Melanjutkan postingan terdahulu ;
8. Pergolakan di daerah-daerah semakin meningkat. Tanggal 20 Desember 1956, Ahmad Husein selaku Ketua Dewan Banteng mengambil alih pemerintahan sipil di Sumteng dari Gubernur Ruslan Muljohardjo (Masyumi). Dua hari kemudian, Kol Maludin Simbolon selaku Panglima TT I yang berkedudukan di Medan mengambil alhi pemerintahan sipil di SUMUT, sekaligus menyatakan keadaan darurat perang diwilayahnya dan untuk sementara melepaskan hubungan dengan pemerintah pusat di Jakarta. Sebelumnya 3 des, 48 perwira di wilayah TT I membentuk Dewan Gajah yang diketuai oleh Kol Simbolon. Selanjutnya 24 Des, Letkol Barlian selaku Panglima TT I Sumatera bag Selatan yg berkedudukan di Palembang mulai melakuka control politis terhadap pemerintahan sipil Sumsel. Barulah pada 15 Januari 1957, dia membentuk Dewan Garuda dan benar2 mengambil alih kekuasaan dari Gubernur Winarno Danuatmojo (PNI). Dengan demikian memasuki 1957 praktis hampir seluruh Sumatra telah melakukan pembangkangan terhadap pemerintahan pusat.
9. Pergolakan juga terjadi di Sulawesi dan Kalimantan. Pada 18 Februari 1957, Letkol H.N.V. Sumual selaku Panglima TT VII Indonesia Timur menyatakan terbentuknya Dewan Manguni di Manado. Lalu pada 2 Maret 1957, Diumumkanlah Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Makasar. Bersamaan dengan itu Sumual menyatakan seluruh wilayah Indonesia Timur dalam keadaan bahaya perang (SOB). Oleh karena itu, semua pemerintahan diambil alih oleh Penguasa Militer utk menjaga ketentraman rakyat dan terlaksananya pembangunan di daerah-daerah. Permesta juga menuntut agar Kabinet dan Dewan Nasional dipimpin bersama oleh Soekarno dan Hatta, tetapi Permesta masih mengakui pemerintah pusat. Di Kalimantan Letkol Hasan Basri selaku Panglima TT VI mendirikan Dewan Lambung Mangkurat pada tanggal 13 Maret 1957. Seperti Dewan-dewan lain, dewan inipun menghendaki perlakuan yang lebih baik bagi daerah dari pemerintah pusat.
10. Di tengah kemelut poitik yang semakin panas dan pergolakan daerah yang makin berani pada akhir 1956 dan awal 1957, Presiden Soekarno menyampaikan pidato konsepsinya pada 21 Februari 1957, yang disiarkan langsung oleh RRI ke seluruh Indonesia. Inti pidatonya itu :
1. Pelaksanaan Demokrasi Terimpin yang tidak membolehkan adanya oposisi, karena dinilai tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
2. Untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin haruslah dibentuk Kabinet Gotong Royong sebagai pengganti cabinet yang ada, karena dianggapnya rapuh dan tidak sesuai dengan jiwa kegotong royongan bangsa Indonesia. Dengan melaksanakan prinsip kegotongroyongan ini, oposisi akan hilang dalam parlemen dan masyarakat
3. Pembentukan Dewan Revolusioner (yang kemudian diganti dengan Dewan Nasional) yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil golongan fungsional dalam masyarakat. Dewan ini akan dipimpin langsung oleh presiden dan berfungsi sebagai pemberi nasihat kepada pemerintah.
KOnsepsi Soekarno ini semakin menambah ketegangan politik Negara, karena menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat, terutama di kalangan politisi. Yang paling jelas menolak konsepsi itu adalah Masyumi dan Partai Katholik. NU, PSII, Parkindo, IPKI dan PSI menolaknya secara samar-samar. Adapun PNI dan beberapa partai nasionalis kecil lainnya mendukung konsepsi itu, dan yang paling gigih mendukungnya adalah PKI.
To be continued
Tujuan penulisan latar belakang ini hanya ingin menjelaskan kenapa DR. M Natsir yang begitu santun juga ikut ke kancah PRRI.
Wassalam
Rina
Sungai Dareh, 9 Januari 1958
Resep kue yang lezat itu dituang
Para koki kenamaan tengah merubung bersemangat
Semangat membara dari ribuan niat
Ada niat suci demi tegaknya marwah negeri
Ada niat setengah-setengah
Bahkan niat menjungkalkan
Tiga orang master Koki dilibatkan
Manis kue menggiurkan
Tak bergeming
Hanya niat ikhlas demi kesatuan negeri
Seorang koki ahli mengendap dalam diam
Bergerak lincah diantara kompor dan periuk jerang
Menuang bubuk mesiu ke dalam sebagian adonan
Meledakkan kobaran perang
Menumbangkan dapur, rumah dan kampung
Ada jari yang terserak
Ada tangan yang tergeletak
Ada kuping yang tersayat
Entah milik siapa
Milik Ibunya
Milik Ayahnya
Milik anaknya
Milik istrinya
Milik kekasihnya
Milik negerimu
Selaksa jarak mendamaikan waktu
Di tepi sungai yang mengalir tenang
Semilir angin meninabobokkanmu
Mimpi indahmu tergaduh jeritan perang
Tersentak meraba kue di nampan
Tertata manis siap disantap
Sepotong kue panas yang bernama 'Kepentingan'
Kau bawa slalu bersamamu..
(Mengenang pertemuan rahasia di Sungai Dareh 9 Januari 1958 sebelum PRRI)
Batam, 9 Maret 2011
Terima kasih untuk Buya HMA atas sharingnya yang menginspirasi
Wassalam
Rina
Kok alun mambaco World Press ko, rancak dicaliak ditaliti. Tampaknyo rancak untuk tambahan pedoman, perbandingan bahan koleksi:
http://driwancybermuseum.wordpress.com/category/west-sumatra-prri/
Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif
Santa Cruz, CA March 12, 2011
--- In Rant...@yahoogroups.com, "rinapermadi" <rinapermadi@...> wrote:
>
> Melanjutkan postingan terdahulu ;
>
>
> 8. Pergolakan di daerah-daerah semakin meningkat. Tanggal 20 Desember 1956,
> Ahmad Husein selaku Ketua Dewan Banteng mengambil alih pemerintahan sipil di
> Sumteng dari Gubernur Ruslan Muljohardjo (Masyumi).
> To be continued
> ....