Ajo Duta,
Tentang “mengapa” ini entah berapa kali didiskusikan. Palanta RN pun sudah melahirkan “MAPPAS” yang –menurut pemahaman saya- akan menjawab pertanyaan ini. Di google juga ada group “WSTB” yang membernya beragam, mulai dari pebisnis pariwisata, akademisi, pemerhati, wisatawan, dan orang yang asal nyrocos seperti saya.
Di WSTB ada satu paper yang menarik tentang “mengapa” dan “bagaimana jalan keluarnya”. Paper berjudul “PARIWISATA SUMATERA BARAT, Kondisi saat ini dan Analisanya
----Sebuah pemikiran ---- tulisan Erlinda CK (Linda Pluto) ini mengemukakan secara gamblang tentang kondisi pariwisata Sumbar dan penyebab “tidak menariknya””
Sebagai konklusi, Linda mengusulkan tiga solusi yang perlu diprioritaskan, yaitu (1) adanya institusi yang mengelola pariwisata secara proper; (2) fokusnya jelas – tidak nyablak kemana2; dan (3) pendidikan masyarakat.
Paper “Linda Pluto” ini isinya sangat padat, tetapi cara penyajiannya sangat sederhana. Sayangnya, mungkin karena “kesederhanaan”nya, paper ini tidak menarik para “ahli” di kalangan urang awak. Para ahli awak lebih tertarik dengan teori2 yang tidak jelas pembuktiannya seperti trickle-down effect, multiplier effect dst.
Paper lengkapnya saya copykan di bawah (posting ini saya cc kan ke Linda, sebagai permintaan ijin ya, tengkiu)
Riri
Bekasi, l, 47
PARIWISATA SUMATERA BARAT
Kondisi saat ini dan Analisanya
----Sebuah pemikiran ----
Erlinda CK
Pariwisata merupakan indusri terbesar pada abad ini, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti sumbangan terhadap pendapatan dunia dan penyerapan tenaga kerja. Namun jika ditinjau lebih dalam lagi pariwisata merupakan suatu aktivitas kompleks yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang mempunyai berbagai komponen/subsistem, seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya dan komponen-komponen lainnya yang terkait. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pariwisata merupakan sebuah sistem, yang mana dalam hubungan antar komponen dalam sistem tersebut adalah hubungan saling ketergantungan dan saling terkait (interconnectedness). Hal ini berarti bahwa perubahan pada salah satu subsistem akan menyebabkan terjadinya perubahan pada subsistem yang lain, sampai akhirnya kembali ditemukan harmoni baru.
Gambar 1. Sistem Pariwisata
Yang tertulis diatas adalah sebuah teori Leiper yang sengaja saya kutip dari buku Sosiologi Pariwisata karya Prof. I Gde Pitana dan menurut saya bisa dijadikan sebagai dasar dalam menganalisa dan membuat sebuah perencanan dalam pengelolaan wisata di negeri kita pada umumnya dan khususnya di alam nan indah negeri Sumatera Barat ini.
Dari Gambar 1. diatas dapat kita lihat bahwa dalam sistem pariwisata di bagi menjadi 3 daerah utama yaitu
1. Daerah asal (origin)
2. Daerah antara (routes perjalanan), dan
3. Daerah tujuan (destination)
Dari gambar 1. sengaja saya buat lingkaran berwarna kuning pada Tourist Destination Region karena posisi Sumatera Barat disini adalah sebagai daerah tujuan wisata.
Sebagai daerah tujuan wisata maka kita harus menyediakan berbagai kebutuhan para wisatawan, agar tujuan kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi. Secara garis besar menurut saya ada 6 komponen yang harus disediakan oleh daerah tujuan wisata yaitu transportation, travel service, activity & attraction, acomodation, food service dan retail goods (Gambar 2).
Gambar 2. Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata vs kebutuhan wisatawan
Dari gambar 2 diatas sengaja saya berikan warna merah untuk bagian activity and attraction karena untuk komponen yang satu ini merupakan komponen yang paling vital dimana faktor ini merupakan faktor penyebab utama seorang wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Sudah jelas dan sudah diakui oleh semua orang bahwasanya Sumatera Barat memiliki komponen ini tidak hanya 1 atau 2 namun banyak. Yang termasuk di dalam activities dan attraction ini adalah objek wisata dan kegiatan-kegiatan masyarakat yang unik yang layak dijadikan sebagai fokus kunjungan wisatawan. Jika boleh saya menyebutkan obyek wisata yang ada di sumbar diantaranya adalah lembah anai, rimbo panti, harau, danau singkarak, danau maninjau, danau diatas danau di bawah, p. pieh, gunung marapi, gunung singgalang, gunung tandikat dan masih banyak lagi, mungkin jika saya sebutkan disini akan menghabiskan tempat karena setiap sudut negeri ini mempunyai daya tarik dan keindahan tersendiri. Bahkan dari sekian banyak tempat di Indonesia yang pernah saya singgahi, hanya disini saya temukan keindahan yang luar biasa di setiap sudut (Subhanallah).
Satu komponen vital sudah di miliki namun kenapa kegiatan pariwisata di negeri yang indah ini belum berjalan secara optimal??? Apakah karena komponen yang lainnya tidak ada, ataukah disebabkan oleh faktor lainnya. Tentunya menjadi pertanyaan yang harus kita jawab bersama dengan segera.
KONDISI SAAT INI
Menurut cara pandang saya, sebagai orang yang baru berada di Sumatera Barat (+ 10 bulan) saya memberikan nilai 8 (skala 10) untuk keindahan alam Sumatera Barat. Di mana-mana indah ke utara indah, ke selatan indah, ke timur indah, kebarat indah juga. Saya seakan-akan dikepung oleh keindahan alam yang luar biasa (subhanallah).
Pertama kali menginjakkan kaki di Sumatera Barat (kota padang) kesan rumah gadang langsung memberikan rasa yang berbeda kepada saya – sebuah keyakinan bahwa saya mendarat pada negeri yang akan menuntun saya menuju salah satu hoby saya yaitu budaya – kemudian saya menuju Bukit tinggi dan sepanjang jalan tak henti saya mengucapkan tasbih melihat keindahan alam yang luar biasa – ever green di sepanjang lembah anai – membuat saya semakin bersyukur di daratkan di tempat ini karena saya tahu bahwa Tuhan menuntun saya kepada tempat yang akan menyalurkan semua hoby saya – traveling dan adventuring.
Selama 10 bulan berada di negeri ini kebetulan saya diberi kesempatan untuk mengenal lebih dalam dan berkeliling ke negeri ini. Saya coba mengingat beberapa tempat yang pernah saya kunjungi dan saya mencoba memposisikan diri sebagai wisatawan sehingga menghasilkan sebuah penilaian terhadap bagaimana kondisi Pariwisata Sumbar saat ini. Adapun tempat tersebut antara lain :
1. Lembah Anai
2. Kota Bukit Tinggi
3. Pantai Air Manis
4. Danau Singkarak
5. Danau Maninjau-Puncak Lawang
6. Rimbo Panti
7. Lembah Harau
8. Danau Kembar
9. Pantai Pariaman
10. Gunung Marapi
Dari 10 tempat tersebut sebagai seorang wisatawan yang mencari sebuah keindahan alam saja saya merasa terpuaskan, namun sayapun sebagai seorang wisatawan membutuhkan sebuah kenyamanan dalam perjalanan saya dan tentunya fasilitas pendukung untuk pemuas kegiatan saya berwisata. Dan kenyamanan serta fasilitas pemuas itu yang tidak saya temukan di lokasi2 tersebut.
Kalau saya boleh memberikan penilaian tentang kondisi pengelolaan tempat-tempat wisata tersebut adalah sebagai berikut :
1. Unorganized (tidak terkelola)
Maksudnya adalah bahwa dari masing-masing tempat itu tidak ada badan pengelola khusus, bahkan tiket masuk kawasan yang bisa menjadi pendapatan negara saja tidak ada. Ditempat wisata itu yang ada hanyalah kelompok2 orang yaitu kelompak pedagang, kelompok penarik karcis parkir, kelompok penarik karcis masuk, kelompok pengamen dan kelompok2 lain yang mencoba untuk memanfaatkan tepat2 yang indah itu untuk mencari penghasilan bagi kepentingan pribadinya (Mohon maaf ini hanya sebuah penilaian saya pribadi)
2. Pemikiran masyarakat yang belum terbuka
Masyarakat Sumbar masih belum mau berfikir terbuka bahwasanya sektor pariwisata merupakan sebuah sektor yang sangat mungkin untuk diupayakan bersama dalam rangka meningkatkan taraf perekonomian. Banyak sekali perang kepentingan dan tarik ulur tentang tanah ulayat dan yang mengaku-ngaku tanah ninik mamak (mohon maaf jika salah penulisan) pada kawasan2 wisata ataupun hutan membuat orang enggan untuk berinvestasi di Sumatera Barat, tidak hanya di sektor pariwisata tapi juga di sektor lainnya. Selain itu keengganan masyarakat untuk berfikir terbuka menerima sebuah aturan sangat rendah, semuanya mau berjalan masing2 pokoknya asal menguntungkan pribadi sudah cukup, kesan yang ada adalah masyarakat TIDAK MAU DIATUR oleh aturan apapun yang asalnya dari luar kelompok mereka.
3. Pelaku pariwisata tidak punya jiwa customer service
Yang menjadi penilaian pemberi service untuk lokasi wisata saat ini tentunya adalah kelompok2 orang yang saya sebutkan sebelumnya (kelompok pedagang,kelompok penarik karcis dll). Dalam menjalankan kegiatannya di tempat wisata kelompok2 ini sangat jauh dari standar customer service jangankan untuk mencapai tingkat satisfication (kenyamanan)-tingkatan tertinggi yang di capai dalam customer service- bahkan untuk mendapatkan keramahan saja susahnya minta ampun. Mau bayar karcis musti dibentak dulu dan tidak ada karcisnya. Parkir harganya selangit dll
4. Premanisme dimana-mana
Ini kesan yang mendalam yang saya rasakan di masing-masing tempat. Yang pasti karena tidak adanya pengelolaan yang jelas serta tingkat pengangguran yang masih tinggi menyebabkan ini terjadi. Premanisme ini membuat saya sangat tidak nyaman. Sebagai contoh adalah ketika saya mengunjungi pantai air manis. Untuk menuju ke pantai saya harus membayar tiga kali (di pintu masuk ke desa, di pintu gerbang dan di kawasan pantai) ditambah dengan parkir. Jika di total maka saya harus membayar sebesar Rp.20.000 yaitu Rp.15.000 untuk tiga kali karcis masuk dan Rp. 5.000 untuk parkir kendaraan. Sebenarnya harga tersebut tidak terlalu mahal jika dibarengi dengan service yang memuaskan, namun karena tidak ada fasilitas dan service dan bahkan dalam menarik karcis dengan memaksa membuat saya merasa sangat tidak nyaman dan enggan untuk kembali lagi kesana.
5. Sampah, sampah dan sampah
Sebenarnya tidak hanya di sumbar yang mengalami permasalahan akan sampah, namun meskipun demikian hal ini tidak boleh dijadikan pemakluman bahwa memang itu sudah biasa terjadi. Sampah akan menjadi sebuah permasalahan besar jika dibiarkan begitu saja.belum menjadi besar dan terkenal kok sudah banyak sampah. Lokasi wisata menjadi tidak nyaman dan kurang enak dipandang. Jangankan di tempat2 yang mudah untuk dijangkau, bahkan dipuncak gunung Marapi saja sampah sudah sangat berserakan. Menyedihkan, kesadaran masyarakat kurang ditambah tidak adanya pengelola kawasan menyebabkan hal ini terjadi.
ANALISA
Apa yang menyebabkan pariwisata sumatera barat ini masih belum optimal tentunya harus di lihat secara menyeluruh. Menurut pendapat saya ada beberapa hal yang memang menjadi sangat penting untuk segera dilakukan pembenahan dalam rangka memajukan pariwisata sumbar. Menurut saya ada 3 hal yang harus dilakukan segerayaitu :
1. Pembentukan Badan Pengelola Pariwisata
Pembentukan badan wisata ini seperti misalkan -West Sumatera Tourism Board (WSTB)- yang mengkoordinasikan semua pengelolaan kawasan wisata yang ada di Sumbar. Selain itu Badan Pengelola Pariwisata ini juga bertugas untuk mempromosikan Pariwisata Sumbar serta mencari investor yang akan menggarap lokasi-lokasi obyek wisata yang ada di Sumbar.
WSTB bisa menjadi bagian dari pemerintahan Propinsi Sumbar atau terpisah sama sekali dengan pemerintah dan bertindak sebagai pihak ketiga yang memang profit oriented dalam pengelolaan pariwisata sumbar (menurut saya ini lebih direkomendasikan). Dengan membuat WSTB sebagai badan usaha dengan pengawasan langsung dari dinas pariwisata Sumbar maka akan mempercepat mengangkat pariwisata Sumbar. Hal ini karena jika bentuknya adalah badan usaha maka saya yakin akan lebih profesional dan memperhatikan kepentingan konsumen. Namun demikian pelibatan masyarakat sekitar kawasan harus menjadi fokius bersama.
Dengan adanya badan pengelola diharapkan permasalahan2 seperti premanisme, sampah,dan customer service serta fasilitas pendukung sedikit dei sedikit akan teratasi
2. Fokus
Saking banyaknya kawasan wisata, membuat kita bingung untuk memulai dari mana ada bagusnya kita fokus dalam mengelola kawasan yang ada. Fokus disini dimaksudkan adalah adanya mengelola kawasan satu per satu . Misalnya untuk 5 tahun pertama dikelola kawasan lembah anai. Selama 5 tahun tersebut kita harus fokus sampai menjadikan lembah anai ini bener2 dikelola dengan baik dengan promosi yang baik pula. Kemudian jika sudah berhasil mulai lagi di daerah lain, maninjau misalkan begitu seterusnya sampai semuanya terkelola semua – biar lambat asal selamat –
3. Pendekatan Masyarakat
Hal ini diperlukan terutama dalam rangka menyadarkan masyarakat akan pentingnya pariwisata bagi kehidupan masyarakat dan untuk membuat masyarakat lebih berfikir terbuka dalam segala hal.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
Selamat Ari Rayo Idul Fitri juo buek Ajo Duta, Pak Zulkarnain Kahar, jo Sanak Sapalanta,
Well, sabananyo promosi itu tetap ado Ajo Duta. Bahkan untuak buku Lonely Planet khusus Indonesia, Bukik alah tamasuak jadi target utama kunjungan wisata buek backpacker di Sumatera.
Kalo kecek kawan-kawan awak di Ranah Riau iko, urang Minang itu yang paling lamak, soalnyo karyawan minyak, sawik, bisnis, dsb cari pitih di Riau iko, tapi pitihnyo baputa dan ba abiahan di Minang. Pameo iko alah lamo tajadi dan awak pulo manjadi saksi dari kawan-kawan awak yang kabatulan karajo di oil business. Mengenai wisata, ambo setuju bana, ranah Minang labiah ancak daripado Bali, di Bali susah makanan, di ranah Minang sambuah. Cari pantai buek surfing ado, gunuang bajaja, aie tajun baserak’an..Kini tagantuang dari promosi awak sadonyo, indak harus dari pemerintah. Awak bisa pulo jadi “agen” perubahan pariwisata di kampuang awak. Mohon maaf bilo ado nan salah
BR,
~ Aldi (L, 46) ~
Marantau di Bumi Lancang Kuning
From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Zulkarnain Kahar
Sent: Friday, September 25, 2009 7:50 AM
To: rant...@googlegroups.com
Yesterday at 1:46am
Uploaded
via Facebook Mobile
Di Tanah Air banyak sekali tempat wisata yg sangat indah. Tapi kenapa turis yg datang sedikit sekali? Kenapa jumlah wisman kita pun minim. Kunjunganb saya ke Minang pun begitu. Masygul karena tempat2 wisata yg begitu dahsyat kok ngga bisa
ngejual. Di mana salahnya? Apakah semua pihak terkait dah urun rembug?
Bumi Minangkabau memang sangat indah, dari Danau Di Atas, Danau Di Bawah, 2 Lembah Harau, Jam Gadang, Pulau Sikuai yg alami di mana kita bisa melihat jelas ribuan ikan dari atas dermaga. Di Pantai Air Manis, Padang penduduk lokal meyakini bhw kapal dan Malinkundang
yg bersujud membatu bukan sebatas legenda, sebab ada peninggalan nyatanya.
Jas Bumi Minang kaya sumber alam nan elok, danau, bukit, pulau, laut, pantai, lembah, ngarai dan banyak lagi. Semua dahsyat plus penduduknya ramah tamah. Tapi kenapa wisatawan lokal dan nasional apalagi internasional hanya sedikit berkunjung? Gara2 minim info
dan promo? Infrastruktur yg minim dan serba buruk? Kurangnya kepedulian pemprov? Atau apa? Saya sering ke Bali. Saya mau katakan. Sumbar justru lebih memukau. Ada komen?
Assalammualaikum WR WB Ina. Waduh na, tabayang di ipah bara lasuahno makan rami-rami dun. Lamak sen sadono, walau sambano maco bada balado. Gulai cubadak atau gulai taoco ... apoli makan pakai bajamba hmmm ndak taraso sambia maota nasi abih sapinggan gadang dan ndak takao tagak li. Makan sarikayo talua di hari rayo, juo kabiasaan dirumah kami dulu Ina ...Sasudah makan nasi, baru makan sarikayo talua pakai katan. Sabalun lebaran lai ipah disoraki si idang, " pulanglah, bakumpua awak, si ina dan Yerri juo pulang ", mantun kato si idang. Tapaso senyum manis sen mambaco pasan si idang dun. Kabatulan bulan Oktober nanti si Ijul di wisuda, tantu ipah harus manyiapkan ongkos ka Sentul (katanya wisuda di Sentul ). Lagian ipah masih beluim berani di udara dingin, apoli kalau pulkam kan ipah langsung jadi tuan rumah. Siap menyambut tamu dari Payo kumbuah, Sijunjuang, Pasaman dan dari Padang dll. Kadang-kadang dari JKT. Wah kalau tamu dari Roxy JKT yang datang waduh suasanano miriplah jo dirumah Ina. Rameee. Tabayang sen bara lasuahno makan pical sikai dun. Duduak bagadincik. Tantu warung dun panuah jo kaluarga besar Ina ?? Ina, mudah-mudahan suatu saat kito bisa bakumpua baliak. Ipah alun pernah mancaliak rumah baru Yerri. Jadi nan tabayang dimato adolah jendela kamar rumah Yerri tampek Ina duduak mambaco komik he he he Wass Hanifah --- On Fri, 9/25/09, elisna elisna <elisn...@hotmail.com> wrote: |
Dinda Ajoduta dan para sanak sa palanta, Setelah mengamati baik-baik selama dua tiga tahun ini, menurut penglihatan saya, jawabannya hanya satu : susah sekali mengajak segala fihak terkait untuk duduk semeja, menyusun suatu 'master plan' pariwisata Sumatera Barat itu. Pertanyaan lanjutannya : mengapa demikian ? Hal ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar, yang perlu dibahas secara tersendiri. Wassalam, Saafroedin Bahar (Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) --- On Fri, 9/25/09, ajo duta <ajo...@gmail.com> wrote: |
Ha ha ha.... Ambo tagalak mambaco tanyo dari "anggota DPR RI" kito nan baru, Bung Ramadhan Pohan. Dan ambo galak manih membaco komentar Uda ambo Saafroedin Bahar. Kadua sanak ambo ko (tampaknyo) cinto ka ranah minang, dan tampaknyo sanak nan (kini) anggota DPR RI babedo pangatahuannyo dibandiangkan sanak ambo nan indak anggota DPR tantang ranah Minangkabau, atau khususnyo provinsi Sumatra Barat. "...... mengapa demikian ? Hal ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar, yang perlu dibahas secara tersendiri. ...." Ambo, sabagai anak Minang nan lahie di R.S. Ateh Ngarai (depan RRI) Bukiiktinggi, kamudian dibaok ayahmbo nan Polisi marantau kuliliang Sumbar, Padang, Pariaman, Sicincin, baliak ka Birugo... dan kamudian pindah total ka Jakarta (Okt 1970) sabana bangga (sakali lagi : bangga....!!!!) maliek kampuang halamanmbo nan indak baitu barubah satalah 39 tahun ambo tinggakan (kecuali sasakali pulang ka rumah kakak di Pakan Kamih, Tilkam, Bukiktinggi atau pulang ka rumah "anak mertua" di Lubuakbasuang. Kalau sanak Ramadhan Pohan mangatokan acok ka Bali, dan tampaknyo "sadieh" maliek ranah Minangkabau indak sarupo jo "Pulau Dewata" nan diekspos dan dikuras habih-2-an dek Pemdanyo untuak manadatangkan pitih bakantuang-kantuang, itu normal. Masalahnyo Lae Pohan indak mambumi jo kultur dan struktur alam Minangkabau, bukan???. Ambo sandiri, nana lah belasan kali ka Bali, panah pulo mainjakkan kaki di Singapura, Bangkok, Manila, Portdickson, Penang, Kualalumpur, Nagasaki, Nagoya, Osaka, Tokyo, Kuwait, Dahran, Port Said, Durban...dan sampai ke tujuan akhir kota Madinah dan Mekah, sabana bangga kalau hingo hari ko ranah Minang lai indak sampai meniru Bali atau tujuan wisata lainnyo nan erat jo "bisnis menyentuh maksiat" (haram dunia akhirat....!!!!). Paralu dunsanak katahui dan patrikan di kalbu nan dalam, Minangkabau itu adolah satu-satunya daerah nan spesifik di ateh dunia ko...!!! Di sampiang adaik istiadaiknyo nan indak bisa lapuak dek hujan atau lakang dek paneh, di kampuang kito itu ado masalah paham matriatschat nan --konon-- satu-satunyo di ateh dunia ko. (Manuruik pakar antrolopologi alm. Prof.Koentjaraningrat, di Amerika Selatan ado pulo komunitas nan mamakai sislsilah turunan ka induak/ bundonyo sarupo jo Minangkabu?). Kasanyo, di nagari kito salalu mengutamokan dan mamikiekan panjang pendek soal kaum padusi/ induak-induak. Kaum padusi kito latakan di ateh awak satingkek, supayo mulia dan tajago dari "kurenah jin setan". Sampai-sampai untuak harato (pusako tinggi) pun kaum Bundo mandapek hak untuak menguasoinyo, dan kaum kami (laki-laki) dapek tugeh mangawal dan menikmati hasil harato pusako. Jadi, kalau sampai hari ini ambo maliek ranah Minang sajak 39 tahun yll ambo tinggakan, saketek pun ambo indak sadieh ataupun membirutok ka Gamawan Fauzi, Zainal Bakar, Hasan Basri Durin, Azwar Anas, Harun Al Rasyid Zein atau Baharaoeddin Datuak Bandarobasa (BDB) nan panah manjadi BA-1. Masalahnyo apo? Minangkabau tu babedo soal struktur jo kultur rayaiaknyo dibandiangkan jo 32 provinsi lain di Nusantara ko, Sanakmbo. Di ranah Minang tu, banyak sakali pertimbangan "akhiraik" kalau ado Pemda ka mambangun kampuang manjadi tarang bandarang sarupo jo desa-des di Pulau Jawa. Master Plan di Sumbar itu, samanjak zamannyo Harun Zein alah di buek dek Pak Datuak asli Pariaman tu, Sanak. Masalahnyo, sampai hari ko, benturan utamo di nagari ambo nan tacinto dan ambo banggakan sampai nantik, adolah masalah tanah ulayat nan --manururik ambo pribadi-- indak ka bisa disalasaikan sampai saratuih tahun lai (manunggu Inyiek Datuak, Mamak Sako atau Mamak Adaik punah dari bumi Minangkabau...??) Silakan Pemda mambuek "master plan", blue print indah untuak mengubah Lembah Anai mirip Niagara di Kanada (lengkap jo kafe atau bar atau disko atau "salimuik hiduiknyo", mambuek pantai Paris (Pariaman) sarupo jo pantai Kuta di Bali (bahkan manuruik pamandangan ambo, pantai Pariaman mulai dari Sanua, Ulakan, Pasie, Stasiun KA Pariaman, bilo diolah hasilnyo malabiahi Kuta jo Sanur di Pulau nan anak nagarinyo baagamo Hindu, tu). Tapi.., Sanak jan malupokan Niniek Mamak, Candiaek cendikia nan acok ambo cogokkan via milis ko jo istilah Tungku Tigo Sajarang (Umara/ Pemda, Ulama/ inyiek surau, dan Cadiek cendikia/ Mak Datuak jo kamunakannyo). Bia mereka itu indak dapek pangkaik di mato penguasa, namun keewewenangannyo malabihi SBY (RI-1) dalam maatur nagarinyo sandiri. Ikolah sababnyo, Sanakmbo., mako Minangkabau tu indak kabisa diolah manjadi kota wisata saroman Bali atau sarupo Colorado, San Fransisko, San Diago, Pantai Pataya....dllsb. Di sampiang nan ambo kamukokan di ateh tadi, nan paliang "mambuek gaca" Ka-Da (baco : Bupati, Walkot atau Gubernur---.mm) di Minangkabau adoloh lagenda nyato nan luar biasa bukti di mato talanjang awak. Di kampuang ambo, Kabupaten Agam nan baibukota Lubuakbasuang, dari ampek Bupati Agam nan bakantua di Lubuakbasuang, alhamdulillah Arsito Munandar-lah nan "salamaik jadi manusia di Agam salamo 2 priode jabatan". Bupati sabalum baliau, manuruik catatan memori tangkurakmbo, ado nan katiko sadang manjabaik Bupati, paruiknyo busuang, bangkak..., dan katiko dipareso ---astaghfirullah alaziim-- dari paruiknyo banyak kalua aua/ batuang/ nan anatah dari ma asanyo. Tantu Sanak komunitas "rantau net" alun lupo pulo derita abadi nan ditangguang sanakmbo Anas Malik nan manjadi Pariaman-1 tempo hari. Sacaro nasional, katiko jadi Jubir Laksusda di Jakarta tahun 70-an, Letkol Anas Malik tu sangaik berprestasi di mato RI-1 (HM Soehrato). Makonyo baliau diplot untuak jadi Bupati di Kabupaten Padang Pariaman. Namun keberhasilan baliau (semoga Allah SWT memasukkan almarhum ke surga jannatun na'im..Amiinn==>.mm) mengubah pola hidup 'urang piaman" nan biaso tacirik di tapi lauik, mambuang sarok dima sajo..... manjadi seorang warga yang bersih & ka'fah..., berdampak terhadap "derita abadi"...... Hingga akhir hayatnya, Anas Malik mengidap (mohon maaf kepada keluarga) penyakit biriang di kuduak nan tak kunjuang cegak...!!! Sarupo tu bana, kejamnyo "alam takambang jadi guru" di kampuang halaman kito nan banamo Minangkabau. Sampai datiek ko, ambo "Si Padang" nan larek di rantau, dan sakali-sakali pulkam jo induak bareh ka Agam, masih maliek "ilmu gaib" nan baengko jo jin, rajo angek garang dari Pasaman, Batu Kambiang, Sukomananti, Singgalang, Marapi tu masih ado tasiso di tangah masyarakaik awak. Iko lah antaro lain Sanakmbo, mako lambannyo pambangunan di nagari ambo nan banamo Sumatra Barat. Ambo sabagai putra daerah ---nan maraso akrab jo saluruah urang awak di ateh dunia ko-- saketek pun indak panah manyasa kalau potret Minangkabau satalah 39 tahun ambo tinggakan, indak banyak barubah. "Iko Minangkabau, Yuang...!!!! Ambo raso, samakin banyak ambo (maklum mantan jurnalis & cerpenis di koran-koran) manulih di alam maya ko, samakin banyak pulo "karuntuang miang" urang lain nan tasemba. Padohal, saketek pun ndak ado mukasuik dari ambo untuk menyingguang urang lain. Maaf ambo pintak ka 'Da Saaf jo 'Bang Pohan, sakironyo tulisan dari mm ko mambuek dado Sanakmbo manggalagak pulo. Maaf.., maaaf dan maaf. Salam......................, mm*** (ado dima sajo) lk-2, >50th, Bks --- On Fri, 9/25/09, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf...@yahoo.com> wrote: |
Mohon saya ke Bapak Muchwardi Muchtar, janganlah agama ummat lain digaris bawahi, saya kutip tulisan Bapak Muchwadi Muchtar:
"( di Bali (bahkan manuruik pamandangan ambo, pantai Pariaman mulai dari> Sanua, Ulakan, Pasie, Stasiun KA Pariaman, bilo diolah hasilnyo malabiahi Kuta> jo Sanur di Pulau nan anak nagarinyo baagamo Hindu, tu)"
Karena effektnya bisa menjadi peluang yang beraromakan negatip, karena persepsi manusia kan ber-beda2 berdasarkan genetik, pendidikan, formal/informal, pengalaman, lingkungan dan status sosial, dll, dsb nya.
Belum tentu mayoritas penduduk asli Bali setuju akan perkembangan yang terjadi di Pulau Bali, akibat turismus. Karena PERKEMBANGAN itu kan bertahap2 dan MUNGKIN bersifat RANDOM yang tak diingini oleh siapapun.
Bapak Muchwardi lihat saja di Negara2 Teluk Parsi....... apakah itu juga benar menurut Bapak Muchwardi? Baik Pembangunan arhitektonis nya maupun estetika perkembangan, turismus serta sosialnya?
Maaf, beribu maaf, atas permohonan dan pertanyaan saya,
Muljadi.
-------- Original-Nachricht --------
> Datum: Fri, 25 Sep 2009 22:50:38 -0700 (PDT)
> Von: muchwardi muchtar <much...@yahoo.com>
> An: rant...@googlegroups.com
> Betreff: MINANGKABAU INDAK KABISA DISAMOKAN JO NAGARI LAIN....!!!!!!!======>Re: [R@ntau-Net] Re: Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> --- On Fri, 9/25/09, ajo duta <ajo...@gmail.com> wrote:
>
> From: ajo duta <ajo...@gmail.com>
> Subject: [R@ntau-Net] Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> To: rantaunet@googlegroups..com
> Date: Friday, September 25, 2009, 6:29 AM
>
> Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> Share
>
> Yesterday at 1:46am
> Uploaded via Facebook Mobile
>
>
> Di Tanah Air banyak sekali tempat wisata yg sangat indah. Tapi kenapa
> turis yg datang sedikit sekali? Kenapa jumlah wisman kita pun minim. Kunjunganb
> saya ke Minang pun begitu. Masygul karena tempat2 wisata yg begitu dahsyat
> kok ngga bisa ngejual. Di mana salahnya? Apakah semua pihak terkait dah
> urun rembug?
>
>
> Bumi Minangkabau memang sangat indah, dari Danau Di Atas, Danau Di Bawah,
> 2 Lembah Harau, Jam Gadang, Pulau Sikuai yg alami di mana kita bisa melihat
> jelas ribuan ikan dari atas dermaga. Di Pantai Air Manis, Padang penduduk
> lokal meyakini bhw kapal dan Malinkundang yg bersujud membatu bukan sebatas
> legenda, sebab ada peninggalan nyatanya.
>
> Jas Bumi Minang kaya sumber alam nan elok, danau, bukit, pulau, laut,
> pantai, lembah, ngarai dan banyak lagi. Semua dahsyat plus penduduknya ramah
> tamah. Tapi kenapa wisatawan lokal dan nasional apalagi internasional hanya
> sedikit berkunjung? Gara2 minim info dan promo? Infrastruktur yg minim dan
> serba buruk? Kurangnya kepedulian pemprov? Atau apa? Saya sering ke Bali.
> Saya mau katakan. Sumbar justru lebih memukau. Ada komen?
>
>
>
> (penulis bernama Ramadhan Pohan, pemred Jurnas, anggota DPR terpilih dari
> PD)
--
GRATIS für alle GMX-Mitglieder: Die maxdome Movie-FLAT!
Jetzt freischalten unter http://portal.gmx.net/de/go/maxdome01
Sanak di lapau,
Menarik pulo diinok2i perbedaan pandapek antara Apak Muchwardi Muchtar ko jo pihak nan lain di lapau kito ko. Sari pati nan dapek kito tariak: sebuah daerah punyo karakter budaya sendiri, nan harus dipertimbangkan dalam membangun masyarakat setempat.
Nan jaleh, setiap perubahan selalu didukung oleh satu pihak dan dikritisi dek pihak lain. Tgl. 29 Juli - 2 Agust 2009 lalu ambo ikuik mambaokan makalah dalam International Conference and Festival on North Balinese Culture di Buleleng, Bali. Dalam konferensi tu ambo dapek gambaran bahaso ado pihak2 dalam masyarakat Bali sendiri nan beroposisi terhadap pengembangan Bali sebagai daerah tujuan wisata utama dunia. Keberatan pihak nan baoposisi ko antaro lain: bahaso parisiwata Bali ko 'mengeringkan' aspek spiritual dari kebudayaan Bali; akibat pariwisata ko, kebudayaan Bali ditarik ke arah pragmatis sajo lai. Unsur religiositas kebudayaan Bali dinilai semakin menipis. Apo lai ado pihak2 di Bali yang keberatan kalau turis bule bisa pulo masuak pura, wilayah paling sakral dalam kepercayaan orang Bali.
Baitu juo di Sumatra Barat, ambo kiro. Satiok perubahan tantu badampak. Cuma sajo lai, sajauh ma kito dapek mangantisipasi dampak tu. Nan agak bedo kito jo masyarakat kito ko adolah: KALAU URANG ASIANG DATANG KA DAERAHNYO, INYO NAN CEDENRUNG JADI URANG ASIANG TU. Kalau di tampek lain nampak dek ambo: KALAU URANG SIANG DATANG KA DAERAHNYO, URANG ASIANG TU NAN CENDERUNG MANIRU MASYARAKAT SETEMPAT. Lieklah di Bali: urang asiang ko banyak lo nan mamakai saruang jo 'deta' ala Bali, tarutamo kalau inyo masuak wilayah2 tertentu nan disakralkan sacara agamo dek urang Bali.
Ciek lai, ambo setuju jo Pak Muljadi: soal maliek nagari sendiri jan basipaik CHAUVINISTIK bana. Kalau kito maambiak salah satu adagium antropologi: SATU KEBUDAYAAN CUKUP UNTUK MASYARAKATNYA SENDIRI. Jadi, andaknyo jan sampai bapandapek URANG MINANG (NAN ISLM) labiah hebat daripado URANG BALI (NAN HINDU). Kebudayaan Hindu Bali cukuik dan cocok untuak urang Bali; Kebudayaan Minang nan martilineal dan Islam cukuik dan cocok pulo untuak urang Minang. Nan ciek indak labiha rancak, indak labiah hebat, daripado nan lain.
Soal ide-ide perubahan nan "mamakan korban" itu alah hukum dunia mah. Indak di Minang, indak di Japang, salalu co itu. Meminjam slogan Adinda IJP "BERANI BEDA, BERANI BENAR". Anas Malik dapek biriang nan indak cegak2 dek mengubah perilaku urang Piaman, itu bukan berarti nilai minus untuak Baliau. Tuhan nan Kayo yg akan menilai: BARA TUHAN MAMBARI 'ANGKO' KA ALMARHUM ANAS MALIK, DAN BARA PULO URANG NAN MALAKEK'AN BIRIANG TU DAPEK 'PONTEN'. Nan jaleh, kebiasaan tacirik di tapi lauik tu memang lah barubah, lah rancak untuak lingkungan, baitupun untuak kesehatan masyarakat.
Harap pulo kito ingek: Minang nan awak liek kini alah sakian kali pulo barubah mah. Perubahan nan paliang 'dahsyat' yo di zaman Paderi. Pado zaman itu tantu ado pulo urang2 nan bapikia sarupo Pak Muchwardi Muchtar; kalau indak, mungkin indak ka bahadapan doh antara KAUM ADAT jo KAUM AGAMO wakatu itu.
Jadi, kasimpulan ambo: KITO BULIAH BARUBAH, TAPI TETAP HARUS ADO GARIS MERAH SEJARAH DAN KEBUDAYAAN NAN TETAP PARALU KITO PACIK TAGUAH DAN GANGGAM AREK, "BUNGKA NAN PIAWAI", kecek urang lamo. Sahinggo jatidiri keminangan kito, dari generasi ke generasi, tetap tampak, tetap eksis.
Banyak maaf dari ambo.
Wassalam
Suryadi yg daif
|
|
|
|
|
Santiang adiak kami, Lies Suryadi...!
Apo pun pandapaik adiek/ kamunakan/ dunsanak lain via alam maya ko soal Minangkabau, indak ka ambo bantah atau debat doh.
Tujuan utamo ambo manulih panjang lebar siang tadi dengan subject di ateh, adolah untuk mandapekan a kiro-kiro pandapaik dunsanak ambo nan lain.
Lagi pulo, ambo nan dikenal dek manusia tampaik ambo karajo (makan gaji) sabagai "urang nan sangaik kritis dalam sagalo hal", mampunyoi prinsip : "masalah dunia kito bulieh babeda pandapaik, tapi manyangkuik kiblat jo kitab suci, jan dimainkan..!!!"
===========================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
Wakatu pembahasan Perda Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pamarentahan Nagari
dulu, ambo takana, bakumpua cadiak pandai jo alim ulama dan komponen
masyarakat Minangkabau di rumah dinas Gubernur. Pertanyaan yang muncul
wakatu itu adolah, nagari seperti apo yang akan kito buek dan hiduikkan
baliak. Apo implementasi dari Adat Salingka Nagari-Ulayat Salingka Kaum
dalam situasi sosial, politik, dan hukum pada saat itu dan tantunyo
setelah perda 9 nantun alah jadi dan alah pulo barubah, pencarian itu
tetap berjalan. Pangalaman manunjuakkan, ternyata hukum termasuk hukum
adat sandiri, indak bakarajo di ruang hampa, inyo tumbuah bakambang dan
menemukan sebuah postulat jo prinsip setelah ado dalam interaksi antar
manusia nan manjalankan postulat itu. Karano itulah mungkin para ahli
manulihkan paralu mamparatikan substansi hukum, penegakan hukum jo
budaya hukum sebuah masyarakaik.
Sakitu tambahan dari ambo, memang "basilang kayu dalam tungku, disinan
api mangkonyo iduik".
Salam sambah dari ambo
Andiko Sutan Mancayo
Baraja ka alam Minangkabau, Baladang di Jakarta, Manaruko di Batam
Bia lah ambo caritokan juo baa pulo ambo balebaran ka ranah minang dari rantau ambo di Pekanbaru
Seperti lebaran tahun yang teralah (tahun yang sudah2 begitu) lah kudu wajib lo dek ambo jo klga kok badan ambo istri jo anak2 lai sehat walafait dan sehat pulo kantong he he. Pulang mudik ka Padang tampek ortu kakampuang dan bajalan2 di objek wisata ranah minang sarupo ka Bukik Tinggi maninjau dll
Ambo barangkek ari rayo kaduo dari pakan atau hari sinayan jo istri dan tigo anak ambo sabananyo ampek tapi nan nomor duo dibaok kakak istri ambo balebaran ka tanah jawa tapeknyo ka Solo kampuang suami kakak istri ambo
Pagi2 sakitar jam 9 an lah siap kondisi fit sadonyo barangkek dari rumah jo oto sampai sakiro jam 12 labiah di Pangkalan ambo singgah dikampuang konco palangkin ambo nan samo sakolah dari SD sampai SMA. Konco ambo ko marantau ka kota Medan.Satiok ambo pulang ka Padang dari Pakanbaru di alang alang hari biasonyo ambo pasti singgah ka rumah urang gaeknyo di Pangkalan
Ambo lah dianggap dunsanak atau bagian dari keluarga dek sudaro sudaro konco palangkin ambo ko dari ambo ketek sampai lah gaek kini satiok ambo ka kampuang konco ambo ko yo ndak banyak barubah suasana rumah atau kampuang kawan ambo ko masih sarupo itu sajo sambutan. Penuh keramahan dan kehangatan keluarga konco ambo. Ko. Disiko ambo dapek maambiak hikmah betapa dahsyatnya hubungan silatrahhim nan pernah diuraikan dek Pak Emi Kedahsyatan hubungan silaturahhim ko akan terbina dengan kuat dan timbul dari hati serta perasaan yang dalam jika semua itu tanpa basa basi dan tanpa pamrih tantunya dibina dengan saling memberi dan menerima (take and Give) realitis dan penuh logika juo ambo pikia jiko hanyo take take take sajo kito ka seseorang tantunyo indak dek urang indak dek awak kadang kadang mambuek urang susah sajo terutamo secara materi tapi paralu juo kito give give and give jadi ado caro take and give ko nan alami mengalir begitu sajo ado momen momen tertentu kapan kito harus take kapan kito harus give itu harus datang dari hati yang tulus dan penuh keridoan tanpa basa basi maka akan terjalin sebuah hubungan silaturahhim yang sejati
Nan namo lebaran ko yo wajib makan indak ado alasan untuak manulak nan ambo jo keluarga datang pas lo langkah "suok" aratinyo naik kaateh rumah kawan ambo ko jo kaki suok he he tapi nan sabananyo tantu langkah suok ko yo lah jam makan siang bana. Sampai manungg nasi saketek lai masak sadang tajarang kami shalat luhua bajamaah diruang tangah.
Lah salasai sholat diateh seprah duduk baselo makan basamo dai ujuang ka ujuang seprah lah tahidang bamacam samba
Basambuang ...Makan siang jo "Gulai Hongkong ala Pangkalan". Seruuu pokoknyo carito lebaran ko
Dari a to z ka ambo caritokan serba serbi suasana lebaran di ranah untuak sekedar melengkapi carito2 dunsanak nan mudiak lebaran ka Ranah
Ditunggu lo carito Diah S nan mudiak jauh2 dari Kalimantan ka Ranah baa suasana lebaran dikampuangnyo...mudah2an lah cegak sakik paruiknyo
JP _Lah di Pku
(diansua ansua bacarito ko yo ambo manyambia sajo dima wakatu luang bacarito dari kompor ketek saganggam tangan)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Amuah nyo,Akhirat jan di lapeh, awak tiru ajo Negara ttga Malaysia manampuang turih( infrastructure dibenahi di + jo ke Amanan/ke nyamanan), mudah2 an pitih tumah mambangun minang kabau nagari nan Elok.
Pmi-52
rom:
rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf Of muchwardi
muchtar
Sent: Saturday, September 26, 2009 12:51 PM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: MINANGKABAU INDAK KABISA DISAMOKAN JO NAGARI
LAIN....!!!!!!!======>Re: [R@ntau-Net] Re: Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi
Kok Sepi Turis!
Assalamualaikum w.w. Sanak Muwardi Muchtar dan para sanak sa palanta,
Ambo samo sakali indak bakabaratan jo komentar Sanak. Tantu sajo Minangkabau indak samo jo nagari lain. Lagi pulo kan memang indak ado duo nagari nan batua-batua samo.
Kalau memang nan sarupo kini alah sasuai jo kainginan kito, yo indak usah diubahlah.Taruihkan sajo baa nan taralah. |
--- On Sat, 9/26/09, muchwardi muchtar <much...@yahoo.com> wrote: |
Ambo baru marantau ndak jauh lo doh cuma jakarta se nyo, mengenai nagari kito tantu banyak ragam pikiran nan muncul dek banyak lo masyarakat punyo latar belakang pendidikan dan penglaman, kalau ambo caliak baik pa' Saaf Pa' Muwardi Muchtar,baik pa' Ramadhan pohan sadonyon punyo pikiran yang bagus dan sasuai jok pendidikan, dan pangalamannyo nan beliau punyo, kalau komentar ambo mungkin saketek babedo jok belia dek ilmu saketek pangalaman kurang.
Kalau bicaro jok Ranah Minang ambo punyo ide/pikiran, kalau nan dikiro buruak dek banyak pamikiran urang minag labiah rancak kito tinggalkan atau kito uabah, kalau ado nan elok labiah rancak kito patahankan, sabauk adaik minang kabau tu adolah ABS SBK nan samo2 kito patahankan, Alquran mangatokan Demi masa sesungguhnya orang itu merugi...silakan lajutkan sajo.
kalau Ranah minang itu sama atau indak barubah dari 39 thn yang lalu dima kito latakan ABS SBK?, kalu dunsanak kito nan basiarak taruih jok harato pusako nan indak jaleh hukumnyo, hanyo dasar adaik tapi indak basandi sarak apo lai jok kitabullah AL Quran, baa kiro nagari kito tu kini dan untuak salanjuiknyo?? ambo alun tau yolong ambo di kasih tau tantang tanah ulayat atau tanah pusako tinggi, atau tanah taruko dek dusanak laki2 nan badasarkan adaik dan joko tajadi bakacamuik di salasaikan jok agamo atau hukum fikih yang di pakai dalam islam...
Mari kita samo-samo mamikiekan nagari kito nan elok ko, supayo batambah elok, dan rakyatnya yang makmur baik nan ado dirantau maupun nan ado di ranah, nan buruak samo-samo kito buang nan elok samo-samo kito patahankan dan indak ado nan abadi di muko bumi ko doh, kito samo-samo akan kembali kepadaNya.
Wasalammulakum W.W
Sutan Zamzamir Chaniago
|
|
Assalamualaikum Wr. Wb. Yang terhormat, apak-apak ambo nan sadang mendiskusikan masalah pariwisata di ranah Minang. Sabalunnyo ambo perkenalkan diri ambo nan ketek ko: namo Andri, umua baru 37 th. Domisili di Kab. Padang Pariaman (Sungai Sariak, Kec. VII Koto). Ambo tertarik mengomentari isi diskusi ko dengan 2 alasan: 1. Masalah pariwisata di Sumatera Barat ko pernah manjadi bahan kajian ambo wakatu manyalasaikan S1 di FE Unand. 2. Sebagai seorang pegawai (PNS), ambo selalu mengikuti pembicaraan siapo sajo yang ikuik mamikiakan kemajuan ranah Minang. Sewaktu mangkaji pariwisata Sumbar untuak skripsi, ambo juo punyo pikiran nan samo jo apak-apak ambo yang gundah dengan perkembangan kepariwisataan di Sumbar nan indak maju sarupo di Bali (ambo pernah ka Bali sakali wakatu SMA dalam rangka study tour), samantaro testimoni ambo dengan perekonomian Sumbar adolah: Sumbar harus mamikiakan pariwisata sebagai salah satu sektor kemajuan ekonomi dengan berbagai pertimbangan bahwa sektor lain seperti pertanian, peternakan, pertambangan, dlsbnya tidak memiliki comparative dan competitive advantage dibanding daerah tetangga lain (Riau, Sumut, Jambi). Memang batua, diliek dari segi keindahan alam Sumbar ndak kalah jauh dari Bali bahkan labiah rancak... tapi ado nan ndak basobok di Sumbar dibanding Bali yaitu ritual budaya dan benda-benda budayanyo. Di Bali, satiok nafas kehidupannyo adolah hasil budaya bagi urang lain (tarutamo wisatawan asing) seperti misalnyo manyadiokan sesaji satiok hari di muko rumah, hari peringatannyo pun banyak, satiok diminta tampil untuak turis mereka siap sedia, ndak paralu latihan gai doh, ditambah jo industri kerajinan dan souvenir yg alah manjadi sumber penghidupan bagi mereka. Cubo bandiangkan jo awak... beda kan? Jadi walaupun ambo tetap teguh dengan testimoni ambo wakatu kuliah dulu, ambo sepakat dengan Pak Muchtar, bahwa ranah Minang itu beda dari daerah lain, ndak bisa disamokan dan ambo tidak ingin Minang diusahokan samo jo daerah lain karano Minang akan hilang kalau disamokan jo daerah lain. Selain itu, sajak diaktifkannyo sistim kelembagaan Wali Nagari dan perangkat2nyo (talapeh alun samparono jo indak samo dgn caro lamo) semangat jo iklim tagak banagari taraso iduik kini. Implikasinyo adolah, bahwa parintah dari ateh (Bupati/Walikota, Gubernur bahkan Presiden sekalipun) tak serta merta akan ditindaklanjuti oleh wali nagari dan masyarakat. Terakhir ambo ingin sampaikan (manuruik pandapek ambo) bahwa Sumbar ko maju dan berkembang seiring jo kesediaan masyarakatnyo manarimo kemajuan dan perkembangan itu sendiri. Dalam artian bahwa kemajuan itu ndak bisa dipaksakan kalau memang masyarakat itu alun ingin bakambang lai. Soal pariwisata tadi, padialah berkembang seiring keinginan masyarakat itu sendiri... bahkan dengan kondisi yg ndak samo jo Bali, manjadi daya tarik tersendiri lo bagi turis asing. Seperti contoh misalnya ado turis asing nan ingin marasokan sensasi mandaki dan manjalajah Ngalau Saribu di Harau 50 Kota dan menikmati caro iduik urang kampuang (makan jo piriang tanah liek, minum jo batok kelapa). Walaupun jumlah nan ingin mengikuti kegiatan iko saketek, yg penting turis datang, kultur masyarakat ndak tagaduah. Banyak maaf dari ambo nan ketek ko. Sakali mancogok, alah banyak otanya. Wassalam. ______________________________________________________________ Andri Satria Masri 37 th, tinggal di Kab. Padang Pariaman "Hidup Adalah Pengabdian Seumur Hidup Kepada Sang Maha Pemberi Kehidupan" --- Pada Sen, 28/9/09, fadhil zamir <fadh...@yahoo.com> menulis: |
|
|
|
|
|
Assalamualaikum Wr. Wb.
Yang terhormat, apak-apak ambo nan sadang mendiskusikan masalah pariwisata di ranah Minang. Sabalunnyo ambo perkenalkan diri ambo nan ketek ko: namo Andri, umua baru 37 th. Domisili di Kab. Padang Pariaman (Sungai Sariak, Kec. VII Koto).
Jadi walaupun ambo tetap teguh dengan testimoni ambo wakatu kuliah dulu, ambo sepakat dengan Pak Muchtar, bahwa ranah Minang itu beda dari daerah lain, ndak bisa disamokan dan ambo tidak ingin Minang diusahokan samo jo daerah lain karano Minang akan hilang kalau disamokan jo daerah lain.
Selain itu, sajak diaktifkannyo sistim kelembagaan Wali Nagari dan perangkat2nyo (talapeh alun samparono jo indak samo dgn caro lamo) semangat jo iklim tagak banagari taraso iduik kini. Implikasinyo adolah, bahwa parintah dari ateh (Bupati/Walikota, Gubernur bahkan Presiden sekalipun) tak serta merta akan ditindaklanjuti oleh wali nagari dan masyarakat.
Terakhir ambo ingin sampaikan (manuruik pandapek ambo) bahwa Sumbar ko maju dan berkembang seiring jo kesediaan masyarakatnyo manarimo kemajuan dan perkembangan itu sendiri. Dalam artian bahwa kemajuan itu ndak bisa dipaksakan kalau memang masyarakat itu alun ingin bakambang lai.
Soal pariwisata tadi, padialah berkembang seiring keinginan masyarakat itu sendiri... bahkan dengan kondisi yg ndak samo jo Bali, manjadi daya tarik tersendiri lo bagi turis asing. Seperti contoh misalnya ado turis asing nan ingin marasokan sensasi mandaki dan manjalajah Ngalau Saribu di Harau 50 Kota dan menikmati caro iduik urang kampuang (makan jo piriang tanah liek, minum jo batok kelapa). Walaupun jumlah nan ingin mengikuti kegiatan iko saketek, yg penting turis datang, kultur masyarakat ndak tagaduah.
Banyak maaf dari ambo nan ketek ko. Sakali mancogok, alah banyak otanya.
Wassalam.
______________________________________________________________
Andri Satria Masri
37 th, tinggal di Kab. Padang Pariaman
"Hidup Adalah Pengabdian Seumur Hidup Kepada Sang Maha Pemberi Kehidupan"
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
Maaf saya ulangi lagi Pak Muchwadi Muchtar, persepsi saya tentang serta maksud tulisan Bapak, tidak sama sekali negatip.
Tetapi isi tulisan Bapak Muchwadi Muchtar tersebut bisa dimaknakan dan diperalat oleh orang yang mempunyai pikiran cupat/adu domba dan atau orang ketiga yang beritikad negatip....adu domba......kan bisa terjadi hal2 yang kita tidak ingini Pak!
Juga banyak terima kasih saya terutama kepada Bapak Lies Suryadi dengan tambahan DATA (International Conference and Festival on North Balinese Culture di Buleleng, Bali. Sejarah Masa Paderi dll.) serta argumentasi yang bersifat konstruktip.
Tiada perubahan yang tanpa dampak, itu hukum dunia.
Introspeksilah diri masing2, serta berembuklah kaum cendikiawan ilmuwan, urang pandai Agama, kaum Adat, lahirkan pikiran2 yang konstruktip.
Memang ini usaha yang sangat berat sekali, tetapi jikalau tidak dimulai dari KEMARIN yachhhhhhh.......... kapan??????
Sementara negara2 tetangga lain sudah menimba/me-link turis2 kenegara mereka (Ingat strategi penerbangan Garuda yang........)
Wassalam,
Muljadi
BTW, mohon kepada seluruh dunsanak, seidealnya nama saya itu MULJADI tulisnya.
-------- Original-Nachricht --------
> Datum: Sat, 26 Sep 2009 04:33:16 -0700 (PDT)
> Von: muchwardi muchtar <much...@yahoo.com>
> An: rant...@googlegroups.com
> Betreff: Re: MINANGKABAU INDAK KABISA DISAMOKAN JO NAGARI LAIN....!!!!!!!======>Re: [R@ntau-Net] Re: Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
>
> Santiang adiak kami, Lies Suryadi...!
>
> Apo pun pandapaik adiek/ kamunakan/ dunsanak lain via alam maya ko soal
> Minangkabau, indak ka ambo bantah atau debat doh.
>
> Tujuan utamo ambo manulih panjang lebar siang tadi dengan subject di ateh,
> adolah untuk mandapekan a kiro-kiro pandapaik dunsanak ambo nan lain.
> Lagi pulo, ambo nan dikenal dek manusia tampaik ambo karajo (makan gaji)
> sabagai "urang nan sangaik kritis dalam sagalo hal", mampunyoi prinsip :
> "masalah dunia kito bulieh babeda pandapaik, tapi manyangkuik kiblat jo kitab
> suci, jan dimainkan..!!!"
>
> Jadi, pasan ambo, taruihkanlah manggali subjeck nan dikatangahkan sanak
> kito Ramadhan Pohan kamudian digili-gili dek sanak kito Saaf Bahar, dan ambo
> sipak baliek bola tu ka tangah lapangan...!!!!
>
> Kapado adiek/ kamanakan ambo di dapue "Rantau Net", sangaik diarokan
> partisipasinyo untuak mangumpuakan dan mandokumentasikan saluruah tulisan,
> komentar dari sanak sudaro awak di saluruah belahan bumi ko tantang subject di
> ateh.
>
> Insya Allah saripati dari tulisan-2 mungkin makin banyak dan malebar
> bisuak atau lusa, akan dapek kito angkek manjadi "BUAH TANGAN UNTUAK 'PROVINSI
> MINANGKABAU' ( ?? he hee..) DALAM MAMBANGUN NAGARI MANJADI MAJU DAN BERIMAN"
> .
>
> Tarimokasi, bake nan lain nan kamanulih pulo di milis ko.
> Salam...........................,
> mm***
>
> --- On Sat, 9/26/09, Lies Suryadi <niad...@yahoo.co.id> wrote:
>
> > From: Lies Suryadi <niad...@yahoo.co.id>
> > Subject: Re: MINANGKABAU INDAK KABISA DISAMOKAN JO NAGARI
> LAIN....!!!!!!!======>Re: [R@ntau-Net] Re: Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> > To: rant...@googlegroups.com
> > Judul: Re: MINANGKABAU INDAK KABISA DISAMOKAN JO NAGARI
> > LAIN....!!!!!!!======>Re: [R@ntau-Net] Re: Bumi
> > Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> > Kepada: rant...@googlegroups.com
> > Tanggal: Sabtu, 26 September, 2009, 2:30 PM
> >
> >
> >
> > Assalamualaikum Wr. Wb Bapak Muchwardi Muchtar!
> >
> > Mohon saya ke Bapak Muchwardi Muchtar, janganlah agama
> > ummat lain digaris bawahi, saya kutip tulisan Bapak Muchwadi
> > Muchtar:
> > "( di Bali (bahkan manuruik pamandangan ambo, pantai
> > Pariaman mulai dari> Sanua, Ulakan, Pasie, Stasiun KA
> > Pariaman, bilo diolah hasilnyo malabiahi Kuta> jo Sanur
> > di Pulau nan anak nagarinyo baagamo Hindu, tu)"
> > Karena effektnya bisa menjadi peluang yang beraromakan
> > negatip, karena persepsi manusia kan ber-beda2 berdasarkan
> > genetik, pendidikan, formal/informal, pengalaman, lingkungan
> > dan status sosial, dll, dsb nya.
> > Belum tentu mayoritas penduduk asli Bali setuju akan
> > perkembangan yang terjadi di Pulau Bali, akibat turismus..
> > Karena PERKEMBANGAN itu kan bertahap2 dan MUNGKIN bersifat
> > RANDOM yang tak diingini oleh siapapun.
> >
> > Bapak Muchwardi lihat saja di Negara2 Teluk Parsi.......
> > apakah itu juga benar menurut Bapak Muchwardi? Baik
> > Pembangunan arhitektonis nya maupun estetika perkembangan,
> > turismus serta sosialnya?
> >
> > Maaf, beribu maaf, atas permohonan dan pertanyaan saya,
> >
> > Muljadi.
> > -------- Original-Nachricht --------
> > > Datum: Fri, 25 Sep 2009 22:50:38 -0700 (PDT)
> > > Von: muchwardi muchtar <much...@yahoo.com>
> > > An: rant...@googlegroups.com
> > > Betreff: MINANGKABAU INDAK KABISA DISAMOKAN JO NAGARI
> > LAIN....!!!!!!!======>Re: [R@ntau-Net] Re: Bumi
> > Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> >
> > > jannatun na'im..Amiinn==>..mm) mengubah pola
> > > Subject: [R@ntau-Net] Re: Bumi Minangkabau Dahsyat,
> > Tapi Kok Sepi Turis!
> > > To: rant...@googlegroups.com
> > > Date: Friday, September 25, 2009, 11:59 PM
> > >
> > > Dinda Ajoduta dan para sanak sa palanta,
> > >
> > > Setelah mengamati baik-baik selama dua tiga tahun ini,
> > menurut penglihatan
> > > saya, jawabannya hanya satu : susah sekali mengajak
> > segala fihak terkait
> > > untuk duduk semeja, menyusun suatu 'master
> > plan' pariwisata Sumatera Barat
> > > itu.
> > >
> > > Pertanyaan lanjutannya : mengapa demikian ? Hal ini
> > merupakan bagian dari
> > > masalah yang lebih besar, yang perlu dibahas secara
> > tersendiri.
> > >
> > > Wassalam,
> > > Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
> > >
> > >
> > > --- On Fri, 9/25/09, ajo duta <ajo...@gmail.com>
> > wrote:
> > >
> >
> > > From: ajo duta <ajoduta@gmail..com>
> > > Subject: [R@ntau-Net] Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi
> > Kok Sepi Turis!
> > > To: rantaunet@googlegroups..com
> > > Date: Friday, September 25, 2009, 6:29 AM
> > >
> > > Bumi Minangkabau Dahsyat, Tapi Kok Sepi Turis!
> > > Share
> > >
> > > Yesterday at 1:46am
> > > Uploaded via Facebook Mobile
> > >
> > >
> > --
> > GRATIS für alle GMX-Mitglieder: Die maxdome Movie-FLAT!
> > Jetzt freischalten unter http://portal.gmx.net/de/go/maxdome01
>
--
Neu: GMX Doppel-FLAT mit Internet-Flatrate + Telefon-Flatrate
für nur 19,99 Euro/mtl.!* http://portal.gmx.net/de/go/dsl02