--
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-...@googlegroups.com
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H,
Jatibening - Bekasi
Ambo acok basuo jo si Jork ko katiko inyo jadi "kuli dawaik" di majalah TEMPO nan bakantua di Proyek Senen tahun 80-an. Ukatu tu, sabagai anak mudo nan "paliang cipeh, pancimeeh dan karengkang" dalam satiok manulih di Komentar TEMPO lai babaarpo kali maruok jo inyo. Ukatu tu si Jork ko bagurambeh dan barambuik panjang (kini gurambehnyo alah dicukua abih, tapi rambuiknyo masih mode si Upiek di kampuang awak). Samanjak inyo tingga di Australia, dan bakarek arang jo majalah Si Goenawam Mohamad & Si Fikri Jufri, ambo yo indak ado lai basuo jo penulis nan zaman Suharto bakuaso manulih "Gurita Soeharto" dan zama SBY manulih "Gurita SBY". Kini, bapulang baliek ka hati sanubari dunsanak sadonyo. Apokoh "Si Padanf" asli nan ngetop jo kredo "Takuruang nak di lua dan taimpik nak di ateh" tu lai sapandapaik jo tulisan di Jork nan maebohkan tu. Salam,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, mm*** George Junus AditjondroDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasGeorge Junus Aditjondro (lahir pada 27 Mei 1946 di Pekalongan, Jawa Tengah) adalah seorang sosiolog asal Indonesia. Pada sekitar tahun 1994 dan 1995 nama Aditjondro menjadi dikenal luas sebagai pengkritik pemerintahan Soeharto mengenai kasus korupsi dan Timor Timur. Ia sempat harus meninggalkan Indonesia ke Australia dari tahun 1995 hingga 2002 dan dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998. Di Australia ia menjadi pengajar di Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi. Sebelumnya saat di Indonesia ia juga mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana. Saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada November 2006, ia dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan Soeharto pada tahun 1998[1]. Pada akhir bulan desember 2009, beberapa lama setelah peluncuran bukunya terakhir, Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalurkan keprihatinanya atas isi buku tersebut[2].Buku itu sempat ditarik dari etalase toko walaupun pada saat itu belum ada keputusan hukum terhadap peredaran buku itu[3] [sunting] Bibliografi
[sunting] Catatan
[sunting] Pranala luar
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/George_Junus_Aditjondro"
--- On Sun, 12/27/09, Abraham Ilyas <abraha...@gmail.com> wrote: |
Andiko Sutan Mancayo
(2)
Kami sampai di Limbanang, di rumah calon anak daro, menjelang maghrib. Rumah ini memang sudah disiapkan untuk baralek. Sudah dihias dengan kain berwarna emas, berjumbai-jumbai. Kursi pelaminan untuk tempat duduk anak daro jo marapulai pun sudah disiapkan. Tapi baik anak daro maupun ibunya masih berpakaian rumahan. Ternyata akad nikah itu baru akan dilaksanakan nanti sesudah isya, bukan sesudah maghrib, begitu yang aku dengar.
Setelah berbasa basi sebentar dengan sanak saudara, lalu kami bersama-sama pergi menuju masjid untuk shalat maghrib.
Sesudah maghrib kami kembali terlibat dalam obrolan. Mehotar ke hilir ke mudik. Dan suasana
terlihat masih santai-santai saja. Aku malas untuk bertanya. Sementara itu hujan turun meski tidak terlalu deras. Sudah berkumandang azan isya. (Aku sudah menjamak shalat ketika maghrib tadi). Dan beberapa saat pula berlalu sesudah itu. Masih tenang-tenang saja.
Jam sembilan malam baru terlihat kesibukan. Artinya sudah satu jam lebih sesudah waktu isya. Hujan masih turun. Beberapa buah mobil datang. Di antaranya mobil marapulai dan pengiring-pengiringnya. Tamu-tamu itu masuk ke dalam rumah. Rumah jadi penuh dengan rombongan tamu dan rombongan tuan rumah. Dengan si alek dan si pangka. Sudah akan dimulaikah prosesi akad nikah?
Ternyata bapak penghulu belum hadir. Salah satu dari yang hadir mengatakan bahwa beliau sedang dijemput. Bahkan sudah di perjalanan menuju rumah perhelatan. Perlu beberapa belas menit menunggu sampai pak penghulu
akhirnya hadir. Lalu dimulailah acara itu sebagaimana lazimnya. Hari sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Ijab kabul itu akhirnya selesai dan disahkan oleh para saksi. Dengan sedikit perulangan karena baik marapulai maupun wali nikah sama-sama agak gugup pada awalnya. Sampai pulalah pada giliranku untuk menyampaikan nasihat pernikahan, sesuatu yang sudah diminta-tolongkan kakak ipar sejak jauh hari sebelumnya.
Selesai pula acara makan minum sekitar jam sebelas malam. Untungnya tidak memakai pasambahan yang berunyai-unyai. Tamu-tamu, berikut marapulai kembali pulang ke rumah masing-masing. Rupanya begitu pula adatnya, marapulai belum boleh menginap di rumah anak daro meskipun mereka baru saja disahkan sebagai suami
istri.
