Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

1,632 views
Skip to first unread message

Nofiardi

unread,
Dec 2, 2009, 8:09:14 PM12/2/09
to Rantau

Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

oleh: Desni Intan Suri

 

Dunia Perempuan | Rabu, 02/12/2009 22:21 WIB


Suatu kali aku dan suami berkenalan dengan seorang pria yang bukan dari daerah Sumbar. Dalam pembicaraan kami yang menceritakan daerah masing-masing ia memberikan pendapat dan kesannya terhadap wanita minang kabau. Kesan dan pendapatnya itu membuatku terkaget-kaget.

“Gimana mas rasanya punya istri orang minang?” kata si pria ini pada suamiku. Suamiku sempat bingung menjawabnya, tapi dijawabnya juga “ yaa..rasanya ya ..rasa punya istri…” kata suamiku sambil tertawa.

“Bukan, maksud saya beristrikan wanita minang gimana rasanya? Katanya ngotot. Akupun tergoda untuk menimpalinya “ maksudnya rasa apanya nih pak..jelaskanlah..” kataku. Dia tersenyum dan tetap mengarahkan pandangannya kesuami ku : “ setahu saya wanita minang itu sangat dominan dalam rumah tangga…bahkan kesannya seperti kaum pria dijajah saja. Adat minang kabau saja sudah menampakkan hal itu. Tak heran watak wanitanya menjadi berkuasa seperti itu. Saya merasa adat minang kesannya seperti membuang anak laki-laki. Coba saja lihat, secara rohaniah yang memiliki rumah adalah wanita ,kaum pria hanya menumpang. Kalau sudah menjadi suami ,kedudukannyapun lemah sebagai seorang bapak dari anaknya, yang memutuskan kehidupan anaknya terutama dalam masalah perkawinan justru adik laki-laki istrinya.Masyarakat minang itu juga menganut sistim matriakat yang mana kekuasaan terletak ditangan Ibu atau wanita.hm…ini benar-benar bikin wanita diatas angin. Dalam keluarga saya ada dua orang yang sempat beristrikan orang minang ,dua-duanya berakhir dengan perceraian dengan didahului pertengkaran demi pertengkaran. Istri-istri mereka sangat dominan bahkan terkesan tidak menghargai suami. “.

Aku segera ingat dengan teman karibku Nirita yang baru saja dua hari yang lalu curhat datang kerumah. Nirita adalah teman kecilku sejak disekolah dasar. Garis nasib kemudian berbeda jauh diantara kami. Aku sekarang berstatus Ibu rumah tangga yang berwiraswasta, sedangkan ia adalah seorang Manager Public Relation dan marketing di sebuah hotel berbintang. Ia meminta saranku ketika ia merasa harus mengakhiri kehidupan perkawinanya dengan Syaiful yang dulunya juga adalah teman satu perguruan tinggi denganku. “Dia lamban sekali ..aku bosan mendorongnya terus,dia maunya mengembangkan dunia tulis menulisnya padahal diakan sarjana tehnik mesin..apalah yang akan dapat dari dunia tulis menulis..aku udah susah-susah cariin kerjaan bergengsi buat dia ..eh dicuekin..maunya dia apa? Hasil tulis menulisnya cuma cukup beli korek kuping..tak lebih..!".

Aku juga ingat dengan Lulu anak bibiku. Sampai umurnya mencapai 53 tahun saat ini, tak ada minatnya sedikitpun untuk berumah tangga. Sekarang ia bekerja disebuah stasiun televisi swasta di Australia. Ketika kami semua mencoba-coba menyodorkan ‘calon” padanya, semua dijawabnya dengan kata-kata ” Ngga level…!”. Sampai saat ini, ia masih merasa bahwa levelnya adalah lebih tinggi dari pria manapun yang diperkenalkan padanya. Akhirnya kami menyerah dan membiarkan ia memilih kehidupannya sendiri.

Dirumah aku termenung-menung sendiri memikirkan kalimat-kalimat “dakwaan” dari pria kenalan baru kami tadi sewaktu diperhelatan kenalan suamiku. Kuhubung-hubungkan semua ini. Kucoba pula mengoreksi diriku sendiri, apakah aku bersikap seperti yang ia sebutkan itu kepada suamiku sendiri?. Pikiranku itu terbaca oleh suamiku. Ia tersenyum-senyum menggodaku . “ Tersinggung ni yeee… dibilang penjajah… katanya tergelak-gelak. “ Tidak juga…cuma mencoba koreksi diri saja…” kataku kalem mencoba menutupi perasaanku sebenarnya.. Suamiku manggut-manggut sambil menepuk-nepuk punggungku “tenang…tenang..aku ngga merasa dijajah kok….” Katanya memperlebar senyumnya .

Esok paginya ketika aku sedang menyiapkan sarapan pagi keluarga, aku didatangi Ranti tetangga baru kami. Ia baru dua bulan menngontrak rumah sebelah kiri rumah kami. Ia seorang wanita minang berasal dari Padang panjang. Begitu dia tahu aku juga orang minang, hampir tiap hari dia main kerumah kami. Katanya ia bekerja disebuah perusahaan muliti nasional . Waktu baru berkenalan kami sempat heran ,katanya dia sudah mempunyai suami dan tiga orang anak, tapi kok dirumah itu yang keliatan hanya dia saja. Baru kemudian kami paham setelah ia menceritakan kehidupan rumah tangganya kepadaku. ‘ Suamiku pengangguran tingkat tinggi..sudah masuk tahun kelima sekarang..ada teman yang nawarin kerja padaku dijakarta ini,gajinya cukup besar..yaa daripada anak-anakku ngga makan aku terima pekerjaan itu…, di Padang udah susah cari kerja sementara anak-anakkan perlu makan dan biaya sekolah..sekarang dia yang ngurusin anak-anak aku kerja..,harus ada salah satu kami bertindak kalau mau bangkit…ya kan Des?aku akan mencari peluang kerja buat dia disini , baru setelah itu memungkin bagi kami untuk kumpul lagi…”katanya waktu itu.

Aku memandang kepergian Ranti dari balik jendela dapur. Ia hanya datang untuk mengembalikan piringku sebelum pergi kekantornya. Kemarin kuisi nasi uduk bikinanku untuknya. Pikiranku dipenuhi dengan beberapa pertanyaan dan menerawang kemana-mana. Apakah wanita minang seperti Ranti juga disebut sebagai seorang wanita yang dominan?. Apakah keluhan yang disampaikan Nirita atau Lulu padaku dulu mewakili pola watak wanita minang kabau secara keseluruhannya?. Apakah benar adat minangkabau yang matriakat membuat wanita minang kabau membabi buta memburu kesetaraan gender?. Apakah hak dan kekuasaannya yang diberikan kepada mereka dalam adat membuat mereka menjadi melemahkan kedudukan pria sebagai pendamping hidup mereka?.

Kalau menelusuri kehidupan kekeluargaan orang minang sendiri memang adat minang seperti sudah melahirkan watak perantau bagi pria minang, dan watak bundo kanduang bagi wanita minang.Kaum laki-laki diminang, dianggap sebagai kaum yang “menumpang” dirumah gadang. Rumah yang sesungguhnya bagi kaum laki-laki minang adalah Surau. Dari kecil mereka sudah diajar mengaji dan belajar silat berpindah-pindah dari satu surau/tempat ke lainnya. Namun inipula yg kemudian menjadi sumber dinamika pria minang untuk menjadi pengembara/perantau .

Sebaliknya untuk kaum wanita minang telah diberikan sebuah kekuasaan dalam kepemimpinan dan tanggung jawab yang besar untuk mereka. Kekuasaan dan tanggung jawab yang besar dimulai dari sebuah mitos mengenai seorang pemimpin wanita yang disebut Bundo Kanduang. Sebetulnya banyak pendapat mengenai asal muasal sosok Bundo Kanduang ini. Tapi dalam cerita /kaba cindua mato ada bahagian yang menyebutkan bahwa keberadaan Bundo kanduang sama dengan awal adanya alam ini. Jangan salah pengertian dengan kata” alam” disini. Alam dalam bahasa kiasan minang bukan berarti sejak jaman Adam dan Hawa ada, tapi alam disini berarti sebuah wilayah kekuasaan. Jadi dalam cerita/kaba cindua mato keberadaan Bundo kanduang itu diawali dari sebuah kerajaan yang dipimpinnya. Nah, dalam kepemimpinan Bundo Kanduang ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang arif dan bijaksana dan mempunyai tingkat kharisma yang sangat tinggi diantara bawahan dan penghuni rumah gadang yaitu Istana pagaruyung dulunya. Ia disegani dan sangat dihormati karena kepiawaian serta kecerdasan dalam buah pikirannya untuk mengelola tanah pusako dan memimpin semua yang tinggal dalam rumah gadang tersebut.

Untuk selanjutnya dengan berjalannya waktu Bundo kanduang kemudian dijadikan sebuah limbago yang menajdi panggilan untuk golongan kaum wanita minang kabau.Dalam hal ini wanitapun telah ditetapkan untuk mempunyai beberapa tanggung jawabnya terhadap rumah gadang dan tanah pusako dikampung halaman . Perlu ditekankan disini, bahwa yang diberikan kepada wanita adalah “hak tanggung jawab “ bukan kekuasaan. Artinya istilah “matriakat yang berarti “ibu yang berkuasa” sudah ditinggalkan. Sedangkan hak tanggung jawab yang dibebankan ke pada kaum wanita minang tersebut diantaranya yang inti adalah :
1.Sebagai untuk menarik garis keturunan yang disebut sebagai sistim garis keturunan ibu atau matrilineal
2.Sebagai yang bertanggung jawab atas kepemilikan rumah gadang
3.Sebagai yang bertanggung jawab atas sumber ekonomi seperti sawah,ladang ,tanah garapan dll
4.Sebagai tempat penyimpanan hasil ekonomi dengan pepatah “umbun puruak pegangan kunci,umbun puruak alunan bunian” maksudnya wanita adalah sebagai pemegang kunci ekonomi harta pusako
5.Sebagai penanggung jawab dalam pengaturan rumah tangga dan menentukan baik buruknya jalan roda rumah tangga. Disini wanita yang berfungsi sebagai Ibu dianggap sangat berpengaruh dalam pembentukan watak manusia . Ini terlihat dalam pepatahnya : “ Kalau karuah aie dihulu, sampai kamuaro karuah juo.Rintiak anaknyo,turunan atok ka palimbahan”.
6.Sebagai penanggung jawab pemeliharaan harta pusako, anak dan kemenakan.

Jelaslah sudah, dari tanggung jawab yang diberikan adat kepada kaum wanita disini membuat kaum wanita minang kabau dituntut untuk menjadi cerdas,cerdik,pandai dan berilmu pengetahuan yang tinggi. Sedangkan kaum pria yang dianggap sebagai kaum yang “menumpang” secara tak langsung pula mempengaruhi nilai tingginya harga diri mereka dikampung halaman sendiri. Contohnya saja dalam memproduktivitaskan tanah pusako wanita dan laki-laki boleh berdampingan mengolahnya. Namun begitu ada hasilnya, kaum wanita boleh-boleh saja langsung memakan hasilnya tersebut ditengah rumah bersama keluarganya. Sebaliknya kaum laki-laki akan menitipkannya dulu dilumbung rumah gadang. Adalah sebuah harga diri bagi kaum pria memakan hasil itu kalau tidak terpaksa betul. Kaum pria malah memantangkan diri mengambil haknya,karena mereka lebih merasa mempunyai harga diri bila hidup dari hasil jerih payah sendiri.

Perbedaan yang tajam ini membuat kaum pria mengembara mencari kesuksesan dan keberhasilan dalam hidupnya sendiri. Sementara tampuk tanggung jawab di kampung halaman jatuh ketangan wanita. Hal inilah yang membuat kaum wanita minang terkenal dengan sikapnya sebagai pekerja keras. Tidak mau hanya berpangku tangan atau berleha-leha saja walau ia sudah mempunyai harta sekalipun. Jiwa bisnis wanita minangpun sangat tinggi,karena dengan tanggung jawab yang diberikan pada mereka dalam mengatur roda perekomonian tanah pusako membuat mereka harus cerdik dan pandai dalam perdagangan.

Walaupun pada catatan pada Badan Pusat Statistik Sumbar masih menunjukkan angka keterlibatan wanita dilapangan kerja masih dbawah angka pria, namun yang terlibat membuka lapangan kerja sendiri atau berwiraswasta lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita di Sumbar. Diantaranya banyak yang membuka lapangan kerja dibidang kewanitaan yang berbentuk makanan, kerajinan tangan,jahit menjahit dll. Waktu kami baru-baru ini pulang kampung, kami melewati kawasan pasar kotobaru yang kebetulan sedang ada “hari Pasar”. Perjalanan kami sedikit terkena macet dengan keramaian pasar tersebut. Uniknya pasar ini adalah, para pedagangnya semua didominasi oleh kaum perempuan. Hampir setiap sudut kami lihat yang menawarkan beragam sayuran dan rempah-rempah dapur adalah rata-rata para wanita. Namun catatan BPS juga menyatakan bahwa angka putus sekolah lebih banyak terdapat pada prosentase untuk kaum pria . Artinya, semakin masuk kedalam jaman modern semakin terlihatlah kesadaran kaum wanita minangkabau untuk tampil lebih cerdas dan berilmu pula.

Dari kenyataan-kenyataan yang ada ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa adat minang kabau bukan bertujuan untuk membentuk wanita bersikap otoriter atau berkuasa melebihi kekuasaan kaum pria apalagi meletakkan posisi kaum pria dibelakang kaum wanita. Adat minang kabau selama ini sesungguhnya mengajarkan dan mendidik dua gender ini untuk bisa tampil dalam kekuatan mereka masing-masing dengan kepribadian yang kokoh untuk mampu hidup diatas kaki sendiri tanpa mengemis-ngemis apalagi bersikap culas,licik dalam memperjuangkan kehidupannya sendiri. Wanita minangkabau dengan tanggung jawab yang dibebankan pada mereka membuat mereka bisa memahami sifat kepemimpinan yang arif dan bijaksana. Sebaliknya kaum pria yang lebih diberikan kesempatan mengembara atau merantau membuat mereka tampil sebagai kaum yang kenyang akan pengalaman hidup hingga mereka lebih ahli menyelami dan mengukur kehidupan itu sendiri untuk target keberhasilan mereka.

Seharusnya memang begitu. Tapi sebuah tata aturan dalam kehidupan yang dirancang manusia tidak semuanya akan bisa tertata dengan lancar dan rapi sesuai yang dikehendaki. Ada saja yang melenceng dari aturan yang sebenarnya. Dalam hal ini rasanya aneh bila kita menyalahkan adat,karena sebuah adat tentu lahir dari tata aturan yang tujuannya adalah untuk sebuah kebaikan. Sebuah egolah yang merusak tata aturan tersebut. Ego tersebut akan tampil tidak hanya dari bersendirian dari kedua gender ini karena mereka saling kait mengait untuk membuat ego tersebut berkembang menjadi sikap individualistis yang saling menyalahkan. Wanita yang berkuasa karena berada pada sistim matriakat akan mempergunakan egonya untuk membelakangi kaum pria. Sebaliknya kaum pria yang merasa hidup dengan wanita matriakat dalam kekuasaan berharta ,akan mempergunakan kesempatan pula untuk bermalas-malasan dengan hanya duduk menopang dagu memakan harta istri/wanita. Sikap dari kedua gender ini akan melahirkan ego yang ditindas dan menindas.

Maka tak ada salahnya kalau aku merasa terdorong untuk mengupas masalah ini,karena disebabkan begitu kentalnya darah minang melekat pada diriku. Dan dengan jujur kusampaikan bahwa watak wanita minang yang terbentuk dari adatnya adapula melekat dalam diriku. Aku yakin, semua wanita minang yang merasa mempunyai darah minang yang kental mengalir pada dirinya akan merasakan hal yang sama denganku. Dan dengan jujur pula aku sampaikan bahwa akupun pernah melalui masa “transisi” berumah tangga dalam menselaraskan kehidupan kami, agar tetap seimbang. Perbedaan pandangan dan prinsip hidup pernah terbagi dua antara kami suami istri karena berasal dari adat dan budaya yang berbeda. Aku dari minang, suamiku dari Jawa. Namun ini bukanlah masalah adat, tapi adalah dari “ego” kita masing-masing. Aku yakin, sikap Nirita,Lulu maupun Ranti juga lahir karena ego bukan karena adat. Adat memang membentuk wanita minang menjadi sosok yang kuat,tegas dan mandiri. Tapi adat tidak mengolah mereka menjadi sosok yang merasa lebih benar dan jauh dari timbang rasa. Ada kalanya memang wanita minang harus terpaksa tampil lebih dulu seperti yang dilakukan Ranti. Sikap mandiri darah minangnya membuat ia tampil sebagai pengambil keputusan disaat kehidupan sudah menuntut untuk adanya sebuah keputusan. Sebaliknya sikap Nirita dan Lulu adalah sikap keras dan tegas yang lebih mencondongkan ego,sehingga timbullah kesalah pahaman dalam keterlanjuran sikap berkuasa bagi wanita minang itu sendiri disini. Mungkin keruwetan buhul perkawinan dua orang saudara kenalan baru kami diperhelatan dua hari yang lalu juga begitu adanya.

Akhir kata, memang tuntutan untuk kesetaraan gender atau emansipasi atau apalah namanya haruslah dikaji ulang.Bila tuntutan itu ternyata menimbulkan sebuah kesombongan, sikap menguasai dan merasa harus melebihi kaum pria atau bahkan yang lebih parah lagi adalah merendahkan dan melecehkan martabat kaum pria,tentulah ini sudah salah pemahamannya. Artinya, bila ia seorang wanita lajang iapun harus memahami batas-batas pergaulannya yang tidak merusak norma-norma kaedah dirinya sendiri sebagai wanita. Baik itu batas dalam memperoleh pendidikan, lapangan kerja maupun sebuah kekuasaan. Bila ia seorang istri, tentulah yang pertama yang menjadi panutan dan tempat ia bersepakat adalah suami sendiri.Walaupun pendidikan, kedudukan atau penghasilannya lebih memadai dari sang suami adalah suatu kewajiban utama baginya untuk tetap berada dibelakang suaminya. Selayaknyalah ia harus terlebih dahulu mendengar dan bertindak sesuai arahan suami kecuali bila keadaan tidak memungkinkan lagi untuk berbuat demikian. Semoga tulisan ini dapat menjadi pedoman diriku sendiri, teman2ku wanita maupun pria, baik yang berdarah minang maupun bukan.

Kuala Lumpur , 21 November 2009
referensi : dari buku2 karangan Zuriati dan Amir M.S serta blog2 di internet serta hasil pandangan pribadi.
*) ditulis dalam catatan pada FB oleh Desni Intan Suri

 

http://www.padangmedia.com/?mod=artikel&j=2&id=250

 

The above message is for the intended recipient only and may contain confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank you.

taufiq...@gmail.com

unread,
Dec 2, 2009, 9:35:12 PM12/2/09
to rant...@googlegroups.com
He..he.. Rasonyo masalah dominannyo "Bundo Kanduang" thd junjuangannyo nan bagai abu diateh tunggua lah pernah juo kito bincangkan dulu

Mungkin dibandiang rato-rato suku lain , dek awak banyak juo
"Kiper nan maju" ko.
Tapi caliak pulolah perjuangan para inang-inang mungkin ado yang labiah barek lai
Apolai sejumlah mreka merupakan single-parent. Sehingga perjuangannya lumayan berat.
Karena rata-rata mereka konon hanya menikah sekali sekali seumur hidup. Beda jo awak ciek ibu bisa limo bapak
Tapi sayang istri Tigor itu Welas kalau eda itu dari Samosir labiah marasai Tigor jadinyo. Sebab bagi wanita Batak yang sdh punya anak dia akan lbh focus merawat anaknya sehingga bs kurang perhatiannya pada suami. Sahinggo kok tibo ukatu makan bisa sajo inyo mangecek ka lakinyo : "Itunya nasi kau didapur".
Terbukti memang lelaki Batak itu lumayan menghargai istrinya walau konsumsi jamu dan kosmetiknya apa adanya

Selain itu kumpulan beberapa para suami yang menggendong anak dalam kain gendongan sambil bercengkerama main catur adalah lumrah di Tano Bato,tapi alun baitu dek awak

Baitu juo disekitar Kampar kelompok ibu-ibu nan mancangkua disawah. Walau untuak itu sekujur tubuh dan wajahnyo ditutuik untuk menghindari lumpur dan matahari.
Di BAli ibu-ibu sato jadi tukang maatok dan memplester rumah
Apolai di Papua sampai manyusukan babi bagai

Baitulah perjuangan wanita dari berbagai etnik dalam memenuhi keperluan keluarga

Ado juo memang nan suami iko hanyo sekedar duduak manis." Tukang mamacah piriang sajo". Karano semuanya sdh dicukupi istri maupun keluarganya
Dilain pihak indak saketek pulo suami nan cingkahak. Walau sarawa kotok sampai rokoknyo lah ditangguang bini. Parangai buruak babuek juo

Dengan segala ke Super an inyo nan disabuik "Kiper maju " itulah mangko dianggap padusi labiah dominan

Dilain pihak ado juo kelompok wanita yang punya filosofi : "Swargo nunut, neroko katut"

Untuak sutan jo malin nan maraso marasai dirumah nan kini, bisa juo mandakek ka si Mbak iko. Ma tau lai terbukti pengabdiannyo,,, he,,,he,,


Salam
St.RA 54+

NB :
Untuak wanita nan mamiliah/tapaso hiduik sendiri. Karano soal Level itu. Dilain pihak sabalun usia 35 memang mereka maju dengan " Siapa saya" sesudah itu bisa jadi "Siapa saja"

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: "Nofiardi" <Nofi...@pec-tech.com>
Date: Thu, 3 Dec 2009 08:09:14 +0700
Subject: [R@ntau-Net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

Firdha Samsir Alam

unread,
Dec 2, 2009, 9:40:04 PM12/2/09
to rant...@googlegroups.com, aku_m...@yahoo.com
saya sangat tertarik isi email nofairdi,  boleh dong sedikit saya tambahi berdasarkan pengalaman pribadi saya apa lagi saya bangga jadi wanita berdarah minang .... tegar, tabah dan paling utama bertanggung jawab terhadap keluarga itulah perempuan Minang.... di lingkungan saya sendiri saya perhatikan janda-janda baik itu janda cerai mati atau janda cerai hidup  tapi tetap tegar dalam mencari nafkah untuk anak - anak mereka....  didikan itu yang diterima dari ibu mereka... perempuan minang mampu bertangung jawab .... kita lihat banyak kaum laki - laki dari minang yang setelah bercerai (hidup) meninggalkan anak - anak mereka begitu saja tanpa ada rasa tanggung jawab dari mereka karena adat Matriakat yang ada di Minang bahwa setiap anak -anak berada dipihak ibu kalau terjadi perceraian .... hal  ini mengakibatkan banyak anak - anak yang ditinggalkan begitu saja oleh sibapak tanpa  ada tanggung jawab dari bapak tersebut.... walau dalam persidangan perceraian sekalipun ditentukan berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh si bapak untuk anak  - anak tsb tapi itu hanya. tinggal janji diatas kertas (Banyak hal ini terjadi ), Tapi perempuan Minang bukanlah perempuan cengeng yang meratapi nasib mereka... mereka bangkit dan tegar tuk hadapi hidup ini.

Tidak ada kebudayan Minang kabau (matrilineal) yang mendidik anak perempuannya kelak jadi seorang ibu rumah tangga  yang berkuasa kepada suaminya tetapi bertanggung jawab  iya.. lagi pula saya setuju kalau rumah orang tua diberikan ke anak perempuan ... dan anak laki - laki menjaga supaya rumah itu tetap aman dan terlindung dari segala pihak yang mungkin saja berniat buruk terhadap rumah tsb.

menjadi Perempuan Minang bagaikan induk ayam yang  mengais tanah mencari cacing untuk makan  anak- anak nya.... setelah anak-anaknya makan baru  si induk makan....

jadi  cengeng, manja ,malas, otoriter dan mati karancak-an bukan lah tipe perempuan Minang..... salut tuk  desni intan suri.... salaam

From: Nofiardi <Nofi...@pec-tech.com>
To: Rantau <Rant...@googlegroups.com>
Sent: Thu, December 3, 2009 8:09:14 AM
Subject: [R@ntau-Net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

oleh: Desni Intan Suri

 

Dunia Perempuan | Rabu, 02/12/2009 22:21 WIB


Suatu kali aku dan suami berkenalan dengan seorang pria yang bukan dari daerah Sumbar. Dalam pembicaraan kami yang menceritakan daerah masing-masing ia memberikan pendapat dan kesannya terhadap wanita minang kabau. Kesan dan pendapatnya itu membuatku terkaget-kaget.

“Gimana mas rasanya punya istri orang minang?” kata si pria ini pada suamiku. Suamiku sempat bingung menjawabnya, tapi dijawabnya juga “ yaa..rasanya ya ..rasa punya istri…” kata suamiku sambil tertawa.

“Bukan, maksud saya beristrikan wanita minang gimana rasanya? Katanya ngotot. Akupun tergoda untuk menimpalinya “ maksudnya rasa apanya nih pak..jelaskanlah..” kataku. Dia tersenyum dan tetap mengarahkan pandangannya kesuami ku : “ setahu saya wanita minang itu sangat dominan dalam rumah tangga…bahkan kesannya seperti kaum pria dijajah saja. Adat minang kabau saja sudah menampakkan hal itu. Tak heran watak wanitanya menjadi berkuasa seperti itu. Saya merasa adat minang kesannya seperti membuang anak laki-laki. Coba saja lihat, secara rohaniah yang memiliki rumah adalah wanita ,kaum pria hanya menumpang. Kalau sudah menjadi suami ,kedudukannyapun lemah sebagai seorang bapak dari anaknya, yang memutuskan kehidupan anaknya terutama dalam masalah perkawinan justru adik laki-laki istrinya.Masyarakat minang itu juga menganut sistim matriakat yang mana kekuasaan terletak ditangan Ibu atau wanita.hm…ini benar-benar bikin wanita diatas angin. Dalam keluarga saya ada dua orang yang sempat beristrikan orang minang ,dua-duanya berakhir dengan perceraian dengan didahului pertengkaran demi pertengkaran. Istri-istri mereka sangat dominan bahkan terkesan tidak menghargai suami. “.

Aku segera ingat dengan teman karibku Nirita yang baru saja dua hari yang lalu curhat datang kerumah. Nirita adalah teman kecilku sejak disekolah dasar. Garis nasib kemudian berbeda jauh diantara kami. Aku sekarang berstatus Ibu rumah tangga yang berwiraswasta, sedangkan ia adalah seorang Manager Public Relation dan marketing di sebuah hotel berbintang. Ia meminta saranku ketika ia merasa harus mengakhiri kehidupan perkawinanya dengan Syaiful yang dulunya juga adalah teman satu perguruan tinggi denganku. “Dia lamban sekali ..aku bosan mendorongnya terus,dia maunya mengembangkan dunia tulis menulisnya padahal diakan sarjana tehnik mesin..apalah yang akan dapat dari dunia tulis menulis..aku udah susah-susah cariin kerjaan bergengsi buat dia ..eh dicuekin..maunya dia apa? Hasil tulis menulisnya cuma cukup beli korek kuping..tak lebih..!".

Aku juga ingat dengan Lulu anak bibiku. Sampai umurnya mencapai 53 tahun saat ini, tak ada minatnya sedikitpun untuk berumah tangga. Sekarang ia bekerja disebuah stasiun televisi swasta di Australia. Ketika kami semua mencoba-coba menyodorkan ‘calon” padanya, semua dijawabnya dengan kata-kata ” Ngga level…!”. Sampai saat ini, ia masih merasa bahwa levelnya adalah lebih tinggi dari pria manapun yang diperkenalkan padanya. Akhirnya kami menyerah dan membiarkan ia memilih kehidupannya sendiri.

Dirumah aku termenung-menung sendiri memikirkan kalimat-kalimat “dakwaan” dari pria kenalan baru kami tadi sewaktu diperhelatan kenalan suamiku. Kuhubung-hubungkan semua ini. Kucoba pula mengoreksi diriku sendiri, apakah aku bersikap seperti yang ia sebutkan itu kepada suamiku sendiri?. Pikiranku itu terbaca oleh suamiku. Ia tersenyum-senyum menggodaku . “ Tersinggung ni yeee… dibilang penjajah… katanya tergelak-gelak. “ Tidak juga…cuma mencoba koreksi diri saja…” kataku kalem mencoba menutupi perasaanku sebenarnya.. Suamiku manggut-manggut sambil menepuk-nepuk punggungku “tenang…tenang..aku ngga merasa dijajah kok….” Katanya memperlebar senyumnya .

Esok paginya ketika aku sedang menyiapkan sarapan pagi keluarga, aku didatangi Ranti tetangga baru kami. Ia baru dua bulan menngontrak rumah sebelah kiri rumah kami. Ia seorang wanita minang berasal dari Padang panjang. Begitu dia tahu aku juga orang minang, hampir tiap hari dia main kerumah kami. Katanya ia bekerja disebuah perusahaan muliti nasional . Waktu baru berkenalan kami sempat heran ,katanya dia sudah mempunyai suami dan tiga orang anak, tapi kok dirumah itu yang keliatan hanya dia saja. Baru kemudian kami paham setelah ia menceritakan kehidupan rumah tangganya kepadaku. ‘ Suamiku pengangguran tingkat tinggi..sudah masuk tahun kelima sekarang..ada teman yang nawarin kerja padaku dijakarta ini,gajinya cukup besar..yaa daripada anak-anakku ngga makan aku terima pekerjaan itu…, di Padang udah susah cari kerja sementara anak-anakkan perlu makan dan biaya sekolah..sekarang dia yang ngurusin anak-anak aku kerja..,harus ada salah satu kami bertindak kalau mau bangkit…ya kan Des?aku akan mencari peluang kerja buat dia disini , baru setelah itu memungkin bagi kami untuk kumpul lagi…”katanya waktu itu.

Aku memandang kepergian Ranti dari balik jendela dapur. Ia hanya datang untuk mengembalikan piringku sebelum pergi kekantornya. Kemarin kuisi nasi uduk bikinanku untuknya. Pikiranku dipenuhi dengan beberapa pertanyaan dan menerawang kemana-mana. Apakah wanita minang seperti Ranti juga disebut sebagai seorang wanita yang dominan?. Apakah keluhan yang disampaikan Nirita atau Lulu padaku dulu mewakili pola watak wanita minang kabau secara keseluruhannya?. Apakah benar adat minangkabau yang matriakat membuat wanita minang kabau membabi buta memburu kesetaraan gender?. Apakah hak dan kekuasaannya yang diberikan kepada mereka dalam adat membuat mereka menjadi melemahkan kedudukan pria sebagai pendamping hidup mereka?.

Kalau menelusuri kehidupan kekeluargaan orang minang sendiri memang adat minang seperti sudah melahirkan watak perantau bagi pria minang, dan watak bundo kanduang bagi wanita minang.Kaum laki-laki diminang, dianggap sebagai kaum yang “menumpang” dirumah gadang. Rumah yang sesungguhnya bagi kaum laki-laki minang adalah Surau. Dari kecil mereka sudah diajar mengaji dan belajar silat berpindah-pindah dari satu surau/tempat ke lainnya. Namun inipula yg kemudian menjadi sumber dinamika pria minang untuk menjadi pengembara/perantau .

Sebaliknya untuk kaum wanita minang telah diberikan sebuah kekuasaan dalam kepemimpinan dan tanggung jawab yang besar untuk mereka. Kekuasaan dan tanggung jawab yang besar dimulai dari sebuah mitos mengenai seorang pemimpin wanita yang disebut Bundo Kanduang. Sebetulnya banyak pendapat mengenai asal muasal sosok Bundo Kanduang ini. Tapi dalam cerita /kaba cindua mato ada bahagian yang menyebutkan bahwa keberadaan Bundo kanduang sama dengan awal adanya alam ini. Jangan salah pengertian dengan kata” alam” disini. Alam dalam bahasa kiasan minang bukan berarti sejak jaman Adam dan Hawa ada, tapi alam disini berarti sebuah wilayah kekuasaan. Jadi dalam cerita/kaba cindua mato keberadaan Bundo kanduang itu diawali dari sebuah kerajaan yang dipimpinnya. Nah, dalam kepemimpinan Bundo Kanduang ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang arif dan bijaksana dan mempunyai tingkat kharisma yang sangat tinggi diantara bawahan dan penghuni rumah gadang yaitu Istana pagaruyung dulunya. Ia disegani dan sangat dihormati karena kepiawaian serta kecerdasan dalam buah pikirannya untuk mengelola tanah pusako dan memimpin semua yang tinggal dalam rumah gadang tersebut.

Untuk selanjutnya dengan berjalannya waktu Bundo kanduang kemudian dijadikan sebuah limbago yang menajdi panggilan untuk golongan kaum wanita minang kabau.Dalam hal ini wanitapun telah ditetapkan untuk mempunyai beberapa tanggung jawabnya terhadap rumah gadang dan tanah pusako dikampung halaman . Perlu ditekankan disini, bahwa yang diberikan kepada wanita adalah “hak tanggung jawab “ bukan kekuasaan. Artinya istilah “matriakat yang berarti “ibu yang berkuasa” sudah ditinggalkan. Sedangkan hak tanggung jawab yang dibebankan ke pada kaum wanita minang tersebut diantaranya yang inti adalah :
1.Sebagai untuk menarik garis keturunan yang disebut sebagai sistim garis keturunan ibu atau matrilineal
2.Sebagai yang bertanggung jawab atas kepemilikan rumah gadang
3.Sebagai yang bertanggung jawab atas sumber ekonomi seperti sawah,ladang ,tanah garapan dll
4.Sebagai tempat penyimpanan hasil ekonomi dengan pepatah “umbun puruak pegangan kunci,umbun puruak alunan bunian” maksudnya wanita adalah sebagai pemegang kunci ekonomi harta pusako
5.Sebagai penanggung jawab dalam pengaturan rumah tangga dan menentukan baik buruknya jalan roda rumah tangga. Disini wanita yang berfungsi sebagai Ibu dianggap sangat berpengaruh dalam pembentukan watak manusia . Ini terlihat dalam pepatahnya : “ Kalau karuah aie dihulu, sampai kamuaro karuah juo.Rintiak anaknyo,turunan atok ka palimbahan”.
6.Sebagai penanggung jawab pemeliharaan harta pusako, anak dan kemenakan.

Jelaslah sudah, dari tanggung jawab yang diberikan adat kepada kaum wanita disini membuat kaum wanita minang kabau dituntut untuk menjadi cerdas,cerdik,pandai dan berilmu pengetahuan yang tinggi. Sedangkan kaum pria yang dianggap sebagai kaum yang “menumpang” secara tak langsung pula mempengaruhi nilai tingginya harga diri mereka dikampung halaman sendiri. Contohnya saja dalam memproduktivitaskan tanah pusako wanita dan laki-laki boleh berdampingan mengolahnya. Namun begitu ada hasilnya, kaum wanita boleh-boleh saja langsung memakan hasilnya tersebut ditengah rumah bersama keluarganya. Sebaliknya kaum laki-laki akan menitipkannya dulu dilumbung rumah gadang. Adalah sebuah harga diri bagi kaum pria memakan hasil itu kalau tidak terpaksa betul. Kaum pria malah memantangkan diri mengambil haknya,karena mereka lebih merasa mempunyai harga diri bila hidup dari hasil jerih payah sendiri.

Perbedaan yang tajam ini membuat kaum pria mengembara mencari kesuksesan dan keberhasilan dalam hidupnya sendiri. Sementara tampuk tanggung jawab di kampung halaman jatuh ketangan wanita. Hal inilah yang membuat kaum wanita minang terkenal dengan sikapnya sebagai pekerja keras. Tidak mau hanya berpangku tangan atau berleha-leha saja walau ia sudah mempunyai harta sekalipun. Jiwa bisnis wanita minangpun sangat tinggi,karena dengan tanggung jawab yang diberikan pada mereka dalam mengatur roda perekomonian tanah pusako membuat mereka harus cerdik dan pandai dalam perdagangan.

Walaupun pada catatan pada Badan Pusat Statistik Sumbar masih menunjukkan angka keterlibatan wanita dilapangan kerja masih dbawah angka pria, namun yang terlibat membuka lapangan kerja sendiri atau berwiraswasta lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita di Sumbar. Diantaranya banyak yang membuka lapangan kerja dibidang kewanitaan yang berbentuk makanan, kerajinan tangan,jahit menjahit dll. Waktu kami baru-baru ini pulang kampung, kami melewati kawasan pasar kotobaru yang kebetulan sedang ada “hari Pasar”. Perjalanan kami sedikit terkena macet dengan keramaian pasar tersebut. Uniknya pasar ini adalah, para pedagangnya semua didominasi oleh kaum perempuan. Hampir setiap sudut kami lihat yang menawarkan beragam sayuran dan rempah-rempah dapur adalah rata-rata para wanita. Namun catatan BPS juga menyatakan bahwa angka putus sekolah lebih banyak terdapat pada prosentase untuk kaum pria . Artinya, semakin masuk kedalam jaman modern semakin terlihatlah kesadaran kaum wanita minangkabau untuk tampil lebih cerdas dan berilmu pula.

Dari kenyataan-kenyataan yang ada ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa adat minang kabau bukan bertujuan untuk membentuk wanita bersikap otoriter atau berkuasa melebihi kekuasaan kaum pria apalagi meletakkan posisi kaum pria dibelakang kaum wanita. Adat minang kabau selama ini sesungguhnya mengajarkan dan mendidik dua gender ini untuk bisa tampil dalam kekuatan mereka masing-masing dengan kepribadian yang kokoh untuk mampu hidup diatas kaki sendiri tanpa mengemis-ngemis apalagi bersikap culas,licik dalam memperjuangkan kehidupannya sendiri. Wanita minangkabau dengan tanggung jawab yang dibebankan pada mereka membuat mereka bisa memahami sifat kepemimpinan yang arif dan bijaksana. Sebaliknya kaum pria yang lebih diberikan kesempatan mengembara atau merantau membuat mereka tampil sebagai kaum yang kenyang akan pengalaman hidup hingga mereka lebih ahli menyelami dan mengukur kehidupan itu sendiri untuk target keberhasilan mereka.

Seharusnya memang begitu. Tapi sebuah tata aturan dalam kehidupan yang dirancang manusia tidak semuanya akan bisa tertata dengan lancar dan rapi sesuai yang dikehendaki. Ada saja yang melenceng dari aturan yang sebenarnya.. Dalam hal ini rasanya aneh bila kita menyalahkan adat,karena sebuah adat tentu lahir dari tata aturan yang tujuannya adalah untuk sebuah kebaikan. Sebuah egolah yang merusak tata aturan tersebut. Ego tersebut akan tampil tidak hanya dari bersendirian dari kedua gender ini karena mereka saling kait mengait untuk membuat ego tersebut berkembang menjadi sikap individualistis yang saling menyalahkan. Wanita yang berkuasa karena berada pada sistim matriakat akan mempergunakan egonya untuk membelakangi kaum pria. Sebaliknya kaum pria yang merasa hidup dengan wanita matriakat dalam kekuasaan berharta ,akan mempergunakan kesempatan pula untuk bermalas-malasan dengan hanya duduk menopang dagu memakan harta istri/wanita. Sikap dari kedua gender ini akan melahirkan ego yang ditindas dan menindas.


Maka tak ada salahnya kalau aku merasa terdorong untuk mengupas masalah ini,karena disebabkan begitu kentalnya darah minang melekat pada diriku. Dan dengan jujur kusampaikan bahwa watak wanita minang yang terbentuk dari adatnya adapula melekat dalam diriku. Aku yakin, semua wanita minang yang merasa mempunyai darah minang yang kental mengalir pada dirinya akan merasakan hal yang sama denganku. Dan dengan jujur pula aku sampaikan bahwa akupun pernah melalui masa “transisi” berumah tangga dalam menselaraskan kehidupan kami, agar tetap seimbang. Perbedaan pandangan dan prinsip hidup pernah terbagi dua antara kami suami istri karena berasal dari adat dan budaya yang berbeda. Aku dari minang, suamiku dari Jawa. Namun ini bukanlah masalah adat, tapi adalah dari “ego” kita masing-masing. Aku yakin, sikap Nirita,Lulu maupun Ranti juga lahir karena ego bukan karena adat. Adat memang membentuk wanita minang menjadi sosok yang kuat,tegas dan mandiri. Tapi adat tidak mengolah mereka menjadi sosok yang merasa lebih benar dan jauh dari timbang rasa. Ada kalanya memang wanita minang harus terpaksa tampil lebih dulu seperti yang dilakukan Ranti. Sikap mandiri darah minangnya membuat ia tampil sebagai pengambil keputusan disaat kehidupan sudah menuntut untuk adanya sebuah keputusan. Sebaliknya sikap Nirita dan Lulu adalah sikap keras dan tegas yang lebih mencondongkan ego,sehingga timbullah kesalah pahaman dalam keterlanjuran sikap berkuasa bagi wanita minang itu sendiri disini. Mungkin keruwetan buhul perkawinan dua orang saudara kenalan baru kami diperhelatan dua hari yang lalu juga begitu adanya.

Akhir kata, memang tuntutan untuk kesetaraan gender atau emansipasi atau apalah namanya haruslah dikaji ulang.Bila tuntutan itu ternyata menimbulkan sebuah kesombongan, sikap menguasai dan merasa harus melebihi kaum pria atau bahkan yang lebih parah lagi adalah merendahkan dan melecehkan martabat kaum pria,tentulah ini sudah salah pemahamannya. Artinya, bila ia seorang wanita lajang iapun harus memahami batas-batas pergaulannya yang tidak merusak norma-norma kaedah dirinya sendiri sebagai wanita. Baik itu batas dalam memperoleh pendidikan, lapangan kerja maupun sebuah kekuasaan. Bila ia seorang istri, tentulah yang pertama yang menjadi panutan dan tempat ia bersepakat adalah suami sendiri.Walaupun pendidikan, kedudukan atau penghasilannya lebih memadai dari sang suami adalah suatu kewajiban utama baginya untuk tetap berada dibelakang suaminya. Selayaknyalah ia harus terlebih dahulu mendengar dan bertindak sesuai arahan suami kecuali bila keadaan tidak memungkinkan lagi untuk berbuat demikian. Semoga tulisan ini dapat menjadi pedoman diriku sendiri, teman2ku wanita maupun pria, baik yang berdarah minang maupun bukan.

Kuala Lumpur , 21 November 2009
referensi : dari buku2 karangan Zuriati dan Amir M.S serta blog2 di internet serta hasil pandangan pribadi.
*) ditulis dalam catatan pada FB oleh Desni Intan Suri

Nofiardi

unread,
Dec 2, 2009, 10:49:09 PM12/2/09
to rant...@googlegroups.com

Uni Lucille,

Sebenarnya pandangan “ Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria “ lebih banyak berasal dari non Minang.

Seiring berjalannya zaman, peran pria yg sebelumnya lebih dominan dirumah saudara perempuan bergeser kerumah istrinya.

Ada hal2 tertentu yg tidak bisa berubah, selagi kita dalam lingkungan keluarga Minang, yaitu peran wanita Minang sebagai Bundo Kanduang.

Peran pria dirumah saudara perempuan sudah banyak diambil alih “sumando” sebagai bapak dari keponakan yaitu memberi nafkah, pengajaran, dll.

Mungkin ada pandangan lain dari warag RN.

 

Salam

Nofiardi RM 42   

 


From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Firdha Samsir Alam
Sent: Thursday, December 03, 2009 9:40 AM
To: rant...@googlegroups.com
Cc: aku_m...@yahoo.com
Subject: [BULK EMAIL]- [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
Importance: Low

saya sangat tertarik isi email nofairdi,  boleh dong sedikit saya tambahi berdasarkan pengalaman pribadi saya apa lagi saya bangga jadi wanita berdarah minang .... tegar, tabah dan paling utama bertanggung jawab terhadap keluarga itulah perempuan Minang.... di lingkungan saya sendiri saya perhatikan janda-janda baik itu janda cerai mati atau janda cerai hidup  tapi tetap tegar dalam mencari nafkah untuk anak - anak mereka....  didikan itu yang diterima dari ibu mereka... perempuan minang mampu bertangung jawab .... kita lihat banyak kaum laki - laki dari minang yang setelah bercerai (hidup) meninggalkan anak - anak mereka begitu saja tanpa ada rasa tanggung jawab dari mereka karena adat Matriakat yang ada di Minang bahwa setiap anak -anak berada dipihak ibu kalau terjadi perceraian .... hal  ini mengakibatkan banyak anak - anak yang ditinggalkan begitu saja oleh sibapak tanpa  ada tanggung jawab dari bapak tersebut.... walau dalam persidangan perceraian sekalipun ditentukan berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh si bapak untuk anak  - anak tsb tapi itu hanya. tinggal janji diatas kertas (Banyak hal ini terjadi ), Tapi perempuan Minang bukanlah perempuan cengeng yang meratapi nasib mereka... mereka bangkit dan tegar tuk hadapi hidup ini.

Tidak ada kebudayan Minang kabau (matrilineal) yang mendidik anak perempuannya kelak jadi seorang ibu rumah tangga  yang berkuasa kepada suaminya tetapi bertanggung jawab  iya.. lagi pula saya setuju kalau rumah orang tua diberikan ke anak perempuan ... dan anak laki - laki menjaga supaya rumah itu tetap aman dan terlindung dari segala pihak yang mungkin saja berniat buruk terhadap rumah tsb.

menjadi Perempuan Minang bagaikan induk ayam yang  mengais tanah mencari cacing untuk makan  anak- anak nya.... setelah anak-anaknya makan baru  si induk makan....

jadi  cengeng, manja ,malas, otoriter dan mati karancak-an bukan lah tipe perempuan Minang..... salut tuk  desni intan suri.... salaam

Syafroni (Engineering)

unread,
Dec 3, 2009, 4:59:14 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com

Adidunsanak

 

Sato bakomen saketek. Wanita minang nan indak tahu jo adat Minang mgkn iyo bisa sajo manjadi perempuan bakuaso ateh suaminyo apolai suaminyo tingga di rumah induak si wanita tsb. Dan apolai kalau suaminyo indak tahu jo padok (karajo). Nampaknyo iyo ka dikuasoi bana si suami dek si wanita.

 

Mangkonyo kito sebagai suami harus punya sikap bertanggung jawab ateh keluarga. Bukan menghandalkan istri dalam mencari nafkah dan kebutuhan anak-anak.

 

Mgkn itu seketek komen dari ambo nan daif ko….

 

Wassalam

Mlnmrj


Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 8:23:41 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
tanyo banyak ciek...
maaf sabalunyo
 
1. apo ado laki2 minang wakatu istri melahirkan mencucikan kain atau bekas melahirkan istrinya?
 
2. apo ado laki2 minang yg mau mengasuh anaknya ( aku sering liat laki2 jawa yg memberi makan anaknya di perkarangan rumah, atau dijalan sambil mengendong anak dgn kain
 
3. apo ado laki2 minang yg makan dgn apa adanya ? seperti org jawa dan sunda makan dgn tempe atau krupuk tetap nikmat....
 
sekali lagi mohon maaf. karna selama saya hidup dan melihat sekeliling saya, saya rasa laki2 minang lebih beruntung menikahi wanita minang,
 
sepahit2 apapun hidup, wanita minang tetap tegar, tidak ada istilah ado piti uda disayang tak ado piti uda ditendang di wanita minang,beda dgn wanita2 lainya ....
 
 
renny,ancol


From: Syafroni (Engineering) <syaf...@mkpi.panasonic.co.id>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Thu, December 3, 2009 4:59:14 PM
Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

jupar...@yahoo.com

unread,
Dec 3, 2009, 8:59:00 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
Ndak ciek do tanyo Reni tigo mah

Bia lah ambo jawek pertanyaan reni ko sebagai lelaki minang nan ba istri urang minang juo

No 1

Yo ndak pernah ambo mancuci itu do, karano lah dislasaikan dan dibereskan dek urang rumah sakik jiko ambo menterjemahkan kontan2 pertanyaan Reni, tapi kok ado dibaliak itu nan tersirat tantu lai mambantu istri ambo habis melahirkan dek kondisi masih lamah dan paniang lalek samisal mamapah jalan ka toilet, manyuokan nasi, maagiah minum, manuka popok anak tangah malam, pai babalanjo samba, mamasak nasi di rice cooker, mamasangkan apo tu jamu sa set nan balulurkan ka paruik jo kaniang tu..ya itulah lah

No 2

Lai juo tapi sakali-sakali sajo dek bakarajo diakhir pakan atau sore malam hari manyuokan anak makan sabalun inyo pandai makan sorang nan acok yo istrinyo, kalau manggendong jo kain ala urang jawa tu yo ndak bisa ambo do takuik takilia atau talapeh anak dalam pangkuan, nan familiar ambo yo manggendong anak jo tas ransel nan banyak dijua ditoko perlengkapan bayi nan badannyo marapek ka badang awak, jadi sambia bajalan2 ka mol yo bantuak itu lah atau sekedar basangai2 jo matoari pagi diakhir pakan dan jalan2 sore

No 3

Ambolah tabiaso makan jiko bahidangan bantuak pesta tu ala perancis, tapi kok tempe jo karupuak tu makan ala kadar, jadi nan ala kadar ko lah biaso ambo di hutan katiko mandah, dirumah ambo ndak rewel do jo samba buruak cubadak baangek2 bana ndak baa nan pantiang yo ado buah dek ambo walau hanyoi buah2 kampuang sajo sarupo pepaya tapi kok nan samba lamak2 paralu juo sangaik relatif masalah selero kadang2 masakan ala kadar ko saumua2 ambo sebagai lelaki minang malah mambuek makan lamak sarupo minggu nan lalu mambuek pepes ikan peda dibaluik pucuak parancih jo bawang merah tokok2 kasa jo lado merah dll lalu samba lado plus tempe goreang..mmmm mabuek lidah bergoyang tak terkendali juo, baitu juo ikan asin balah di baka buek samba lado oke2 sajo nan paliang ala kadar yo nasi putiah sajo jo garam iko pernah juo ambo cubo katiko mandah di hutan dek kehabisan bahan makanan tingga bareh jo garam sajo, kalau ndak nasi jo gulo

Itu jawek ambo sebagai lelaki minang nan hiduik marantau, jujur sajo ambo basyukur ado mintuo disiko memang nan namo mintuo di pihak padusi kasiah tu yo talimpah ka anak dan cucunyo baa keceknyo "rindu baliak di pipisin dan di pup cucu"

Lah sagan lo ambo mandakek urang rumah kok mintuo datang pas habih malahiakan urang rumah paliang beko malam dan tangah malam turun tangan


Wass-jepe

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


From: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>
Date: Thu, 3 Dec 2009 05:23:41 -0800 (PST)

Riri Mairizal Chaidir

unread,
Dec 3, 2009, 9:24:38 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com

Ren, ambo ikuik “QUIZ” Reni ciek yo. Dek karano ambo laki2 Minang, mudah2an jawaban ambo lai  taetong:

 

Jawaban ambo langsuang di bawah pertanyaan/ statement Renny:

 

 

1.  apo ado laki2 minang wakatu istri melahirkan mencucikan kain atau bekas melahirkan istrinya?

 

Kalau iko ambo ndak tau, Ren.  Waktu istri ambo melahirkan, kebetulan kami punyo pembantu dan ado mesin cuci di rumah ….

 

2.  apo ado laki2 minang yg mau mengasuh anaknya ( aku sering liat laki2 jawa yg memberi makan anaknya di perkarangan rumah, atau dijalan sambil mengendong anak dgn kain

 

I did it, Ren. Cuma bedanya ambo gendong anak ndak pakai kain do, ambo dulu menggendong langsuang, atau kalau jauah didorong dalam trolley. Sampai kini pun nan manta japuik anak ka tampek kosnyo di depok tetap ambo, ren

 

 

3.  apo ado laki2 minang yg makan dgn apa adanya ? seperti org jawa dan sunda makan dgn tempe atau krupuk tetap nikmat....

 

Ambo baraja makan cuma dengan tempe tapi nikmat itu waktu kuliah Ren, di warteg dan menikmati tuh … jadi untak ambo itu bukan suatu hal yang istimewa. Kalau karupuak, dulu ambo acok makan karupuak baguak (emping) pakai kuah sajo, tapi kini ndak lai, dek takuik asam urat.

 

Tapi, anyway, kalau memang gaji nan disarahkan ka rumah memang cuma cukuik untuak tempe, mau nagih daging, ya ga bener donk …

 

 

sekali lagi mohon maaf. karna selama saya hidup dan melihat sekeliling saya, saya rasa laki2 minang lebih beruntung menikahi wanita minang,

 

Kiro2 pandapek Renny itu valid ga … kalau valid mungkin beko buliah lo ambo bapikia untuak menikahi wanita minang …J

 

 

sepahit2 apapun hidup, wanita minang tetap tegar, tidak ada istilah ado piti uda disayang tak ado piti uda ditendang di wanita minang,beda dgn wanita2 lainya ....

 

 

Kalau iko mungkin ga valid, atau setidaknyo ga 100% valid. Kalau ambo indak bapitih Alhamdulillah lai ndak ditendangnyo dek istri ambo nan urang Solo-Sangir do, tapi disuruah ambiaknyo dari dompetnyo, atau kartu ATM nyo dipinjamkannyo ka ambo sambia ma-sms no PIN nyo J

 

Riri

Bekasi, l, 47

 

renny,ancol

 

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 9:39:55 AM12/3/09
to jupar...@yahoo.com, rant...@googlegroups.com
ok da, sip ;) reni catat jawaban uda, kita tunggu jawaban yg lain,
setelah dikatakan cukup , akan ada pertanyaan pemungkas ttg topik diatas,

renny,ancol
www.renisy.blogspot.com

jupar...@yahoo.com wrote:
> Ndak ciek do tanyo Reni tigo mah Bia lah ambo jawek pertanyaan reni ko sebagai lelaki minang nan ba istri urang minang juo No 1 Yo ndak pernah ambo mancuci itu do, karano lah dislasaikan dan dibereskan dek urang rumah sakik jiko ambo menterjemahkan kontan2 pertanyaan Reni, tapi kok ado dibaliak itu nan tersirat tantu lai mambantu istri ambo habis melahirkan dek kondisi masih lamah dan paniang lalek samisal mamapah jalan ka toilet, manyuokan nasi, maagiah minum, manuka popok anak tangah malam, pai babalanjo samba, mamasak nasi di rice cooker, mamasangkan apo tu jamu sa set nan balulurkan ka paruik jo kaniang tu..ya itulah lah No 2 Lai juo tapi sakali-sakali sajo dek bakarajo diakhir pakan atau sore malam hari manyuokan anak makan sabalun inyo pandai makan sorang nan acok yo istrinyo, kalau manggendong jo kain ala urang jawa tu yo ndak bisa ambo do takuik takilia atau talapeh anak dalam pangkuan, nan familiar ambo yo manggendong anak jo tas ransel nan
banyak dijua ditoko perlengkapan bayi nan badannyo marapek ka badang awak, jadi sambia bajalan2 ka mol yo bantuak itu lah atau sekedar basangai2 jo matoari pagi diakhir pakan dan jalan2 sore No 3 Ambolah tabiaso makan jiko bahidangan bantuak pesta tu ala perancis, tapi kok tempe jo karupuak tu makan ala kadar, jadi nan ala kadar ko lah biaso ambo di hutan katiko mandah, dirumah ambo ndak rewel do jo samba buruak cubadak baangek2 bana ndak baa nan pantiang yo ado buah dek ambo walau hanyoi buah2 kampuang sajo sarupo pepaya tapi kok nan samba lamak2 paralu juo sangaik relatif masalah selero kadang2 masakan ala kadar ko saumua2 ambo sebagai lelaki minang malah mambuek makan lamak sarupo minggu nan lalu mambuek pepes ikan peda dibaluik pucuak parancih jo bawang merah tokok2 kasa jo lado merah dll lalu samba lado plus tempe goreang..mmmm mabuek lidah bergoyang tak terkendali juo, baitu juo ikan asin balah di baka buek samba lado oke2 sajo nan paliang ala
kadar yo nasi putiah sajo jo garam iko pernah juo ambo cubo katiko mandah di hutan dek kehabisan bahan makanan tingga bareh jo garam sajo, kalau ndak nasi jo gulo Itu jawek ambo sebagai lelaki minang nan hiduik marantau, jujur sajo ambo basyukur ado mintuo disiko memang nan namo mintuo di pihak padusi kasiah tu yo talimpah ka anak dan cucunyo baa keceknyo "rindu baliak di pipisin dan di pup cucu" Lah sagan lo ambo mandakek urang rumah kok mintuo datang pas habih malahiakan urang rumah paliang beko malam dan tangah malam turun tangan Wass-jepe Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! From: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>
> Date: Thu, 3 Dec 2009 05:23:41 -0800 (PST) To: <rant...@googlegroups.com> Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria tanyo banyak ciek...
> maaf sabalunyo
>  
> 1. apo ado laki2 minang wakatu istri melahirkan mencucikan kain atau bekas melahirkan istrinya?
>  
> 2. apo ado laki2 minang yg mau mengasuh anaknya ( aku sering liat laki2 jawa yg memberi makan anaknya di perkarangan rumah, atau dijalan sambil mengendong anak dgn kain
>  
> 3. apo ado laki2 minang yg makan dgn apa adanya ? seperti org jawa dan sunda makan dgn tempe atau krupuk tetap nikmat....
>  
> sekali lagi mohon maaf. karna selama saya hidup dan melihat sekeliling saya, saya rasa laki2 minang lebih beruntung menikahi wanita minang,
>  
> sepahit2 apapun hidup, wanita minang tetap tegar, tidak ada istilah ado piti uda disayang tak ado piti uda ditendang di wanita minang,beda dgn wanita2 lainya ....
>  
>  
> renny,ancol
> www.renisy.blogspot.com

Bakhtiar Muin

unread,
Dec 3, 2009, 9:41:17 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com, bms...@gmail.com

Ass.wr.wb.

 

Reny:

 

tanyo banyak ciek...

maaf sabalunyo

 

1. apo ado laki2 minang wakatu istri melahirkan mencucikan kain atau bekas melahirkan istrinya?

 

2. apo ado laki2 minang yg mau mengasuh anaknya ( aku sering liat laki2 jawa yg memberi makan anaknya di perkarangan rumah, atau dijalan sambil mengendong anak dgn kain

 

3. apo ado laki2 minang yg makan dgn apa adanya ? seperti org jawa dan sunda makan dgn tempe atau krupuk tetap nikmat....

 

sekali lagi mohon maaf. karna selama saya hidup dan melihat sekeliling saya, saya rasa laki2 minang lebih beruntung menikahi wanita minang,

 

sepahit2 apapun hidup, wanita minang tetap tegar, tidak ada istilah ado piti uda disayang tak ado piti uda ditendang di wanita minang,beda dgn wanita2 lainya ....

 

 

BakhtiarM:

 

Reny, itu tergantung situasi. Kalau suami-istri keduanya kerja, bagaimanapun dalam rumah tangga harus share.

 

Selama sekolah di US, jangankan waktu melahirkan, se-hari tugas suami mencuci pakaian, perbaiki mobil, ngurus anak, membersihkan popoknya sampai umur dua tahun. Di US karena pakai pamper, biasanya anak baru ke toilet setelah dua tahun. Ambo mengasuh anak, sambil belajar, karena isteri kerja.

Ambo masak sendiri, sekarang juga begitu. Segala masakan bisa, buka buku, tapi tentunya tidak seenak masakan isteri.

Isteri di Bandung, kalau ambo di Jakarta masak sendiri, pagi2 beli ayam, ikan, sayur dll, sama yg pakai gerobak, murah meriah, masak sendiri. Makan diluar, kurang hygienis, sering sakit perut, akhirnya memutuskan masak sendiri.

 

Kalau Reny singgah di rumah ambo di Jkt, ambo masakan, apo nan katuju, ambo masak.

 

Masalah ado piti uda disayang, tak ado pitih uda ditentang, samo sajo, suku manapun juga, tergantung orangnya.

Yang Reny mungkin protes, uda kayo rayo, tambah ciek lai.

 

Wass.wr.wb.

Bakhtiar Muin

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 9:42:20 AM12/3/09
to riri.c...@rantaunet.org, rant...@googlegroups.com
siip da riri ;) tarimo kasih
yg lain mana?

renny.ancol
www.renisy.blogspot.com

jupar...@yahoo.com

unread,
Dec 3, 2009, 9:45:23 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
Bajawek juo dek Uda nan indak banomnor mah ha ha ha

Tapi masalah baruntuang indak baruntuang jadi lelaki minang mungkin dek lelaki jawa nan manggendong anak jo kain dan mangasuah tiok hari ko mangecek ka tetangganyo nan lelaki minang baistri urang minang

Baa yo bahaso jawanyo
Ha ha ha tapi kok inyo mangecek jawa terjemahan minangnyo

"Nde baruntuangnyo si jepe tu lai lelaki minang ndak co waden manggendong2 anak jo kain panjang" :)

Kalo masalah tendang manendang bakpeang indak bakepeang sangaik relatif, satiok suku pasti ado juo indak bakepeang abang kanai tendang, sadang lai bakepeang kanai tendang juo (kurang banyak bang, misal) tapi usahokan iduik barumah tangga jaan diarahkan ka permasalahan "tendang manenendang" dalam urusan pitih cari solusi baa kecek Da Riri (dagiang jo tempe) kok gaji laki pas2an minta lo bali tas branded Braun Buffel yo takepor laki dek e..solusinyo taragak juo tas tangan merek Braun Buffel bali sajo nan "kapiran" mayan he he

Jaan sampai ditendang lo si Uda..lelaki minang plis deh

Oke sia lai nan barani manjawek tanyo si Reni

Wass-jepe
Dek jauh jo klga keasyikan selancar di RN he he

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


From: "Riri Mairizal Chaidir" <riri.c...@rantaunet.org>
Date: Thu, 3 Dec 2009 21:24:38 +0700
Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

buyamasoedabidin

unread,
Dec 3, 2009, 9:45:40 AM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
Reni ...
Kehebatan kekerabatan matrilineal itu
di tangan perempuan Minang...
Lihat dan telitilah bila seseorang mengalami ditinggal kematian ayah di Minangkabau yang masih memiliki kekerabatan yang kuat, maka anak-anaknya masih berpeluang besar akan maju karena dijaga oleh kerabat ibunya, yakni keluarga perempuan minang itu ....,
tetapi bila sang ibu yang pergi (kematian ibu) biasanya si anak menjadi sangat susah, apalagi kalau si anak dibawa oleh si bapak ke ibu yang lainnya ...
Memang benar hubungan kekerabatan yang lebih tua ikatannya adalah hubungan anak dengan ibunya.. walau nasab masih di tangan lelaki ... lihatlah dekatnya anak-anak Adam AS kepada Hawa dari pada kepada Adam sendiri .. atau bagaimana dekatnya Ismail kepada Siti Hajar atau Ismail kepada Sarah, daripada kepada Ibrahim sang ayah .. itu pula barangkali pesan Nabi Muhammad SAW kepada uimatnya ketika ditanya kepada siapa kami sepantasnya lebih dahulu berbakti .. maka dijawab oleh Rasulullah "kepada ibumu" sampai tiga kali ... dan seterusnya ... di sinilah wilayah kaum ibu perempuan yang disikapi oleh orang Minang dengan tali matriliniel itu ...
Lihatlah ini sebagai suatu kenyataan dan kearifan ...
Wassalam
Buya HMA
--
Allahumma inna nas-aluka ridhaa-ka wa al-jannah, wa na'uudzu bika min sakhati-ka wa an-naar
Allahumma ghfir-lana dzunubana, wa li ikhwanina, wa sabaquuna bil-imaan,wa laa taj'al fii qulubinaa ghillan lil-ladzina aamanuu Rabbana innaka ghafuurun rahiim.

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 9:46:46 AM12/3/09
to bms...@gmail.com, rant...@googlegroups.com, bms...@gmail.com
tarimo kasih pak, ;) so sweet,
kapan diundang makan pak? Sabalunnyo tarimo kasih ciek lai he hehe

renny.ancol
www.renisy.blogspot.com

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 9:51:45 AM12/3/09
to buyamaso...@gmail.com, rant...@googlegroups.com
setuju buya, terima kasih, semoga apo yg buya sampaikan bisa membuka mata hati laki2, dan judul topik diatas bisa dikatakan tidak benarkan buya?

Renny.ancol
www.renisy.blogspot.com

buyamasoedabidin wrote:
> Reni ... Kehebatan kekerabatan matrilineal itu di tangan perempuan Minang... Lihat dan telitilah bila seseorang mengalami ditinggal kematian ayah di Minangkabau yang masih memiliki kekerabatan yang kuat, maka anak-anaknya masih berpeluang besar akan maju karena dijaga oleh kerabat ibunya, yakni keluarga perempuan minang itu ....,
> tetapi bila sang ibu yang pergi (kematian ibu) biasanya si anak menjadi sangat susah, apalagi kalau si anak dibawa oleh si bapak ke ibu yang lainnya ... Memang benar hubungan kekerabatan yang lebih tua ikatannya adalah hubungan anak dengan ibunya.. walau nasab masih di tangan lelaki ... lihatlah dekatnya anak-anak Adam AS kepada Hawa dari pada kepada Adam sendiri .. atau bagaimana dekatnya Ismail kepada Siti Hajar atau Ismail kepada Sarah, daripada kepada Ibrahim sang ayah .. itu pula barangkali pesan Nabi Muhammad SAW kepada uimatnya ketika ditanya kepada siapa kami sepantasnya lebih dahulu berbakti .. maka dijawab oleh Rasulullah "kepada ibumu" sampai tiga kali ... dan seterusnya ... di sinilah wilayah kaum ibu perempuan yang disikapi oleh orang Minang dengan tali matriliniel itu ...
> Lihatlah ini sebagai suatu kenyataan dan kearifan ... Wassalam Buya HMA Pada 3 Desember 2009 20:23, Reni Sisri Yanti < resy...@yahoo.com > menulis:
> tanyo banyak ciek...
> maaf sabalunyo
>  
> 1. apo ado laki2 minang wakatu istri melahirkan mencucikan kain atau bekas melahirkan istrinya?
>  
> 2. apo ado laki2 minang yg mau mengasuh anaknya ( aku sering liat laki2 jawa yg memberi makan anaknya di perkarangan rumah, atau dijalan sambil mengendong anak dgn kain
>  
> 3. apo ado laki2 minang yg makan dgn apa adanya ? seperti org jawa dan sunda makan dgn tempe atau krupuk tetap nikmat....
>  
> sekali lagi mohon maaf. karna selama saya hidup dan melihat sekeliling saya, saya rasa laki2 minang lebih beruntung menikahi wanita minang,
>  
> sepahit2 apapun hidup, wanita minang tetap tegar, tidak ada istilah ado piti uda disayang tak ado piti uda ditendang di wanita minang,beda dgn wanita2 lainya ....
>  
>  
> renny,ancol
> www.renisy.blogspot.com

Firdha Samsir Alam

unread,
Dec 3, 2009, 8:42:37 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com, aku_m...@yahoo.com
saya sangat tertarik isi email nofairdi,  boleh dong sedikit saya tambahi berdasarkan pengalaman pribadi saya apa lagi saya bangga jadi wanita berdarah minang .... tegar, tabah dan paling utama bertanggung jawab terhadap keluarga itulah perempuan Minang.... di lingkungan saya sendiri saya perhatikan janda-janda baik itu janda cerai mati atau janda cerai hidup  tapi tetap tegar dalam mencari nafkah untuk anak - anak mereka....  didikan itu yang mereka terima dari ibu mereka... perempuan minang mampu bertangung jawab .... kita lihat banyak kaum laki - laki dari minang yang setelah bercerai (hidup) meninggalkan anak - anak mereka begitu saja tanpa ada rasa tanggung jawab dari mereka karena adat Matriakat yang ada di Minang bahwa setiap anak -anak berada dipihak ibu kalau terjadi perceraian ..... hal  ini mengakibatkan banyak anak - anak yang ditinggalkan begitu saja oleh sibapak tanpa  ada tanggung jawab dari bapak tersebut.... walau dalam persidangan perceraian sekalipun ditentukan berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh si bapak untuk anak  - anak tsb tapi itu hanya. tinggal janji diatas kertas (Banyak hal ini terjadi ).

Tidak ada kebudayaan Minang kabau (matrilineal) yang mendidik anak perempuannya kelak jadi seorang ibu rumah tangga  yang berkuasa kepada suaminya tetapi bertanggung jawab  iya.. lagi pula saya setuju kalau rumah orang tua diberikan ke anak perempuan ... dan anak laki - laki menjaga supaya rumah itu tetap aman dan terlindung dari segala pihak yang mungkin saja berniat buruk terhadap rumah tsb.


menjadi Perempuan Minang bagaikan induk ayam yang  mengais tanah mencari cacing untuk makan  anak- anak nya.... setelah anak-anaknya makan baru  si induk makan....

jadi  cengeng, manja ,malas, otoriter dan mati karancak-an bukan lah tipe perempuan Minang..... salut tuk  desni intan suri.... salaam

From: Nofiardi <Nofi...@pec-tech.com>
To: Rantau <RantauNet@googlegroups..com>

Sent: Thu, December 3, 2009 8:09:14 AM
Subject: [R@ntau-Net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

oleh: Desni Intan Suri

 

Dunia Perempuan | Rabu, 02/12/2009 22:21 WIB


Suatu kali aku dan suami berkenalan dengan seorang pria yang bukan dari daerah Sumbar. Dalam pembicaraan kami yang menceritakan daerah masing-masing ia memberikan pendapat dan kesannya terhadap wanita minang kabau. Kesan dan pendapatnya itu membuatku terkaget-kaget.

“Gimana mas rasanya punya istri orang minang?” kata si pria ini pada suamiku. Suamiku sempat bingung menjawabnya, tapi dijawabnya juga “ yaa..rasanya ya ..rasa punya istri…” kata suamiku sambil tertawa.

“Bukan, maksud saya beristrikan wanita minang gimana rasanya? Katanya ngotot. Akupun tergoda untuk menimpalinya “ maksudnya rasa apanya nih pak..jelaskanlah..” kataku. Dia tersenyum dan tetap mengarahkan pandangannya kesuami ku : “ setahu saya wanita minang itu sangat dominan dalam rumah tangga…bahkan kesannya seperti kaum pria dijajah saja. Adat minang kabau saja sudah menampakkan hal itu. Tak heran watak wanitanya menjadi berkuasa seperti itu. Saya merasa adat minang kesannya seperti membuang anak laki-laki. Coba saja lihat, secara rohaniah yang memiliki rumah adalah wanita ,kaum pria hanya menumpang. Kalau sudah menjadi suami ,kedudukannyapun lemah sebagai seorang bapak dari anaknya, yang memutuskan kehidupan anaknya terutama dalam masalah perkawinan justru adik laki-laki istrinya.Masyarakat minang itu juga menganut sistim matriakat yang mana kekuasaan terletak ditangan Ibu atau wanita.hm…ini benar-benar bikin wanita diatas angin. Dalam keluarga saya ada dua orang yang sempat beristrikan orang minang ,dua-duanya berakhir dengan perceraian dengan didahului pertengkaran demi pertengkaran. Istri-istri mereka sangat dominan bahkan terkesan tidak menghargai suami. “.

Aku segera ingat dengan teman karibku Nirita yang baru saja dua hari yang lalu curhat datang kerumah. Nirita adalah teman kecilku sejak disekolah dasar. Garis nasib kemudian berbeda jauh diantara kami. Aku sekarang berstatus Ibu rumah tangga yang berwiraswasta, sedangkan ia adalah seorang Manager Public Relation dan marketing di sebuah hotel berbintang. Ia meminta saranku ketika ia merasa harus mengakhiri kehidupan perkawinanya dengan Syaiful yang dulunya juga adalah teman satu perguruan tinggi denganku. “Dia lamban sekali ..aku bosan mendorongnya terus,dia maunya mengembangkan dunia tulis menulisnya padahal diakan sarjana tehnik mesin..apalah yang akan dapat dari dunia tulis menulis..aku udah susah-susah cariin kerjaan bergengsi buat dia ..eh dicuekin..maunya dia apa? Hasil tulis menulisnya cuma cukup beli korek kuping..tak lebih..!".

Aku juga ingat dengan Lulu anak bibiku. Sampai umurnya mencapai 53 tahun saat ini, tak ada minatnya sedikitpun untuk berumah tangga. Sekarang ia bekerja disebuah stasiun televisi swasta di Australia. Ketika kami semua mencoba-coba menyodorkan ‘calon” padanya, semua dijawabnya dengan kata-kata ” Ngga level…!”. Sampai saat ini, ia masih merasa bahwa levelnya adalah lebih tinggi dari pria manapun yang diperkenalkan padanya. Akhirnya kami menyerah dan membiarkan ia memilih kehidupannya sendiri.

Dirumah aku termenung-menung sendiri memikirkan kalimat-kalimat “dakwaan” dari pria kenalan baru kami tadi sewaktu diperhelatan kenalan suamiku. Kuhubung-hubungkan semua ini. Kucoba pula mengoreksi diriku sendiri, apakah aku bersikap seperti yang ia sebutkan itu kepada suamiku sendiri?. Pikiranku itu terbaca oleh suamiku. Ia tersenyum-senyum menggodaku . “ Tersinggung ni yeee… dibilang penjajah… katanya tergelak-gelak. “ Tidak juga…cuma mencoba koreksi diri saja…” kataku kalem mencoba menutupi perasaanku sebenarnya.. Suamiku manggut-manggut sambil menepuk-nepuk punggungku “tenang…tenang..aku ngga merasa dijajah kok….” Katanya memperlebar senyumnya .

Esok paginya ketika aku sedang menyiapkan sarapan pagi keluarga, aku didatangi Ranti tetangga baru kami. Ia baru dua bulan menngontrak rumah sebelah kiri rumah kami. Ia seorang wanita minang berasal dari Padang panjang. Begitu dia tahu aku juga orang minang, hampir tiap hari dia main kerumah kami. Katanya ia bekerja disebuah perusahaan muliti nasional . Waktu baru berkenalan kami sempat heran ,katanya dia sudah mempunyai suami dan tiga orang anak, tapi kok dirumah itu yang keliatan hanya dia saja. Baru kemudian kami paham setelah ia menceritakan kehidupan rumah tangganya kepadaku. ‘ Suamiku pengangguran tingkat tinggi..sudah masuk tahun kelima sekarang..ada teman yang nawarin kerja padaku dijakarta ini,gajinya cukup besar...yaa daripada anak-anakku ngga makan aku terima pekerjaan itu…, di Padang udah susah cari kerja sementara anak-anakkan perlu makan dan biaya sekolah..sekarang dia yang ngurusin anak-anak aku kerja..,harus ada salah satu kami bertindak kalau mau bangkit…ya kan Des?aku akan mencari peluang kerja buat dia disini , baru setelah itu memungkin bagi kami untuk kumpul lagi…”katanya waktu itu.


Aku memandang kepergian Ranti dari balik jendela dapur. Ia hanya datang untuk mengembalikan piringku sebelum pergi kekantornya. Kemarin kuisi nasi uduk bikinanku untuknya. Pikiranku dipenuhi dengan beberapa pertanyaan dan menerawang kemana-mana. Apakah wanita minang seperti Ranti juga disebut sebagai seorang wanita yang dominan?. Apakah keluhan yang disampaikan Nirita atau Lulu padaku dulu mewakili pola watak wanita minang kabau secara keseluruhannya?. Apakah benar adat minangkabau yang matriakat membuat wanita minang kabau membabi buta memburu kesetaraan gender?. Apakah hak dan kekuasaannya yang diberikan kepada mereka dalam adat membuat mereka menjadi melemahkan kedudukan pria sebagai pendamping hidup mereka?.

Kalau menelusuri kehidupan kekeluargaan orang minang sendiri memang adat minang seperti sudah melahirkan watak perantau bagi pria minang, dan watak bundo kanduang bagi wanita minang.Kaum laki-laki diminang, dianggap sebagai kaum yang “menumpang” dirumah gadang. Rumah yang sesungguhnya bagi kaum laki-laki minang adalah Surau. Dari kecil mereka sudah diajar mengaji dan belajar silat berpindah-pindah dari satu surau/tempat ke lainnya. Namun inipula yg kemudian menjadi sumber dinamika pria minang untuk menjadi pengembara/perantau .

Sebaliknya untuk kaum wanita minang telah diberikan sebuah kekuasaan dalam kepemimpinan dan tanggung jawab yang besar untuk mereka. Kekuasaan dan tanggung jawab yang besar dimulai dari sebuah mitos mengenai seorang pemimpin wanita yang disebut Bundo Kanduang. Sebetulnya banyak pendapat mengenai asal muasal sosok Bundo Kanduang ini. Tapi dalam cerita /kaba cindua mato ada bahagian yang menyebutkan bahwa keberadaan Bundo kanduang sama dengan awal adanya alam ini. Jangan salah pengertian dengan kata” alam” disini.. Alam dalam bahasa kiasan minang bukan berarti sejak jaman Adam dan Hawa ada, tapi alam disini berarti sebuah wilayah kekuasaan. Jadi dalam cerita/kaba cindua mato keberadaan Bundo kanduang itu diawali dari sebuah kerajaan yang dipimpinnya. Nah, dalam kepemimpinan Bundo Kanduang ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang arif dan bijaksana dan mempunyai tingkat kharisma yang sangat tinggi diantara bawahan dan penghuni rumah gadang yaitu Istana pagaruyung dulunya. Ia disegani dan sangat dihormati karena kepiawaian serta kecerdasan dalam buah pikirannya untuk mengelola tanah pusako dan memimpin semua yang tinggal dalam rumah gadang tersebut.


Untuk selanjutnya dengan berjalannya waktu Bundo kanduang kemudian dijadikan sebuah limbago yang menajdi panggilan untuk golongan kaum wanita minang kabau.Dalam hal ini wanitapun telah ditetapkan untuk mempunyai beberapa tanggung jawabnya terhadap rumah gadang dan tanah pusako dikampung halaman . Perlu ditekankan disini, bahwa yang diberikan kepada wanita adalah “hak tanggung jawab “ bukan kekuasaan. Artinya istilah “matriakat yang berarti “ibu yang berkuasa” sudah ditinggalkan. Sedangkan hak tanggung jawab yang dibebankan ke pada kaum wanita minang tersebut diantaranya yang inti adalah :
1.Sebagai untuk menarik garis keturunan yang disebut sebagai sistim garis keturunan ibu atau matrilineal
2.Sebagai yang bertanggung jawab atas kepemilikan rumah gadang
3.Sebagai yang bertanggung jawab atas sumber ekonomi seperti sawah,ladang ,tanah garapan dll
4.Sebagai tempat penyimpanan hasil ekonomi dengan pepatah “umbun puruak pegangan kunci,umbun puruak alunan bunian” maksudnya wanita adalah sebagai pemegang kunci ekonomi harta pusako
5.Sebagai penanggung jawab dalam pengaturan rumah tangga dan menentukan baik buruknya jalan roda rumah tangga. Disini wanita yang berfungsi sebagai Ibu dianggap sangat berpengaruh dalam pembentukan watak manusia . Ini terlihat dalam pepatahnya : “ Kalau karuah aie dihulu, sampai kamuaro karuah juo.Rintiak anaknyo,turunan atok ka palimbahan”.
6.Sebagai penanggung jawab pemeliharaan harta pusako, anak dan kemenakan.

Jelaslah sudah, dari tanggung jawab yang diberikan adat kepada kaum wanita disini membuat kaum wanita minang kabau dituntut untuk menjadi cerdas,cerdik,pandai dan berilmu pengetahuan yang tinggi. Sedangkan kaum pria yang dianggap sebagai kaum yang “menumpang” secara tak langsung pula mempengaruhi nilai tingginya harga diri mereka dikampung halaman sendiri. Contohnya saja dalam memproduktivitaskan tanah pusako wanita dan laki-laki boleh berdampingan mengolahnya. Namun begitu ada hasilnya, kaum wanita boleh-boleh saja langsung memakan hasilnya tersebut ditengah rumah bersama keluarganya. Sebaliknya kaum laki-laki akan menitipkannya dulu dilumbung rumah gadang. Adalah sebuah harga diri bagi kaum pria memakan hasil itu kalau tidak terpaksa betul. Kaum pria malah memantangkan diri mengambil haknya,karena mereka lebih merasa mempunyai harga diri bila hidup dari hasil jerih payah sendiri.

Perbedaan yang tajam ini membuat kaum pria mengembara mencari kesuksesan dan keberhasilan dalam hidupnya sendiri. Sementara tampuk tanggung jawab di kampung halaman jatuh ketangan wanita. Hal inilah yang membuat kaum wanita minang terkenal dengan sikapnya sebagai pekerja keras. Tidak mau hanya berpangku tangan atau berleha-leha saja walau ia sudah mempunyai harta sekalipun. Jiwa bisnis wanita minangpun sangat tinggi,karena dengan tanggung jawab yang diberikan pada mereka dalam mengatur roda perekomonian tanah pusako membuat mereka harus cerdik dan pandai dalam perdagangan.

Walaupun pada catatan pada Badan Pusat Statistik Sumbar masih menunjukkan angka keterlibatan wanita dilapangan kerja masih dbawah angka pria, namun yang terlibat membuka lapangan kerja sendiri atau berwiraswasta lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita di Sumbar. Diantaranya banyak yang membuka lapangan kerja dibidang kewanitaan yang berbentuk makanan, kerajinan tangan,jahit menjahit dll. Waktu kami baru-baru ini pulang kampung, kami melewati kawasan pasar kotobaru yang kebetulan sedang ada “hari Pasar”. Perjalanan kami sedikit terkena macet dengan keramaian pasar tersebut. Uniknya pasar ini adalah, para pedagangnya semua didominasi oleh kaum perempuan. Hampir setiap sudut kami lihat yang menawarkan beragam sayuran dan rempah-rempah dapur adalah rata-rata para wanita. Namun catatan BPS juga menyatakan bahwa angka putus sekolah lebih banyak terdapat pada prosentase untuk kaum pria . Artinya, semakin masuk kedalam jaman modern semakin terlihatlah kesadaran kaum wanita minangkabau untuk tampil lebih cerdas dan berilmu pula.

Dari kenyataan-kenyataan yang ada ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa adat minang kabau bukan bertujuan untuk membentuk wanita bersikap otoriter atau berkuasa melebihi kekuasaan kaum pria apalagi meletakkan posisi kaum pria dibelakang kaum wanita. Adat minang kabau selama ini sesungguhnya mengajarkan dan mendidik dua gender ini untuk bisa tampil dalam kekuatan mereka masing-masing dengan kepribadian yang kokoh untuk mampu hidup diatas kaki sendiri tanpa mengemis-ngemis apalagi bersikap culas,licik dalam memperjuangkan kehidupannya sendiri. Wanita minangkabau dengan tanggung jawab yang dibebankan pada mereka membuat mereka bisa memahami sifat kepemimpinan yang arif dan bijaksana. Sebaliknya kaum pria yang lebih diberikan kesempatan mengembara atau merantau membuat mereka tampil sebagai kaum yang kenyang akan pengalaman hidup hingga mereka lebih ahli menyelami dan mengukur kehidupan itu sendiri untuk target keberhasilan mereka.

Seharusnya memang begitu. Tapi sebuah tata aturan dalam kehidupan yang dirancang manusia tidak semuanya akan bisa tertata dengan lancar dan rapi sesuai yang dikehendaki. Ada saja yang melenceng dari aturan yang sebenarnya.. Dalam hal ini rasanya aneh bila kita menyalahkan adat,karena sebuah adat tentu lahir dari tata aturan yang tujuannya adalah untuk sebuah kebaikan. Sebuah egolah yang merusak tata aturan tersebut. Ego tersebut akan tampil tidak hanya dari bersendirian dari kedua gender ini karena mereka saling kait mengait untuk membuat ego tersebut berkembang menjadi sikap individualistis yang saling menyalahkan. Wanita yang berkuasa karena berada pada sistim matriakat akan mempergunakan egonya untuk membelakangi kaum pria. Sebaliknya kaum pria yang merasa hidup dengan wanita matriakat dalam kekuasaan berharta ,akan mempergunakan kesempatan pula untuk bermalas-malasan dengan hanya duduk menopang dagu memakan harta istri/wanita. Sikap dari kedua gender ini akan melahirkan ego yang ditindas dan menindas.


Maka tak ada salahnya kalau aku merasa terdorong untuk mengupas masalah ini,karena disebabkan begitu kentalnya darah minang melekat pada diriku. Dan dengan jujur kusampaikan bahwa watak wanita minang yang terbentuk dari adatnya adapula melekat dalam diriku. Aku yakin, semua wanita minang yang merasa mempunyai darah minang yang kental mengalir pada dirinya akan merasakan hal yang sama denganku. Dan dengan jujur pula aku sampaikan bahwa akupun pernah melalui masa “transisi” berumah tangga dalam menselaraskan kehidupan kami, agar tetap seimbang. Perbedaan pandangan dan prinsip hidup pernah terbagi dua antara kami suami istri karena berasal dari adat dan budaya yang berbeda. Aku dari minang, suamiku dari Jawa. Namun ini bukanlah masalah adat, tapi adalah dari “ego” kita masing-masing. Aku yakin, sikap Nirita,Lulu maupun Ranti juga lahir karena ego bukan karena adat. Adat memang membentuk wanita minang menjadi sosok yang kuat,tegas dan mandiri. Tapi adat tidak mengolah mereka menjadi sosok yang merasa lebih benar dan jauh dari timbang rasa. Ada kalanya memang wanita minang harus terpaksa tampil lebih dulu seperti yang dilakukan Ranti. Sikap mandiri darah minangnya membuat ia tampil sebagai pengambil keputusan disaat kehidupan sudah menuntut untuk adanya sebuah keputusan. Sebaliknya sikap Nirita dan Lulu adalah sikap keras dan tegas yang lebih mencondongkan ego,sehingga timbullah kesalah pahaman dalam keterlanjuran sikap berkuasa bagi wanita minang itu sendiri disini. Mungkin keruwetan buhul perkawinan dua orang saudara kenalan baru kami diperhelatan dua hari yang lalu juga begitu adanya.

Akhir kata, memang tuntutan untuk kesetaraan gender atau emansipasi atau apalah namanya haruslah dikaji ulang.Bila tuntutan itu ternyata menimbulkan sebuah kesombongan, sikap menguasai dan merasa harus melebihi kaum pria atau bahkan yang lebih parah lagi adalah merendahkan dan melecehkan martabat kaum pria,tentulah ini sudah salah pemahamannya. Artinya, bila ia seorang wanita lajang iapun harus memahami batas-batas pergaulannya yang tidak merusak norma-norma kaedah dirinya sendiri sebagai wanita. Baik itu batas dalam memperoleh pendidikan, lapangan kerja maupun sebuah kekuasaan. Bila ia seorang istri, tentulah yang pertama yang menjadi panutan dan tempat ia bersepakat adalah suami sendiri.Walaupun pendidikan, kedudukan atau penghasilannya lebih memadai dari sang suami adalah suatu kewajiban utama baginya untuk tetap berada dibelakang suaminya. Selayaknyalah ia harus terlebih dahulu mendengar dan bertindak sesuai arahan suami kecuali bila keadaan tidak memungkinkan lagi untuk berbuat demikian. Semoga tulisan ini dapat menjadi pedoman diriku sendiri, teman2ku wanita maupun pria, baik yang berdarah minang maupun bukan.

Kuala Lumpur , 21 November 2009
referensi : dari buku2 karangan Zuriati dan Amir M.S serta blog2 di internet serta hasil pandangan pribadi.
*) ditulis dalam catatan pada FB oleh Desni Intan Suri

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 9:55:17 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
pagi uni firdha
mau tanyo ciek,duo,tigo
jadi kalo ada perceraian , laki2 tsb tidak bertanggung jawab pada anaknya? walau sudah ada perjanjian setelah perceraian ? bukan ada hukumnya apabila tyidak menjalani perjanjian itu? atau karna tidak mau memperpanjang masalah maka didiamkan saja?
 
terima kasih sebelumnya uni
 
renny,ancol


From: Firdha Samsir Alam <aku_m...@yahoo.com>
To: rant...@googlegroups.com
Cc: aku_m...@yahoo.com
Sent: Fri, December 4, 2009 8:42:37 AM
Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
compressed/chunked Wed Dec 2 04:36:13 PST 2009 -->

Ryan Firdaus

unread,
Dec 3, 2009, 10:26:30 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum wr.wb...al Fadhil Buya MA sarato dunsanak palanta RN
 
sabalumnyo ambo minta maaf kalau buah fikiran ambo ko tak begitu halus..
 
Buya mengawali jawaban pertanyaan sanak Reny dg ungkapan..Kehebatan kekerabatan matrilinear itu di tangan perempuan minang..ado yang bermain dalam fikiran ambo, apokah kekerabatan yg di ungkapkan itu bukan nasab??kalau nasab itu diartikan sebagai sistem perkerabatan, maknanyo adat kito ndak selari dengan tuntutan islam...mohom pencerahan dari Buya...
 
Kalau kito telusuri pulo sejarah junjungan kito Nabi Muhammad shallalllhu alaihi wassalam, selepas kemangkatan ayahanda beliau, kemudian di ikuti dg ibundaNya..Beliau dibesarkan oleh Paman dari sebelah Ayah, sehinggalah dewasa..
 
Mungkin skema nan dicontohkan oleh Buya dan sebelumnyo oleh sanak Reny disebabkan oleh didikan adat yg telah di terapkan di Minang telah berakar umbi sejak berkurun yang lalu, jadi begitulah yang kita tatap skenario kehidupan di ranah minang...wanita Minang seorang yang berdikari, tabah, ulet dan pantang menyerah...itu betul, dan itu juga kita bisa lihat pada wanita2 dari suku yang lain...bahkan mungkin ada yang lebih hebat.., tapi ada juga banyak cerita yg tak di ekspose tentang 'derita' lelaki yg berpisah hidup dg isteri wanita minang..yang keluar dai rumahnya sehelai sepinggang..karena tak ada hak materi atas namanya...atau hak patent sebagai kepala rumah tangga banyak di campuri, atau lebih keras lagi di ambil alih oleh 'mamak' kepada anak2nya, wal hal dia masih hidup...
 
Tentang kewajiban berbakti kepada kedua orang tua, hadist itu menunjukkan kalau ingin memenuhi permintaan yg sama, kita dahulukan dulu Ibu, karena begitu besarnya pengorbanan ibu...tapi dari segi kasih sayang, mesti adil...keduanya tetap nomor satu..sebab, kalau 'kederhakaan' alquran menyebut 'walidaini' maksudnya kedua ibu bapa...tak semua orang lebih dekat kepada ibu..begitu banyak anak2 perrempuan malah begitu dekat dg ayahanda mereka...itu semua sifatnya relatif..
 
Mungkin itu sebabnya ada adat bangsa arab yang masih dipakai oleh nabi, yaitu kalau menyebut atau menulis nama seseorang disebutkan 'bin' atau 'binti' nya untuk menegaskan nasab seseorang itu..bahkan kebiasannya disebut sampai ke kakeknyo..ini di ikuti oleh Malaysia <negara islam lain entahlah> didalam Identity Card atau akte kelahiran wajib di tuliskan 'bin' atau 'binti' termasuk di Negeri Sembilan yg masih memakai adat minang sebagai adat dalam pemerintahan raja nya...
 
Mengenai pertanyaan sanak Reny tentang apo ado lelaki minang begitu dan begini, jawabnya banyak! tetapi Lelaki minang yang beristerikan bukan minang, sebab kalau itu berlaku di daerah minang, dan kalau ado nan tahu, mesti di jadikan bahan cimeeh...dan sang lelaki tnetunya berasa malu...Padahal itulah yang sepatutnya berlaku..disaat sang isteri dalam pantang <habis bersalin> maka segala kerja berat harus dilakukan oleh sang suami, kalau dia tak mampu membayar pembantu, kalau dia mampu membayar pembantu, yaa tak usah lah terpaksa ambil cuti kerja pula karena terpaksa menjaga isteri dalam pantang...
 
Sesungguhnya ada lagi perkara yg jadi mainan dalam fikiran selama ini, yang merupakan hal yang basic dalam adat kita yang tak selari dengan dasar islam, contohnya hukum Faraid..yang melebihkan wanita, pada hal dalam islam lelaki adalah pemegang kuasa dua kali di bandingkan dengan wanita...
 
wassalam, salah silap harap maafkan..
ryan bin khaidir suku piliang 42 ipoh
 

 


From: buyamasoedabidin <buyamaso...@gmail.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Thu, December 3, 2009 10:45:40 PM

Ryan Firdaus

unread,
Dec 3, 2009, 10:45:04 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
sanak reny...jan dikatoan da riri surang sen beko...
ko ha...surang lai lelaki minang nan tetap beruntuang juo walaupun beristerikan bukan minang <melayu>, kasado tujuah anak nan lahia ambo nan mambasuah kain lampin anak tu..bahkan sagalo kain batiak nan kumuah kutiko bersalin..
kok pitih yo dari dompet uda nan kalua...sebab kutiko tu uda surang nan karajo...tapi inyo nan manage sado keperluan rumah tanggo, tapi sajak nyo ado income sendiri lah jarang ano 'marengek'...
 
ryan ipoh


From: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>

Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 10:48:50 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
terima kasih pak ryan,
soal komentar pak ryan sama buya biar buya yg menjawab
komentar pak ryan soal pertanyaan reni akan menambah sumber dr tulisan reni nantinya..
 
 
renny,ancol


From: Ryan Firdaus <ryanfi...@yahoo.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Fri, December 4, 2009 10:26:30 AM

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 10:52:59 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
iyo lah pak ryan
mudahan2 bapak2 ko memang suami, ayah terbaik buat keluarganya, amin...
 
renny,ancol

Sent: Fri, December 4, 2009 10:45:04 AM

Seprinaldi

unread,
Dec 3, 2009, 11:14:12 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
Sanak Reni,
Tanyo sanak yo ciek dikali tigo. Tapi nan jawak lah banyak nampak diambo. Dek sanak bakandak juo baru, ambo cubo lo lah agak sangenek..
 
Nan nomor ciek,
Kalo nan cando iko lai bana ko Ren. Tarutamo nan ambo tau nan lah pai marantau ko..disampiang ambo, kawan kawan sabalah rumah nan kabatulan urang awak juo samo ambo caliak.
 
Nan kaduo,
Kalo mangasuah anak ko jaleh lai juo lah ren. Cuma beda saketek diambo kalo nan dilua rumah ko , iyo indak maagiah makan doh. Tapi bamain, bagaluik, main bola jo anak, main sapeda dll. Kalo nan urusan makan jo ambo, bia anak umua bara pun, nanpantiang lah pandai duduak, iyo harus duduak. Indak di pakarangan doh ren..
 
Nan katigo,
Nan iko yo antah lah ko jawek nyo diambo ren. Kalo pitih nan abih, yo ambo lapia se apo nan ado. Tapi kalo lai juo isi puro lai, mintak tolong juo ka uni si Ren untuak mambali lauak maco agak saikua...
 
Jawaban ekstra untuak Reni stek koa..
 
Kalo disabuik baruntuang , laki laki nan dapek bini urang minang. Nan Ambo iyo kurang satuju Ren. Nan untuang jo rugi ko kan labiah dakek disangkuik an jo masalah ekonomi ndak ? Pitih, harato, dan lain lainnyo. Cubo ambo contoh kan kadiri ambo ko ren. Ambo ko punyo bini urang minang tulen suku caniago. Anak tigo laki laki kasadonyo. Seandainyo ambo bainvestasi rumah misalnyo di kampuang bini ambo. Apokoh lai rumah tu bisa dipake anak ambo untuak keluarga nyo isuak ??? Lai ko bisa inyo mambaok bini dan manggadang an anak anak dirumah tu ???Tigo ambo agiah tando tanyo nyo ren... Kecuali ambo balian nyo lahan, ambo buek an rumah, itu lain carito.
 
Jadi dari pado ambo maungkik ungkik nan itu ren , bialah si bujang ambo nan tigo  ko digadang an dirantau dulu. Nan surang mancandu bana mandanga carito ajo duta ukatu kupi darek di Batam kapatang ko. Keceknyo "lasuah pulo yo tingga di amerika, sikola perai, dapek pulo main salju" kecek nan surang lai umua limo taun heran pulo , katonyo "apak ko ( Ajo Duta ) dari amerika, kok indak mirip jo Obama ?" Ha..ha..
 
Kupi darek jo ajo duta tu kok lai jadi inspirasi pulo dek inyo mampajauah rantau...
 
Tapi walaupun baitu, nan wanita minang tu indak manjajah do Ren. Aturan nyo nan mambuek awak tabedo...
 
Salam,
Tamudo, btm 35
 
 

 

Darul M

unread,
Dec 3, 2009, 11:16:23 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com

Renny.

 

Kalau buliah ambo manjawab saketek.

Kalau membicarakan adat ini sebaiknya ditentukan kurun waktunya, dan tidak dicampur adukan satu sama lian.

 

Sebagaimana diketahui, adat adalah kebisaan yang dianut oleh sekelompok masyarakan, dan diakui bahwa aturan itu berlaku diantara mereka demi kepentingan hidup bersama. Sudah barang tentu adat yang akan dipakai adalah mengalami perobahan sesuai kebutuhan masyarakat yang memakainya.

 

Demikan juga diadat Minangkabau (tolong jangan dipisah penulisannya ya, sebab artinya bisa berubah menjadi si minang adalah kabau), ada istilah sakali aia gadang sakali tapian barubah. Buya Hamka juga mengemukakan, tidak ada yang tidak berobah, yang abadi hanya adalah perobahan itu sendiri.

 

Kembali kekurun waktu, dalam adat Minang asli, alias saisuak (walau ada juga yang memberlakukan/mempertahan saat sekarang), rang sumando adalah abu diateh tunggua, kalau ado angin inyo bisa tabang. Ini mengisyaratkan bahwa bapak adalah datang dan memang menompang dirumah istri (keluarga istri). Karena dia datang juga hanya membawa badan dan pakaiannya saja. Kemudian bila terjadi perceraian, maka sisuami ya pergi badan dan pakaiannya saja, sumua harta dan juga anak harus ditinggal untuk membesarkan anak. Dengan demikian si wanita terjaga. Kalau dikampungku sekarang, pulau jawa terutama, bila terjadi perceraian maka siwanita diusir begitu saja, sehingga banyak yang salah jalan jadinya. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.

 

Yang diatas adalah adat zaman behaula, dimana mamak adalah beperan besar dalam mengurus kemenakannya, sebab harta kan dibawah pengawasan mamak dan pemanfaatannya adalah ditangan saudara perempuan si mamak ini, atau dengan kata lain adalah siibu yang bertugas mengurus anak2nya, terutama bila terjadi perceraian.

 

Walai ini adat lama dan sudah mulai ditinggalkan saat ini, tapi masih banyak yang ingin mempertahankannya dan sehingga yang adat itu seolah barang antic yang tersimpan diloteng Rumah, yang jarang digunakan. Malah sudah tidak mau digunakan lagi.

 

Kalau berbicara untuk saat ini, maka di ranah Miangkabau sekalipun, sudah berubah kekaluarga batih, seprti yang Renny lihat juga di Jakarta ini, Amcol di Jakarta bukan? Renny kan selalu tulis Ancol dengan bangga.

 

Saya yang sudah berumur setengah abad lebih ini, dari dulu sudah dididik sebagai keluarga batih oleh kedua orang tua saya, apa lagi sekarang. Bapa saya dengan lantang menyatakan, bahwa kalau membuat Rumah maka harus ditanah yang dibeli, jangan ditanah kaum, banayak sengketanya dan bisa berlarut-larut. Mungkin ayah saya takut seperti abu diateh tunggua kali yo.

 

Sekarang, keluarga di ranah Minangkabau sudah mengelola keluarga batih tersebut. Dan peran mamak Cuma sebagai pembimbing kemenakan, tidak lagi pemngkunya. Istilah adatnya: anak dipangku kabanakan dibimbiang, rang kampuang dipatenggangkan.

 

Jadi kelihatan adat Minangkabau dewasa ini sudah ambivalen, nan jkalau bisa disalasaikan dek pak Saaf (nan selalu gregetan) dalam “Kongres Adat Miangkabau” di bulan Mei/Juni 2010 nanti. InsyaAllah ado hasiano. Iko bahan nan paliang utamo yo pak Saaf. Tolong catat yo sanak Ephi Lintau.

 

Keluarag batih yang nyata diranah kini, sama seperti yang diadatkan ditanah Betawiko, bapak bertanggungjawab penuh terhadap anaknya, walau sianak diberi suku menurut ibunya. Maka pak Saaf mempromosikan “Basuku ka Ibu, banasab ka ayah”. Mako disiko jadilah namo ambo: Darul Makmur gala St. Parapatiah suku Sikumbang bin Abdullah bin Sikek van Canduang. Panjang kan?

 

Salam

Darul M St. Parapatiah

Sebelah Ancol (Cempaka Mas)

 

 

From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Reni Sisri Yanti
Sent: Friday, December 04, 2009 9:55 AM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

 

pagi uni firdha

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 11:57:14 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
terima kasih mak darul atas jawabannya
 
 
nb. saya bukan bermaksud membanggakan ancol loh mak? dan jgn salah tafsir ancol disini bukan kawasan dufan loh? kantor saya diseberang dufan daerah ancol re.martadinata....sekali lagi tidak bermaksud mencantumkan kata "ancol" bukan bermaksud membanggakan...
 
 
renny,ancol


From: Darul M <dar...@gmail.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Fri, December 4, 2009 11:16:23 AM
Subject: [R@ntau-Net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

Reni Sisri Yanti

unread,
Dec 3, 2009, 11:58:49 PM12/3/09
to rant...@googlegroups.com
sip n ok da sepri, :)
 
 
renny,ancol


From: Seprinaldi <m...@sbi.sws.co.jp>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Fri, December 4, 2009 11:14:12 AM

Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

Dewi Mutiara

unread,
Dec 4, 2009, 12:32:51 AM12/4/09
to rant...@googlegroups.com
Saudaraku yang baik ,di Rantau  Net.

Membaca judul KEKUASAAN WANITA MINANG = MENJAJAH PRIA.  rasanya Aneh dan Lucu.
Karena yang banyak saya lihat dan saya ketahui, Wanita minang itu berbuat dan bertindak berdasarkan ajaran Islam . Suami tetap merupakan Imam  bagi keluarganya , masalah peranan suami  seperti yang ditulis Renny pada poin 1, 2 ,3 tergantung kesepakatan dalam rumah tangga, kalau saya termasuk wanita yang  kurang suka melihat  suami menggendong  anak dijalan pakai kain atau menyuapkan anak makan sambil jalan , lakukanlah didalam rumah , dengan melakukan  pekerjaan wanita dalam rumah tangga ,bukan berarti  mereka dijajah atau takut istri, melainkan karena sayangggggg banget sama bini.
Kita di Minang memang mempunyai sistim Matriarkhat , dan itu sangat baik sekali, tergambar  dari perlindungan kepada kaum wanita ,supaya tidak tersia-sia hidupnya , Maaf  karena PRIA ,umumnya mempunyai sifat poligami ,< tergantung  pada pengendaliannya>, maka hak waris jatuh kepada perempuan.
Kalau Wanita Minang itu Perkasa ,sebagai IBU saya percaya , dikala  dia  menjadi pegawai , atau berdagang diluar rumah Dia sudah menyiapkan keperluan  keluarganya mulai dari makan sampai kebersihan dalam rumah ,hal ini akan berlanjut terus turun temurun , karena itu sudah dicontohkan sebelumnya oleh IBU2 kita.
Kalau ada segelintir Ibu2 <wanita>  yang berkuasa  dirumahnya, saya rasa bukan hanya di Minangkabau  dan itu sudah karakter  pribadi dari perempuan itu sendiri.

Apa yang dilakukan  Bung  di Rumah  untuk keluarga itu sudah sangat baik.
BERBAHAGIALAH  MENJADI WANITA MINANG.

Wassalam 

Dewi Mutiara,suku Sikumbang.

--- On Thu, 12/3/09, jupar...@yahoo.com <jupar...@yahoo.com> wrote:

Darul M

unread,
Dec 4, 2009, 2:37:18 AM12/4/09
to rant...@googlegroups.com

Reni, Jangan dilihat negatifnya ya.
kalau selalu ditulis, kan ya dibanggakan kan?

 

Saya juga menulis nama saya “Darul M 57 Jkt” karena saya bangga jadi warga Jkt keturunan Minang.

 

Karena saya memang menulis dengan gaya candak, dimana kadang2 memang tulisan itu bisa jadi multi tafsir.

Misalnya

 

Minang kabau

 

Coba bandingkan

 

Darul tere

 

Yang terakhir artinya Darul adalah tere kan

 

Jadi kalau dianalogkan

 

Minang kabau = Minang adalah kabau. Saya akan merasa tersinggung, tapi karena kita sudah biasa menuliskan kata dasar, maka harus dipisah, bengong setelah mau menulis pertanggungjawaban. Apa mau ditulis pertangungan jawab atau pertanggung jawaban. Kalau yang terakhir ini bisa kata perintah yang berart menyuruh supaya jawaban jangan dilengkapkan atau dijawab setengahsetengah.

 

Eh kamana perginya ya.

 

Salam

St.P

No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.5.426 / Virus Database: 270.14.91/2541 - Release Date: 12/03/09 19:36:00

jupar...@yahoo.com

unread,
Dec 4, 2009, 5:30:36 AM12/4/09
to rant...@googlegroups.com
Tergelitik saya membaca komen atau pendapat Uni Dewi di bagian ini


"kalau saya termasuk wanita yang  kurang suka melihat  suami menggendong  anak dijalan pakai kain"

Nah itu salah satu terjemahan bebas dari jawaban saya "saya memang nggak bisa menggendong anak dengan kain panjang ala orang jawa takut terkilir dan jatuh si anak"

Dan Istri saya pasti akan marah (terbaca ; malu) serta berkata

"Manga lo uda manggendong anak dihalaman bantuak itu, karajo nan indak2 sajo mah, masuak kadalam capek"

Jadi memang kurang lazim rasanya lelaki minang yang punya istri orang minang menggendong dan mengayun2 anak dengan kain panjang dan menggendong anak berjam-jam di halaman dansebuah kegiatan yang rutin setiap hari kalau di minang atau dilihat tetangga yang orang minang juga memang kurang enak

Kalau dilihat oleh orang jawa mungkin datar2 aja,

Tapi nan jaleh nan namo si buah hati lelaki minang tantu taragak lo manimang-nimang anaknyo ado waktu, kapan dan moment nan tapek dek lelaki minang ko bilo bamanjo2 jo anak dan istri bisa memaklumi

Wass-Jepe

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


From: Dewi Mutiara <iara_...@yahoo.com>
Date: Thu, 3 Dec 2009 21:32:51 -0800 (PST)

sjamsir_sjarif

unread,
Dec 4, 2009, 6:36:14 AM12/4/09
to rant...@googlegroups.com
MakNgah pakai Ransel, spesial untuak pandukuang bayi, mambawo Samudera wakatu bayi kuliliang Indonesia tahun 1991. Amakno, Urang Jawa, iyo pakai kain panjang tu manggendong Samudera.
--MakNgah

--- In Rant...@yahoogroups.com, jupardi_jp@... wrote:
>
> Tergelitik saya membaca komen atau pendapat Uni Dewi di bagian ini
>
> "kalau saya termasuk wanita yang  kurang suka melihat  suami menggendong  anak dijalan pakai kain"
>
> Nah itu salah satu terjemahan bebas dari jawaban saya "saya memang nggak bisa menggendong anak dengan kain panjang ala orang jawa takut terkilir dan jatuh si anak"
>
> Dan Istri saya pasti akan marah (terbaca ; malu) serta berkata
>
> "Manga lo uda manggendong anak dihalaman bantuak itu, karajo nan indak2 sajo mah, masuak kadalam capek"
>
> Jadi memang kurang lazim rasanya lelaki minang yang punya istri orang minang menggendong dan mengayun2 anak dengan kain panjang dan menggendong anak berjam-jam di halaman dansebuah kegiatan yang rutin setiap hari kalau di minang atau dilihat tetangga yang orang minang juga memang kurang enak
>
> Kalau dilihat oleh orang jawa mungkin datar2 aja,
>
> Tapi nan jaleh nan namo si buah hati lelaki minang tantu taragak lo manimang-nimang anaknyo ado waktu, kapan dan moment nan tapek dek lelaki minang ko bilo bamanjo2 jo anak dan istri bisa memaklumi
>
> Wass-Jepe
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
>
> -----Original Message-----
> From: Dewi Mutiara <iara_a2008@...>
> Date: Thu, 3 Dec 2009 21:32:51
> To: <rant...@googlegroups.com>
> Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
>
> Saudaraku yang baik ,di Rantau  Net.
> Membaca judul KEKUASAAN WANITA MINANG = MENJAJAH PRIA.  rasanya Aneh dan Lucu.Karena yang banyak saya lihat dan saya ketahui, Wanita minang itu berbuat dan bertindak berdasarkan ajaran Islam . Suami tetap merupakan Imam  bagi keluarganya , masalah peranan suami  seperti yang ditulis Renny pada poin 1, 2 ,3 tergantung kesepakatan dalam rumah tangga, kalau saya termasuk wanita yang  kurang suka melihat  suami menggendong  anak dijalan pakai kain atau menyuapkan anak makan sambil jalan , lakukanlah didalam rumah , dengan melakukan  pekerjaan wanita dalam rumah tangga ,bukan berarti  mereka dijajah atau takut istri, melainkan karena sayangggggg banget sama bini.Kita di Minang memang mempunyai sistim Matriarkhat , dan itu sangat baik sekali, tergambar  dari perlindungan kepada kaum wanita ,supaya tidak tersia-sia hidupnya , Maaf  karena PRIA ,umumnya mempunyai sifat poligami ,< tergantung  pada pengendaliannya>, maka hak waris jatuh kepada
> perempuan.Kalau Wanita Minang itu Perkasa ,sebagai IBU saya percaya , dikala  dia  menjadi pegawai , atau berdagang diluar rumah Dia sudah menyiapkan keperluan  keluarganya mulai dari makan sampai kebersihan dalam rumah ,hal ini akan berlanjut terus turun temurun , karena itu sudah dicontohkan sebelumnya oleh IBU2 kita.Kalau ada segelintir Ibu2 <wanita>  yang berkuasa  dirumahnya, saya rasa bukan hanya di Minangkabau  dan itu sudah karakter  pribadi dari perempuan itu sendiri.
> Apa yang dilakukan  Bung  di Rumah  untuk keluarga itu sudah sangat baik.BERBAHAGIALAH  MENJADI WANITA MINANG.
> Wassalam 
> Dewi Mutiara,suku Sikumbang.
>
> --- On Thu, 12/3/09, jupardi_jp@... <jupardi_jp@...> wrote:
>
> From: jupardi_jp@... <jupardi_jp@...>
> Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
> To: rant...@googlegroups.com
> Date: Thursday, December 3, 2009, 1:59 PM
>
> Ndak ciek do tanyo Reni tigo mah
>
> Bia lah ambo jawek pertanyaan reni ko sebagai lelaki minang nan ba istri urang minang juo
>
> No 1
>
> Yo ndak pernah ambo mancuci itu do, karano lah dislasaikan dan dibereskan dek urang rumah sakik jiko ambo menterjemahkan kontan2 pertanyaan Reni, tapi kok ado dibaliak itu nan tersirat tantu lai mambantu istri ambo habis melahirkan dek kondisi masih lamah dan paniang lalek samisal mamapah jalan ka toilet, manyuokan nasi, maagiah minum, manuka popok anak tangah malam, pai babalanjo samba, mamasak nasi di rice cooker, mamasangkan apo tu jamu sa set nan balulurkan ka paruik jo kaniang tu..ya itulah lah
>
> No 2
>
> Lai juo tapi sakali-sakali sajo dek bakarajo diakhir pakan atau sore malam hari manyuokan anak makan sabalun inyo pandai makan sorang nan acok yo istrinyo, kalau manggendong jo kain ala urang jawa tu yo ndak bisa ambo do takuik takilia atau talapeh anak dalam pangkuan, nan familiar ambo yo manggendong anak jo tas ransel nan banyak dijua ditoko perlengkapan bayi nan badannyo marapek ka badang awak, jadi sambia bajalan2 ka mol yo bantuak itu lah atau sekedar basangai2 jo matoari pagi diakhir pakan dan jalan2 sore
>
> No 3
>
> Ambolah tabiaso makan jiko bahidangan bantuak pesta tu ala perancis, tapi kok tempe jo karupuak tu makan ala kadar, jadi nan ala kadar ko lah biaso ambo di hutan katiko mandah, dirumah ambo ndak rewel do jo samba buruak cubadak baangek2 bana ndak baa nan pantiang yo ado buah dek ambo walau hanyoi buah2 kampuang sajo sarupo pepaya tapi kok nan samba lamak2 paralu juo sangaik relatif masalah selero kadang2 masakan ala kadar ko saumua2 ambo sebagai lelaki minang malah mambuek makan lamak sarupo minggu nan lalu mambuek pepes ikan peda dibaluik pucuak parancih jo bawang merah tokok2 kasa jo lado merah dll lalu samba lado plus tempe goreang..mmmm mabuek lidah bergoyang tak terkendali juo, baitu juo ikan asin balah di baka buek samba lado oke2 sajo nan paliang ala kadar yo nasi putiah sajo jo garam iko pernah juo ambo cubo katiko mandah di hutan dek kehabisan bahan makanan tingga bareh jo garam sajo, kalau ndak nasi jo gulo
>
> Itu jawek ambo sebagai lelaki minang nan hiduik marantau, jujur sajo ambo basyukur ado mintuo disiko memang nan namo mintuo di pihak padusi kasiah tu yo talimpah ka anak dan cucunyo baa keceknyo "rindu baliak di pipisin dan di pup cucu"
>
> Lah sagan lo ambo mandakek urang rumah kok mintuo datang pas habih malahiakan urang rumah paliang beko malam dan tangah malam turun tangan
>
>
> Wass-jepeSent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!From: Reni Sisri Yanti <resy_2000@...>
> Date: Thu, 3 Dec 2009 05:23:41 -0800 (PST)To: <rant...@googlegroups.com>Subject: [R@ntau-Net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
> tanyo banyak ciek...
> maaf sabalunyo
>  
> 1. apo ado laki2 minang wakatu istri melahirkan mencucikan kain atau bekas melahirkan istrinya?
>  
> 2. apo ado laki2 minang yg mau mengasuh anaknya ( aku sering liat laki2 jawa yg memberi makan anaknya di perkarangan rumah, atau dijalan sambil mengendong anak dgn kain
>  
> 3. apo ado laki2 minang yg makan dgn apa adanya ? seperti org jawa dan sunda makan dgn tempe atau krupuk tetap nikmat....
>  
> sekali lagi mohon maaf. karna selama saya hidup dan melihat sekeliling saya, saya rasa laki2 minang lebih beruntung menikahi wanita minang,
>  
> sepahit2 apapun hidup, wanita minang tetap tegar, tidak ada istilah ado piti uda disayang tak ado piti uda ditendang di wanita minang,beda dgn wanita2 lainya ....
>  
>  
> renny,ancol
> www.renisy.blogspot.com
>

Bakhtiar Muin

unread,
Dec 4, 2009, 10:07:28 AM12/4/09
to rant...@googlegroups.com, bms...@gmail.com

Ass.wr.wb.

 

Jepe:

 

"Manga lo uda manggendong anak dihalaman bantuak itu, karajo nan indak2 sajo mah, masuak kadalam capek"
Jadi memang kurang lazim rasanya lelaki minang yang punya istri orang minang menggendong dan mengayun2 anak dengan kain panjang dan menggendong anak berjam-jam di halaman dansebuah kegiatan yang rutin setiap hari kalau di minang atau dilihat tetangga yang orang minang juga memang kurang enak

BakhtiarM:

 

Kalau di Amerika Serikat, ke-mana2 bapa yg mengendong anak. Alat pengendongnya juga enak, masih kecil didepan, kalau sudah agak besar gendong dipunggung. Seingat saya, ke-mana2 saya yg mengendong anak, apalagi anak yg pertama besar sekali dan berat. Setelah agak besar pakai kereta dorong. Bagaimana dengan share di rumah tangga? Laki2 biasanya kurang sensitive terhadap kebersihan, jadi biasanya isteri yg bersih2. Kalau isteri capek, suami tolongin vacum cleaner, laundry, strika, suami cuci piring, beres2in setelah istri masak.

 

Dalam dunia modern, dimana tidak ada pembantu, dalam rumah tangga seharusnyalah share dalam rumah tangga, karena ke-dua2nya kerja.

 

Dalam dunia modern dimana family jadi sangat kecil, paling ada kakek/nenek, itupun kalau masih hidup, peranan seorang ayah dalam membesarkan anak adalah sangat penting dalam membentuk karakter anak. Cara ibu dan ayah dalam membesarkan anak cukup significan bedanya, sehingga bisa saling melengkapi.

 

Wass.wr.wb.

Bakhtiar Muin

boes

unread,
Dec 4, 2009, 6:04:19 PM12/4/09
to rant...@googlegroups.com
Angku Bakhtiar Muin,

ambo salut kapado mahasiswa indonesia
nan setelah berjuang habis2an di lua nagari,
lalu mengabdi ka kampuang halaman utk membangun.

tapi itu nan beruntuang mandapek lapangan
karajo di tanah ayie utk membuktikan
keakhlian di bidangnyo.

kalau ado dunsanak mancaliek acara Kick Andy hari ko
alangkah ruginya negara katiko mareka nan pulang
mambao gelar keahklian ka indonesia, ndak dapek
karajo alias menganggur lalu pulang ka
tampek inyo baraja baliak.

atau negara ndak pernah maraso rugi?

apo komentar atau imbauan Angku Bakhtiar thd
keadaan 'brain drain' di kampuang awak.

wassalam
boes
(nan maninggakan tanah ayie
katu ampie pansiun)

Bakhtiar Muin wrote:

>
> BakhtiarM:
>
>
>
> Kalau di Amerika Serikat, ke-mana2 bapa yg mengendong anak. Alat
> pengendongnya juga enak, masih kecil didepan, kalau sudah agak besar
> gendong dipunggung. Seingat saya, ke-mana2 saya yg mengendong anak,
> apalagi anak yg pertama besar sekali dan berat. Setelah agak besar pakai
> kereta dorong. Bagaimana dengan share di rumah tangga? Laki2 biasanya
> kurang sensitive terhadap kebersihan, jadi biasanya isteri yg bersih2.
> Kalau isteri capek, suami tolongin vacum cleaner, laundry, strika, suami
> cuci piring, beres2in setelah istri masak.
>
>
>
> Dalam dunia modern, dimana tidak ada pembantu, dalam rumah tangga
> seharusnyalah share dalam rumah tangga, karena ke-dua2nya kerja.

> ///

>
> Wass.wr.wb.
>
> Bakhtiar Muin
>
>

jupar...@yahoo.com

unread,
Dec 4, 2009, 10:47:28 PM12/4/09
to rant...@googlegroups.com
Waalaikumsallam Wr Wb

Pak Bakhtiar yang budiman

Terima kasih atas share atau berbagi pengalamannya tentang hal ini, dalam masalah menggendong anak ini apa yang bapak bilang di jaman modern ini kita lelaki Minang nan merantau dan kebetulan istri saya orang minang pada prinsipnya saya setuju apa yang bapak sampaikan

Tapi saya nggak tahu juga istri saya kurang "sreg" jika saya menggendong-gendong anak di halaman berlama2 atau sebuah rutinitas sehari2, ini saya pikir bisikan ibunya (mertua saya) juga

Jika saya amati waktu kecil dan remaja dikampung faktanya lelaki minang yang beristri memang jarang sekali "pamer" gendong2 anak berlama-lama di halaman rumah seperti untuk menina bobokannya,

Tapi jika menggendong anak gaya modern seperti Bapak ceritakan saya juga melakukannya semisal jalan2 ke pusat perbelanjaan dengan ransel didepan dada sambil memeluk punggung si bayi semisal si bayi sudah berumur 1 tahunan, jalan2 pagi sambil mencari udara dan panas pagi yang sehat, didalam rumah ketika dia terbangun dari tidur tapi ibunya lagi sibuk semisal ke dapur

Saya setuju juga jika lelaki minang terutama di rantau harus juga berbagi/bisa atau sekali2 mengambil tugas peran istrinya

Ini kadang2 dalam berumah tangga itu istri kita lagi sakit, pusing, tidak enak badan akibat faktor emosional "tamu bulanan" atau kesibukan lainnya nah saya Insya Allah yang nama memasak mulai merebus air sampai memasak menu sederhana bisa saya lakukan karena saya terbiasa hidup survive di hutan (mandah)

Sekedar memasak nasi goreng, mie instan rebus, telor dadar dan ceplok, pepes2 ikan yang nggak ribet, goreng tahu tempe bacem, tumis kangkung terasi kalau perlu menggulaipun saya bisa tapi ini bagi saya bukan karena mengambil tugas istri tapi lebih kepada saya lagi "good mood" dan memang menyukainya

Begitu juga mencuci, bagi saya termasuk "cabang olah raga tradisional" di rumah tangga he he he apalagi celana jean saya yang kortor2 dari lapangan ini wajib saya yang mencuci, diakhir pekan serahkan kepada saya sebaskom pakaian keluarga yang berat2 untuk dicuci dengan senang hati saya cuci tapi jangan suruh saya men strika karena saya "pembosan" bukan tidak bisa tapi distrika bagian muka baju bagian balakangnyo lah basandiang lo, apalagi pakaian dari katun wahh bakalan banyak lipatan kecil asyik dibolak balik seterika saja, tapi kalo celana jean boleh lah

Saya setuju pendapat bapak kita dalam berumah tangga harus share suami istri dalam tugas rutin pekerjaan sehari2 dirumah walau ada pembantu, ada hal hal tertentu yang sifatnya sangat pribadi yang sekira kita tidak bisa dikerjakan atau ditangani oleh pembantu

Bapak Mukhtar memang saya pikir salah satu tipikal lelaki minang yang merantau tapi begitu "care" dengan istri dan anak2nya serta dengan senang hati turun tangan untuk hal2 yang sekiranya bisa saja dikerjakan oleh istri atau pembantu seperti yang bapak ceritakan, tapi kadang2 kembali kepada pribadi masing2 selagi kita menyukai dan senang hati melakukannya maka segala sesuatu terasa ringan jangankan menggendong anak, memasak dan mencucipun kita nikmati karena bukan buat siapa2 tapi buat istri dan anak tercinta, begitukan Pak, Insya Allah

Salam buat keluarga Bapak

Bakhtiar Muin

unread,
Dec 4, 2009, 11:04:44 PM12/4/09
to rant...@googlegroups.com, bms...@gmail.com
Ass.wr.wb.

BOS:

kalau ado dunsanak mancaliek acara Kick Andy hari ko
alangkah ruginya negara katiko mareka nan pulang
mambao gelar keahklian ka indonesia, ndak dapek
karajo alias menganggur lalu pulang ka
tampek inyo baraja baliak.

atau negara ndak pernah maraso rugi?

apo komentar atau imbauan Angku Bakhtiar thd
keadaan 'brain drain' di kampuang awak.

BakhtiarM:

Ini baru cita2, suatu idealisme dengan cukup banyak kendala.

Promisenya begini: Culture orang Minang dalam memajukan keluarga hampir sama dengan Yahudi dan China Overseas. Sehingga rata2 pendidikan orang Minang prosentasenya lebih tinggi dari rata2 suku2 lain di Indonesia. Orang Minang ada bakat berdagang. Orang dagang itu sifatnya expansive. Hanya saja tingkat pendidikan pedagang Minang, jauh dibawah Yahudi dan China Overseas.

Kelemahan orang Minang pada umumnya tidak tekun untuk bekerja dan kurang ramah dalam berbisnis. Tapi kalau ada kesadaran, kita harus maju, seperti yg sudah di contohkan oleh orang2 Johor di Malaysia. Kerjasama intelektual, pemerintahan Johor, pengusaha pribuminya, menghasilkan usaha yg luar biasa besarnya. Dalam berusaha intinya adalah pegang komitmen dan kejujuran. Jangan jadi orang pangicuah.

Alam Minang yg begitu indah, nyaman utk hidup, berpendidikan, dan bakat dagang, modal utama untuk Sumbar Maju.

Jadi dengan membangun infrastruktur yg bagus, pusat pendidikan yang bagus, sarana wisata yg bagus, cita2 ambo, Sumbar bisa jadi pusat kegiatan perekonomian Sumatera, bersaing dgn Sumatera Utara untuk daerah sumatera, seperti halnya Singapura, pusat magneet utama di Asia Tenggara.

Brain drain tidak bisa dicegah dengan regulasi, tapi menciptakan suasana sehingga kita bisa bersaing, dan Sumbar jadi Magnet tersendiri buat Sumatera.

Sumbar membutuhkan leader yg visioner, bisa melihat kedepan, dan mampu menerapkan idea2 itu sehingga bisa diterima orang banyak.

Bayangkan, kalau Sumbar mempunyai sarana tranportasi yg canggih, komunikasi yg canggih, pusat2 pendidikan yg kompetitif dan berkwalitas, si dukung oleh alam yg indah, Sumbar akan menjadi daerah yg luar biasa, tempat permukinan bagi orang2 pintar yg sangat menyenangi alam yg indah.

Bagi anda2 yg suka travel keliling Amerika, pantai barat Amerika, San Fransisco, Los Angeles, Silicon Valley, magnet Amerika di pantai barat. Kalau anda2 lihat, Baverly Hills, Hollywood, dan sepanjang highway 101, banyak istana2 orang kaya Amerika, kalau dibandingkan dengan gunung2 di Sumbar, Sumbar jauh lebih indah.

Kalau kita bisa buat sarana yg bagus di Sumbar, nantinya Sumbar bisa jadi magnet bagi orang2 yg menguasai perekonomian dunia. Jangan jadikan Sumbar jadi Batam kedua. Jadikan Sumbar jadi pusat parawisata yg bergengsi- tidak kumuh, pusat perdagangan, pusat informasi, pusat pendidikan.

Mudah2an ambo bisa di tarimo di kampuang, setelah 17 tahun di Amerika, 24 tahun di Jawa.

Semoga bermanfaat,

Wass.wr.wb.
Bakhtiar Muin


teddy alfonso

unread,
Dec 5, 2009, 4:16:59 AM12/5/09
to rant...@googlegroups.com, bms...@gmail.com
Pak Bachtiar Muin Nan Budiman,


Alhamdulillah...
Sudah mulai banyak muncul kesadaran yang sama para perantau kita seperti pak Bachtiar. Semoga cita2 dan idealisme yg bapak sampaikan bisa kita sinergikan untuk membangun sumatera barat ke depan.

Untuk implementasi, tantangannya memang berat, bahkan bisa dikatakan sangat berat.
Banyak orang rantau dan orang rantau yang pulang kampung hanya "MA HA HAN TUAH "  ketika pulang kampung atau mau menetap di kampung. Tidak banyak yang serius dan mengerti dengan tantangan-tantangan yang ada. terlalu banyak kritik dan saran yang tidak konstruktif. Tidak banyak yang menyadari situasi sudah banyak berubah, sosio kultural kita sudah jauah bergeser. Harus mulai dan cicil dengan agenda-agenda kecil. tentu bagian dari agenda-agenda besar yang telah dirancang sebelumnya. Karnanya, ketika kita berdiskusi di restoran bumbu desa beberapa waktu lalu, saya tidak bisa berkomentar.Karna, sudah terlalu banyak cerita...

Hemat ambo, mesti kito mulai .. ..
Kami para Saudagar Muda Minangkabau Sumatera Barat, sedang dan akan terus berkarya serta siap bersinergi untuk masa depan Sumatera Barat di Sumatera Barat...Amin..


Teddy Alfonso Sikumbang
Sekretaris Umum Saudagar Muda Sumatera Barat
--- On Sat, 12/5/09, Bakhtiar Muin <bms...@gmail.com> wrote:

Bakhtiar Muin

unread,
Dec 5, 2009, 10:56:15 AM12/5/09
to teddy alfonso, rant...@googlegroups.com, bms...@gmail.com

 

Ass.wr.wb.

 

Teddy Alfonso Sikumbang


Hemat ambo, mesti kito mulai .. ..
Kami para Saudagar Muda Minangkabau Sumatera Barat, sedang dan akan terus berkarya serta siap bersinergi untuk masa depan Sumatera Barat di Sumatera Barat...Amin..

BakhtiarM:

 

Dari mana memulainya, itulah yg jadi pikiran ambo saat ini?

Mudah untuk dikatakan, sulit untuk dilaksanakan.

 

Sebulan di kampung, sekarang sudah kembali ke Jakarta. Pembangunan tanpa grand design yg matang dan workable. akan menyisakan kepedihan, dan kekecewaan yg dalam. Tiga factor kelebihan Sumbar adalah keindahan alam, SDM yg lumayan, dan bakat berdagang.

Untuk meningkatkan pendapatan dari sumber keindahan alam, tentunya perlu membangun infrastrukturnya, sehingga nyaman bagi touris. Duitnya dari mana?

Misalnya saja, agar perjalanan dari Padang- Bukit Tinggi dipersingkat waktunya, dari dua jam menjadi 1,25 jam. Menambah lajur jalan saja dari dua lajur jadi tiga, agar kendaraan yg mau cepat leluasa memotong kendaran yg lambat, butuh dana paling sedikit satu trilliun.

 

Menata tempat2 wisata, seperti danau singkarak, danau maninjau, memindahkan penduduk yg sudah begitu ramai dipinngir danau membutuhkan usaha yg sangat besar dan dana yg sangat besar.

 

Dalam perdagangan, barang yg keluar dari sumbar, semen, kelapa sawit, batu bara. Barang2 yg masuk ke Sumbar lewat pelabuhan container, masuknya penuh barang2 keperluan Sumbar, keluarnya hanya 30% container yg terisi. Ini cerminan ekonomi Sumbar. APBD sumbar 1, 7 T, dari PAD hanya sekitar 500-600M. Jadi hampir sama dengan data container, Sumbar sanggup membiayai dirinya 30%, 70% sumbangan dari pemerintah pusat.

 

Dunsanak Teddy, ambo binguang kalau mau wisata di Sumbar. Pergi kedanau Maninjau dan Singkarak, penuh rumah dipinggir danau, mau berenang, dimana tempat yg nyaman, danau dijadikan septic tank, mengapung kuning2 didanau, bagaimana mau berenang, suasana kotor begitu. Lewat kelok Sembilan, ada daerah yg bagus sekali, tapi tidak ada fasilitas wisatanya. Wisata pantai air manis di Padang, kotornya bukan main, sampah berserakan di-mana2.

 

Akhirnya masih lumayan, ke Lombok, naik boat, didepan pantai senggigi, berenang dan menyelam lihat terumbu karang dan ikan2 yg bagus, Pulangnya keliling2 di Bali.

 

Wass.wr.wb.

Bakhtiar Muin

 

 

Zulkarnain Kahar

unread,
Dec 5, 2009, 12:01:11 PM12/5/09
to rant...@googlegroups.com

// Dari mana memulainya, itulah yg jadi pikiran ambo saat ini?

// Mudah untuk dikatakan, sulit untuk dilaksanakan.


Kita mulai dari bapak dan ibu guru SD, dengan motto " Sumbar berbenah dari Bawah".. Mulai dari kelas satu SD .. selain nilai kelas yang wajib bagus ada satu lagi program wajib sebagai sarat untuk naik kelas. "membersihkan sampah". Setiap anak punya daerah atau kawasan bersihnya yang wajib bersih sampai dia lulus  SD. 


dan terus SMP.. area atau kawasan diperlebar.. dst.


Maaf dusanak.. ini ide agak nyeleneh saketek.. (kalau bersih terjaga,  mau apa saja tinggal memetik jari"

 


 Wassalam
Zulkarnain Kahar
freezing to death



From: Bakhtiar Muin <bms...@gmail.com>
To: teddy alfonso <teddya...@yahoo.com>; rant...@googlegroups.com
Cc: bms...@gmail.com
Sent: Sat, December 5, 2009 9:56:15 AM

Subject: [R@ntau-Net] Re: lapehnyo tanago terdidik ka lua nagari

 

Ass.wr.wb.

Yesi Elsandra

unread,
Dec 5, 2009, 7:08:06 PM12/5/09
to rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum warahmatullahieabarakatuh.....


Sangat menarik sekali bahasan kita kali ini. Pak Boes, Pak Zulkarnain, Pak Bakhtiar, Pak Teddy dan dunsanak kasadoelahe, tinggal di Ranah Minang menjadikan ruang batin saya lebih nyaman (mungkin karena kampung sendiri, makan dari beras tanah pusako sendiri).

Banyak teman yang menyayangkan keluarga kecil kami pindah ke Padang. Bahkan beberapa hari menjelang gempa teman suami saya menelpon, "Ngapain pindah ke Padang, Kota mati tuh." Katanya. Beberapa hari kemudian gempa. Alhamdulillah suami saya tidak terpengaruh ajakan temannya untuk meniggalkan Padang walau sebenarnya sebelumnya ia memiliki pekerjaan yang nyaman di Bandung.

Kami berdua alumni Pascasarjana di Bandung. Saya alumnus Manajemen Unpad, suami dari Fakultas Elektro dan Informatika ITB. Walaupun di sana dulu banyak tawaran yang mengiurkan, tapi kami berdua sudah berkomitmen untuk pulang ke Ranah Minang, membangun kampuang sendiri. Dan untuk itu konsekwensinya kami harus memulai dari nol, suami saya bahkan belum memiliki pekerjaan.

Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui apa yang ada dalam dada hamba-Nya. Alhamdulillah dalam hitungan hari kami dapat tawaran ngajar di Pascasarjana Univ. Andalas dan Pascasarjana Univ swasta di Padang. Suamipun akhirnya lolos CPNS Dosen di Univ. Andalas. Alhamdulillah, kami tidak sengsara dan kemiskinanan di kampung sendiri....

Niat saya sudah bulat, kami ingin sekali membangun Ranah Minang. Awalnya mungkin dari ranah pendidikan. Saya juga ingin menyalurkan bakat bisnis saya. Saya trainer dan motivator perempuan terbaik yang dikeluarkan sebuah lembaga di Bandung. Saya ingin membuat semacam ESQ-nya Ary Ginanjar tapi dengan biaya yang lebih kompetitif.

Dari segi sosial saya ingin memasyarakatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan ASI. Kebetulan saya juga konselor laktasi yang sudah mendapatkan training dari pakar IMD dan ASI dr. Utami Rusli. Saya ingin perempuan Ranah Minang maju. Maju segalanya, pendidikannya, akhlkanya, mendidik anak dsb.

Masih banyak sekali mimpi saya....

Rencana itu belum terealisasikan, mudah-mudahan awal tahun depan.
Mohon masukan dari Pak Teddy nih yang sudah menjadi saudagar beneran.
Mohon dukungannya


Best Regard

Yesi Elsandra
Padang

 



2009/12/6 Zulkarnain Kahar <kahar_zu...@yahoo.com>

Zulkarnain Kahar

unread,
Dec 5, 2009, 7:59:14 PM12/5/09
to rant...@googlegroups.com

Waalaikumsalam, wr.wb


Beruntung ranah minang telah melahirkan sepasang tenaga pendidik yang pulang ingin membangun negeri.  Saya salah satu orang yang percaya hanya dengan pendidikan dan process panjang suatu kemajuan itu bisa dicapai.  Tak ada jalan pintas untuk maju.


Semoga kesusksesan selalu bersama anda berdua.. Amin.


'Menjelang kelahiran saya kedunia, ibu dari nenek saya menanam dua batang cengkeh ditanah terbatas yang kami punyai di ditepi danau maninjau.., orang orang kampung beertannya sambil tertawa .. awak lah gaek kapanga juo dittanam cangkeh tu lai...., dengan tersenyum beliau menjawab menjawab. "Ambo mananam untuk cucu ambo nan ka lahia, jan sampai beko inyo gadang ibo lo hatinyo mancaliak urang mamanjek cangkeh."  beliua dikenal dengan nama uwaik Maryam, 


// th 1975 saya berkesempatan jadi orang pertama mamanjat dan memetik dua batang cengkeh tersebut... pada saat orang orang lain berpesta pora dengan musim cangkeh.. di kelok kelok...


Bila kita berbuat sesuatu tanpa berfikir kita  dapat apa... itulah sebuah tindakan mulia..kata almarhum nenek saya..


Wassalam


 
Zulkarnain Kahar
Hilton, Garden Inn.. West Edmonton, Canada



From: Yesi Elsandra <yesi.e...@gmail.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Sat, December 5, 2009 6:08:06 PM

Subject: [R@ntau-Net] Re: lapehnyo tanago terdidik ka lua nagari

Alzaber Alzaber Arif

unread,
Dec 6, 2009, 12:27:49 AM12/6/09
to rant...@googlegroups.com
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah dan ucapan salamai ka uni Yessi dan keluarga beserta kawan2 nan lain nan alah mamulai!
Jadi sayo do'akan semoga konco sadoalahe berhasil mambangun kampuang!
Bangun lah kampuang awak jo hati, dan jaaan bangun kampuang awak jo sikap kapitalis!
Sekali lagi selamat!
Wassalam
Alzaber

--- Pada Ming, 6/12/09, Yesi Elsandra <yesi.e...@gmail.com> menulis:

 







Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages