Sanak di palanta n.a.h
PSK di Bukittinggi, ambo raso bukan di Bukittinggi sajo lai, tapi mungkin alah diseluruih kota kabupaten,atau ditempat-- tempat terntentu pokoknyo dimano disadiokan tampek lalok nan bisa diseokan.
Penyebabnyo:
1. Sulit dikontrol oleh pemuka masyarakat karena terjadi ditempat elit
2. Masyarakat tak berani bertindak karena akan berhadapan dengan senjata.
3. Adanya sebagian masyarakat sebelah sana , yang baginya keberadaan PSK ini hanya soal moral saja tak ada hubungan ABS-SBK
4 Adanya sebagian masyarakat sebelah lagi sengaja mengadakan PSK ini di Minangkabau agar agama islam itu runtuh di Minangkabau.
Kalau pemuda-pemudi minangkabau iu sudah harian bagi mereka perzinaan maka tak ada lagi artinya islam di minangkabau sehingga mudah dimasuki ajaran lain dan sekaligus akan merontokkan segi adat istiadatnya minangkabau, habislah ABS SBK disana.
5. Ada sebagian kelompok lagi, asal islam itu mati dulu di Indonesia ini,apapun akibatnya ditanggung saja dulu, setelah islam itu hilang atau pudar maka kelompok ini akan maju dengan idenya kedepan.
Untuk mengatasi ini mungkin hanya:
1. Pembangunan tempat tidur yang disewakan kusus di Sumbar haruslah ada Perdanya dimana polisi, TNI, Satpol PP. MUI, LKAAM , dan KAN ikut dalam pengawasan dan razianya. Untuk Sumbar tak ada istilah hotel bintang lima yang diistimewakan,demi melindungi pariwisata tak boleh dirazia.
2. Untuk Sumbar kalau kita memang mau Sumbar itu berperikehidupan ABS-ABK hentikan lah niat untuk mencari PAD dari Pariwisata
Dimanapun di Dunia ini, pariwisata itu tidak akan ramai kalau tidak ada PSK nya, hotel itu tidak akan ramai kalau tidak ada SEK/ PSK nya.
Hotel apa saja di dunia ini akan selalu menawarkan wanita untuk meramaikannya. Pak Hamka, sudah tahu bahwa beliau ulama dari Indonesia, di Amerika tetap saja dtawari wanita oleh hotel tempat beliau menginap. Mungkin yang dituju kalau ada pengikut beliau berminat.
Mungkin sekali lagi mungkin dan tidak bermaksud merendahkan sesuatu, touris/parawisata yang dari sebelah sana, untuk sekedar pelepas dahaga suami, wanitanya tutup mata saja kalau suaminya sedang bersenang-sengan dengan wanita lain. Sekarang ini Bali adalah surganya bagi pelepas dahaga cinta laki-laki maupun perempuan dari negara sebelah sini maupun sebelah sana berdatangan ke Bali.
Untuk PAD hasil Pariwisata gubenur Bali gembira tapi kegembiraan itu pudar setelah mengetahui bahwa HIV/AID yang menjagkiti Bali juga luar biasa, timbul kekawatiran kalau nanti rakyat bali kena HIV/AID semua mau jadi apa orang Bali.
Ada satu lagi, bagi yang tua-tua angkatan saya kalau masih ada menyimpan majalah Selecta /ada lain lagi ?, terbitan 1964, saya sendiri sudah tak punya, tolong dibongkar-bongkar mudah-mudahan ketemu, tanggal terbitnya lupa tapi tahunnya 1964. Waktu itu orang membanggakan Beirut sebagai tempat Pariwisata yang nomor wahid di dunia, Turis dari manapun dari pada ke Paris, Hawai dan lainya, lebih senang ke Beirut, diasana teesedia segala surganya dunia. Semuanya bebas sensor. Semua kamar 24 jam tersedia untuk apa saja.
Indonesia waktu itu yang juga sedang-hebat-hebat dimasuki sekularisasi, maka umat islam hanya termangu-mangu menyaksikan keadaan di Beirut itu dan beberapa oknum yang berkuasa di negeri ini terpengaruh dengan kemajuan semu pariwisata Beirut itu dan ada yang mengikuiti pola Berut itu, , itulah yang berlaku di Jakarta dan Bali.
Pada saat Beirut itu jaya dengan uang maksiatnya, Tokoh umat islam Indonesia sudah ada yang memberi tahu bahwa Beirut itu akan menerima azab lebih besar dari hasil uang maksiatnya.
Benar saja 1980-an selama lebih kurang 4-5 tahun Libanon diamuk oleh perang saudara antara Islam dan Kristen, Beirut yang dibanggakan itu hancur brantakan, semua pemnbangunan hasil maksiat dan sebelumnya bukan dari maksiat ikut hancur lebur.
Kita kawatir kalau Indonesia mengharapkan PAD atau devisa dari pariwisata, yang berasal dengan memaksiatkan negeri ini, malapetaka Libanon tahun 80-an itu akan terulang di Indonesia ini. Lebih kawatir lagi kalau di Sumbar, ada niat untuk memperhebat pariwisata demi PAD daerah tapi tak bisa menghalangi penggunaan SEK/PSK sebagai pengumpan, maka kita tinggal menunggu petaka
LIbanon yang sudah pernah ada itu.
Sebagai penutup ini hanya sekedar ota di lapau, jangan ada pula yang tersinggung, kalau baik terima, tida buang.
Wass,
Maturidi ((L/75) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau.