PADANG, HARIANHALUAN.COM - Banjir besar yang melanda Pangkalan,
Kabupaten Limapuluh Kota, Jumat (3/3), adalah petaka berulang. Persisnya
sejak PLTA Koto Panjang dioperasikan.
Hal itu diungkapkan tokoh muda Kabupaten Limapuluh Kota Bhenz Maharajo.
"Pengelola PLTA Koto Panjang harus turut bertanggung jawab terhadap
banjir yang melanda Pangkalan. Bencana itu datang karena aliran sungai
tersendat akibat bendungan PLTA," terang Bhenz, putera asal Situjuah,
yang juga Wakil Ketua KNPI Sumbar itu.
Menurut Bhenz, banjir di Pangkalan itu terjadi sejak PLTA Koto Panjang
berdiri. Banjir besar pertama tahun 1998. Sebelum PLTA berdiri, jarang
sekali Pangkalan dihantam banjir. Kalau pun ada, tak terlalu tinggi. Air
juga cepat surut. "Sejak 1998, atau sejak pengoperasian PLTA Koto
Panjang, Pangkalan jadi langganan banjir. Rakyat sengsara," papar
pengurus PW Al-Wasliyah Sumbar.
Limapuluh kota secara umum merupakan daerah tangkapan air dengan
beberapa sungai dan anak sungai seperti; Batang Mangilang, batang Samo
dan Batang Mahat. Meskipun hujan turun berhari-hari, tidak pernah
terjadi banjir besar. Karena, wilayah ini memiliki siklus banjir alami
yakni satu kali dalam 25 tahun. Namun, semuanya berubah sejak PLTA Koto
Panjang berdiri.
"Poin pentingnga, PLTA Koto Panjang nan dulu pembangunannya dibiayai
Jepang, lebih banyak mudaratnya bagi Sumbar dibandingkan untungnya.
Pemprov Sumbar dan Pemkab Limapuluh Kota harus bertegas-tegas dengan
pengelola PLTA, dan mencari jalan keluar permasalahan ini. Kalau tidak,
bencana akan terus berulang," tegas Bhenz.
Dana CSR PLTA Koto Panjang, konon kabarnya juga lari ke Riau. Pangkalan
dan Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota nyaris tak menikmati CSR.
Padahal, Sumber air dari sana. Pajak air permukaannya juga ndak jelas
bagaimana pembagian antara Riau dan Sumbar. "Jangan sampak, Sumbar,
khususnya Limapuluh Kota kebagian masalahnya saja," harap Bhenz. (*)
https://www.google.com/amp/pekanbaru.tribunnews.com/amp/2017/03/03/banjir-di-pangkalan-masjid-raya-ini-yang-terlihat-hanya-kubahnya-saja
LIMAPULUH KOTA, HARIANHALUAN.COM—Hujan deras yang melanda Kabupaten Limapuluh Kota menyebabkan banjir di Kecamatan Pangkalan. Bahkan aliran sungai di wilayah Pangkalan menyebabkan waduk di PLTA Koto Panjang mengalami kenaikan.
Informasi yang disampaikan dari akun media sosial @humaspolda_riau bahwa pihak Manajemen PLTA Koto Panjang bakal membuka lima pintu spillway (pembuangan air) setinggi 30 sentimeter hingga 50 sentimeter pada pukul 14.00 WIB.
Saat Ini Elapasi Air diwaduk PLTA Koto Panjang pada ketinggian 80,48 M yang masih dalam batas normal, namun pembukaan dilakukan karena tingginya curah hujan yang terjadi di wilayah Kabupaten Kampar dan Sumbar. Ditambah meluapnya air sungai kiriman dari Pangkalan Sumatera Barat, dan hulu Sungai Kampar membuat permukaan waduk terus naik.
Terkait hal ini, dihimbau kepada masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kampar khususnya disisi hilir waduk PLTA Koto Panjang untuk waspada apabila dilakukan pembukaan pintu air waduk PLTA Koto Panjang, maka wilayah hilir Sungai Kampar akan mengalami kenaikan ketinggian air.
Selain itu juga dihimbau agar masyarakat tidak beraktifitas dan menjauhi bantaran Sungai Kampar untuk keselamatan.
LIMAPULUH KOTA, HALUAN—Untuk yang kesekian kalinya, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dilanda bencana banjir. Meluapnya sungai Batang Maek yang membentang di kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Riau itu menyebabkan ratusan rumah warga setempat direndam air setinggi lebih dari 1 meter.
“Sampai sore tadi, air masih tinggi,”terang Nur Akmal, Sekretaris BPBD Kabupaten Limapuluh Kota, Jumat (3/3).
Hampir seluruh kawasan di Kecamatan Pangkalan, terutama di Nagari Pangkalan, Nagari Gunuang Malintang datar dengan air.
Tak hanya rumah, perkantoran dan sekolah tak luput dari rendaman air kiriman yang berasal dari utara Kabupaten Limapuluh Kota. Tak hanya rumah yang direndam, akses penghubung darat seperti jalan raya, tidak bisa dilalui kendaraan apapun.
Bahkan ratusan pengandara mobil dari Riau ke sumbar dan sebaliknya yang berada di Pangkalan, terjebak masih terjebak oleh banjir dan longsor.
“Banyak mobil yang terjebak di tengah banjir, terutama di antara lokasi longsor,”ucapnya. Dengan kondisi air yang belum surut tersebut, Nur Akmal mengkhawatirkan kondisi warga disana.
“Pasokan makanan pasti berkurang disana. Ini menyebabkan ribuan masyarakat di Pangkalan Koto Baru termasuk pengendara yang terjebak jadi kelaparan, diperkirakan ada ribuan masyarakat disana,”katanya lagi.
SIJUNJUNG, HARIANHALUAN.COM-- Banjir menggenangi ratusan rumah yang tersebar di delapan jorong yang ada di Kenagarian Kamang Kecamatan kamang Baru, Jumat (3/3).
Selain menggenangi pemukiman warga, bencana tersebut juga merendam seratusan hektar lahan pertanian, termasuk kebun sawit milik warga setempat serta membuat arus lalu lintas Sumbar-Pekanbaru macet. Curah hujan yang tinggi dan meluapnya tiga Sungai yang melintasi Kenagarian Kamang menjadi penyebab terjadinya banjir.
Tak hanya itu, banjir hampir saja memakan korban, yakni seorang warga yang terseret oleh derasnya air. Beruntung, nyawa pria yang beberapa menit bertahan di salah satu pohon untuk berpegangan itu dapat tertolong setelah seorang warga lainnya.
Kejadian menegangkan lainnya yakni, salah seorang warga berusaha melewati jalan yang dilintasi oleh derasnya arus banjir. Namun, sampai di tengah arus, motor yang ia bawa terseret beberapa meter. Lagi-lagi warga sigap membantu pengendara itu.
Seperti tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali, warga sepekat mengangkat motor yang ingin melintasi banjir. Terlihat, motor yang diangkat oleh empat orang dengan menggunakan dua potongan kayu.
Banjir di kawasan tersebut mulai terjadi sekitar pukul 06.00 WIB, luapan tiga sungai yang mengalir melalui kenagarian Kamang Kecamatan Kamang Baru, yaitu Sungai Batang Kering, Sungai Batang Lalo dan Sungai batang Moran yang melintasi desa tersebut.
Dari data sementara yang diperoleh pihak BPBD Sijunjung sekitar 468 rumah warga sempat terendam banjir dengan ketinggian air hingga 40 dan 60 sentimeter, namun ada juga yang terendam banjir dengan ketinggian air hingga mencapai satu meter lebih di Jorong Simpang Kamang dan Jorong Kamang. Tidak ada korban jiwa dalam bencana yang sebagian wilayahnya kini mulai surut tersebut.
"Kondisi air saat ini sudah mulai surut dibeberapa lokasi banjir di Kenagarian Kamang Kecamatan Kamang Baru, bahkan beberapa warga mulai membersihkan rumahnya dari sisa banjir," ujar Kepala BPBD Sijunjung Hardiwan SP saat berada dilokasi bencana.
Selain rumah, puluhan hektar lahan pertanian dan perkebunan milik warga yang rata-rata ditanami sawit dan padi ikut terendam.
Sementara itu personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sijunjung beserta Dinas Sosial dibantu Tagana, Polri dan TNI serta Pemuda Pancasila saat ini masih terus melakukan pemantauan lokasi dan mendirikan dapur umum.
SIJUNJUNG, HARIANHALUANHALUAN.COM-- Hujan yang terjadi sejak, Kamis
(2/3) malam, membuat sejumlah kawasan di Kecamatan Kamang Baru Kabupaten
Sijunjung terendam banjir.Ketinggian air mencapai antara 30 centimeter
sampai 60 sentimeter.
Seperti di Timpeh 4 dan 5 Nagari Kamang Kecamatan Kamang
Baru.Ketinggian air di jalan 30 centimeter.Namun di dalam rumah warga
mencapai 60 centimeter.
Tidak ada korban jiwa, namun aktifitas warga setempat terganggu.
“ Sekolah terpaksa diliburkan karena ketinggian air di jalan mencapai
30 sentimeter,” kata Bugus Budi Antoro kepada Harianhaluan.com melalui
pesan singkat, Jumat (3/3).
Menurut Bagus Budi, air mulai merendam wilayah Timpeh 4 dan 5 sekitar
pukul 03.00 IWIB.Kondisi itu selain disebabkan tingginya intensitas
hujan, banjir yang merendam kawasan itu, diduga aliran Batang Timpeh dan
Batang Kering tidak mampu menampung dan mengaliri air hujan.
“Saat ini, kawasan Timpeh 5 air mulai surut, tapi banjir masih mengancam karena kawasan itu masih diselimuti awan hitam yang disertai gerimis,” jelasnya.(h/azn)
PENANGANAN BENCANA PANGKALAN BAGALEBOH
BNPB Ancam Tarik Personel
“Pemkab Limapuluh Kota harus segera menyelesaikan seluruh administrasi yang diminta oleh BNPB. Jika belum, kami tidak bisa membantu dan akan menarik seluruh fasilitas dan personil BNPB ke Jakarta” Budi Erwanto.
“Memang belum selesai. Tapi, hari ini semuanya akan diselesaikan. Kemarin, kita fokus ke penanganan dan memastikan bantuan tersalurkan merata” Irfendi, Bupati Limapuluh Kota
PAYAKUMBUH, HALUAN – Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) meradang. Sikap jajaran Pemkab Limapuluh Kota yang tak juga menyelesaikan administrasi, menjadi pemicu marahnya lembaga penanganan bencana itu. Tak tanggung-tanggung, BNPB mengancam akan menarik seluruh personel dari lokasi bencana di Pangkalan Koto Baru dan Kapur IX ke Jakarta.
Bantuan yang sudah disalurkan, termasuk dua helikopter juga direncanakan akan ditarik, jika proses administrasi tidak juga diselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Sebab, tanpa kejelasan administrasi, BNPB juga tidak akan bisa berbuat banyak, termasuk menyalurkan untuk warga yang ditimpa musibah.
“Pemkab Limapuluh Kota harus segera menyelesaikan seluruh administrasi yang diminta oleh BNPB. Jika belum, kami tidak bisa membantu dan akan menarik seluruh fasilitas dan personil BNPB ke Jakarta. Ini tidak main-main. Seluruhnya mesti diselesaikan,” tegas Kasubdit Penanganan Darurat Bencana BNPB, Budi Erwanto.
Dijelaskan Budi, amburadulnya manajemen administrasi kebencanaan di Limapuluh Kota, menghambat kinerja BNPB. Apalagi, sekarang masa tanggap darurat juga diperpanjang. “Boleh-boleh saja memperpanjang masa tanggap darurat, tapi kami minta diselesaikan administrasinya dulu. Percuma BNPB di sini, kalau administrasi tak tuntas,” papar Budi Erwanto.
Budi yang merupakan mantan Kepala BPBD Damkar Padang menyebutkan, sejak personel BPBD berada di Kabupaten Limapuluh Kota, belum ada satupun administrasi seperti permohonan yang diminta BNPB diselesaikan Pemkab Limapuluh Kota.
“Kami juga bingung bagaimana membuat laporan pertanggungjawabannya nanti. Jika tetap tidak selesai sampai besok (hari ini-red), kami akan menarik seluruh personel dan fasilitas BNPB dari Kabupaten Limapuluh Kota dan kembali ke Jakarta,” tegas Budi.
Ditambahkan Budi, dengan tersendatnya administrasi, bantuan berupa uang Rp50 ribu setiap rumah dan bantuan lainnya tidak bisa disalurkan. Padahal, di Jakarta BNPB sudah siap mendistribusikan bantuan kepada Pemkab dan Satgas.
“Kami sudah mempersiapkan segala hal keperluan untuk bencana alam. Baik saat tanggap darurat selama tujuh hari pertama ini maupun perpanjangan sekarang. Termasuk bantuan Rp50 ribu setiap rumah selama sepuluh hari,” ungkap mantan Kasat Pol PP Padang itu.
Berkemungkinan, juga proses administrasi tidak juga siap, helikopter juga akan ditarik ke Jakarta. Padahal, keberadaan helikopter sangat penting dalam pendistribusian bantuan.
PADANG, HARIANHALUAN.COM—Banjir yang mengguyur Kota Padang dari pukul 15.00 WIB, Sabtu (11/3), hingga malam menyebabkan sejumlah aliran sungai meluap dan merendam puluhan rumah. Bahkan satu jembatan putus dihantam air bah.
Kawasan yang terendam banjir berada di Kelurahan Padang Basi, Batuang Taba, dan Kelurahan Baringin, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang.
Informasi dari Kalaksa BPBD Kota Padang Edi Hasymi, tim TRC dari Pusdalops sudah berada di lokasi untuk pengamanan dan evakuasi.
Karena dikhawatirkan terjadi banjir susulan, sejumlah warga di Simpang patai RW 2 Kel. Padang Besi diveakuasi. Termasuk 20 Kepala Keluarga (KK) di RT 1 RW 1 Batung Taba dievakuasi tim ke tempat yang lebih tinggi.
Hingga malam ini hujan masih turun dengan intensitas rendah, dan banjir sudah mulai surut. Sebagian warga ada yang kembali ke rumah untuk membersihkan sisa-sisa lumpur.(h/ina).
Editor : Rivo Septi Andries
LIMAPULUH KOTA, HALUAN – Pasca terjadinya bencana alam banjir dan tanah longsor di Kabupaten Limapuluh Kota, Jumat (2/3) silam, dua Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni sungai Batang Maek dan Batang Kapur yang membentang di Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Kapur IX mengalami pendangkalan.
Material longsor dan banjir yang terbawa ke dalam sungai membuat debit air semakin sedikit di tampung dan menjadi acuan bagi PLTA Koto Panjang untuk memperhitungkan ketinggian pintu air.
Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan mengatakan dalam tinjauannya kedua DAS ini pasca bencana banjir, terjadi pendangkalan yang cukup serius. Pengurangan debit air yang ditampung oleh sungai menurun drastis dan ini menjadi ancaman serius bagi Kabupaten Limapuluh Kota jika hujan lebat Jumat (2/3) kemarin terjadi.
Dijelaskannya, kondisi geografis di Kecamatan Pangkalan dan Kapur IX sangat labil. Daerah perbukitan dengan lembah yang curam membuat serapan air tidak terlalu tinggi. Ditambah lagi dengan adanya aktivitas galian C yang diduga menggunakan dinamit. Sedangkan sungai yang menampung dan mengaliri air akan cepat penuh serta meluap jika terjadi hujan lebat. Hal ini akan memberikan celah bagi alam untuk kembali mengamuk.
“Banjir dan tanah longsor di Pangkalan dan Kapur IX ini sudah menjadi penyakit yang menahun. Bencana seperti ini sudah berulang kali terjadi dalam 29 tahun terakhir dengan intensitas sedang dan berat. Jika tidak ada tindakan yang real, ditakutkan banjir yang meluluh lantakkan Pangkalan dan Kapur IX akan terjadi lagi. Contohnya banjir awal bulan Maret ini seperti ini juga pernah terjadi di tahun 2016 dan 2010,” kata Ferizal.
Terparah, pendangkalan terjadi di Batang Kapur yng bermuara ke Kabupaten Kampar,Riau. Sejak lima tahun terakhir, pendangkalan mulai terjadi dari Nagari Sialang ke Durian Tinggi, Batang Kapur setinggi 1-1,5 meter dari dasar aslinya. Bahkan sepanjang sungai ini, ribuan material turut andil dalam penyembitan badan sungai.
“Wajar jika nagari Sialang dan Batang Kapur terendam banjir. Pendangkalan di sungai ini sangat parah. Termasuk di Batang Maek yang menyempit di bagian hulunya. Jadi sangat mudah air meluap ke pemukiman penduduk,” Tambah Wakil Bupati Kabupaten Limapuluh Kota.
Akibat pendangkalan ini, tidak tertutup kemungkinan akan berpengaruh kepada kinerja turbin PLTA Koto Panjang dalam memproduksi listrik dan ketinggian pintu air. “Alangkah baiknya sungai ini dikeruk dan dibantu oleh pemerintah pusat agar Daerah Kabupaten Limapuluh Kota bisa terbebas banjir dan PLTA Koto Panjang bisa beraktifitas dengan baik,” tambahnya. (h/ang)