TELUK BAYUR DI KALA SENJA
Teluk Bayur termasyhur sejak dahulu kala
Disana kapal datang dan pergi
Disana perpisahan dan pertemuan terjadi
Disana tangis duka dan tangis bahagia tertumpah
Dimasa jayanya
Ketika kapal jadi primadona
Sebagai alat transportasi antar provinsi
Teluk Bayur ramai dikunjungi orang
Beberapa kali aku berkunjung ke Teluk Bayur
Kadang aku menanti saudara
Kadang aku melepas saudara
Pernah juga aku yang naik dan turun kapal disana
Waktu itu
Aku belum begitu peduli
Tentang keindahan Teluk Bayur
Senang atau sedih lebih mendominasi disana
Betapa aku terpesona
Ketika mobil dari Padang menuju Painan
Meliwati pinggir laut
Teluk Bayur kelihatan sangat indah sekali
Sekembali dari Painan menuju Padang
Rasa kagum semakin menjadi
Ketika meliwati lokasi yang sama di sore hari
Mobil kupaksa berhenti
Teluk Bayur di kala senja
Sulit diungkapkan dengan kata-kata
Betapa indahnya
Diterpa sinar merah jingga mentari
Ketika matahari mulai tenggelam
Kelap kelip lampu dipelabuhan
Dan kelap kelip lampu di kapal-kapal
Mulai menggantikan sinar mentari
Subhanallah indahnya
Aku tidak tau
Nama tempat aku berdiri memandang
Disanalah tempat terindah di dunia
Untuk menyaksikan tenggelamnya mentari
Teluk Bayur di kala senja
Di pandang dari jauh
Sensasinya luar biasa
Keindahannya tiada dua di dunia
Padang, 3 Januari 2011
Hanifah Damanhuri
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Uni Iffah
seperti yang dilukiskan di puisi ini memang dikala sore menjelang tenggelam
matahari di ufuk barat jika cuaca bersahabat maka mata kita cukup dimanjakan
dengan pemandangan yang elok dari ketinggian (diatas jalan) ke arah pelabuhan
teluk bayur, semburat kilau matahari yang sejajar dengan lautan dengan warna
jingga sebelum tenggelam memberikan efek yang memesona ketika kilauan cahaya
tersebut memantul dari lautan (mungkin ini yang uni lukiskan "Betapa
indahnya, Diterpa sinar merah jingga mentari')
tapi kalau bait yang ini
"Disana perpisahan dan pertemuan terjadi
Disana tangis duka dan tangis bahagia tertumpah"
tentunya saya ingat sebuah lagu Elly Kasim tentang sebuah kisah cinta
Cinta yang membunuh (he he he)
Cinta si Uda yang sangat perih (ehem)
Lah arok cameh si adiak manunggu si uda turun dari kapa di pelabuhan taluak bayua, ondeee si Uda turun mangganggam tangan gadih jao
Onde Udaaaaa..baa co iko jadinyo
Denai ka Sangsaro
Bakato janji uda dulu jo ambo
Samo mananti masa nan ka tibo
Nyatonyo kini Uda alah baduo