ORANG PADANG (MINANG) BERBAHASA INDONESIA

721 views
Skip to first unread message

jupardi andi

unread,
Apr 5, 2009, 6:56:59 AM4/5/09
to rantaunet rantaunet
Assalamualaikum Wr Wb
Adi Dunsanak Palanta RN
 
Iko kiriman dari kawan alumni ambo, menarik juo memang banyak bahaso Indonesia nan barasa dari bahaso kampuang awak
salamaik mambaco, mudah2an lai ado bamanfaat
 
---------------------Wass Jepe
 
Beberapa belas tahun yang lalu, saya pernah mendebat seorang teman yang berkata bahwa orang Padang tidak pernah bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Ia selalu merasa lucu jika bercakap-cakap dengan teman orang Padang karena bahasa mereka yang terlalu kaku baginya yang tidak berasal dari Padang. Kebiasaan orang Minang berbahasa Minang di dalam pergaulan sehari-hari, membuat logat orang Padang terasa kaku dan aneh ketika ia harus berbahasa Indonesia di lingkungan yang memaksannya untuk itu.

Kesal dengan pernyataannya, lalu, saya bertanya kepadanya, bagaimana logat yang benar itu? Apakah seperti orang Betawai yang banyak pakai "e" di belakang kata, Sunda yang banyak memakai "ak" di belakang kata, atau Jawa yang medok?

Ia diam saja ketika saya debat. Namun, di dalam hati saya tahu masalah dasarnya. Dahulu begitu banyak penulis asal Minangkabau yang mendominasi dunia sastra Indonesia. Namun, perlahan penulis-penulis etnis lain muncul dan memasukkan kosakata mereka ke dalam bahasa Indonesia. Kosakata yang dulu pernah disumbang oleh orang Minangkabau perlahan menghilang baik dari bahasa tulis maupun tutur. Bahkan di ranah Minangkabau sendiri mereka adalah sejarah.

Namun, tunggu dulu. Kata-kata itu hanya menghilang memori kita, tapi tidak dari memori bangsa. Setidaknya mereka masih ada di dalam kamus bahasa Indonesia. Berikut adalah sebagian dari mereka yang saya sisip ke dalam sebuah cerita fiktif.

...
Setiap hari saya ke kantor
meracak (mengendarai) mobil bersama dengan kanti (teman) saya. Bisanya kami bersirobok (berjumpa/bersua) di depan kompleks rumahnya. Namun, ada yang tidak saya sukai dari kanti saya ini. Setiap kali bersirobok, ia selalu menekek (menjitak) saya. Di dalam mobil ia sangat lasak atau lesek (tidak bisa tenang), picit (pencet) ini-itu. Setiap kali ia melakukan itu, saya harus memiuh (memelintir) dan memirik (mencubit) lengannya. Kadang-kadang ia membalas dengan melakak (memukul) saya. Bahkan kadang-kadang kue-kue yang saya bawa sebagai bekal makan siang sering linyak (penyek, pipih) ditindih badannya. Saya juga yang salah karena menaruhnya di atas kursi.

Dengan suaranya yang
garau (parau), ia sering mengeluh tentang nasibnya yang selalu udi (sial, malang). Ia mengaku bahwa ia bingit (iri) kepada saya yang entah kenapa garan (gerangan) selalu ia pikir lebih beruntung. Padahal menurut saya ia jauh lebih beruntung. Ia cerdas, cogah (gagah), tidak bongak (sombong/bodoh) ataupun uju (pongah). Badannya tinggi besar sehingga sering tersundak (terbentur) setiap kali keluar-masuk mobil saya. Satu hari ia pernah bercerita kepada saya tentang keluarganya dan cerita itu membuat hati lintuh (lunak).

Ia pernah bercerita bahwa ayahnya adalah
lanun (perampok) yang sering keluar-masuk penjara karena mencilok (mencuri). Di rumah mereka terlalu banyak anak yang harus diberi makan. Setiap anak selalu berebut makanan yang jumlahnya tidak seberapa dan makan dengan cangap (rakus). Ia sering kali hanya sempat mengiyam (mengenyam) sedikit walaupun telah rasan (basi). Uang hasil cilokan ayahnya selalu disimpan di dalam belek (kaleng besi) dan ditanam di dalam tanah menggunakan tajak (cangkul bertangkai lurus). Isi belek itu selalu ia tukuk (tambah sedikit-sedikit) setiap kali ia pulang.

Setiap kali ayahnya pulang membawa hasil cilokan, ibunya menjadi berubah. Ia sering
menggagau (berteriak tidak karuan) dan kadang-kadang seperti orang tengak (bingung, hilang akal). Tidak jarang ibunya mengejar bapaknya dengan lading (golok, parang) dan jika bapaknya tidak terkejar, ia melampiaskan kekesalannya dengan menutuh (memangkas) tanaman apapun yang ada di dekatnya sehingga tarah (rata) semuanya. Lalu, setelah beberapa lama ia akan terduduk lepai (lemah, lumpuh) di parak (kebun, ladang) tetangga. Ketika itulah, ayahnya selalu akan datang mendirus (mengguyur) si ibu agar sadar kembali dan berjanji tidak akan melanun.

Tapi, setelah itu, ayahnya tetap kembali menjadi lanun, tidak pernah tobat. Mereka semua selalu
terijuk (kecewa) oleh janji si ayah. Mungkin karena telah bosan dengan perangai ayahnya yang selalu icak-icak (pura-pura) tobat, saat itulah semangat ibu terlihat pudur (padam) dan ia membawa mereka semua ke rumah nenek.....



Lebih aman saat online.
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!

Boediman Moeslim

unread,
Apr 5, 2009, 11:45:57 PM4/5/09
to Rant...@googlegroups.com, jupardi andi
Wa'alaikum salam Warrahmatullahi wa barrakatuh,
 
Sangat menarik. Sungguh sangat menarik. Bahasa yang komplit dengan tutur yang tidak ditutup-tutupi. Kadang-kadang urang awak salalu manyalahkan urang awak juo (dari tulisan tu). Lidah urang awak sulik dipaelok-i. Yah, itulah dinamika dalam ba-bahaso. Perbendaharaan bahasa Indonesia sebenarnya banyak yang bersumber dari bahaso awak. Sekarang kita pilah antara dialeg (logat) yang banyak menggunakan e keras dengan penggunaan kosakata. Mungkin bahasa melayu yang selalu dipakai di zaman balai pustaka dulu banyak menggunakannya, sebab penulis banyak yang berasal dari Sumatera Tengah waktu itu (Sumatera Barat dan sekitarnya), sehingga dalam percakapan di dalam tulisan-tulisan maupun tulisan itu sendiri banyak menggaet bahasa rumpun melayu, termasuk dari Minangkabau. Sekarang, selain perbendaharaan kosakata banyak berasal dari luar (Inggris, Jerman, Belanda, dsb termasuk latin), banyak pula yang memasukkan dari bahasa ibu si penulis. Tidak jarang muncul bahasa ibu dari Jawa atau lainnya. Nah, untuk menghindari hilangnya "bahaso awak" dari arena tulis-menulis ini, rancak bana kalau awak masuakkan sakali-sakali bahaso nan barasa dari ranah awak. Seperti halnya tulisan dunsanak JEPE tu. He....he.....mungkin perlu digandengkan dengan tulisan ilmiah atau bahasa istilah yang banyak digunakan oleh urang-urang pintar (kalau indak bantuak iko kurang afdol katanya).
Sungguh sangat indah membaca tulisan dunsanak JEPE. Pasan ambo, dunsanak JEPE atau kawan-kawan lain ACOK-ACOKlah manulih nan banyak kosakata bahasa Minangnyo. Tapi, di dalam rangkaian tuilisan jaan kasadonyo bahaso awak, CIEK CIEK ado bahaso awak. Supayo urang lain nan indak barasa dari kampuang awak lai MENGERTI.
Tarimo kasih,
 
Wassalam,
Tan Lembang (L, 52+)
Lembang, Bandung
Banamo asli BOEDIMAN MOESLIM bin MOESLIM, basuku PILIANG.
 

--- On Sun, 4/5/09, jupardi andi <jupar...@yahoo.com> wrote:

From: jupardi andi <jupar...@yahoo.com>
Subject: [R@ntau-Net] ORANG PADANG (MINANG) BERBAHASA INDONESIA
To: "rantaunet rantaunet" <rant...@googlegroups.com>
Date: Sunday, April 5, 2009, 10:56 AM

Assalamualaikum Wr Wb
Adi Dunsanak Palanta RN
 
Iko kiriman dari kawan alumni ambo, menarik juo memang banyak bahaso Indonesia nan barasa dari bahaso kampuang awak
salamaik mambaco, mudah2an lai ado bamanfaat
 
---------------------Wass Jepe
 
Beberapa belas tahun yang lalu, saya pernah mendebat seorang teman yang berkata bahwa orang Padang tidak pernah bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Ia selalu merasa lucu jika bercakap-cakap dengan teman orang Padang karena bahasa mereka yang terlalu kaku baginya yang tidak berasal dari Padang.. Kebiasaan orang Minang berbahasa Minang di dalam pergaulan sehari-hari, membuat logat orang Padang terasa kaku dan aneh ketika ia harus berbahasa Indonesia di lingkungan yang memaksannya untuk itu.


Kesal dengan pernyataannya, lalu, saya bertanya kepadanya, bagaimana logat yang benar itu? Apakah seperti orang Betawai yang banyak pakai "e" di belakang kata, Sunda yang banyak memakai "ak" di belakang kata, atau Jawa yang medok?

Ia diam saja ketika saya debat. Namun, di dalam hati saya tahu masalah dasarnya. Dahulu begitu banyak penulis asal Minangkabau yang mendominasi dunia sastra Indonesia. Namun, perlahan penulis-penulis etnis lain muncul dan memasukkan kosakata mereka ke dalam bahasa Indonesia. Kosakata yang dulu pernah disumbang oleh orang Minangkabau perlahan menghilang baik dari bahasa tulis maupun tutur. Bahkan di ranah Minangkabau sendiri mereka adalah sejarah.

Namun, tunggu dulu. Kata-kata itu hanya menghilang memori kita, tapi tidak dari memori bangsa. Setidaknya mereka masih ada di dalam kamus bahasa Indonesia. Berikut adalah sebagian dari mereka yang saya sisip ke dalam sebuah cerita fiktif.

...
Setiap hari saya ke kantor
meracak (mengendarai) mobil bersama dengan kanti (teman) saya. Bisanya kami bersirobok (berjumpa/bersua) di depan kompleks rumahnya. Namun, ada yang tidak saya sukai dari kanti saya ini. Setiap kali bersirobok, ia selalu menekek (menjitak) saya. Di dalam mobil ia sangat lasak atau lesek (tidak bisa tenang), picit (pencet) ini-itu. Setiap kali ia melakukan itu, saya harus memiuh (memelintir) dan memirik (mencubit) lengannya. Kadang-kadang ia membalas dengan melakak (memukul) saya. Bahkan kadang-kadang kue-kue yang saya bawa sebagai bekal makan siang sering linyak (penyek, pipih) ditindih badannya. Saya juga yang salah karena menaruhnya di atas kursi.

Dengan suaranya yang
garau (parau), ia sering mengeluh tentang nasibnya yang selalu udi (sial, malang). Ia mengaku bahwa ia bingit (iri) kepada saya yang entah kenapa garan (gerangan) selalu ia pikir lebih beruntung. Padahal menurut saya ia jauh lebih beruntung. Ia cerdas, cogah (gagah), tidak bongak (sombong/bodoh) ataupun uju (pongah). Badannya tinggi besar sehingga sering tersundak (terbentur) setiap kali keluar-masuk mobil saya. Satu hari ia pernah bercerita kepada saya tentang keluarganya dan cerita itu membuat hati lintuh (lunak).


