu sisi mereka SANGAT TAHU bahwa TIDAK ADA SATU ORANG PUN yang boleh bicara begitu pada mereka (apa lagi dari yang sesuku seperti yang Pak Nofend duga),  .....
dan mereka juga telah kami tuntun untuk menjalankan pepatah "bahasa menunjukan bangsa".........tapi di sisi lain krn masih sangat muda maka mereka belum mengetahui cara terbaik untuk mengatasi "keterlanjuran-keterlanjuran" yang terjadi dari kawan-kawan mereka dalam pergaulan mereka sehari-hari itu.  Sebagai penyaluran, .....maka malam itu ayah nya lah yang mendapat bombardir pertanyaan-pertanyaan......sehingga kami jadi pergi libur mendadaklah malam itu agar ada waktu  yang baik dan cukup untuk menjelaskan kepada mereka serta sekaligus melatihnya.  
 
 
4. Pak Nofend, .....topik CIPEH-cs saya buka berawal dari pertanyaan Rangkayo Hanifah  ttg pandangan saya mengenai susahnya orang Minang disatukan. Seperti yang selalu saya tulis pada setiap posting tema tersebut, bahwa berbagi cerita dg teman CIPEH-cs tsb adalah TIDAK UNTUK MENGHAKIMI, ....sehingga tidak ada motivasi dan interes pribadi di dalam hal itu. Semua itu diceritakan hanya dalam rangka berbagi pengalaman dan peristiwa yang barangkali ada hikmah dan pembelajaran yang bisa kita petik untuk kebaikan bersama di masa datang.  
 
Sebagaimana yg juga selalu saya tulis pada posting dgn topik ini, maka  perspektif saya pribadi dalam berbagai kejadian itu akan saya tuliskan pada bagian akhir dari topik ini nanti. Dari CIPEH-cs 1 s/d 4, saya fikir sudah cukup lengkap contoh kejadian dan pengalaman, barangkali ada 2-3 kejadian lagi yang akan saya tuliskan sebelum menutup topik ini.     
 
 
Salam,
r.a

--- On Sun, 5/10/09, zalmahdi syamsuddin <zsyam...@yahoo.com.sg> wrote:
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages