Ia mengatakan, perusahaan mobil mewah asal Jerman tersebut memesan
sebanyak 1.000 unit knalpot buatannya. Pemesanan sejak 2004 untuk masa
kontrak satu tahun. Setiap unit knalpot, kata dia, terdiri dua buah
bagian. Harga per uni, sesuai kontrak, Rp 2 juta.
Menurut pria 40 tahun ini, pihak Mercy juga sudah menghubungi lagi dan
menyatakan hendak memesan knalpot sebanyak 1.000 unit untuk mobil seri
terbarunya. “Kontrak tahun ini mudah-mudahan terealisasi, karena Mercy
selalu mengeluarkan seri terbaru setiap lima tahun,” ujar Agus.
Agus menambahkan, untuk pesanan mendatang kemungkinan akan ada
negosiasi ulang terkait tingkat kesulitan yang dihadapi bengkelnya.
Selain melayani pesanan Mercy, Agus mengatakan, knalpot buatannya juga
dijual untuk masyarakat umum di berbagai kota Pulau Jawa, Sumatera,
dan Sulawesi.
Knalpot buatan Agus untuk pasar lokal dijual pada kisaran Rp 35 ribu
hingga Rp 250 ribu per unit. “Produksinya rata-rata per bulan 500 buah
yang dikerjakan oleh sembilan pegawai selama 26 hari kerja,” rinci
pemilik perusahaan knalpot bernama Vanvolker Enterprise.
Meski punya merek, Agus mengaku tetap melayani pesanan. Di antara
knalpot pesanan adalah merek top seperti AMG dan Remus. Menurut dia,
knalpot yang diberi nama merek terkenal hasil desainnya, bukan
jiplakan. Pemilik merek, kata dia, mempersilakan nama produknya
dipakai.
“Tapi, saya yang rugi karena nama dagang saya jadi tidak dikenal. Apa
boleh buat, hal itu demi memenuhi keinginan konsumen meski sebenarnya
produsen pemilik merek dagang tidak membuat knalpot yang desainnya
saya rancang sendiri,” katanya.
Daerah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tidak saja dikenal sebagai
sentra industri bulu mata palsu dan rambut palsu. Industri rumahan
knalpot buatan warga Purbalingga juga berkembang sedemikian pesat.
Para perajin selama puluhan tahun mampu berevolusi dengan perkembangan
industri otomotif dunia.
Dirunut dari sejarahnya, usaha knalpot ini diciptakan oleh seorang
perajin sekaligus pengusaha dandang, wajan, hingga peralatan musik
gamelan yang berbahan dasar kuningan. Pelopornya adalah warga Desa
Pesayangan, Kec. Purbalingga Utara, Kabupaten Purbalingga, bernama
Hasan Yusuf (85). Usaha dandang mengalami titik nadir pada 1970 ketika
dirinya mengalami kebangkrutan. Hasan saat itu tidak putus asa, tetapi
berusaha mengembangkan usaha pembuatan knalpot. Pemasaran waktu itu di
wilayah kota besar seperti Jakarta. Usahanya dalam waktu singkat
mengalami kesukseskan.
Kemampuannya membikin knalpot, akhirnya ditularkan oleh Hasan kepada
anak cucu hingga akhirnya berkembang menjadi usaha yang ditekuni
sebagian besar warga di kecamatan setempat.
Hasan tak hanya mengajar teknik pembuatan, tetapi juga sistem
pemasarannya. Kini pasarnya berkembang hingga seantero nusantara. Atas
jasanya, Desa Pesayangan dijadikan pusat industri besar knalpot. Di
ujung jalan Pesayangan pun kini berdiri patung pekerja yang sedang
memahat knalpot.
Ribuan warga menyandarkan hidupnya dari usaha pembuatan knalpot.
Makanya, knalpot menjadi satu trade mark daerah Purbalingga.
Usaha ini sekarang terus berkembang tak sebatas pada sistem
pemasarannya, tetapi kualitas juga kreativitas, inovasi, hal lainnya
yang lebih menentukan adalah pelayanan serta harga. Hasilnya, memang
mampu bersaing dengan produksi pabrikan.
Harga jualnya beragam, mulai dari termurah Rp 30.000,00/buah sampai Rp
800.000,00. Harga termahal memang untuk knalpot yang bisa membuat
hemat energi.
Knalpot dari Pesayangan juga sering dijadikan oleh-oleh khas
Purbalingga. Mereka yang telah berkunjung ke objek wisata air
(Owabong) banyak yang berhenti dulu di daerah Pesayangan untuk beli
knalpot, karena murah tetapi kualitasnya tidak kalah dengan produk
impor.
"Dua kali ke Purbalingga, saya beli knalpot di Pesayangan, karena
murah. Satu untuk knalpot motor dan kedua waktu membeli untuk knalpot
mobil," kata Eko Setiabudi asal Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Dilirik dari kualitas, mampu dipertandingkan dengan produk pabrik yang
orisinal. Bahan dasar knalpot dipakai menggunakan pelat yang
berkualitas yang terbagi menjadi pelat stainless, galvanis, dan pelat
biasa.
Muhajirin (40) warga setempat yang tak mau membuang kesempatan
tersebut memanfaatkan kesempatan tersebut. Dia berani bereksperimen
untuk memenuhi pasar otomotif yang berkembang sangat luar biasa dengan
knalpot berlabel "Jet Hot Auto Muffler".
Dirinya telah memperkenalkan knalpot hemat bahan bakar minyak (BBM)
hingga 30 persen dibandingkan dengan kendaraan yang menggunakan
knalpot biasa. Tentunya, ini merupakan kabar gembira bagi para
pengguna kendaraan roda dua atau empat, mengingat harga BBM yang
semakin mahal belakangan ini. Proses pembuatannya masih dilakukan
dengan cara manual, tetapi hasilnya tidak kalah canggih dengan
teknologi produksi pabrikan.
Knalpot Jet Hot Auto Muffler juga mampu mendongkrak tenaga sepeda
motor atau mobil yang menggunakannya hingga 20 persen. "Selain lebih
irit bensin, knalpot ini bisa memacu kendaraan," kata Muhajirin
meyakinkan.
Pasar yang dia bangun tidak sebatas untuk produk otomotif semata, pria
paruh baya menjalin kerja sama dengan produsen peralatan dan kendaraan
tempur. PT Pindad (Persero) memercayakan knalpot buatannya untuk alat
utama sistem senjata (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI),
yakni panser.
Pada 2009 ini, kata Muhajirin, PT Pindad telah memesan knalpot untuk
alat perang amfibi dari Purbalingga 150 buah. Knalpot tersebut
disesuaikan dengan alutsista, dibuat dari besi baja dengan ketebalan
1,6 ml, diameter 6 inci, dan panjang 90 cm.
Pindad menjajaki knalpot buatan home industry karena terbukti memang
memenuhi kualitas yang dibutuhkan sebagai suku cadang pesawat tempur.
"Knalpot sebanyak 150 unit dibayar dalam dua kali anggaran 2009 dan
2010. Kita sudah menyelesaikan 90 unit, tahun depan tinggal
menyelesaikan 60 knalpot lagi," tutur Muhajirin.
Sebelum menggunakan buatan dalam negeri, PT Pindad harusmendatangkan
suku cadang dari impor. Namun, sekarang kemampuan usaha kecil menengah
ternyata cukup andal untuk memenuhi kebutuhan Pindad.
Knalpot untuk panser memang berbeda dengan kendaraan biasa. Untuk itu,
Pindad memberikan contoh desain dengan spesifikasi sangat ketat.
"Kita berusaha memenuhi standar yang diinginkan Pindad dan tampaknya
sampai saat ini belum ada keluhan," kata Muhajirin pemilik produk Jet
Hot Auto Muffler.
Selain unggul dalam kualitas, harganya lebih miring jika dibandingkan
dengan knalpot panser produk impor. "Dari segi harga, hanya kita dan
dan PT Pindad yang tahu, tetapi yang jelas harganya lebih miring 25
persen dibandingkan dengan barang impor," katnya menambahkan.
Muhajirin atau biasa dipanggil Gajirin sangat diuntungkan dengan
sistem kerja sama ini. Sebab pembayaran cukup lancar. Begitu barang
dikirim ke Bandung, Pindad langsung membayar.
"Jika jalinan kerja sama ini berlangsung dalam jangka waktu lama,
sebagai pengusaha kecil kita sangat diuntungkan. Kita juga bangga
dapat pesanan dari Bandung," kata Gajirin.