--------------------------------------
CATATAN MUDIK LEBARAN 1429 H KE RANAH MINANG
1. I Want Know…What Happen..Oh..May !!!!
2. Mr. Peter
3. Asu Go Back to Kampung (Artinya Anjing Mudik)
4. Crazy Traffic Jam (Artinya Macet Gila)
5. Warna Warni Democras(z)y
6. Pangek Tarang-Tarang
7. Temu Kangen (Baca : Taragak Basuo)
8. Kelok 8 Maninjau
Sabtu, 4 Oktober 2008, Saya bersama keluarga bergerak dari Padang menuju Danau Maninjau, kali ini saya tidak mau ambil risiko “bermacet ria” dilintas jalan raya Lembah Anai menuju Padang Panjang, hawa macet sudah terasa di seputar Lubuk Alung,mobil saya belokan kekiri mengambil jalur alternatif menuju Maninjau via Pariaman-Tiku-Lubuk Basung.
Arus lalu lintas cukup normal, jika terjadi macet dibeberapa ruas jalan yang sempit terutama diseputar pembangkit listrik selepas Lubuk Basung polisi yang bertugas cukup cekatan mengurai simpul kemacetan dan para pengendara mobil nampaknya belajar dari pengalaman macet di Padang Panjang cukup sabar dan disiplin antri, yang paling menyebalkan dan ini membuat macet bertambah parah ada saja mobil yang coba memotong jalur sebelah kanan ketika arus kendaraan disisi yang berlawanan sedang sepi.
Sampai di Maninjau kami istirahat sejenak di pinggir danau dan tempat-tempat wisata serta keramaian sambil menikmati aneka jajanan khas Maninjau seperti Palai Rinuak, Bada Masiak yang digoreng kering, peyek rinuak. Sepanjang perjalanan saya dimonitor oleh salah seorang teman alumni yaitu Johny, pesannya yang paling penting dan sangat strategis pada saya adalah “Makan Siang di Matur saja dirumah saya Ndi , telah kami siapkan”
Ajakan teman ini bukan basa basi penuh damai, bahagia dan rasa rindu karena kami sudah 17 Tahun tidak berjumpa, ditambah lagi dalam diri saya jika memang bukan sebuah basa basi tidak ada ilmu “menolak rejeki”, ini adalah “langkah suok” kata orang Minang, bisa diartikan yang pertama sebuah langkah yang dimulai dengan kaki kanan dalam bepergian (keluar rumah) sedangkan arti kedua ya..itu. ajakan si Johny makan siang..memang sudah jamnya untuk makan (melangkah ke rumah Johny di matur untuk “manyuok”/menyuap nasi dan lauk pauk yang telah disiapkannya)
Here we go…Mobil yang saya kendalikan mulai merambat pelan-pelan di kelok yang berjumlah 44, dimulai dari kelok 1 di Pasar/pusat Pemerintahan Maninjau dan berakhir di kelok 44 Embun Pagi. Setiap kelok selalu menyuguhkan pemandangan yang indah jika kita menatap kearah Danau Maninjau, pandangan mata dimulai dari lembah yang curam dengan sawah-sawah berkontur rapi lalu air diantara satu pematang dengan pematang yang lain jatuh dengan manja bergemericik menuruni lembah dan berakhir pandangan pada bentangan Danau Maninjau yang berwarna biru disapu mega mendung yang berarak pelan dan dikelingingi pegunungan bukit barisan.
Diantara semua kelok, saat ini tentu kelok 8 (baca :Delapan) yang paling menarik dan indah bagi saya. Ketika mobil saya berada dikelok 8, pelan tapi pasti saya mencoba merayap ditikungan yang cukup tajam. Mobil dari atas terpaksa berhenti dan memang begitu “kode etik” berkendara utamakan kendaraan yang lagi “sesak napas” mendaki. Dikelok ini terpajang sebuah pamlet bujur sangkar ukuran kertas kwarto ber angka delapan dengan sebuah pesan singkat “HATI-HATI DI JALAN”
Ya Hati-hati di Jalan berkendaraan apalagi situasi jalan raya di ranah minang saat ini sangat ramai penuh kendaraan para perantau yang mudik lebaran. Anak saya dalam bahasa gaulnya (bahasa SMS) saat saya menyetir bilang begini “Pa..TiTi DJ..artinya Hati-Hati Di Jalan. Tentunya bukan di kelok 8 saja pesan-pesan singkat disampaikan sebagai contoh di kelok 1 “Saatnya hati nurani bicara” atau ketika dikelok 23 “Saatnya yang muda untuk tampil”.
Kelok demi kelok saya lalui dengan mulus tanpa hambatan, pengendara mobil dan motor cukup disiplin tidak saling mendahului dijalan yang berkelok-kelok di Maninjau ini, semakin pelan merambat tentu semakin puas melihat pemandangan sekitar lereng gunung Singgalang dan danau Maninjau dari ketinggian ditambah lagi tingkah monyet-monyet dikelok 44 yang lucu-lucu, karena suasana lebaran nampaknya mereka cukup ceria dengan mendapat “THR” yang melimpah dari pengendara mobil.
Kelokan pertama selepas pasar Matur menuju Padang Luar, akhirnya saya bertemu dengan Johny Endrita, didepan rumahnya John berdiri tegap menyambut kedatangan kami sekeluarga. “Minal aidin wal faizin..Maaf Lahir dan Bathin” itu ucapan kami sambil berjabat tangan erat.
“Gimana Ndi situasi jalan di kelok 44….macet ? “ John bertanya pada saya
“Aman John, tapi yang paling lancar dan tidak ada masalah di Kelok 8” Saya menjawab dengan tekanan pada angka 8
John hanya menjawab tanpa ekspresi “oooohhhh…Yo lah..masuak-masuak…makan awak lai..lah kami siapkan”
Saat saya pamit mau pulang ke Padang via Padang Panjang saya berpesan pada John begini pesan penting itu
“John jika ke Padang main ke rumah ya.., khusus buat elu, gue hidangin kue lebaran karak kaliang kampung gue Sangka yang enak dan gurih berbentuk angka 8”
Kali ini Jhon tertawa dan mengerti apa yang saya maksud sambil menjawab “ohh….lu ngomong perasaan gue dari tadi angka 8 mulu..ya....gue tahu maksud elu”
9. Susu Cina
Terkadang bangsa kita (pemerintah) ketika bahaya di depan hidung baru sadar dan kebakaran jengkot, selama ini hanya bisa membiarkan atau memang “sengaja dibiarkan” produk makanan, minuman dan buah-buahan dari cina begitu leluasanya masuk ke tanah air. Negara kita bagaikan “tong sampah raksasa” yang siap menampung produk makanan dari Cina tanpa batas.Jika anda ke Pekanbaru, mampirlah ke Pasar Bawah, toko buah , mini market dan warung kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari , bertaburan produk makanan dari Cina ini. Mulai dari permen berbagai model dengan kemasan yang semarak berwarna warni, makanan kecil, minuman kaleng, susu bubuk, camilan (snek) berbahan dasar susu dan buah2an seperti pear dan apel yang “montok-montok”.
Makanan, minuman dan buah-buahan dari Cina ini begitu bebas dan leluasanya tanpa pengawasan yang ketat dari pihak otoritas yang mengawasinya. Produk dari Cina ini masuk ke Riau khususnya kota Pekanbaru melaui pelabuhan-pelabuhan di pantai timur Sumatera seperti Kota Dumai dan Pelabuhan antara sepanjang sungai Siak yang menghubungkan daratan Riau ke selat Malaka.Bisa dipastikan produk makanan, minuman dan buah2an dari Cina ini mengalir darah “Spanyol” alias separoh nyolong, lebih jauh lagi artinya jika satu container masuk secara resmi dan dibawah pengawasan (legal) maka satu container lagi malah bisa lebih masuk secara illegal, malah dengan permainan Kong kali kong antara aparat dengan pemasok yang sangat keterlaluan, produk-produk tersebut semuanya masuk secara illegal yang tentunya merugikan Negara dari segi pajak belum lagi bahaya kesehatan yang mengancam manusia akibat “lemahnya” proses pengawasan (sertifikasi) oleh pihak berwenang sebelum diperjual belikan sampai ketangan konsumen.
Jika lebaran menjelang masyarakat kebanyakan di Pekanbaru ini, tumpah ruah ke toko-toko menyerbu produk makanan, minuman dan buah-buahan dari Cina ini sebagai pelengkap hidangan kue dan camilan lebaran nantinya. Bisa dimengerti masyarakat kebanyakan menyerbu produk dari cina ini karena harganya murah meriah dibandingkan produk sejenis (produksi dalam negri) yang masuk beredar secara legal dan dibawah pengawasan yang ketat.
Dunia tersentak dan pemerintah kita tidak kalah terkejutnya (atau sengaja terkejut, lah wong tanah air kita seperti lirik lagu Koes Plus “kolam susu”, kok membiarkan susu cina masuk begitu bebas) ketika susu cina serta makanan yang berbahan dasar susu dari negeri tirai bambu tersebut mengandung melamin yang membahayakan kesehatan dan berakibat kematian jika dikonsumsi. Sedih memang Negara kita dengan alamnya yang subur dengan hasil pertaniannya yang berlimpah (pertanian dalam arti yang luas) tapi petaninya selalu tidak berdaya dan tersingkirkan , pemerintah melindungi mereka masih “setengah hati”. Petani kita seperti seekor tikus yang mati dilumbung padi, sementara “tikus-tikus dari cina” leluasa membakar lumbung padi petani kita melalui produk susunya.
Petani susu disentra-sentra penghasil susu di tanah air seperti di Jawa Barat dan Salatiga hidupnya tidak pernah terangkat dari dulu sampai sekarang hanya bertahan sebagai petani miskin dengan segala kesulitan seperti melimpahnya produksi susu petani sehingga tidak bisa diserap pasar local karena serbuan susu impor, sulitnya mendapatkan modal berupa kredit usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan produk turunan pasca panen susu mereka, mahalnya ongkos produksi karena terbatasnya sarana, prasarana yang mereka miliki serta lemahnya pemerintah dalam memproteksi petani susu kita dari serangan susu dan produk berbahan dasar susu dari Negara lain.
Ironisnya malah oknum yang tidak bertanggung jawab menghembuskan produk susu kita mengandung zat-zat berbahaya, padahal sudah menjalani proses pengawasan mutu yang ketat dari pihak yang berwenang dan telah mendapat sertifikasi dari BPOM sebelum dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Oknum ini bermain dilapangan terhadap susu bubuk produksi dalam negeri kita yang telah layak edar dipasaran, lalu mereka suntikan kedalam kemasan tersebut bahan-bahan beracun dengan teknik tinggi tanpa merusak kemasan sedikitpun. Ketika masyarakat membeli susu bubuk ini menemukan zat-zat berbahaya yang telah “dikerjain” oleh oknum ini, lalu mereka mengundang wartawan yang bisa dibayar untuk menyebarkan isu dan mengekspos susu bubuk produksi dalam negeri beracun.
Krisis Global yang sedang berlansung sekarang, sudah selayaknya pemerintah memproteksi habis-habisan petani kita disinilah sejatinya sector riil ekonomi bangsa kita berdenyut. Susu Cina yang beracun hendaknya menjadi pelajaran dan sebuah tamparan keras yang cukup telak bagi pemerintah agar lebih berpihak dan melindungi petani susu lokal. Bumi Indonesia yang kita injak ini begitu kaya dengan segala vitamin /mineral dari sayur-sayuran dan buah-buahan, protein nabati dan hewani serta karbohidrat dari umbi-umbian.
10. Kanai Pakuak
11. Warna Warni Sayur , Buah , Ikan Ranah Minang dan Krisis Global
Tanah air kita ini memang kaya dan subur, anda bisa membuktikan dengan cara yang paling sederhana, pergilah anda kemana saja di daratan Negara kita ini dengan membawa 3 atau 4 potong batang singkong ukuran 50 Cm, lalu lemparkan kemana anda suka, seminggu setelah itu cobalah lihat, jika batang singkong ini pas mendarat ditanah dipastikan dia tumbuh dan bertunas. Tidak ada yang kurang di bumi Indonesia ini untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari kita sebut saja beras, sayur mayur, buah-buahan, rempah-rempah, protein nabati dan hewani, susu, ikan sunagi, danau dan lautan, karbohidrat dari kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Jika saya pulang kampung ke Padang begitu juga saat mudik lebaran 1429 H, saya selalu singgah dipasar sayur dan buah-buahan yang terletak dipinggir jalan menjelang Padang Panjang dari Bukit Tinggi. Mata kita begitu dibelai manja saat menatap sayur mayur dan buah-buahan dengan aneka warna yang menyegarkan. Tumbuh sepanjang lereng gunung merapi dan singgalang yang berhawa sejuk dan tanah yang kaya mineral. Lihatlah cabe keriting dengan warna merah yang cerah lansing dan padat, kol, kembang kol serta lobak singgalang yang hijau keputihan, tomat bulat padat dan montok, kentang berbagai ukuran yang padat, terung yang berwarna ungu kental, begitu juga dengan buah-buahannya seperti pisang, jeruk, alpukat, labu yang kaya serat, vitamin dan mineral.belum lagi berasnya yang enak dan pulen.
Lalu sumber proteinnya dari ikan setali tiga uang dengan sayur dan buah-buahan apakah ikan sungai, danau dan laut begitu melimpah dan beragam jenis (baca tulisan saya ikan, laut, pantai dan sungai, apalagi yamg kurang di bumi Indonesia ini untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari kita
Apa lagi yang kurang di bumi kita ini.!!???
Jika pertanyaan “apalagi yang kurang” maka jawabannya kurang berpihaknya Negara, pemerintah bahkan konsumen dalam “mengapresiasi”produk pertanian kita. Dari tahun ketahun selalu saja ada jeritan petani kita mulai dari mahalnya sarana dan prasarana pertanian sampai sulitnya mendapatkan kucuran dana dari bank untuk usaha kecil dan menengah disektor ini (atau memang sengaja dipersulit ? entahlah). Petani kita selalu berada diposisi yang terpinggirkan miskin, tidak berdaya, melemahnya daya saing akibat “invasi” hasil pertanian dari Negara lain sebut saja Thailand, Cina, Australia dan Amerika.
Pemerintah sendiri seperti tidak berdaya dengan segala regulasi yang ditetapkan terhadap produk pertanian impor ini, diperparah lagi lemahnya pengawasan terhadap arus masuk hasil pertanian dan permainan oknum aparat yang “melegal” kan masuk tanpa melalui prosedur serta peraturan yang berlaku, muaranya sangat jelas yaitu hilangnya pendapatan Negara dari sektor pajak dan yang paling membahayakan produk pangan ini bahkan mengancam nyawa manusia ketika dikonsumsi.
Krisis Global !!, inilah saatnya kita menghidupi diri sendiri tanpa tergantung dari bangsa lain caranya dengan memberdayakan produksi dalam negri dan melindungi para petani kita dengan segala cara, Negara kita jika dalam keadaan krisis ekonomi selalu saja jalan keluarnya “merengek” minta bantuan kenegara yang kuat secara ekonomi melalui lembaga-lembaga keuangan internasional apakah dalam bentuk pinjaman jangka panjang berbunga rendah, pinjaman lunak atau keras, hibah bersyarat atau dengan cuma-cuma tapi semuanya tersebut tentu ada maksud dari Negara donor “Tidak ada makan siang yang gratis” begitu kata pepatah Inggris kuno, maksudnya tentu mereka (Negara Donor) akan mudah mendikte kita dan mengusai sektor-sektor produksi bangsa kita yang strategis sebut saja Telekomunikasi, Energi dan Perbankan melalui penyertaan saham-saham para pengusaha mereka dan ini sudah terbukti. Silahkan anda telusuri apa saja sektor-sektor produlksi dan jasa strategis kita baik milik Pemerintah dan Swasta yang dikuasai Negara asing.
Agar bergerak sektor riil di tingkat petani dan nelayan kita menurut pemikiran saya yang awam ini sederhana saja, belanjakan pendapatan anda membeli kebutuhan pangan yang dihasilkan oleh para petani dan nelayan kita, kurangi konsumsi pangan impor. Seandainya 20 juta rakyat kelas menengah keatas membelanjakan Rp 1 Juta setiap bulannya untuk kebutuhan pangan sehari-hari, kita asumsikan saja Rp 800.000 membeli produk pangan dalam negeri sisanya jika kita memang tidak bisa menahan diri Rp 200.000 membelanjakan untuk produk pangan impor, maka setiap bulannya uang yang beredar kepada petani , nelayan serta orang-orang yang terlibat disektor ini seperti jasa angkutan, pedagang dan lain sebagainya akan memperebutkan uang sejumlah Rp. 16.000.000.000.000 lebih jelasnya Rp 16 Triliun setiap bulannya sebuah angka yang fantastis pertahunnya tinggal kalikan 12.
Semakin besar kue ini tentu semakin enak diperebutkan dan mendapatkannya bukan secuil kecil lagi, ujungnya semakin sejahteranya para petani, nelayan serta sektor-sektor jasa yang berhubungan dengan hasil pangan kita, disinilah sejatinya sektor Riil berdenyut sampai keurat nadi yang paling halus, jika saya boleh menyitir sebuah kalimat dari iklan pertamina maka “Rakyat Untung, Bangsapun Untung” begitu kira-kira.
Itulah menurut saya sebuah langkah yang menyentuh dan tepat sasaran yang harus dilakukan dalam menghadapi gejolak krisis global yang nota bene runtuh disektor moneter walaupun sangat perpangaruh pada sektor Riil. Dari hal diatas bolehlah saya mengajungi jempol dan salut buat Prabowo yang membidani Partai Gerindra dengan iklan yang sering hadir di televise swasta dengan program pemberdayaan para petani dan nelayan anak bangsa yang hidup di bumi penuh limpahan kesuburan tanah, air dan lautnya. Mulailah dari sekarang kita membelanjakan pendapatan kita untuk kebutuhan pangan sehari-hari dengan membeli produk sayur, buah-buahan, susu, ikan dan makanan lainnya yang dihasilkan oleh oara petani dan nelayan kita.
12. Berapa Ongkos Pesta Demokrasi kita
Selasa, 7 Oktober 2008, saat saya santai sejenak di lobi sebuah hotel di Bukit Tinggi sambil minum secangkir kopi membaca harian Kompas (lupa Kompas tanggal berapa), mata saya tertumbuk pada data statistic dikolom analisis politik Eep Syaifulah, begini data tersebut dan sempat saya catat dikertas ala kadarnya tentang sebuah pesta Demokrasi kita :
Setiap lima tahun pesta demokrasi diperebutkan 15.750 kursi untuk DPRD Kabupaten dan Kota, 1.998 Kurisi DPRD Propinsi, 560 Kursi DPR dan 132 Kursi DPD. Data lainnya kita melakukan pemilu pemilihan President, Gubernur, Bupati dan Walikota se Indonesia dalam rentang waktu 5 tahun adalah 504 kali artinya 101 pemilu pertahun, 8 kali pemilu per bulan diperkecil lagi dalam seminggu 2 kali Pemilu pemilihan Pemimpin Negeri ini….Luarrrrr Biasa.
Lalu berapa biaya demokrasi yang harus dikeluarkan, saya secara iseng mencoba menghitung dengan asumsi-asumsi yang sederhana, waduh..terlalu banyak nol kawan, triliunan rupiah, pusing takut saya meluncurkan angka ini. Lalu jika saya ibaratkan Demokrasi sebuah pohon seberapa banyak buah pahit, manis dan bahkan buah busuk yang dihasilkan dari pesta untuk menanam Pohon Raksasa yang bernama Demokrasi, untuk itu saya tidak sanggup menghitungnya…Ada yang bisa mengkulkasikannya...Monggo Mas.
13. Diskusi dengan Pak Ketua Gerindra Kota Padang
14. Jajanan Ranah Minang
15. Sampah Dimana-mana
16. Pantai Taman Nirwana
17. Sekali Parkir Goceng
“Kanai pakuak dari kuduak” begitu kata orang minang ketika membayar sesuatu diluar kewajaran, inilah yang saya alami di Bukit Tinggi saat berkunjung ke objek wisata lembah anai dan lubang Jepang. Kami sebenarnya tidak ada niat untuk kesana karena waktunya sudah sempit sore menjelang magrib, tapi anak saya ingin sekali melihat bagaimana lubang Jepang walau tidak harus menelurusinya sampai jauh kedalam.
Situasi saat itu diobjek wisata tersebut telah sepi, penjual makanan dan minuman sudah bersiap-siap berkemas dan membersihkan areal seputar warungnya, setelah melihat lubang Jepang dan masuk beberapa meter kedalamnya dan berkeliling seputar jalan setapak di pinggir jurang yang menghadap Ngarai Sianok kami keluar. Nah disini lah “kanai pakuak dari kuduak”, ketika saya mulai beranjak dari areal parkir menjelang azan magrib. Kendaraan yang parkir waktu itu hanya tiga mobil saja (termasuk mobil saya) entah dari mana datang tergopoh-gopoh seorang pemuda tanggung untuk minta uang parkir, lalu saya sodorkan uang recehan Rp 1.000,-, dengan mata melotot pemuda yanggung ini berkata “ apo ko Pak..rayo kini mah, limo ribu sakali parkir” (Yang benar aja Pak, lebaran tarifnya Rp 5.000 sekali parkir), saya coba berdebat sambil berkata “ Oke memang lebaran yang wajar itu Rp 2.000-“ sambil menyodorkan tambahan uang receh Rp 1.000 lagi, tapi pemuda ini tetap ngotot dan memaksa saya harus membayar Rp 5.000,-.
Saya tidak mau bertahan lebih lama lagi, karena temannya yang lagi nongkrong di pintu masuk ke objek wisata Ngarai Sianok ini mulai mendekati mobil saya, akhirnya saya tambah Rp 1.000 lagi total menjadi Rp 3.000, nampaknya pemuda ini sambil melirik Plat mobil saya dari Kota Pekanbau (BM) tetap ngotot dan temannya sudah mulai mendekat.
Istri saya memberi kode sambil berkata “ Udah lah Bang kasih sajalah Rp.5.000,- jangan cari ribut, kasihan anak-anak yang sudah lapar malah sebentar lagi mau Magrib” sementara anak saya yang paling tua menyodorkan “THR” nya uang Rp 5.000 yang masih licin dan garing dan saya sodorkan ke pemuda tersebut.
“Onde..lah kanai pakuak dari kuduak kami ongkos parkir, kanai Goceng ha”
18. Pulang via Kiliran Jao
19. Be Back to Zero
Assalamualaikum Wr Wb
Adi Dunsanak di Sapalanta di rantau net
Ambo masuak liak, yo rami diskusi kito di palanta ko indak bisa lai ambo cek ciek demi ciek, ambo posting sekedar tulisan ringan salamo mudiak ka ranah Minang, ado 19 sub judul ka ambo tulis, tapi ambo mulai dima ambo lagi "mood" manulisnyo, dipalantai ado nampaknyo di bahas urang bagak di Parkiran kota wisata ranah kito Bukik Tinggi (masalah tukang parkir kali yo nan main pakuak) nan ambo yo kanai pakuak dari kuduak lo parkir di objek wisata ngarai sianok dan lubang Japang, sakali parkir limo ribu, ado caritonyo dibawah.
Sanak Suryadi jo sanak sapalanta
Kok balebaran di ranah minang (kampuang) iyo “langkah suok” taruih, indak bisa ditulak harus makan juo walau agak saketek, ado nan special samba katiko ambo barayo disalah satu kerabat adiak ambo di Padang Panjang, Ibu (panggilan ambo ka ortu ko) yo sabana santiang mamasak pusako kuliner awak, satiok ambo ka Padang ambo pasti singgah ka rumah Ibu ko nan talatak di pinggia jalan Kota Padang Panjang. Nan istimewa bana masakannyo dek ambo “Pangek.Asam Padeh Tarang-Tarang” itu judul kulinernyo…yo mantap padehnyo ladonyo digiliang super halus lah sarupo pasta encer kuahnyo merah, tu dagiangnyo lambuik nan dagiang janiah atau agak tarang mungkin dek itu namonyo tarang-tarang bukan dagiang nan balamak kaputihan tu..mudah2an lai tabayang dek sanak model dagiang tarang-tarang ko tu dicampua dek Ibu ko co cubadak potongan agak gadang snek. Antahlah..sapiriang tu khusus untuak ambo sajo disadiokan Ibu ko, nah wakatu macet di Padang Panjang ambo singgah di tampek Ibu ko, turun ka Padang dari Padang Panjang jam 9 malam. Kecek Ibu ko masakanan Pengek tarang-tarang ko khas Bukiktinggi juo, mungkin sanak di Palanta nan barasa dari bukik dan padang panjang lah tahu jo Pangek ko…Baa suasana sanak lebaran di Bulando tu..lai mambuek katupek gulai paku Uniang Lies tu..atau ditulak jo “Roti Kareh” se tiok pagi he..he..he.
Itu sajo dulu Sanak, labiah lanjuik bekolah ambo cubo manulih “Pangek Tarang-Tarang” ko, pusaka kuliner ranah minang memang “nggak ada matinya” ambo sangaik mancintoinyo, lah banyak ambo bahas dan tulis tentang kuliner ranah Minang
Wass-Jepe
From: Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Lies Suryadi
Sent: Tuesday, October 14, 2008
8:25 PM
To: Rant...@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Balasan:
[R@ntau-Net] CATATAN MUDIK LEBARAN 1429 KE RANAH MINANG..Oleh : Jepe
Ha....lah tibo baliak Sanak Jepe dari kampuang. Tak asiah ambo batambah barek Sanak mah dek banyak kanai undang makan rayo. Carito menarik ko, panjang, bia mbo kopia untuak dibaco2.
Salam,
Suryadi
jupardi andi <jupar...@yahoo.com> wrote:
Assalamualaikum Wr Wb
Adi Dunsanak di Sapalanta di rantau net
Ambo masuak liak, yo rami diskusi kito di palanta ko indak bisa lai ambo cek ciek demi ciek, ambo posting sekedar tulisan ringan salamo mudiak ka ranah Minang, ado 19 sub judul ka ambo tulis, tapi ambo mulai dima ambo lagi "mood" manulisnyo, dipalantai ado nampaknyo di bahas urang bagak di Parkiran kota wisata ranah kito Bukik Tinggi (masalah tukang parkir kali yo nan main pakuak) nan ambo yo kanai pakuak dari kuduak lo parkir di objek wisata ngarai sianok dan lubang Japang, sakali parkir limo ribu, ado caritonyo dibawah.
Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download
sekarang juga.</a
"Jupardi" <jup...@ANUGRAH-MGT.BIZ>
Sent by: Rant...@googlegroups.com 10/15/2008 08:06 AM
|
|
Sanak Jupardi jo sanak-sanak lainnyo (kasado alahe di palanta, tamasuak mamak-mamak nan di tampek nan bapucuak maupun nan lain-lain baiak nan gadang maupun ketek indak bapucuak).
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barrakatuh.
Takana maso saisuak kutiko di kampuang,
Takana kutiko maso di kota Padang,
Lah labiah 25 tahun indak pulang ka ranah minang,
Tantu kalau makanan banyak nan sarupo baiak bantuak maupun raso,
Tapi "pulang", tantu lain aratinyo bagi awak,
Nah, mudah-mudahan kawan samo bamain, kawan samo baraja, kawan samo baiyo ataupun batido, nan masih di agiah umua dek nan kuaso,
Marilah kito jago agar randang masih taraso randang, jariang masih taraso jariang, k(g)alamai masih saraso k(g)alamai,
Mudah-mudahan di taun muko awak masih diagiah kesempatan batamu jo ramadhan atau syawal baliek,
Untuak itu walaupun talambek, kami sakaluarga mamohon maaf lahia jo bathin. Semoga kato-kato nan talompek di palanta awakko indak manjadi baban di kamudian ari.
Sabananyo Tan Lembang indak namuah mangotak-ngotak dari unsua mano awakko, tapi bagi kawan-kawan nan pernah bagumua di aia tawa (baiak unand maupun ikip padang) sakitar taun 75 - 83, Tan Lembang ucapkan salamaik ba sillaturrahim. Baitu pulo kawan-kawan lainnyo.
Wassalam,
Tan Lembang (L,52)
Bandung
|
Adiak Yusran dan Sanak Riri
Baru tahu lo ambo nan Anyang tu dikurai asampadeh, salamo ko nan tahu Anyang ya Urap itu
Lalu nan ambo makan tu …samo sajo mungkin jo Pangek di tampek Urang Rumah Yusran
Yo kantang jo cubadak tu..parancah-rancahnyo kecek urang tuo kito
Nan jaleh ranah awak yo sangaik kayo jo pusako kuliner nyo..lah tradisi turun temurun
Tantu nan hebatnyo (daerah lain punyo kuliner juo) kuliner awak ko bisa ditarimo rato2 lidah urang di Nusantara ko
Jadi makonyo indak gamang urang awak mambuek restoran atau rumah makan di daerah lain di nusantara
Kok Urang Jawa tantu “gamang” mah mambuek Rumah Makan Gudek di Ranah Minang..he..he..he
Salam-Jepe (42+)
From: Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Riri Chaidir
Sent: Wednesday, October 15, 2008
8:44 AM
To: Rant...@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Re: Balasan:
[R@ntau-Net] CATATAN MUDIK LEBARAN 1429 KERANAH MINANG..Oleh : Jepe
Kalau di kurai Anyang = asampadeh, di Padangpanjang Anyang = urap kato urang Jakarta (dari karambia).
|
|
Assalamualaikum, wr. wb Dusanak nan pulang kampuang, kok lai namuah .. sajikanlah resep “Pangek.Asam Padeh Tarang-Tarang” tuh. Pusaka kuliner racikan padusi Minang - patut kito kembangkan. Uni akan mempostingkan di blog Bundokanduang atau silahkan postingkan pada komentar blog secara langsung. Cerita tentang " pangek " disaat lebaran kemarin - Uni menghidangkan menu "Pangek Gadang" - yang biasanya digunakan untuk menu antaran pada acara baralek.Jika masak rendang kan sudah biasa kan..... Anak-anak pada kaget.. Masakan apa ini...ma ?? kata mereka. Bagaimana tidak daging (gandek) bulat berselimut cabe merah, sungguh menyeramkan... Tidak ada yang melirik. Takut pedas. Eit .. tunggu dulu.. Ini steek Padang.. Nak... Sambil mengambil garpu dan pisau serta memotong-motong " ala steek " itu dan membagikan pada mereka. Amboi..... setelah mereka makan berdecak-decak... dan bangga sekali karena ada menu masakan Padang ala steek itu. Nah... begitulah kami mempromosikan pusaka kuliner kepada mereka - yang biasanya tidak ada di restorang-restoran Padang. Wassalam, |
Waalaikumsallam Wr Wb
Uni Evy
Tentang apa, bagaimana cara membuat pangek tarang-tarang ini atau menyangkut resepnya Uni, saya tidak tahu, tapi jika menceritakannya rasanya, kekhasannya ya seperti aku tulis selama ini mungkin seperti itu, tapi bagaimanapun saya coba suatu saat menyanyakan pada Ibu di Padang Panjang tersebut apa sajo bahan, bumbu dan cara memmasak “Pangek Tarang-Tarang” tapi intinya menurut saya hamper sama saja membuat pangek atau asam padeh kebanyakan. Tentunya Istimewa cita rasa khas pangek ini jelas sekali yang berbicara “Lakek tangan seseorang” ini yang sangat berperan. Bumbu, bahan, Cara membuat (Resep) boleh berbicara sama dalam buku kuliner tapi ketika 2 atau tiga orang yang membuatnya pasti rasanya memberikan sentuhan yang berbeda. Nah Ibu di Padang panjang ini memenag sangat istimewa “Lakek tangannya” dalam memasak pusaka kuliner kita Renmdangnya..mmm Luar Biasa, Pecelnya Ueedan Tenan, Ikan Asin Belah balado hijaunya..ampun maknyus, samba lado asamnyo..walah bikin ubun-ubuin mangaranyam..pokoknya hidangan Ibu ini..ibarat kata..selalu ngangeni..walau kadang2 yang dibikinnya hanya sekedar Telor Dadar Itik sama samba lado..tapi selalu membangkitkan selera.
Nah mengenai Pangek Gadang Uni ini, dikampung Istri saya Lintau sangat terkenal, ibu mertua saya di lebaran Pekanbaru selalu menghadirkan Pangek gadang ini dari Dagiang Padek kato Rang awak. Mungkin ini yang Uni bilang Steak ala Minang, tampilannya..persisi yang Uni ceritakan buat anak2 sedikit agak melirik sebelah mata, tapi setelah kita potong/suir…ehhhh..malah minta nambah anak2. So..jadi masalah pangek ini baik dari Ikan dan Daging setiap daerah punya variasi atau berbagai model baik bahan pencampurnya (seperti kacang panjang, Kentang dan Nangka), tapi yang pasti atas nama pangek kuncinya adalah cabe giling yang halus. Demikian Uni cerita Pusaka Kuliner kita, semoga –Padusi Minang Bundo Kanduang Rananh Minang yang di Rantau tidak bosan-bosannya mempromosikan kuliner kita…begitu kaya dan selalu mengundang selera masakan Ranah kita.
Wass-Jepe (43+)
From: Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of HIFNI HFD
Sent: Wednesday, October 15, 2008
9:40 AM
To: Rant...@googlegroups.com
Sanak Jepe ... Ndak banyak nan malirik karak kaliang dilapau nampakno. Agiahansenlah ka hanifahlah lah .. nak uni kunyah-kunyah lo. Caliaklah bantuak karak kaliang dun. Di tagak an jadi angko 8, di puta-puta managak anno samo sen bantuakno. Di rabahkan jadi indak tahinggo nilaino. ck ck ck santiang bana karak kaliang dun nak. Eh eh baa mangko indak tarang-tarangan sen ??? Takuk jo IJP jo si ganteng Adrian nan indak pernah mancogok dun ??? Walau PRB janlah panakuk bana, bilo awak ka maju du ??? Ayo kito kibarkan karak kaliang ??? he he he JEPE Dikampuang hanifah Asam padeh namono anyang. Iko resep ala aden ha. Pai kapasa Bali dagiang has dalam sakilo Bilo paralu potong-potong sakali Bali lado giliang saparampek Bali dasun giliang saribu rupiah Bali bawang giliang saribu rupiah Baqli sipadeh giliang limo ratuh rupiah Bali langkueh giliang tigo ratuh rupiah Bali daun salam, daun limau, daun kunyik, daun sarai, asam kandih Pulang dipasa Ambiak pariuak isi jo aia Jarangan di kompor jo api sadang Masuakan lado, bumbu-bumbu jo daun-daun Cuci dagiang sampai barasiah Kalau alah manggalagak aia di pariuak Masuakan dagiang dun kapariuak Tutuk rapek-rapek Cubo rasono Kok ado nan kurang tukuak Jan lupo agiah garam Tunggu sampai empuk dan lamak Sambia manunggu Ngenet dulu sacah Pakai HP sen Bia nampakno tatap di dapua He he he praktis kan ??? Cocok untuk ibu-ibu supersibuk Salam Hanifah NB. kalau nan labiah lamak, bumbu di giliang surang. Harago di ateh balaku untuak pasa Bengkulu. |
--- On Wed, 10/15/08, Jupardi <jup...@ANUGRAH-MGT.BIZ> wrote: |
From: Jupardi <jup...@ANUGRAH-MGT.BIZ> |
Dalam banyak biografi, tak lupa sang penulis mencantumkan tentang kisah cintanya. Dikisahkan Tan Malaka yang tak menikah sampai meninggalnya pernah terpikat dengan beberapa gadis. Buya Syafi'i Ma'arif ternyata dijodohkan dengan orang sekampung. Lain pula dengan kisah Khairul Azzam dan Anna Altahfunnisa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih yang mesti harus melewati berbagai rintangan dan halangan hingga akhirnya bertemu juga dalam naungan indah pernikahan. Dalam novel "Ketika Cinta Bertasbih", banyak romantika yang bisa dijadikan pelajaran dan pedoman bagi anak-anak muda tentang yang namanya jodoh dan juga bisa menjadi panduan bagi orang tua untuk memilihkan jodoh untuk anaknya. Sebuah panduan bagaimana cinta yang suci itu sebenarnya. bukan cinta picisan yang terangkai dalam pacaran. banyak orang tua yang membiarkan anaknya larut dalam cinta model ini.katanya sih biar lebih kenal. tapi yang terjadi malah sebaliknya. hubungan yang jelas dan menyerempet dalam godaan nafsu. Jikalau cinta bisa membuat orang gila, bahkan bahagia, membuat orang penakut menjadi pemberani, agaknya anak muda butuh panduan cinta yang benar. sehingga bisa mencapai cinta sesungguhnya sebagaimana yang dikatakan oleh kaum Platonisme sebagai Agathon... ttd Gunawan (23m - Jogja) |
Assalamualaikum, wr, wb Ananda Gun serta sanak palanta kasadonyo, Bersyukur Bundo, bila ananda yang masih muda sangat menyadari bagaimana mengharapkan Sebuah panduan bagaimana cinta yang suci itu sebenarnya. bukan cinta picisan yang terangkai dalam pacaran. Banyak orang tua yang membiarkan anaknya larut dalam cinta model ini. Membaca buku Ketika Cinta Bertasbih - hati bundo bertanya - tanya, apakah ia termasuk Inspiring story atau sekedar Telling Story. Bundo yakin bahwa dwilogi kisah ini, bukanlah true strory. Akan tetapi, ia tetap merupakan pemberi semangat - inspirasi - bagi anak muda, agar ia tetap menemukan cinta sejati - dilandasi tuntunan agama. Isi buku itu mengajarkan anak muda bagaimana menemukan jodoh dengan ridho Allah SWT. Bundo sangat bersyukur sekali, apabila film " Ketika CInta Bertasbih " itu nantinya , dimainkan oleh para pemain baru - yang dipilih melalui sebuah audisi, benar-benar masih murni -belum punya pengalaman bermain film/sinetron semisal " Dude Harlino " yang sudah ada virusnya - alias sudah tidak bersih - dalam memerankan seorang " Azzam". Bundo yakin, suatu saat And Gun akan bersikap sepert Khairul Azzam dan Insya Allah akan menemukan Anna Althafunnisa. Gadis Minang lagi... wah indah.... Karena Ananda dari kalangan filsafat - mari simak artikel yang Bundo buat - dalam hal ini mencoba sebagai seorang sosiolog, agar kita tersenyum dan merenung. BALAMBIN LOVE oleh Evi Nizhamul
Jalanan kota Jakarta macet dan padat. Asap mengepul dari knalpot angkutan umum. Motor-motor yang melintasi jalan raya yang padat saling menekan kuat pedal gas motornya. Tidak ada yang mengalah. Tidak ada yang mau terlambat, dalam urusan dipagi hari itu. Ini suasana setiap hari disetiap pelosok jalan raya Kota Jakarta. Pengemudi motor saling ber zig-zag melintas jalanan yang macet dan padat itu. Mobil pribadi yang semestinya berbaris antri, juga menunjukkan prilaku a sosial. Sepertinya juga tidak sabar melalui suasana yang hiruk pikuk. Pagi ini Jakarta tidak berselimut awan. Panas matahari pagi bersinar terang benderang. Sopir Metro Mini, Kopaja dan mikrolet berkejar-kejaran berebut penumpang. Mereka punya tujuan untuk mengejar target setoran.
Hoooi…. ….kalera ..lakehlah…, seorang knek bus itu berteriak-teriak sambil mengetuk dinding bus sambil bergelantungan, Ia memerintahkan mobil pribadi yang menghalangi laju jalannya bus mini itu. Ia bercarut marut…..dengan bahasa sangat tabu diucapkan. “ La…laa.. la,...” bahasa prokem yang sudah asing bagiku. Sudah tidak pernah kudengar, hal-hal yang tabu diucapkan sebagai anak manusia. Lebih-lebih sudah 40 tahun, aku tidak mendengar suara itu.
“ Asytagfirullah al adzim… , aku berdesah. Tidak adakah kata yang manis yang terucap dipagi ini ?. “ Sanak… Masihkah di kota Jakarta ini, aku mendengar kata-kata itu. Mengertikah orang lain atas umpatannya itu. Atau mungkin kita ingin mempopulerkan .. umpatan dalam bahasa Minang preman di Jakarta yang multi etnis ini ?. Perhatikanlah…, memang hampir mayoraritas, baik pengemudi dan kenek angkutan umum di Jakarta adalah saudara kita. Mereka adalah anak Sumbar tembak langsung ke Jakarta. “Duh.. hati ini miris, bila diantara mereka, ada yang berpendidikan yang baik.
Sesaat kemudian…, bus yang dikemudikan dan distokari oleh sanak sekampung kita itu berlalu mendahului mobil yang kunaiki. Lagi… lagi, aku terkesima Sanak….??? Ternyata di belakang bus “ Metro Mini “ itu tertulis kalimat : “ Balambin Love “. Semula aku tak menyimak label besar yang tertulis dibelakang bus Metro Mini itu. Setelah itu ??? “ ondeeeh…. Apo artinyo…. Jatuh cinta….., sanak …??? “ La…. Laa… la… Aku tertawa, Rupanya diantara carut marutnya itu, ia memiliki sense of humor atas bahasa “ minangnya “ - bahasa ibunya. Sungguh aku “gala’ takisiek-kisiek “. Apalagi ketika aku diingatkan oleh pasangan hidupku, ketika ia bertanya dengan nada bergurau : “ pabilo adiek... balambin love jo uda... ??? Ha.... ha....ha... “kocak ... kocak... kataku sambil mengeluarkan air mata.
Oh … ya… sejak kapan ya .. aku jatuh cinta padanya..? Jika mengingat itu.. teringat masa doeloe, ketika mengikuti mahasiswa UI “Pulang Basamo” - ditahun 1979 - aku jatuh cinta pada pendamping hidupku ini - berawal dari cinta kopor. Teluk Bayur dan KM “ Batanghari “ adalah tempat pertemuan kami. Dan...mulai saat itulah aku kembali “ balambin love” pada kampong halaman yang telah ditinggalkan selama 10 tahun sebelumnya. Akhirnya di Usia remaja itulah – aku baru mengenal dan mempelajari adat dan budaya Minangkabau, walau tetap berada di rantau. Dihatiku..., ada seseorang yang membangkitkan motivasiku untuk banyak mengenal adat dan budaya itu –Dia adalah seorang pria Minang.
Nah …demikian pula, ketika aku “ balambim Love “ pada masa ABG dahulu (anak baru gede), orang tua-tua mengatakan aku – mengalami cinta monyet. Saat usia Anda muda, pasti mengalami cinta monyet juga bukan ? Kapankah itu ? Biasanya, tentunya pertama kali seorang perempuan/laki-laki menyadari bahwa dia suka lawan jenisnya.... Dan kenapa ?.
Berikut ini jawaban dari Riwayat cinta monyet itu. Penjelasan Pertama : Cinta monyet....sebenarnya Istilah yang "fenomenal" pada darsa warsa akhir thn 1960-an sampai pada awal thn.1980-an. Istilah ini dipakai oleh beberapa seniman (dalam bentuk Puisi dan Juga Lagu). Para phsycholog ikut meneliti tingkah-laku, gaya dan cara bergaul anak-anak remaja pada dasarwarsa tersebut diatas. Ketika itu terjadi perubahan besar dalam kehidupan anak-anak remaja Indonesia bahkan juga para pemuda-pemudi; dari yang terkungkung, anak sopan menjadi bebas dan liar, termasuk dalam menjalin hubungan pada lawan jenis. Dalam perubahan seperti itu, pada umumnya anak-anak sekolahan, (dari SMP-SMA) mulai terbuka untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Ketika itu, seorang siswa yang punya Pacar akan dianggap tidak sopan, belum pantas; baik oleh orang tua, maupun para guru. Akibatnya, anak-anak remaja pada masa itu, sembunyi-sembunyi berpacaran, dan merasa malu jika ketahuan orang sedang berpacaran, komunikasi lebih banyak lewat surat. Bandingkan dengn keadaan sekarang…! seorang remaja akan sangat terbuka mengungkapkan perasaannya dan merasa bangga memiliki seorang pacar tidak perlu disembunyikan. Medianyapun lebih banyak.
Penjelasan ke-dua : Sikap Orang tua termasuk Guru, para seniman, para phsycolog; menganggap bahwa para remaja dimasa itu belum tahu arti Cinta. Menurut Mereka - orang tua, guru, seniman, phsycolog - situasi dan trend masa itu terjadi, karena anak-anak Sekolahan tadi terlalu banyak menonton TV, Vidio. Mulai menonton Filem dari Eropa, INDIA dan Amerika - yang merambah dan memenuhi gedung2 bioskop di Indonesia. Katanya, fenomenal CINTA MONYET adalah gambaran gaya berpacaran anak remaja Indonesia (masa itu) dengan segala polah tingkah-laku yang serba tanggung dan malu-malu.
Dikala aku sudah menjadi orang tua saat kini, secara sengaja aku mencandai cinta pasangan remaja termasuk orang yang berpoligami sebagai “ Kucing Garong dan Kucing Betina”. Telusuri artikel ini pada http://blog hyvny.wordpress.com.
Akhirnya semua, aku ingat atas suatu pencerahan hati dari seorang ahli agama, dalam bukunya: “ menjadi wanita bahagia “ “ Manakala engkau tersenyum sedangkan hatimu penuh dengan duka nestapa, maka sesungguhnya engkau sedang meringankan beban dan membuka satu pintu untuk kebahagiaan. Jangan pernah ragu untuk tersenyum, karena didalam dirimu ada kekuatan besar yang meluap dengan tersenyum. Jangan menekan kekuatan itu, karena dengan menekannya engkau memaksa jiwamu kedalam botol penderitaan. Tersenyum tidak akan membahayakanmu. Bicaralah dengan orang disekitarmu dengan bahasa kalbu. Alangkah indahnya bibir kita bicara dengan bahasa senyuman (Kristal kedelapan )”.
Nah .. kembali kepada kalimat “ Balambim
Love “, dimana aku gelak “ takisiek-kisiek “ tadi dan senyum
sepanjang hari, saat ini kata-kata itu mengembalikan cintaku pula pada ranah
minang lagi. Aku “balambin love” .. sanak.??!!, dengan ranahku yang kaya akan; adat dan budaya, alam yang indah permai, keahlian padusi nya yang pintar masak, memiliki ketrampilan menjahit dan menyulam, dan menghasilkan sang maha karya tangan…, benar-benar luar biasa…!!.??.
Nah.. bagaimana Anda.. ?? Silahkan adopsikan istilah “ balambin love “ menjadi sebuah perumpamaan agar kita mampu berbicara dengan orang disekitar kita dengan bahasa kalbu yang lebih santun, agar etnis kita menjadi etnis yang tahu bersopan santun pula. Tidak seperti peristiwa yang ku uraikan diatas. Banyak diantara kita yang semakin beranjak tua mampu meng-ekspesikan “ balambin love” nya bagi kemaslahatan kampong halamannya, dengan jalan memberikan pencerahan dan masukan kepada ranah kita. Di milist inilah kita berkumpul. … diposting di Cimbuak.net April 2008 - re-edit, 16 Oktober 2008 Demikianlah sekedar pencerhan hati, agar kita selalu tersenyum. Wassalam, ![]() Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang http://hyvny.wordpress.com http://bundokanduang.wordpress.com --- On Wed, 10/15/08, anggun gunawan <gre_...@yahoo.co.id> wrote: |
From: anggun gunawan <gre_...@yahoo.co.id> |