Tinggallah sipangka. Karib kerabat sanak saudara. Ada pula acara yang sudah disiapkan mereka adik beradik. Pesta katan jo durian. Durian sedang musim. Sejak dari Sicincin - Kayutanam waktu baru sampai kemarin, sampai ke Bukit Tinggi, Payakumbuh, sepanjang jalan ke Limbanang durian terlihat bertumpuk-tumpuk di sepanjang jalan. Aku penyuka durian meski tidak termasuk yang kelas berat. Di tengah keluarga, aku kalah dibandingkan istri dan ketiga puteri-puteriku. Mereka adalah pencinta durian sejati. Malam itu aku membatasi diriku dengan dua biji durian saja. Yang segera jadi bulan-bulanan ketawaan. Aku khawatir kalau-kalau durian ini akan menyepak asam urat pula.
Sudah jam satu malam ketika kami meninggalkan Limbanang pada malam hari itu. Kami kembali ke penginapan di Bukit Tinggi. Besok adalah acara baralek di rumah ini,
dan kami akan kembali lagi. Insya Allah.
***
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H,
Jatibening - Bekasi
(3)
Hari Sabtu pagi.
Alhamdulillah, meski baru tidur jam dua tadi malam, aku terbangun persis menjelang azan subuh. Tapi di luar hari hujan. Aku bangunkan istri. Sesudah kumandangan azan jam 4.50 pagi itu selesai, kami shalat berdua di kamar. Aku tidak bisa pergi ke mesjid karena di luar hujan. Ketika aku hampir selesai shalat subuh, di masjid Baitul Haq dan masjid Raya, imam sama-sama takbir. Bacaan imam-imam itu bertanding-tanding, terdengar sangat jelas karena sama-sama menggunakan pengeras suara yang prima. Untunglah di masjid masing-masing bacaan imam dari masjid lain tidak terdengar.
Sesudah shalat disambung tidur sedikit lagi. Jam tujuh terbangun. Acara kami (aku dan istri beserta ipar suami istri pula) adalah pergi minum pagi ke..... Garegeh.
Lepau di Garegeh itu aku temukan pertama kali di tahun 1991, ketika kami pulang dari shalat
subuh di masjid Raya, menuju ke kampungku di Koto Tuo Balai Gurah. Di kegelapan subuh berembun kala itu, terlihat pintu lepau terbuka. Kami segera mampir. Bangunan dengan bangku panjang lepau itu tidak pernah berubah. Mungkin yang berubah adalah rumah tembok di belakangnya yang semakin berkilat saja. Yang istimewa, dan juga tidak pernah berubah adalah ketan putih pulut tulang dengan goreng pisang raja serta pilihan lain yaitu bubur samba dengan gulai cubadak. Seperti itu delapan belas tahun yang lalu, seperti itu juga sekarang.
Kesanalah kami pergi minum pagi. Pesananku, seperti biasanya teh telor dan bubur samba. Dan sesudah itu sebuah goreng pisang raja sebagai penutup. Dulu, ketika masih lebih muda, bubur samba ditambah dengan ketan goreng pisang aku sanggup menyelesaikan. Tapi sekarang sudah tidak sanggup lagi.
Kami meraun panik di sekitar Bukit Tinggi sesudah minum
pagi. Sementara hari masih gelap dan hujan. Sesudah shalat zuhur kami kembali lagi pergi baralek ke Limbanang. Sedikit saja yang ingin aku komentari tentang perhelatan yang sedang 'in' di Ranah Minang, yaitu menghadirkan orgen tunggal. Orgen itu dihubungkan ke sistim pengeras suara yang entah berapa ukuran kekerasannya, tapi yang pasti sangat memekakkan telinga. Suara orgen itu bahkan lebih keras pula dari suara orang yang berlagu sehingga apa yang dinyanyikan tidak dapat disimak. Baitu caronyo kini. Di sela-sela suara musik yang antahlah maaak itu, terdengar olehku ungkapan seorang tamu, bahwa di Padang Panjang orgen tunggal itu sudah dilarang oleh Pemda. Aku berharap Pemda Sumatera Barat secara berjamaah akan melarangnya pula.
Sekalian untuk
menghindar dari suara musik yang memekak telinga, kami minta izin kepada tuan rumah untuk pergi ke Koto Tinggi. Ini adalah kampung saudara sebapak istriku yang hari itu memestakan anaknya tersebut. Kami pergi ke sana dengan kakak perempuannya. Rumahnya di Koto Tinggi persis di hadapan lapangan pasar Koto Tinggi tempat terletaknya monumen PDRI. Baru sekali itu aku ke tempat ini.
Sesudah maghrib kami kembali ke Limbanang. Suasananya sudah sunyi dari suara orgen tunggal. Ternyata tetangga di sebelah tempat pesta itu sedang kemalangan. Ada anggota keluarganya yang meninggal. 'Syukurlah, ada alasan untuk menghentikan suara musik tadi,' kata istri kakak iparku. Rupanya dia juga terpaksa menghadirkan acara itu. Yang kalau tidak dihentikan, biasanya
akan berlanjut sampai tengah malam. Dan konon, semakin larut semakin aneh-aneh tingkah polah baik yang menyanyi maupun yang menonton. Dan konon pula, pada saat yang sudah larut itu beredar bir dan sebangsanya yang bukan disediakan oleh tuan rumah.
Jam sepuluh malam kami kembali ke Bukit Tinggi. Adik ipar yang tinggal di Bukit Tinggi ikut ke mess, membawa ......... duren lagi. Duren yang lebih mantap dari yang kemarin. Aku sedikit lebih berani kali ini. Mencomot sampai lima butir.
***
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Musajik Raya 0˚ 18' 10"82 - 100˚ 22' 10"51
Musajik Baitul Haq di ujuang jalan Luruih 0˚ 18' 11"38 - 100˚ 22' 05"32
Wassalamu'alaikum,
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H,
Jatibening - Bekasi
Iyo sadiah go mah polusi bunyi ko Angku Lembang.
Mudah-mudahan sin tetangga nan kamalangan -- yah lebih tapek kematian -- itu, matino indak basabab taganggu dek Musik Kareh Orgen Tunggal tu...
Kalau di Rantau ambo, kasus kematian tu akan diselidiki apo sababnyo. Kalau tanyato urang mati disababkan hiruak pikuak musik karen disabalah tampek tiduanyo tu, kamungkinan manjadi pakaro gadang.
Hal iko dapek manambah konsiderasi untuak mangurangkan polusi musik kareh suaro, baiak di tempek parmukiman maupun di ateh oto kota bolak baliah maharuak-haruak jo stereo kareh mamakak talingo. Ambo sabana takuik naiak angkot jo polusi "musik" tu.
--Nyiak Sunguik
--- In Rant...@yahoogroups.com, Muhammad Dafiq Saib <stlembang_alam@...> wrote:
>
>
> Assalamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
>
>
> (3)
>
>
> Hari Sabtu pagi.
> .........
Sedikit saja yang ingin aku komentari tentang perhelatan yang sedang 'in' di Ranah Minang, yaitu menghadirkan orgen tunggal. Orgen itu dihubungkan ke sistim pengeras suara yang entah berapa ukuran kekerasannya, tapi yang pasti sangat memekakkan telinga. Suara orgen itu bahkan lebih keras pula dari suara orang yang berlagu sehingga apa yang dinyanyikan tidak dapat disimak. Baitu caronyo kini. Di sela-sela suara musik yang antahlah maaak itu, terdengar olehku ungkapan seorang tamu, bahwa di Padang Panjang orgen tunggal itu sudah dilarang oleh Pemda. Aku berharap Pemda Sumatera Barat secara berjamaah akan melarangnya pula.
>
> Sekalian untuk menghindar dari suara musik yang memekak telinga, kami minta izin kepada tuan rumah untuk pergi ke Koto Tinggi. Ini adalah kampung saudara sebapak istriku yang hari itu memestakan anaknya tersebut. Kami pergi ke sana dengan kakak perempuannya. Rumahnya di Koto Tinggi persis di hadapan lapangan pasar Koto Tinggi tempat terletaknya monumen PDRI. Baru sekali itu aku ke tempat ini.
>
> Sesudah maghrib kami kembali ke Limbanang. Suasananya sudah sunyi dari suara orgen tunggal. Ternyata tetangga di sebelah tempat pesta itu sedang kemalangan. Ada anggota keluarganya yang meninggal. 'Syukurlah, ada alasan untuk menghentikan suara musik tadi,' kata istri kakak iparku. Rupanya dia juga terpaksa menghadirkan acara itu. Yang kalau tidak dihentikan, biasanya akan berlanjut sampai tengah malam. Dan konon, semakin larut semakin aneh-aneh tingkah polah baik yang menyanyi maupun yang menonton. Dan konon pula, pada saat yang sudah larut itu beredar bir dan sebangsanya yang bukan disediakan oleh tuan rumah.
>
........
Mambaco nagari-nagari nan Angku Lembang sabukkan tu, pangana ambo malayang-layang lo ka maso saisuak saangah abad nan lalu. Tanggal 30 Juli 1958 kapatabang Tantara Pusek manembaki Suliki. Ambo basisuruak manonton serangan tu dari Padang Jopang. Ambo tahu di Bukik Andiang tu Kawan-kawan kami dari Kompi Mahasiswa Pertanian mangawal Suliki jo AAC (anti aircraft) di ateh Bukik Andiang. Masih tampap-tampak di ambo kapatabang malayok-layok mahumbani bukik tu jo bom dan mitraliyur. Bunyino iyo bana badaram-daram manggoncang paruik uang di seluruh dataran Pek Mudiak, tadanga jaleh ka Padang Jopang. Bunyi serangan kapatabang tu masih tabayang tadanga dalam ingatan sampai kini, diselingi sambutan pedrlawanan tembakan AAC dari Bukik Andiang.
Sasudah rado di sore hari, hari masih rancak, ambo jo duo kawan, Sjofjan Asnawi, dan Ridwan Asky (kaduono kini alm.Sjohjan terakhir Rektor UBH) pai ka Suliki untuak mancaliak mancari dan manambah bahan laporan mato. Di sinan lah ambo basuo jo Yushaf Rahman (kini alm) nan masih tampak-tampak di ambvo ano mamparagoan paruikno lah basuriah-suriah dek manyuruak-nyuruak samak. Sasudah basalaman jo kawan-kawan kompi AAC tu, kami batigo taruih bakoretangin ka Kototinggi untuak mambari laporan pandangan mato ka Tampek Pak Imam (M. Natsir). Kami sampai hampia malam di Pua Data dan sempat singgah pulo di rumah Pak Wali Kototinggi nan wakatu itu urang sadang ijok pulo sinan dan alun tahu kaba kalau-kalau tantara pusek ka taruih ka Kototinggi wsakatu itu. Sayang Pak Imam indak basuo pulo lahijok antah kama.Kami baliak ka Paang Jopang manunggu kode dari baliau untuak langkah kama ka pai salanjuikno. Sakitu sakadar sabingkah kenangan pulo di maso parang.
Salam,
--Nyiak Sungui
--- In Rant...@yahoogroups.com, "sjamsir_sjarif" <hambociek@...> wrote:
>
> Assalamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
>
> Iyo sadiah go mah polusi bunyi ko Angku Lembang.
>
> Mudah-mudahan sin tetangga nan kamalangan -- yah lebih tapek kematian -- itu, matino indak basabab taganggu dek Musik Kareh Orgen Tunggal tu...
>
> Kalau di Rantau ambo, kasus kematian tu akan diselidiki apo sababnyo. Kalau tanyato urang mati disababkan hiruak pikuak musik karen disabalah tampek tiduanyo tu, kamungkinan manjadi pakaro gadang.
>
> Hal iko dapek manambah konsiderasi untuak mangurangkan polusi musik kareh suaro, baiak di tempek parmukiman maupun di ateh oto kota bolak baliah maharuak-haruak jo stereo kareh mamakak talingo. Ambo sabana takuik naiak angkot jo polusi "musik" tu.
>
> --Nyiak Sunguik
>
Ngku, labiahkan se kami jo kulek angku jo Rang Kayo Netty kok makan duriain bagai, karano durian di Baliakpapan walu kini sadang banyak indak bisa malawan durian kampuang awak doh, apolai durian dari Palabihan Kayutanam, Kandangampek kampuang ambo,,,heee, sabana sero kalo dimakan jo katupek sipuluik...
Ondeh kampuang nan jauah di mato, lah rindu badan nak basuo, oi angin nan sadang lalu, hambuihkan pasan ka mandeh kanduang, pasan taragak nak pulang
ka kampuang, pasan rindu dari si buyuang...
Oi ayah nan sadang lalok di pusaro, manangih ananda tadi malam, barasian basuo jo ayah kanduang, tabayang ayah nan kapayahan, bakureh mancarikan kami makan, mangurehkan anak nan sadang sikola, pambali buku ciek sataun...
Oi mandeh sarato ayah, ampunkanlah ananda nangko, kok tadorong kami banyak doso, ka kaki bundo muko basuruakkan, kapangkuan ayah badan baampehkan...
Oi Ngku Lembang, caliek-caliekkan juo kampuang ambo....
wassalam,
konco Angku nan sadang tabedo di Balikpapan.
--- Pada Sen, 28/12/09, Muhammad Dafiq Saib <stlemba...@yahoo.com> menulis:
> mensosialisasikan keberadaan sekolah itu kepada masyarakat..
> --
>
> .
>
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika
> dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya:
> ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
>
> ===========================================================
>
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
>
> - DILARANG:
>
> 1. Email besar dari 200KB;
>
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui
> jalur pribadi;
>
> 3. One Liner.
>
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata!
> Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
>
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
>
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam
> melakukan reply
>
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan
> mereply email lama
>
> ===========================================================
>
> Berhenti, kirim email kosong ke:
> rantaunet-...@googlegroups.com
>
> Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
Yo gadang jaso mande jo ayah, nan awak manelponnyo sakali samingu kadang
lupo.
Malin sutan
Maaf Malin, kok jatuah aie mato, ambo kini sabak pulo, baitu sayang kito ka liau nan alah jauah dari mato...
--- Pada Sen, 28/12/09, Aslim <as...@id.panasonic.com> menulis:
> --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika
> dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya:
> ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim
> melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata!
> Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam
> melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan
> mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-...@googlegroups.com
>
> Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
>
Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
Bialah kito cari ukatu luang nak pulang co Ngku Lembang...
wassalam,
--- Pada Sen, 28/12/09, jupar...@yahoo.com <jupar...@yahoo.com> menulis:
> Dari: jupar...@yahoo.com <jupar...@yahoo.com>
> Judul: Re: Bls: [R@ntau-Net] Pulang Kampung Lagi (4)
> Kepada: rant...@googlegroups.com
> --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika
> dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya:
> ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim
> melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata!
> Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam
> melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan
> mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-...@googlegroups.com
>
> Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
>
Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir Zulqaidah 1370H, Bekasi
Sasudah pansiun dari maskapai Parancih tahun akhir 2007 dulu, ambo sempat bantu-bantu di salah satu anak perusahaan Astra International di Sunter. Lai talakik ampie 2 tahun di sinan. Sudah tuh ambo dimintak bantu untuak mamimpin operasi oleh perusahaan nan sadang mambangun pelabuhan supply base untuak Oil&Gas di Penajam mulai bulan October kapatangko. Namonyo PT Pelabuhan Penajam Banua Taka.
Kini ambo manyeo rumah di Balikpapan baru jo urang rumah, dan anak nan ketek Intan inyo karajo di Schlumberger Manggar.
Mabo lai basuo jo kawan-kawan di TI, kapatangko hari Minggu basobok jo Edy Kartono, di traktirnyo kami makan roti Tiam, anyo lah jadi juragan sapi di KM 48. Ambo sampaikan salam Angku Lembang beko kalo basobok jo kawan-kawan.
O iyo ambo lai mancigok Bank Ibadurrahman kantuenyo di Penajam, kini alah mambuka cabang di Balikpapan
Bilo angku sempat ka Balikpapan mancigok besan, lalok se dirumah ndak usah ka hotel, laino ado kamar untuak konco ambo YTH Angku Lembang
wassalam
--- Pada Sen, 28/12/09, Muhammad Dafiq Saib <stlemba...@yahoo.com> menulis:
> Dari: Muhammad Dafiq Saib <stlemba...@yahoo.com>
> Judul: Re: Bls: [R@ntau-Net] Pulang Kampung Lagi (4)
> Kepada: rant...@googlegroups.com
> Tanggal: Senin, 28 Desember, 2009, 10:19 PM
>
> Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa
> barakaatuhu
>
> Angku Dasriel,
>
> Baulang rantau baliak ka Baliakpapan rupono yo. Betah
> bana angku rupono. Iyo takana-kana lo diambo maso awak
> basamo-samo di siko saisuak. Lai basuo-basuo juo jo
> kanti-kanti awak di Total? Kok lai tolong sampaian salam.
> Baitu pulo salam ka urang rumah, rangkayo Dey.
>
> Anu gomah. Dek ambo pansiun sabana baranti bakarajo.
> Dek angku bapanjangi banda.
>
> Pakaro nasi kapau uni Lis jo pical si Kai alah ambo
> labiahi angku katiko sadang di kampuang kapatangko. Kok ka
> mambungkuihan kini tantu lah sulik lo kaji dek ambo alah di
> Jatibening baliak.
>
> Wassalamu'alaikum,
>
> Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
> Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit
> Tinggi
> Lahir Zulqaidah 1370H, Bekasi
>
>
>
>
>
>
> From: Dasriel
> Noeha <dasrie...@yahoo.com>
> To:
> rant...@googlegroups.com
> Sent: Tue,
> December 29, 2009 8:04:13 AM
> Subject: Bls:
> [R@ntau-Net] Pulang Kampung Lagi (4)
>
> Ondeh mandeh kanduang, iyo taragak pulo awak pulang
> kampuang kalo mambaco carito pajalanan Angku Lrmbang ko
> mah.
> Tapi baalah maagakanno, badan sadang tabedo pulo di rantau.
> Kalo buliah bapasan se lah ciek yo Ngku, bungkuihkanlah ambo
> nasi kapau Uni Lis jo sambano paruik gelong tambah gajeboh,
> bia nak balemak muncuang mangunyahno.
> Kok lai indak barek buliahlah ditambah sabungkuih pical si
> Kai ateh Ngarai, lamang tapai, jo jaguang abuih....
>
>
>
>
>
>
>
>
> --
>
> .
>
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika
> dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya:
> ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
>
> ===========================================================
>
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
>
> - DILARANG:
>
> 1. Email besar dari 200KB;
>
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui
> jalur pribadi;
>
> 3. One Liner.
>
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata!
> Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
>
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
>
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam
> melakukan reply
>
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan
> mereply email lama
>
> ===========================================================
>
> Berhenti, kirim email kosong ke:
> rantaunet-...@googlegroups.com
>
> Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
"Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
http://id.mail.yahoo.com"
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H,
Jatibening - Bekasi
Alah bara cucu kini Ngku, kok ambo alun juo diagiah Tuhan cucu, Sherri jo suaminyo sibuak karajo kaduono. bajalan se kama-kama, eropah, usa, aussie, alun juo lai diagiah katurunan.
Jadi anak-anak alah salasai sadono yo. kakek jo nenek raun selah lai, cubo-i sado nan lamak-lamak tuh, ingek se kholesterol, jo asam urek, jo gulo, kalo aman santuang se sadono...
wassalam,
--- Pada Sen, 28/12/09, Muhammad Dafiq Saib <stlemba...@yahoo.com> menulis:
> Dari: Muhammad Dafiq Saib <stlemba...@yahoo.com>
> Judul: Re: Bls: [R@ntau-Net] Pulang Kampung Lagi (4)
> Kepada: rant...@googlegroups.com
> Tanggal: Senin, 28 Desember, 2009, 11:13 PM
>
> Syukurlah kalau baitu.
>
> Jadi Intan alah bakarajo di Schlumberger di sinan?
> Itulah, capek bana rasono hari balalu. Raso kapatangko baru
> mareka (Intan jo anak ambo Nadya) mangaji Iqra di TPA dakek
> lapangan basket. Ambo etong baliak. Tanyato itu alah hampia
> 20 tahun. Nadya kini alah salasai sakola apoteker sajak
> September nan lapeh. Tapi ganjia lo, indak amuah no
> bakarajo. Ano ka bausaho surang, baitu jano.
>
> Lai basuo jo angku Eddy Kartono? Tolonglah sampaian
> salam kok basuo jo no baliak.
>
> Panjang lo pangana ambo mamikiaan
> Baliakpapan...........
>
> Wassalamu'alaikum
>
> Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
> Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit
> Tinggi
> Lahir : Zulqaidah 1370H,
> Jatibening - Bekasi
>
>
>
>
>
>
> > bia nak balemak muncuang mangunyahno..
Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
Wassalam
Tan Ameh (51+)
----- Original Message -----
From: "Dasriel Noeha" <dasrie...@yahoo.com>
To: <rant...@googlegroups.com>
Sent: Tuesday, December 29, 2009 11:29 AM
Subject: Re: Bls: [R@ntau-Net] Pulang Kampung Lagi (4)
Sampaikan salam ambo ka adiak ambo Iskandar jo Endang sarato anak-anak, salam dari Pak Tuo.
Baa kaba Jabasko lai marumpuik juo di Sundakelapa?
wassalam
--- Pada Sen, 28/12/09, Tasril Moeis <tasri...@banuacitra.com> menulis:
> --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika
> dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya:
> ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim
> melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata!
> Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam
> melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan
> mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-...@googlegroups.com
>
> Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
>
__________________________________________________________
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/
(5)
Ketika para saudara bertemu sekali-sekali yang terjadi biasanya adalah hota panjang. Ditingkahi senda gurau dan tertawa terkekeh-kekeh. Itu pula yang terjadi di Garegeh malam itu. Apa lagi ada pula adik ipar yang lain baru sampai dari Pakan Baru setelah terlebih dahulu singgah di Limbanang. Rencananya besok kami akan melakukan perjalanan panjang dengan mobilnya ke Jakarta. Bagi sang adik ipar perjalanan itu bahkan lebih panjang lagi karena mereka suami istri akan terus ke Jogya. Jauh hari sebelumnya mereka menawarkan apakah kami suami istri mau ikut dalam perjalanan itu. Dan aku menyanggupinya.
Malam itu kami mahota panjang sampai tengah malam. Aku sebenarnya sudah keletihan. Sudah tiga malam berturut-turut kurang tidur dan malam ini adalah malam keempat.
Begitu kembali ke penginapan sudah hampir jam satu malam aku berusaha untuk langsung tidur. Dan alhamdulillah tertidur. Bahkan keterusan. Paginya aku baru terbangun dan mendengar wirid (pengajian) subuh dari masjid. Tidak terdengar suara azan. Padahal azan subuh itu dua kali. Sudah hampir jam setengah enam. Ya Allah……. sudah berlalu waktu subuh. Kami shalat berdua. Masih mengantuk, sesudah shalat aku sambung lagi tidur. Dan melaju lagi sampai dekat jam delapan. Barulah badan terasa agak segar. Kami berempat, masih dengan ipar yang dari Sawahlunto pergi lagi ke Garegeh. Untuk sarapan teh talua di lepau. Setelah itu mereka mendrop kami di rumah ipar yang juga di Garegeh, karena mereka akan segera pula pergi untuk urusan lain hari itu.
Di Garegeh sudah menunggu ipar yang dari Pakan Baru. Mereka baru saja bergerak mau menyusul kami ke penginapan. Kami kembali lagi ke mess PLN untuk mengemasi barang-barang kami. Ada segerobak tolak pula banyaknya. Kami susun baik-baik di bagian belakang mobil. Tempat duduk di row paling belakang terpaksa dikosongkan dengan melipat bangkunya. Barang-barang itu kami susun hati-hati. Seandainya muat, dan bangku di row kedua tidak terganggu seorang kemenakan akan ikut bersama kami. Dan alhamdulillah semua barang-barang itu berhasil dimuat.
Barulah kami mandi. Dan berkemas diri. Dan setelah itu kembali lagi ke Garegeh karena kedua adik-adik itu juga belum pada mandi. Sementara hari sudah mulai hujan rinai-rinai kembali.
Jam setengah dua belas tepat kami berangkat dari Garegeh. Berlima dengan kemenakan, anak dari ipar yang di Garegeh. Lalu ke Baso untuk terus ke Batu Sangkar, melalui Talawi, melalui Sawahlunto dan terus ke Muaro Kalaban. Sambil mehota-hota kecil sepanjang jalan. Aku amati batang Lunto yang airnya tidak seberapa dalam. Melayang pula ingatan ke Blog angku Idris Talu yang hobby memancing di sungai. Aku katakan bahwa aku berniat suatu hari nanti, kubawa mobil ke kampung, tinggal di kampung agak lama, dan pergi memancing ke sungai-sungai besar. Seperti ke sungai Kampar di Rantau Berangin. Kenapa tidak? Biarlah sementara itu menjadi niat saja dulu. Kalau lai umua panjang dikayayan juo nanti.
Sudah jam setengah dua siang ketika kami berhenti untuk makan siang dan shalat di lepau nasi dendeng batokok di Muaro Kalaban. Lah sadang elok litak paruik. Lepau nasi yang ini kami pilih begitu saja. Karena sudah lapar dan karena plang namanya, Dendeng Batokok. Rasa biasa-biasa saja.
Jam setengah tiga kami lanjutkan perjalanan. Bergantian membawa mobil. Kali ini giliranku memegang kemudi. Berpacu menuju selatan. Ditengah guyuran hujan.
***
(5)
Ketika para saudara bertemu sekali-sekali yang terjadi biasanya adalah hota panjang. Ditingkahi senda gurau dan tertawa terkekeh-kekeh. Itu pula yang terjadi di Garegeh malam itu. Apa lagi ada pula adik ipar yang lain baru sampai dari Pakan Baru setelah terlebih dahulu singgah di Limbanang. Rencananya besok kami akan melakukan perjalanan panjang dengan mobilnya ke Jakarta . Bagi sang adik ipar perjalanan itu bahkan lebih panjang lagi karena mereka suami istri akan terus ke Jogya. Jauh hari sebelumnya mereka menawarkan apakah kami suami istri mau ikut dalam perjalanan itu. Dan aku menyanggupinya.
Malam itu kami mahota panjang sampai tengah malam. Aku sebenarnya sudah keletihan. Sudah tiga malam berturut-turut kurang tidur dan malam ini adalah malam keempat.
Begitu kembali ke penginapan sudah hampir jam satu malam aku berusaha untuk langsung tidur. Dan alhamdulillah tertidur. Bahkan keterusan. Paginya aku baru terbangun dan mendengar wirid (pengajian) subuh dari masjid. Tidak terdengar suara azan. Padahal azan subuh itu dua kali. Sudah hampir jam setengah enam. Ya Allah……. sudah berlalu waktu subuh. Kami shalat berdua. Masih mengantuk, sesudah shalat aku sambung lagi tidur. Dan melaju lagi sampai dekat jam delapan. Barulah badan terasa agak segar. Kami berempat, masih dengan ipar yang dari Sawahlunto pergi lagi ke Garegeh. Untuk sarapan teh talua di lepau. Setelah itu mereka mendrop kami di rumah ipar yang juga di Garegeh, karena mereka akan segera pula pergi untuk urusan lain hari itu.
Di Garegeh sudah menunggu ipar yang dari Pakan Baru. Mereka baru saja bergerak mau menyusul kami ke penginapan. Kami kembali lagi ke mess PLN untuk mengemasi barang-barang kami. Ada segerobak tolak pula banyaknya. Kami susun baik-baik di bagian belakang mobil. Tempat duduk di row paling belakang terpaksa dikosongkan dengan melipat bangkunya. Barang-barang itu kami susun hati-hati. Seandainya muat, dan bangku di row kedua tidak terganggu seorang kemenakan akan ikut bersama kami. Dan alhamdulillah semua barang-barang itu berhasil dimuat.
Barulah kami mandi. Dan berkemas diri. Dan setelah itu kembali lagi ke Garegeh karena kedua adik-adik itu juga belum pada mandi. Sementara hari sudah mulai hujan rinai-rinai kembali.
Jam setengah dua belas tepat kami berangkat dari Garegeh. Berlima dengan kemenakan, anak dari ipar yang di Garegeh. Lalu ke Baso untuk terus ke Batu Sangkar, melalui Talawi, melalui Sawahlunto dan terus ke Muaro Kalaban. Sambil mehota-hota kecil sepanjang jalan. Aku amati batang Lunto yang airnya tidak seberapa dalam. Melayang pula ingatan ke Blog angku Idris Talu yang hobby memancing di sungai. Aku katakan bahwa aku berniat suatu hari nanti, kubawa mobil ke kampung, tinggal di kampung agak lama, dan pergi memancing ke sungai-sungai besar. Seperti ke sungai Kampar di Rantau Berangin. Kenapa tidak? Biarlah sementara itu menjadi niat saja dulu. Kalau lai umua panjang dikayayan juo nanti.
Sudah jam setengah dua siang ketika kami berhenti untuk makan siang dan shalat di lepau nasi dendeng batokok di Muaro Kalaban. Lah sadang elok litak paruik. Lepau nasi yang ini kami pilih begitu saja. Karena sudah lapar dan karena plang namanya, Dendeng Batokok. Rasa biasa-biasa saja.
Jam setengah tiga kami lanjutkan perjalanan. Bergantian membawa mobil. Kali ini giliranku memegang kemudi. Berpacu menuju selatan. Ditengah guyuran hujan.
***
--
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-...@googlegroups.com
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
(6)
Mobil melaju dibawah guyuran hujan lebat, melalui Palangki, terus ke simpangan ke Sijunjung. Entah apa nama kampung ini, aku lupa. Padahal aku pernah mengakrabinya tahun 1978 dulu. Menempuhnya masuk sampai ke Sijunjung, ke Muaro Sijunjung di tepi Batang Kuantan. Ketika aku mengerjakan perpetaan geologi untuk thesisku di daerah Sijunjung ini. Merancah sungai Sukam, masuk ke kampung-kampung dan sungai-sungai kecil. Dulu di jalur ini ada tanda rambu lalu lintas bergambar harimau, untuk mengingatkan pengendara mobil bahwa sewaktu-waktu harimau bisa saja melintas. Ya, jalan ini adalah jalan raya contoh yang tidak dicontoh. Jalan raya buatan perusahaan Korea di tahun-tahun terakhir 1970an. Orang Korea yang membuatkan jalan ini sejak dari Muaro Kalaban sampai ke Lubuk Linggau. Sekarang, sesudah lebih dari 30 tahun, jalan itu masih enak dilalui, walau ada kerusakan-kerusakan kecil. Begitu cara orang membuat jalan. Bertahun-tahun maintenance free. Sementara awak membuat jalan kadang-kadang hanya untuk dipakai dalam bilangan bulan, sudah harus diperbaiki lagi. Antahlah maak…. Karena disitu sumber rejeki, kata yang punya proyek.
Hujan mulai agak reda. Kecepatan mobil tidak bisa terlalu dipacu. Kami berpapasan dengan truk tronton besar pembawa batu bara. Berpuluh-puluh banyaknya. Daerah sekitar Pulau Punjung yang sekarang adalah kabupaten tersendiri, kabupaten Damasraya namanya, banyak menghasilkan batubara. Batubara itu dibawa ke Teluk Bayur melalui Solok dan Sitinjau Lauik. Sepertinya truk tronton ini memberi andil kepada cepat rusaknya jalan terutama di daerah Sitinjau Lauik yang labil itu.
Telah kami lalui Sungai Dareh, Pulau Punjung dan entah kota kecil apa lagi. Aku sudah banyak lupa. Terakhir kali aku mengendarai mobil di jalan ini adalah di tahun 2000 yang lalu, pulang pergi Jakarta – Bukit Tinggi. Waktu itu melalui jalur tengah.
Kami sampai di Muaro Bungo di waktu maghrib. Langsung berbelok ke kiri menuju Jambi. Target kami adalah Jambi dan disana nanti kami akan beristirahat. Muaro Bungo – Jambi ini kalau tidak salah jaraknya lebih dari 300 kilometer. Yang aku ingat, dulu ketika aku melintasinya di tahun 1998, sangat sedikit pompa bensin di sepanjang jalur ini.
Jalan ini masih lumayan bagus meski lebih kentara ada lobang-lobang kecil di sana-sini. Hujan rintik-rintik masih turun. Kendaraan yang lalu lalang masih banyak. Paling tidak lebih ramai dari yang aku ingat sepuluh tahun yang lalu. Pambayan (suami adik ipar) menanyakan apakah aku sudah mau digantikan. Aku jawab biarlah sebentar lagi. Mungkin dia ingat bahwa aku pernah berkomentar, seboleh-bolehnya aku menghindari menyetir di malam hari.
Di Muaro Tebo kami berganti. Setir aku serahkan kepadanya. Kami mengisi bensin disini. Kami teruskan perjalanan di kegelapan malam. Kadang-kadang aku coba mengintip batu penunjuk kilometer jalan. Batu yang malang itu hampir tidak ada manfaatnya. Tulisannya kecil-kecil, disingkat pula. Muara Tebo disingkat MTO, Muara Tembesi MTB.
Terasa benar panjangnya jalan menuju Jambi. Rasanya sudah lama kami melintasinya belum juga kunjung sampai. Waktu di Limbanang dua hari lalu, kami mendengar cerita bahwa jalur Tempino – Jambi jalannya rusak, karena digunakan oleh truk-truk besar pembawa logistik alat-alat pengeboran minyak bumi. Kami sepakat tidak akan melalui jalan ini.
Di suatu tempat, di depan sebuah masjid mobil dihentikan suami adik ipar dan dia turun. Aku pikir mungkin dia ingin ke kamar kecil. Ada kira-kira sepuluh menitan dia di luar. Rupanya dia bersenam-senam kecil untuk melemaskan otot. Aku tahu dari istrinya. Kota Jambi masih lebih dari 60 kilometer lagi di hadapan. Aku menawarkan diri kalau-kalau dia ingin digantikan. Tidak usah, bang, katanya.
Kami sampai di Jambi menjelang tengah malam. Segera mencari tempat makan. Dan sesudah itu mencari penginapan. Kami menginap di hotel Matahari untuk setengah malam itu.
***
Pak Dasriel yth.
Alah manyaru lo Mandeh Kanduang maimbau nak kanduang pulang kampuang. Biasonyo saruanyo iyo kareh komah Pak, salalu tangiang-ngiang di talingo dan kadangkala tabao dalam mimpi. Bilo ditunaikan saruan ko iyo sanang bana hati, basuo jo sanak sudaro di kampuang.
Takana di ambo, dulu sabalun barangkek maninggakan kampuang ka pai karantau, bapasanlah Mandeh Kanduang..... Kalau marantau jaanlah marantau cino, silau2 juolah sanak sudaro di kampuang. Indak pitih (harato) nan kami arok-an doh, lapeh taragak kami nan di kampuang bila awak lai basuo juo. Itulah antaro lain pasan Mandeh Kanduang.
Kandangampek Kayutaman, kampuang nan cukuik terkenal sejak dulu. Daerah lintasan menuju Padang dari arah Padang Panjang, baitupun sabaliaknyo. Dijadikan tampek singgah untuk menunaikan shalat dan makan bagi penumpang kendaraan umum (jaman dulu) dan penumpang kendaraan pribadi (kini). Apolai pada saat musim durian, banyak yang berjualan durian kiri kanan jalan, menggoda salero pengendara untuk menghentikan kendaraannya.
Pak Dasriel, apokah bapak lai kenal jo pak Nurmansyah. Pertengahan oktober lalu ambo mampir dirumah beliau, rumahnyo di sabalah kida sasudah SPBU Kandangampek kalau awak arah ka Padang Panjang. Saat itu kami disuguhi durian dan katan. Iyo sabana sero, sambil makan durian di teras bagian belakang rumahnya, menikmati pemandangan alam yang cukup indah. Pas dibelakang rumahnya melintas batang air kecil dan hamparan sawah.
Wassalam,
Zalmahdi Syamsuddin, Jkt.
|
|
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Pak Dasriel, Kami bakarajo di perusahaan samo, tapi indah pernah sakantua. Liau pensiun babarapo tahun lalu. Setelah pensiun liau buek rumah dan menetap/bausaho dikampuang (Kandangampek). Kampuang ambo Sumaniak Batusangka. Wassalam. --- On Wed, 30/12/09, dasrie...@yahoo.com <dasrie...@yahoo.com> wrote: |
|
|
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT