Ado apo gerangan kok sampai bantuak iko?
Lagi, Warga Tanahdatar Bunuh Diri
Dua Pekan, Lima Orang Tewas Tergantung
Padang Ekspres • Senin, 10/02/2014 11:05 WIB • Mustafa Akmal • 1229 klik
Batusangkar, Padek—Kabupaten Tanahdatar kembali digemparkan dengan kasus bunuh diri. Kemarin (9/2) Nelfila, 47, warga Jorong Lurah Ampang, Nagari Pasirlaweh, Kecamatan Sungai Tarab, ditemukan tergantung. Dengan demikian, sudah 5 warga Tanahdatar yang ditemukan meninggal bunuh diri dalam dua pekan terakhir.
Informasi yang dihimpun Padang Ekspres, Nelfila ditemukan tewas dalam posisi tergantung oleh Indah Wirna, 62, bibi korban. Saat itu sekitar pukul 7.00 dia melihat pintu rumah gadang yang ditempati Nelfila tak kunjung terbuka. Padahal, biasanya Nelfila sudah bangun dan beraktivitas.
Dia pun berinisiatif membangunkan Nelfila. Ketika dia naik ke rumah gadang, dia mendapati pintu tidak dikunci. Indah pun masuk ke dalam rumah. Alangkah kagetnya dia ketika melihat Nelfila tergantung dengan seutas tali nilon warna kuning.
Tangis dan jeritan pun pecah. Pekikan Indah membuat buncah warga pagi itu. Tetangga pun berdatangan ke rumah duka. Namun, mereka baru menurunkan jenazah yang tergantung setelah petugas dari Polsek Sungai Tarab datang ke lokasi.
Tim yang dipimpin AKP Heri Satriawan langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) bersama petugas dari Puskesmas Sungai Tarab I yang dipimpin dr Dewi.
Dari pemeriksaan awal petugas, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Diperkirakan korban tewas enam jam sebelum ditemukan bibinya. Artinya, gantung diri itu terjadi antara jam 02.00-03.00.
Saat kejadian, Nelvila yang sudah menjanda itu memang sendirian di rumah. Anak tertuanya yang merupakan mahasiswa di Batusangkar pergi berlibur ke tempat kakak Nelvila di Padang. Kebetulan, anak keduanya memang tinggal bersama kakaknya tersebut.
Tak Disangka
Meninggalnya Nelvila secara tragis sangat mengejutkan tetangga. Tidak ada yang menyangka dia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara tersebut. Di mata warga, Nelvila termasuk wanita ulet dan tangguh dalam berusaha. “Dia sering berjualan pisang di Batusangkar. Kadang dia juga mengambil coklat di kebunnya,” ujar Taty, tetangga korban.
Namun, menurut warga beberapa hari belakangan Nelvina memang lebih pendiam dibanding sebelumnya.
Kepada Indah Wirna dia sempat bercerita tentang beratnya beban yang ditanggungnya, apalagi dengan statusnya janda. Namun, Indah tak menyangka itu akan membuatnya jadi nekat bunuh diri.
Wali Nagari Pasia Laweh Muktar Pingai meragukan Nelvila mengakhiri hidup akibat beratnya tanggungan hidup. Selain dikenal sebagai wanita ulet, keluarganya juga membantunya dalam memenuhi kebutuhan anaknya. “Kakaknya dosen di Padang. Dia selalu membantu korban membiayai sekolah anaknya,” jelas Muktar.
Jenazah korban dimakamkan di pemakaman kaum di jorong tersebut, setelah sebelumnya dishalatkan di mushala sesudah shalat zuhur.
Kapolsek Sungai Tarab AKP Heri Satriawan mengatakan, walau tidak ada tanda kekerasan, pihaknya masih menyelidiki kasus ini. Apalagi, kasus seperti ini sudah berulangkali terjadi dalam dua pekan terakhir. “Saksi-saksi sudah kita mintai keterangan dan barang bukti (BB) sudah kita amankan,” ujarnya.
Nelvila adalah warga Tanahdatar kelima yang bunuh diri dalam waktu dua minggu belakangan. Sebelumnya dua pelajar yang duduk di bangku sekolah menengah, yaitu Resy Novita Anjela, 15, dan Tiara Salsabila, 14 juga ditemukan tewas tergantung. Kemudian, Natasya, 20, di Kubang Landai Nagari Saruaso, dan Leli Marlina, 25. (mal)
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlan...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
Ado apo gerangan kok sampai bantuak iko?
--
Cegah bunuh diri. (foto: http://www.genevieveng.com/)
Organisasai Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2003 telah menganggap serius issu bunuh diri, hingga merasa perlu menggandeng International Association of Suicide Prevention (IASP) untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia setiap tanggal 10 September. Tema pada 2013 adalah Stigma : Rintangan Besar untuk Pencegahan Bunuh Diri.
Data di WHO menyimpulkan bunuh diri telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju dan menjadi masalah yang terus meningkat jumlahnya di negara berpenghasilan rendah dan sedang. Hampir satu juta orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Ini berarti kurang lebih setiap 40 detik jatuh korban bunuh diri. Jumlah ini melebihi akumulasi kematian akibat pembunuhan dan korban perang.
Pada 2009 posisi empat besar negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi berasa dari Eropa Timur, yakni Rusia , Latvia, Belarus dan Slovenia. Sedangkan kelompok negara yang rendah tingkat bunuh dirinya adalah Amerika Latin, negara-negara mayoritas berpenduduk muslim dan beberapa negara di Asia.
Keluarga Sebagai Pondasi
Di RSUD Cianjur, Jawa Barat, dalam satu bulan pada Mei 2013 terlapor 5 orang yang meninggal karena bunuh diri. Itu baru di Cianjur dan satu rumah sakit. Jika melihat data WHO pada 2010, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu jika tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO malah meramalkan pada 2020 angka bunuh diri di Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa.
Bisakah Indonesia bebas dari kasus bunuh diri? Mungkin saja jika semua masyarakatnya memiliki kesadaran untuk berhenti berpikir melakukan bunuh diri. Tapi mengingat pencetus bunuh diri semakin beragam, mulai dari faktor ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, kejiwaan, dan spiritual., hal yang bisa dilakukan adalah mencegah semaksimal mungkin terjadinya bunuh diri di lingkungan lingkungan terkecil dan terdekat, yakni keluarga.
Sumber utama bunuh diri adalah depresi. Dan umumnya depresi berhubungan dengan lingkungan sosial, termasuk jejaring sosial. Menurut pakar kejiwaan Kendal dan Hammen, depresi banyak berkaitan dengan kondisi keluarga. Artinya, anggota keluarga bisa menjadi peredam depresi anggota lainnya. Seorang Ibu seharusnya membangkitkan anaknya yang gagal ujian, bukan memarahinya. Seorang isteri harus bisa menghibur suami yang kehilangan pekerjaan. Seorang suami bisa menghibur isteri yang baru saja mengalami keguguran.
Jika ada seorang anggota keluarga yang bunuh diri, bisa dipastikan ada yang buruk di dalam keluarganya sehingga anggota keluarga tersebut merasa tidak akan mendapat perlindungan dan dukungan sosial pada saat menghadapi tekanan. Alih-alih mencegah bunuh diri, malah ikut memacu perilaku bunuh diri.
Itu sebabnya penting sekali bagi satu keluarga menerapkan sistem keterbukaan komunikasi, walau harus tetap menjaga privasi anggota keluarga sebagai individu. Keterbukaan di sini adalah setiap anggota keluarga bisa menyampaikan persoalan hidupnya tanpa harus diceramahi, digurui atau bahkan disalahkan oleh anggota keluarga lainnya. Dengan keterbukaan ini, bahkan jika masalah yang dihadapi sudah mencapai depresi berat, bukan hal sulit untuk membawa ke ranah medis.
Tantang terbesar di Indonesia untuk mencegah bunuh diri adalah melibatkan lembaga medis kejiwaan. Stigma masyarakat bahwa orang yang datang ke rumah sakit jiwa atau psikiater adalah orang gila menjadi tembok yang harus dipecahkan. Di sinilah keluarga dapat menjadi pendukung ketika seseorang mulai merasa depresi, dan secara emosional menyatakan ingin bunuh diri apalai jika sudah ada upaya melakukan bunuh diri. Dengan membawa ke institusi yang tepat, setidaknya sebuah langkah besar pencegahan bunuh diri sudah dilakukan.
Agama Sebagai Pelindung
Sebuah studi statistik lintas bangsa oleh Miles E Simpson dan George H Conklin menyimpulkan, persentase Muslim dalam penduduk suatu bangsa menunjukkan relasi yang signifikan dengan tingkat bunuh diri bangsa tersebut. Tidak heran jika di dalam data WHO negara-negara mayoritas muslim berada di peringkat bawah.
Kesadaran untuk mencegah bunuh diri sudah bisa ditumbuhkan dengan membaca firmah Allah surah An-Nisa’ : 29; Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu. Jelas sebagai muslim yang semestinya bertaqwa akan menjauhi larangan yang bisa mengantar ke neraka itu. Jika ada muslim yang bunuh diri, masyarakat biasanya langsung menganggap orang tersebut telah mengalami penurunan keimanan karena agama cenderung mengurangi depresi mental dan pedihnya tragedi kehidupan.
Bagaimana dengan pelaku bom bunuh diri yang pelakunya kebanyakan seorang muslim? WHO menyebut tindakan tersebut sebagai bunuh diri sekunder. Karena tujuan utama orang tersebut adalah membunuh orang lain.
Bahtsul Masail NU dalam Munas Alim Ulama di Pondok Gede tahun 2002 juga telah memutuskan tentang hukum intihar (mengorbankan diri). Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa bom bunuh diri yang dilakukan oleh para teroris tidak akan mengantarkan mereka kepada level syuhada. Karena sejatinya motif mereka adalah adalah putus asa saat mencari jalan solusi kehidupan yang benar. Dengan kata lain, tidak dianjurkan dalam Islam.
Jika semua mau melibatkan peran keluarga dan meningkatkan keimanan, tak heran jika suatu hari nanti Indonesia menjadi negara tanpa satu pun kasus bunuh diri.
Dinda ANB NAH.
lihat cuplikan cerita Walkot Risma dari Surabaya. Beliau berusaha seperti Khalifah Umar Bin Khatab dlm menyelesaikan masalah warga miskin dll.
Apakah bisa kita harapkan Walinagari untuk manyapo warga setiap pagi sambia bakuliliang didaerahnyo.
Insya Allah langsung terdeteksi kejadian2 msu bunuh diri di masiang2 nagari.
Apa mau karajo kareh atsu bukan urusan ssng Wali.
Darwin Chalidi