Ia pernah bercerita bahwa ayahnya adalah
lanun (perampok) yang sering keluar-masuk penjara karena mencilok (mencuri). Di rumah mereka terlalu banyak anak yang harus diberi makan. Setiap anak selalu berebut makanan yang jumlahnya tidak seberapa dan makan dengan cangap (rakus). Ia sering kali hanya sempat mengiyam (mengenyam) sedikit walaupun telah rasan (basi). Uang hasil cilokan ayahnya selalu disimpan di dalam belek (kaleng besi) dan ditanam di dalam tanah menggunakan tajak (cangkul bertangkai lurus). Isi belek itu selalu ia tukuk (tambah sedikit-sedikit) setiap kali ia pulang.


Setiap kali ayahnya pulang membawa hasil cilokan, ibunya menjadi berubah. Ia sering
menggagau (berteriak tidak karuan) dan kadang-kadang seperti orang tengak (bingung, hilang akal). Tidak jarang ibunya mengejar bapaknya dengan lading (golok, parang) dan jika bapaknya tidak terkejar, ia melampiaskan kekesalannya dengan menutuh (memangkas) tanaman apapun yang ada di dekatnya sehingga tarah (rata) semuanya. Lalu, setelah beberapa lama ia akan terduduk lepai (lemah, lumpuh) di parak (kebun, ladang) tetangga. Ketika itulah, ayahnya selalu akan datang mendirus (mengguyur) si ibu agar sadar kembali dan berjanji tidak akan melanun.


Tapi, setelah itu, ayahnya tetap kembali menjadi lanun, tidak pernah tobat. Mereka semua selalu
terijuk (kecewa) oleh janji si ayah. Mungkin karena telah bosan dengan perangai ayahnya yang selalu icak-icak (pura-pura) tobat, saat itulah semangat ibu terlihat pudur (padam) dan ia membawa mereka semua ke rumah nenek.....

Boediman Moeslim

unread,
Apr 6, 2009, 12:18:21 AM4/6/09
to Rant...@googlegroups.com, jupardi andi, Noviadi Edwar
Assalamu'laikum WW.
Untuak manyebarkan bahaso awak mungkin awak paralu bergrilya mamasang kosakata nan barasa dari bahaso induak awak. Baiak di buku-buku bacaan sarupo majalah, koran, komik dsbnya atau pun di tempat-tempat urang rami. Awak mungkin bisa baraja dari urang Sunda. Kabatulan ambo tingga di ranah Sunda. Banyak kosakata bahaso Sunda dipakai di babagai tampek. Misalnyo warung nan manjua babagai hasia dari UBI JALA, tatulih merk tokonyo TI-HUI. Awak manyangko warungko urang Cino nan punyo, tanyato awak salah sangko. Kato Ti-HUI tanyato barasa dari bahaso Sunda, nan berarti dari Ubi Jala. Ti = dari dan Hui=Ubi Jala. Ado pulo kawan nan mamiliki perusahaan tahu di Lembang, namo perusahaannyo Eng Sun LI, ikopun bukan urang Cino, tapi singkatan dari ENGkos SUNda AsLI. Tamasuak mampatahankan namo-namo daerah nan barasa dari bahaso nenek moyangnyo. Misalnyo Cicaheum, Cimbeuleuit, saderek, dsb. Mungkin sudah waktunya awak manaiakkan baliak bahaso-bahaso awak nan lah karam. Bahkan lah banyak anak cucu nan indak tau lai arati dari kosakata bahaso awak. Cobo tanyokan, tau ndak jo OSO (berasal dari Esa=satu). Kalau di daerah kami ado kata SINGGUO, banyak yang tidak tau artinya.........itu artinya GEMA.
Tarimo kasih JEPE jo kawan-kawan,
Wassalam,
 
Tan Lembang (L,52+)
Lembang, Bandung

--- On Mon, 4/6/09, Noviadi Edwar <noviad...@lpd.co.kr> wrote:

From: Noviadi Edwar <noviad...@lpd.co.kr>
Subject: [R@ntau-Net] Re: ORANG PADANG (MINANG) BERBAHASA INDONESIA
To: "Rant...@googlegroups.com" <Rant...@googlegroups.com>
Date: Monday, April 6, 2009, 1:28 AM

Kata “balado” sepertinya juga sudah menasional, terbukti dari banyak temen yg sempat saya tanyain mereke tidak tahu “balado” itu bahasa dari daerah mana, tetapi mereka tahu kalo “balado” itu adalah sesuatu makanan yang dikasih sambal, misalnya telor balado, kentang balado dll.

 


From: Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of yurpino wahid sinaro
Sent: Monday, April 06, 2009 8:18 AM
To: Rant...@googlegroups.com
Subject: Bls: [R@ntau-Net] ORANG PADANG (MINANG) BERBAHASA INDONESIA

 

Kini banyak juo kosa kata nan minangkabau abiis kecek anak mudo kini nan masih tapakai di media cetak Daerah ataupun Nasional

1. Cokok, ... polisi berhasil mencokok (menangkap) pencopet
2. Kiek, bahasa Indonesia menjadi kiat
3. Salengkoh, menjadi selingkuh
mungkin masih ado nan lain.

Yurpino Wahid St. Sinaro (+49 th)
Palembang
--- Pada Ming, 5/4/09, jupardi andi <jupar...@yahoo.com> menulis:


Dari: jupardi andi <jupar...@yahoo.com>
Topik: [R@ntau-Net] ORANG PADANG (MINANG) BERBAHASA INDONESIA
Kepada: "rantaunet rantaunet" <rant...@googlegroups.com>
Tanggal: Minggu, 5 April, 2009, 5:56 PM

 


Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com

Syofiardi BachyulJb

unread,
Apr 6, 2009, 12:35:58 AM4/6/09
to Rant...@googlegroups.com
Goenawan Mohammad urang nan paliang suko jo kato-kato sastrawan Minang. Inyo sanang jo cerpen AA Navis, balakangan jo cerpen dan pusi Gus tf. Bahaso sastrawan dari Minang manuruiknyo labiah dalam maknanya dan indah, seperti pantun dan peribahasanya.
 
Tapi itu tertulis. Urang menganggap aneh kalau urang minang berbahasa (lisan) Indonesia. Di satu acara ado nan banamo 'Sugeng', urang-urang mengguraui apakah yang dimaksud si 'SugEng' (e-nya keras), atau si 'Sugeng' (e-nya lemah). Siapa yang benar? (Ingat juga kasus 'kan' dan 'ken'-Jawa atau lidah Soeharto).
 
Ketika berbahasa Indonesia lisan, kita akan cepat tahu dari etnis mana si penutur: Jawa, Minang, Batak, Timor, Papua, dst. Urang Jawa acok manggalakkan urang 'Padang' babahaso Indonesia, bantuak itu pulo awak manggalakkan urang Jawa bahaso Indonesia. Subananyo indak masalah, karano beda dialek itu biaso, karano Indonesia adolah bahaso kaduo kito.
 
Apokah Pusat Bahasa punyo upayo agar bahasa Indonesia lisan diseragamkan pulo, sahinggo dialeg awak samo kasadonyo? Kalau ambo alun maliek upayo tu lai, sosialisasinyo lamah. Jan kan maurus dialek, maurus tertulis sajo lamah.
 
Syof (38+/Padang)
 

--- On Mon, 6/4/09, Boediman Moeslim <boed...@yahoo.com> wrote:


Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!

andi jepe

unread,
Apr 6, 2009, 4:48:30 AM4/6/09
to Rant...@googlegroups.com
Sanak Sof , Mak St Lembang dan Dunsanak RN

batua bana, ingek ambo dulu di jawa tu ambo digalakan medok babahaso
Indonesia tapi lidah (dialek ) ambo masih padeh bana atau yo minang
bana sampai kini pun..sebaliknyo kami urang Minang manggalakan juo
kawan nan medok Jawa ko berbahasa Indonesia kecek Sanak Syof tu

Ado juo kawan ambo..nan babaposokan bagaya2 Jakarta tu mangecek jo
dialeknyo nan batakan2 huruf E tu indak bebas sakareh baa awak
mangecek huruf E di Minang atau nan paliang kareh bana E tu tantu
Urang Batak..SUGEEENGGG (kawan nan tembak lansuang dari Minang) bukan
urang Minang nan lahia gadang di Jakarta/Jawa.

Tapi salihai-lihainyo akhir tahu juo kalau inyo urang Padang/Minang

kok ambo yo bajaleh-jaleh bananyo..yo indak pandai ambo manyuruak2an
lidah ambo kalau Urang Minang..kecuali bahasa tertulis ..yo lai pandai
ambo senek sarupo carito atau tulisan ambo "ber elu ber gua" kan ndak
bisa ditandoi do logatnyo..kok tertulis

Yo baitu lah saruman Sanak Syof caritokan...iko bahaso Ibu awak
bana..satiok daerah..punyo dialek "medok" tersendiri nan bisa awak
identifikasi dima asa urang ko

Tapi faktanya urang awak semedok2 nyo pasti bisa bahaso Indonesia..se
"udik-udik" nya orang awak bisa berbahasa Indonesia..walau logatnyo
kental Minang bana..walau berbahasa Indonesianya..dari hasil
terjemahan fikiran..yang akan diucapkannya..adalah bahaso Ibu (Minang)
kita bisa saksikan di Tipi..kalau ado komentar urang awak di
Desa...dipelosok..ketika ditanya jurnalis Tivi..dia pasti bisa
berbahasa indonesia berlogat atau gaya bahasa Ibu dan rata2 orang suku
lain...bisa menangkap apa yang dibicarakan.

Koreksi stek Mak SL..tulosan tu..bukan ambo nan mambuek..tapi
pakiriman kawan ambo..dari carito kawan ambo tu..ambo lai paham bana
kato2 tu sadonyo..ado nan paliang menarik dek ambo..

Yaitu UJU..iko bahaso kampuang bako ambo bana
Lah lamo bana ambo indak mandanga kato ko

Dikampuang bako ambo tu ko yo PONGAH urang..yo dikecek

“UJU paja tu mah”

Ciek lai TARAH..iko lah lamo juo indak ambo danga
Katiko sakolah dulu..gara-gara samo gadang sakolah

“Den TARA kapalo waang beko” aratinyo diratokan atau tampeleang dengan
kekuatan penuh tangan malayang..sambia gerakan meratakan he..he..he
(tabayang Pak)

Tu ado bagara-gara kecek jo kawan masalah TARA ko
Kok ado potongan rambuik abih bacukua..culun bana bantuak potongan
tantara (crew cut) jadul..lah bakecekan lo kawan ko

“Nde..ba TARA bana cukua rambuik waang mah”

Itu sajolah carito ambo

Wass-Jepe

Nofend St. Mudo

unread,
Apr 6, 2009, 9:17:03 AM4/6/09
to Rant...@googlegroups.com
Da JP

Kalua ambo dr topik stek, babarapo ari nan lewat ado tulisa da JP nan
mamakai "leyeh2", ambo baru tau kato2 ko samanjak acok duduak2 di
facebook, dek banyak status nan gadi2 sadang santai2.

Nan ka ambo tanyo, dimalo asa bhs iko? Karano salamo pergaulan ambo,
yo alun pernah tadanga lai, apo lai dikampuang kito dulu, kok bhs
indonesia, ndak mungkin ambo ndak tau, antah kok kosa kata gaul nan
baru, antahlah.

Pakaro penyebutan "E" ko diawak dlm pergaulan di jawa, yo acok ambo
diluruihkan dek kawan2 dulu, terutamo unt kato "kemana, kenapa,
pokoknyo nan pakai ke lah" dan akhirnyo tapaso maikui caro kawan jo
caro betawi, kmane, knape dll.

Kini ado lo cieklai bhs awak nan acok dipakai urang media, yaitu
"gadang", menggadang2 kan atau digadang2 kan, mengikuti balado dll.

Salam
Nofend, 33 cikarang

sjamsir_sjarif

unread,
Apr 6, 2009, 9:45:46 AM4/6/09
to rant...@googlegroups.com
Mungkin urang Indonesia kini lah banyak suko bagadang bagai.
--MakNgah
--- In Rant...@yahoogroups.com, "Nofend St. Mudo" <nofend@...> wrote:
.........

sjamsir_sjarif

unread,
Apr 6, 2009, 5:06:18 PM4/6/09
to rant...@googlegroups.com
Tapi, ambo raso dalam maaratikan kato-kato awak nan tadanganyo dipakai dalam Bahaso Indonesia,  awak paralu bahati-hati saketek. Misanyo "gadang" dapek salah mangarati.
"Bagadang" di awak (Bahaso Minangkabau) indak samo aratinyo jo "bergadang"  logat Betawi nan diadaptasi jadi Bahaso Indonesia kini.

Kalau dicaliak KBBI, Kamus Besar Bahaso Indonesia, labiah jaleh lai di KUBI Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta,, dan KUBI Badudu-Zain, ado tigo arati "gadang" cuma ciek nan aratinyo samo jo panagartian "gadang" dalam Bahaso Awak.  Nan duo lai, bergadang Betawi tadi dan cieklai aratinyo "ayakan" bulek rapek saroman ayakan atau ragai tapuang di awak.

Untuak akses online caliak KBBI
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Baitu juo labiah jauah lai, kata "jemput" Indonesia indak samojo kata "jemput" Melayu/Malaysia. Kata "jemput" di Malaysia, aratinyo "undang" atau "maundang", labiah sasuai jo kata "japuik" dalam konteks "urang japutan" di Piaman.

Jadi,  kok pai ka Malaysia ado kawan awak urang sinan sinan mangatokan "Anda dijemput untuk makan malam di rumah kami pukul tujuh malam nanti", jaan tunggu-tunggu pukua tujuah tu diharok-harok awak ka dijapuik kawan tu jo oto untuak datang karumahnyo.  Akibatnyo, kadu0onyo kecewa. Kawan tu kecewa, hidangan lah tasadio, tamunyo indak datang-datang pukua tujuah, sadangkan awak kecewa, kawan awak tu indak datang-datang manjapuik awak pukua tujua. Karano, mukasuiknyo "Anda  diundang untuk makan malam di rumah kami pukul tujuh malam nanti" ....

Salam,
--MakNgah


--- In Rant...@yahoogroups.com, "sjamsir_sjarif" <hambociek@...> wrote:
>
>
> Mungkin urang Indonesia kini lah banyak suko bagadang bagai.
> --MakNgah

andi jepe

unread,
Apr 7, 2009, 12:08:56 AM4/7/09
to Rant...@googlegroups.com
Nofend

Uda tahu jo istilah "leyeh2" ko sekitar tahun 2006, dari kawan nan
marantau di jakarta
katiko batanyo apo tu leyeh2..inyo jawek..ka ambo kok bahaso awaknyo
samo jo "mangalai-ngalai" atau sadang santai..rilek (mudah2an ambo
ndak di ota kawan tu kalau itu artinyo he..he..he)

Leyeh-leyeh atau mangalai-ngalai ko di perankan sangat pas oleh Alm
Benyamin S dalam sinetron Si Doel Anak Betawi..pasti Nofend manonton
ndak

Jadi Babe si Doel ko..kok lah leyeh2 bantuak iko gayanyo

Bakain saruang jo ikek pinggang gadang khas urang betawi..bakaos
oblong putiah ba kupiah agak miriang senek pasangnyo di kapalo...babe
pacik kipeh sate tangah hari duduak di balai-balai atau barando rumah
betawi...nan bakambangkan lapiak..tu Babe ko..sambia mangipeh2
dimukonyo ado kopi sa Mok gadang tu...

Sadang leyeh2 ko ndak ka talok bagai Mandra manggaduah do..kok
digaduah juo..hasilnyo pasti ribuik...jadi.."Leyeh-leyeh" tu yo pas
bana di peragakan dek Alm Benyamin S dalam sinetron si Doel tu

Ado penjelasan..lebih lanjut...Da Riri..silahkan ...

Wass-Jepe

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages