Kuda-kuda Tangguh Di Gelanggang Ampang Kualo

45 views
Skip to first unread message

Nofiardi

unread,
Feb 10, 2009, 9:45:15 PM2/10/09
to Rant...@googlegroups.com

Selasa, 10 February 2009

Kuda-kuda Tangguh Di Gelanggang Ampang Kualo

Begitu dilepas, Bintang Sikumbang, Putra Kampai Ex Dora dan Labuan Simmay masing-masing milik, H. Azwar Sutan Sinaro (Bukittinggi) H. Irzal Ilyas Dt Lawik Basa (Kota Solok) dan Ampera Dt Labuah (Dharmasraya), menghentak.
Kuda-kuda itu berlari bagai angin. Mula-mula Putra Kampai memimpin, tapi tiba-tiba secepat kilat Bintang Sikumbang menebas langkah Putra Kampai hingga garis finis. Ia pun menang. Alhasil berhak memboyong piala dan uang tunai dari H. Fedlizon, SS,M.Sc, caleg DPR-RI Dapil Sumbar 1 nomor urut 1 dan piala bergilir H. Faizal Djamal, caleg DPR-RI Dapil Sumbar 2 dari Partai Bintang Reformasi.


Bintang Sikumbang, Putra Kampai dan Labuan Simmay dan sederet lainnya seperti Mata Hati, Mia Zakarva dan Maleek Adyat milik Mr. William E Moris (Riau) adalah nama-nama kuda pilihan yang bertanding di berbagai gelanggang pacu kuda tradisional. Mungkin bagi sebagian orang, apalah arti sebuah nama. Tapi nama-nama kuda yang disandangkan pemiliknya pada kuda-kuda kesayangannya itu bukan sembarang nama.
Pemberian nama itu ada yang terkait dengan sejarah pemiliknya, ada yang diilhami dari hasil salat istikharah, ada yang diambil dari sifat kuda sendiri hingga nama asal daerah kelahiran. Yang terakhir ini justru menjadi kebiasaan umum di kalangan pemilik kuda.
Maklum, tradisi di gelanggang pacu kuda diikuti petaruh nasib pada nama dan derap kaki kuda yang berpacu, tapi sayangnya instruksi Kapolri untuk membasmi penyakit masyarakat ditindaklanjuti petugas keamanan, sehingga suasana Pacu Kuda Seizoen 2008-2009 di Gelanggang Ampang Kualo diwarnai penangkapan tersangka petaruh.


Sudah menjadi pemandangan umum bila pacuan kuda adalah arena paling subur buat perjudian. Pacuan kuda menjadi ajang pertaruhan dengan nilai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Pacuan kuda juga seakan menjadi langkah cepat menjadi konglomerat, sekaligus jalan cepat menuju sekarat.
Tapi tidak demikian dengan pacu kuda tradisional. Bendera merah dan putih, yang menandai kemenangan di garis finis, berusaha tetap dibersihkan dari unsur-unsur perjudian. Namun secara diam-diam masih terlihat.
Bukan hanya itu semata-mata, tetapi juga perilaku masyarakat yang memasuki ban pacu baik mensupport kuda yang ditunggangi para joki maupun lainnya tanpa memikirkan keselamatan diri. Akibatnya Pacu Kuda Sizoen 2008-2009 Sumatra Barat di Gelanggang Ampang Kualo  diwarnai korban kecelakaan. Dua warga harus dilarikan ke RST Solok karena terinjak kuda yang sedang berpacu.


Ketua Pordasi Pordasi Cabang Ampang Kualo Solok H. Daswippetra Dt Manjinjing Alam, SE usai pembukaan Pacu Kuda Seizoen 2008-2009, Sabtu (7/2) oleh Gubernur diwakili Ir. H. Suryadharma menuturkan, selain sebagai ketua Pordasi, tokoh politik PPP itu juga pemilik kuda Pamenan Dunie. Nama ini dipakai untuk mengabadikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam pacu kuda.
Sementara itu Yulfia Laheri, SE dan Zulkifli Joran masing-masing pemilik kuda Euro Star dan kuda Rice Queen (Kota Solok) menuturkan perawatan miliknya tergolong ala kadarnya dan murah. Kalau kuda pacu harus dilatih begini-begitu, makanannya yang enak-enak, pemberian vitamin tidak boleh telat, dipijit dan sebagainya. Seminggu bahkan sebulan sebelum bertanding, perawatannya sangat ketat dan membutuhkan biaya cukup besar.
Sedangkan hadiah yang diperoleh habis untuk penjaga kuda dan joki. Peran joki sangat vital dalam berloma. Joki biasanya sekaligus perawat kuda, sehingga tahu betul sifat dan keunggulan kuda. Kuda-kuda bagus bisa gagal meraih juara bila jokinya tidak mampu mengendalikan.
Semaraknya pertandingan pacu kuda, tampaknya juga diikuti greget yang lain di luar arena, yaitu jual-beli kuda. Antar pemilik kuda atau pemain baru yang ingin terjun di pacu kuda, saling lirik dan saling tawar.
Kuda-kuda pilihan yang biasa diperlombakan, lebih-lebih yang kerap menjadi juara akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Harganya cukup sangat menggiurkan. Kuda pacu dibeli seharga Rp7,5 juta. Setelah menjuarai beberapa kali pertandingan, kudanya ditawar orang dengan harga dua kali lipat dan malah sekian kali lipat.
Keikutsertaan pemilik kuda di alek pacu kuda tradisional tidak melulu memburu hadiah. Mereka rata-rata menganggap balap kuda ini sebagai sarana untuk badunia (kesenangan).oWannedi Saman

http://hariansinggalang.co.id/index.php?mod=detail_berita.php&id=258

 

The above message is for the intended recipient only and may contain confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank you.
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages