DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU

295 views
Skip to first unread message

Dr.Saafroedin BAHAR

unread,
Feb 18, 2008, 10:39:42 PM2/18/08
to Rantau Net
Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,

Rasanya setelah tahun 1958-- setelah PRRI --  agak sulit kita menerka asal urang awak kalau hanya melihat namanya saja. Dalam RN ini tempohari pernah saya mengajukan gagasan agar nama orang Minang di-ABS SBK-kan. Untuk laki-laki, 'nama ABS SBK' ini akan terdiri dari empat unsur, yaitu: 1)  nama diri yang islami; 2) nama ayah, sesuai dengan ajaran Islam tentang bernasab ke ayah; 3) nama suku, garis matrilineal; 4) gelar pusaka. Demikianlah, misalnya untuk saya, maka 'nama ABS SBK' saya adalah 'Saafroedin (nama diri)  Bahar (ayah) Tanjung (suku)  Soetan Madjolelo (gelar)'.
Kalau nama perempuan Minang tentu tiga unsur pertama, tanpa gelar.

Bagaimana pendapat para sanak?

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 70+6+9, Jakarta)
'Ya Allah, tunjukilah selalu aku jalan yang lurus dan Engkau ridhoi'
'Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya'
'Taqdir di tangan Allah swt, Nasib di tangan Manusia'
'Puji syukur aku sampaikan pada-Mu ya Allah, atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan keluargaku'.
'Mari berlomba berbuat kebaikan'
'Setiap manusia adalah baik, sampai terbukti sebaliknya'
'Jangan pernah berhutang dan jangan mudah berpiutang'


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Nofend St. Mudo

unread,
Feb 18, 2008, 11:58:24 PM2/18/08
to Rant...@googlegroups.com

Assalamualaikum WrWb.

 

Pak Syaf, berikut adolah hasil diskusi di Palanta pado taun 2002 lalu mengenai subjek diateh.

Mungkin bisa menjadi tambahan wacana, mengenai DIM-10 ko.

Diskusi samaso itu dimeriahkan oleh kehadiran si rarach, uni Gamut, dll, si rarach ko antah

Kama kini :p

 

Wassalam.

 

-----Original Message-----
From:   rarach [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, June 18, 2002 10:59 AM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....
 
soal nama, urang minang termasuk kelompok yang paling dinamis.
 
pada etnis lain, banyak nama yang diberikan karena
'arti' yang terkandung dalam nama tersebut; tapi pada
urang minang semi modern; yang penting adalah
cu-cu-cuapnya alias bunyi-nya.
 
simaklah nama sanak saudar kita satu klan; berapa
orang yang namanya keluar dari pakem nama-punya-arti? 
 
misalnya emmm, siapa yang nekat ngacung tangan?
nggak berani aku nyebutin contohnya; tapi di rantau
net kayaknya banyak....
 
tapi, saya rasa itu suatu gejala sosial biasa; sebagai
suku vokalis (bahasa minang sangat kaya bunyi
vokal-nya), pementingan 'bunyi' dari 'arti' dapat
dipahami.  hehe, albert, robert, miko tornanda,
kristo, lakino cino, ...  bunyinya bagus.  artinya...?
 who cares?
 
belum lagi nama yang dibikin secara gotongroyong;
sepotong dari mamak dan sepotong dari datuk.  suka
nggak match kayak rujak di campur bakwan.  tapi kalo
suka, siapa larang..?
 
~rarach.

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

Muhammad Hanif
Tue, 18 Jun 2002 17:59:13 -0700

Assalamu'alaikum ww
 
Ma'af ambo sato saketek soal Namo Urang Minang, manuruik ambo marilah awak
kambalian ka Alquran jo Hadits, dan alangkah eloknyo kalau namo2 tu
mengandung nilai2 Islami  sebab Namo Anak tu marupoan Do'a dari Urang Tuo ka
anaknyo dan juo marupoan langkah awal pembentukan kepribadian si anak,
apakah dia kelak akan berkepribadian Islami atau sebaliknyo, jadi ndak
paralu lo awak ikut2an mamberi namo anak awak ko jo namo nan nyato2 indak
mengandung nilai Islami karena takuik dibilang indak modern atau ketinggalan
zaman. Itulah saketek pandapek dari ambo kok ado nan salah mohon di
ma'afkan.
 
 
Wassalam
 
 
Rang Pikumbuah

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

rarachm
Tue, 18 Jun 2002 18:12:14 -0700

saya rasa kalau soal nama adalah adat dan kebiasaan.  bukan agama.
kita pisahkan dulu antara arab dan islam, yaa...?
kegagalan memisahkan arab dan islam itu yang membuat sorban lebih 
tinggi setingkat dari kupiah.
 
~rarach.

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

Evi Indrawanto
Tue, 18 Jun 2002 19:54:12 -0700

 

----- Original Message -----

From: rarachm

 

saya rasa kalau soal nama adalah adat dan kebiasaan.  bukan agama.
kita pisahkan dulu antara arab dan islam, yaa...?
kegagalan memisahkan arab dan islam itu yang membuat sorban lebih
tinggi setingkat dari kupiah.

~rarach.

 

assalamualaikum,

 

Rach, untuk memahami diskurs seputar nama2 yang Arabosentris dianggap sebagai nama yang Islami atau mengapa sorban setingkat lebih tinggi dari kopiah, kamu harus masuk kedalam pemahaman bahwa sebagian orang Islam menganggap peradaban ini berawal dari turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad.Jadi batasi daya jelajah ilmu sejarah kamu ke tahun turunnya wahyu untuk pertama kali. Stop! Berhenti disana. Jangan tengok ke belakang karena dibelakang ada jaman jahiliyya. Kalau sudah begitu persoalan lebih mudah. Bahkan kamu tidak akan bertemu dengan Umar bin Khatab yang tetap Umar bin Khatab baik dijaman jahiliyya maupun sesudah memeluk Islam. Atau Siti Chadijah, atau Aminah binti Wahb atau Abdul Mutthalib yang tetap menyandang nama-nama Arab jahiliyya mereka setelah masuk Islam. Ohya tolong juga tambahkan Abu Lahab. Bahkan persfektifmu akan jauh lebih tajam jika kamu juga mengabaikan fakta orang-orang Arab bergama Yahudi dan Kristen yang tetap memakai nama-nama warisan leluhur mereka.

 

Wassalam,

 

Evi

Epi

Eve

Eva

Siti Hawa

 

ps. Untuk Miko...

Mik, [EMAIL PROTECTED] tidak bisa kirim posting lagi nih. Kumaha?

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

rarachm
Tue, 18 Jun 2002 22:04:44 -0700

indak bisa stop dohhh.  soalnya ambo mancaliak islam itu sebagai 
suatu rahmat; bukan warisan arab atau semit.
 
model iko yang menjadikan makan korma sebagai sunah; sedangkan kolak 
pisang indak doh (ketika berbuka puasa).  padahal temawinya adalah: 
makanan yang manis.
 
yang ambo caliak, karena ingin back to basic; banyak (alun ba-etong, 
jadi jangan tanya statistik-nya dulu) yang grusa-grusu kembali ke 
kebudayaan arab abad ke 7-8. 
 
partai keadilan, misalnya; sebuah partai yang baik; tapi tidak 
mendapatkan suara yang lebih besar karena gagal menterjemahkan islam 
sebagai sebuah universalisme.  baju tawqa-lah, ahwan-lah, uhti-lah 
dll.  padahal, mustinya itu baju guntiang-cino, angku, uni  kalau di 
sumbar.  dan di daerah lain mungkin namanya baju koko, mbak jo 
kangmas.
 
uni evi, sorri yahh; saya tidak bisa stop di situ.  rem-nya kurang 
pakem.
 
lagian, sejarah dan budaya adalah proses; bukan snapshot sebuah film.
if only jerman stop before normandy, the world will be different.
 
~rarach.

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

Ojie Said
Tue, 18 Jun 2002 21:24:55 -0700

Assalamua'laikum ww...
 
Ambo ikut lagi nimbrung perihal nama...seperti saya
katakan..namo ambo adalah Ronaldo Pilliang...kiniko
ambo maraso biaso2 sajo dengan nama yang saya sandang,
tidak seperti waktu dulu masih sekolah Smp atau sma
bahkan waktu kuliah dulu...wakatu itu sangat berat
bagi ambo mamakai nama ini..;(...
 
Dan ini saya ceritakan pengalaman saya waktu bertemu
dengan seorang mahasiswa Iraq (bukan karena ria..atau
apapun namanya..cuma karena berhubungan dengan masalah
"nama")..waktu kita kenalan saya sebutkan nama saya
Ronaldo Pilliang...dan nama dia adalah Mahmood
Sakur...setelah itu dia menanyakan dari mana saya dan
apa agama saya...tentu saya jawab dari Indonesia dan
saya beragama Islam...Lho..kenapa namamu Ronald?
...saya jawab itu bukan kesalahan saya...mungkin orang
tua melihat itu nama yang indah, heheh. Terus kita
sholat (saya menjalankan ibadah sholat Alhamdullih  5
x sehari/semalam plus sunah ...dan berusaha berbuat
baik sebanyak banyaknya.. Ingat..nama saya adalah
Ronaldo)..dan Kita mengaji bareng...dia menanyakan
apakah saya bisa mengaji (membaca al quran?)..saya
jawab..tentu saja saya bisa karena saya belajar
mengaji waktu kecil di surau....setelah saya baca
beberapa bacaan...dia terkesima (pede nih)..karena
lafal dan irama cara saya mengaji persis seperti orang
yang bisa berbahasa arab, padahal saya tidak bisa
berbahasa arab sedikitpun..(insya allah suatu saat
saya akan pelajari)...Terus dia menanyakan lagi,
kenapa nama saya seperti orang portugis?, bukan
bernama barbau islam...?
 
Jadi saya cukup merasa terganggu juga dengan
pertanyaan berulang2 (dan akhirnya dia kasih saya nama
Thaha...hehe jadi nama saya banyak sekarang)......lalu
saya jawab...toh banyak yang bernama Islami/arab tidak
melakukan sholat dan tidak berpuasa. Dan namapun tidak
menentukan apakah orang itu saleh atau orangnya
beriman, atau ibadahnya diterima oleh Allah SWT..
banyak yang namanya memakai nama "Mohammad" melakukan
korupsi yang besar...menyengsarakan
rakyat..dll..dll....
 
Jadi menurut ambo..namo tidak menentukan apakah orang
itu shaleh atau tidak dengan arti kata apakah dia baik
atau tidak dan itu tergantung pribadi seseorang....dan
mungkin Insya Allah kalau suatu saat saya
menikah..saya tentu akan memberi nama yang baik bagi
anak dan keturunan saya nanti sesuai dengan kebudayaan
urang minang, dan saya tidak akan mengulangi
pengalaman yang "tidak mengenakan bagi anak keturunan
ambo, Insya Allah...
 
cuma sekian dari ambo
wassalam..
 
RP

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

mohdfadzil ahmadfadzil
Tue, 18 Jun 2002 22:46:01 -0700

 

Menyebut bekenaan dengan nama ..

adalah kewajiban ibu bapa memberi nama yang baik kepada anak-anak yang di lahirkan..

oleh itu ibubapa bertanggungjawab memberi nama yang mempunyai makna yang bagus...

Bukan kah di padang masyar nanti kita di panggil dengan nama yang diberi beri ibu bapanya....

sekiranya anak diberi dengan nama yang buruk ... makanya ia akan menundukkan mukanya pabila namanya di panggil Allah untuk dihisab ...lantaran teramat malu....dengan namanya yang buruk itu...

p/s: Jangan memberi nama yang terlalu panjang buat anak perempuan.... susah nanti pengantin lelaki hendak menyebut nama isteri semasa menikah... tak cukup satu nafas......

 

Re: [RantauNet] Lagi, Nama Orang Minang .....

rarachm
Thu, 20 Jun 2002 18:42:51 -0700

hehehe baru tahu saya kalo jong turki itu berpikiran demikian.  soale 
nggak suka bola sih, dan nggak suka turki yang kalo makan di 
restorannya harus bawa duit turki berjuta-juta...
 
uni, saya melihat ada beberapa sisi yang jelek dari mengarabkan 
islam.  pertama, arab menjadi superhumanrace.  melayu, minang dan 
batak adalah warga dunia kelas dua; sedang arab berkelas do'a.
saya terus terang merasa 'gerah' engan esklusivisme diantara gerakan 
muda islam di indonesia versi sorban arab.  mereka anggap semua 
gerakan/tingkah laku nabi dan sahabat dalam konteks kultural sebagai 
sebuah sunnah.
 
see, bagaimana minang meninggikan arab dan menistakan cino.  kita 
menjadi rasialis karenanya.
 
padahal islam dan minang adalah rahmawati bagi indonesia.  uppss, 
rachmat !
 
 
~rarach.

 

 


From: Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Dr.Saafroedin BAHAR
Sent: 19 Februari 2008 10:40
To: Rantau Net
Subject: [R@ntau-Net] DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU

 

Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,

Rasanya setelah tahun 1958-- setelah PRRI --  agak sulit kita menerka asal urang awak kalau hanya melihat namanya saja. Dalam RN ini tempohari pernah saya mengajukan gagasan agar nama orang Minang di-ABS SBK-kan. Untuk laki-laki, 'nama ABS SBK' ini akan terdiri dari empat unsur, yaitu: 1)  nama diri yang islami; 2) nama ayah, sesuai dengan ajaran Islam tentang bernasab ke ayah; 3) nama suku, garis matrilineal; 4) gelar pusaka. Demikianlah, misalnya untuk saya, maka 'nama ABS SBK' saya adalah 'Saafroedin (nama diri)  Bahar (ayah) Tanjung (suku)  Soetan Madjolelo (gelar)'.
Kalau nama perempuan Minang tentu tiga unsur pertama, tanpa gelar.

Bagaimana pendapat para sanak?

 

 


No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.7/1286 - Release Date: 18/02/2008 18:49

Riri Chaidir

unread,
Feb 19, 2008, 1:44:17 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Pak Saaf nan ambo hormati,

Pemahaman ambo salamoko, pak Saaf menyusun DIM ko
untuak bahan kompilasi adaik nan lah ado, bukan untuak
memperkenalkan hal-hal baru.

Trend salamoko, (ambo cubo men "search" namo-namo
urang Minangkabau jaman dulu) rasonyo namo2 (di lua
gala) baliau tu cuma terdiri dari satu kato - namo
asli. Dan nampaknyo namo partamo ko pun alun tantu
berbau Islam (atau Arab?).

Pencantuman namo kaduo (namo urang tuo) mungkin
relatif baru. Ambo ndak tau sajak bilo dimulainyo.
Kalau pak Saaf bapandapek itu pengaruh Islam. Tapi
kalau ambo caliak di lingkungan ambo, nampaknyo
pengaruh "modernisasi". Misalnyo, angkatan papa ambo
(lahir sekitar 1915-1920) nan "di kota" namonyo alah
terdiri dari 2 kato, tapi lingkungan mama ambo nan
"dari kampuang" alun lai.

Pencantuman namo katigo (namo suku) malah labiah baru
lo lai. Nan nampak di ambo, iko pengaruh setelah
marantau. Mungkin (sekali lagi mungkin), iko dimulai
dari suku Tanjung, baru kudian diikuti yang lain lain.
(Ambo pernah mandanga sindiran ka urang awak nan di
TapSel: "Tanjuang bapak, Tanjuang AMak, Tanjuang awak
sadonyo". Mukasuik sindiranko: "Pokoknyo punyo
marga").

Jadi - kalau pemahaman ambo tentang mukasuik DIM ndak
terlalu salah - masalah namo ko mungkin ndak terlalu
arek kaitannyo jo adaik, Pak.

Wassalam


Riri
(L 45+++)

--- "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf...@yahoo.com> wrote:


---------------------------------


Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,

Rasanya setelah tahun 1958-- setelah PRRI -- agak
sulit kita menerka asal urang awak kalau hanya melihat
namanya saja. Dalam RN ini tempohari pernah saya
mengajukan gagasan agar nama orang Minang di-ABS
SBK-kan. Untuk laki-laki, 'nama ABS SBK' ini akan
terdiri dari empat unsur, yaitu: 1) nama diri yang
islami; 2) nama ayah, sesuai dengan ajaran Islam
tentang bernasab ke ayah; 3) nama suku, garis
matrilineal; 4) gelar pusaka. Demikianlah, misalnya
untuk saya, maka 'nama ABS SBK' saya adalah
'Saafroedin (nama diri) Bahar (ayah) Tanjung (suku)
Soetan Madjolelo (gelar)'.
Kalau nama perempuan Minang tentu tiga unsur pertama,
tanpa gelar.

____________________________________________________________________________________


Be a better friend, newshound, and

know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ


hanifah daman

unread,
Feb 19, 2008, 2:20:14 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Hanifah satuju jo mak riri pak saaf.
Pambarian namo adolah hak azazi ortu, dan itu hadiah partamo dari ortu. Sabagai saran sen buliahlah tapi indak tarikek dalam adaik doh. Lagian gala laki-laki baru ado kalau ano alah manikah. Trus Indak saluruh nagari minang nan bagala doh. Di daerah painan, pasaman, dharmasraya rasono indak bi bagala urang doh kacuali untuak datuak / panghuluno.
 
Tapi maagiah gala datuak ka urang lua Minang buliahlah jadi DIM du. karano gala datuak adolah gala pusako di suatu kaum.
 
Salam
 
Hanifah Damanhuri

Riri Chaidir <riric...@yahoo.com> wrote:

Ahmad Ridha

unread,
Feb 19, 2008, 5:32:50 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Setahu saya dalam Islam ada beberapa panduan untuk pemberian nama:

1. Tidak memiliki arti yang buruk. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa
Sallam mengganti nama beberapa shahabat (dan juga nama tempat) yang
memiliki arti buruk misalnya Abdul Ka'bah (mengandung makna syirik)
menjadi Abdurrahman, Huzn (sedih) menjadi Sahl (mudah), dan lain-lain.

2. Tidak berlebihan. Rasulullah juga mengganti nama shahabat yang
berlebihan atau bersifat mensucikan diri seperti Barrah (perempuan
yang selalu berbuat baik) menjadi Zainab. Termasuk yang dilarang
adalah nama seperti Malikul Amlak (Raja Diraja). Begitu juga perlu
dihindari nama-nama berupa gelar. Imam an-Nawawi tidak suka gelar
Muhyidin yang diberikan orang-orang kepada beliau.

Nama yang diberikan tidak mesti dalam Bahasa Arab sepanjang
memperhatikan batasan-batasan tersebut. Juga perlu diingat batasan
lain dalam Islam seperti larangan menyerupai orang kafir. Sebagai
muslim tentunya orang tua perlu memperhatikan batasan-batasan itu
dalam pemberian nama.

--
Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

Dr.Saafroedin BAHAR

unread,
Feb 19, 2008, 5:48:32 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum w.w. Nanda Ahmad Ridha dan para sanak sa palanta,

Jadi cukup luas ruang gerak untuk membuat kaidah untuk nama orang Minangkabau ini. Mudah-mudah dapat jadi semacam panduan untuk masa`datangg.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 70+6+9, Jakarta)
'Ya Allah, tunjukilah selalu aku jalan yang lurus dan Engkau ridhoi'
'Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya'
'Taqdir di tangan Allah swt, Nasib di tangan Manusia'
'Puji syukur aku sampaikan pada-Mu ya Allah, atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan keluargaku'.
'Mari berlomba berbuat kebaikan'
'Setiap manusia adalah baik, sampai terbukti sebaliknya'
'Jangan pernah berhutang dan jangan mudah berpiutang'


--- On Tue, 2/19/08, Ahmad Ridha <ahmad...@gmail.com> wrote:

Ahmad Ridha

unread,
Feb 19, 2008, 5:55:40 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
2008/2/19 Dr.Saafroedin BAHAR <saaf...@yahoo.com>:

> Assalamualaikum w.w. Nanda Ahmad Ridha dan para sanak sa palanta,
>

Wa'alaykumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh,

> Jadi cukup luas ruang gerak untuk membuat kaidah untuk nama orang
> Minangkabau ini. Mudah-mudah dapat jadi semacam panduan untuk masa`datangg.
>

Iya, Pak Saaf. Ada yang terlupa yakni nama itu sepatutnya memiliki
makna yang baik (tapi tidak berlebihan) karena nama juga merupakan
doa. Jadi nama itu tidak sekadar enak didengar saja.

Sebagai informasi, di Arab Saudi ketika membuat akte kelahiran,
petugas akan memeriksa nama yang diberikan dan jika memiliki arti yang
buruk akan ditolak.

Selain masalah makna, yang mengkhawatirkan saya di Indonesia adalah
masalah panggilan. Di antara nama-nama yang dicintai Allah adalah
Abdurrahman. Bukan hal aneh di negeri kita pemilik nama itu akan
dipanggil Rahman. Padahal Rahman termasuk nama yang dilarang karena
yang bersifat Rahman hanyalah Allah. Begitu juga misalnya orang
bernama Abdul Khaliq lalu dipanggil Khaliq.

R. Y. Perry Burhan

unread,
Feb 19, 2008, 6:02:21 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Batanyo ciek uda Ahmad Ridha,
 yang dimukasuik "menyerupai orang kafir" tu nan sarupo apo ?

wasalam,
PERRY (namo ko ado loh dipakai dek rang kafir sarupo perry mason, tapi dek rang gaek ambo maagiah namo karano ambo lahie persis satahun PRRI) BURHAN gelar IMAM SATI (gala diagiah dek wakatu ka nikah, mungkinparalu dihindari pulo)
--
R. Y. Perry Burhan
Laboratorium Geokimia Organik
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Keputih
Surabaya 60111
Tel. +62 31 594 33 53
Faks. + 62 31 592 83 14
Tel. portatif +62 816 54 12 100

Dr.Saafroedin BAHAR

unread,
Feb 19, 2008, 6:16:03 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Wassalamualaikum w.w. Nanda Ahmad Ridha dan para sanak sa palanta,

Setuju sekali, Nanda. Mengenai nama panggilan ini saya sudah lama  merasa kurang enak dengan kebiasaan kita di Ranah, antara lain seperti dapat dibaca dalam rubrik Minang di Harian Singgalang. Kesan saya nama panggilan ini bukannya menunjukkan keakraban, tapi hampir selalu terasa menampilkan sisi buruk orang, dan agak melecehkan. Rasanya demikian juga dalam kaba-kaba. Mungkin ada baiknya juga jika LKAAM dan atau Bundo Kanduang memberi perhatian pada soal nama ini.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 70+6+9, Jakarta)
'Ya Allah, tunjukilah selalu aku jalan yang lurus dan Engkau ridhoi'
'Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya'
'Taqdir di tangan Allah swt, Nasib di tangan Manusia'
'Puji syukur aku sampaikan pada-Mu ya Allah, atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan keluargaku'.
'Mari berlomba berbuat kebaikan'
'Setiap manusia adalah baik, sampai terbukti sebaliknya'
'Jangan pernah berhutang dan jangan mudah berpiutang'


--- On Tue, 2/19/08, Ahmad Ridha <ahmad...@gmail.com> wrote:
From: Ahmad Ridha <ahmad...@gmail.com>
Subject: [R@ntau-Net] Re: DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU
To: Rant...@googlegroups.com

Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

Ahmad Ridha

unread,
Feb 19, 2008, 6:24:19 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
2008/2/19 R. Y. Perry Burhan <pbu...@gmail.com>:

> Batanyo ciek uda Ahmad Ridha,
> yang dimukasuik "menyerupai orang kafir" tu nan sarupo apo ?
>

Sacaro umum ado larangan untuak menyerupai urang kafir. Di antaro batasannyo:

- jika diniatkan ikuik-ikuik kebiasaan urang kafir
- hal itu merupakan simbol urang kafir misalnyo salib
- hal itu indak ado manfaaiknyo nan jaleh bagi muslim

Jadi misalnyo komputer, walau pun datangnyo dari urang kafir tapi dek
ado manfaaik nan jaleh bagi muslim, insya Allah iko indak masuak
larangan tu. Dalam masalah namo, nan paralu dihindari misalnyo namo
taka Kristian (ado kawan ambo muslim namonyo Kristianto). Kok namo
Perry, ambo indak bisa komentar doh dek ambo indak tahu artinyo.

Allahu Ta'ala a'lam.

Dr.Saafroedin BAHAR

unread,
Feb 19, 2008, 6:46:15 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum w.w. Nanda Hanifah dan Nanda Riri sarato sanak sa palanta,

Ambo tampilkan karano dahulu alah panah ambo usulkan di RN, dan karano masalah ko ado di dalam kenyataan iduik kito. Sifatnyo tabukak, marupokan wacana, ditarimo buliah, ditulak juo buliah.
Dalam ijazah SMA ambo (1955) namo ambo memang hanyo 'Saafroedin' sajo. Ambo tambah surang supayo nak taraso agak langkok,  dan ambo pakai sampaui kini. Manarik juo panjalasan Nanda Hanifah, bahaso indak saluruah urang laki-laki Minang dapek gala. Jadi pepatah 'ketek banamo gadang bagala' paralu diagiah catatan, bahaso ado nagari nan indak baitu.
Tapi paralu juo kito patimbangkan mukasuik pepatah : 'baju dipakai usang, adat dipakai baru'; 'syarak babuhua mati, adat babuhua sentak'. Artinyo adaik tu indak statis, tapi dinamis, untuak kemaslahatan masyarakat. Jadi dalam soal namo ko, sapanjang ado manfaatnyo, rancak juo kito jadikan bahan masukan untuak adaik, antaro lain supayo agak mudah kito tahu, apo sanak nan sadang dihadoki   adolah urang awak atau indak.
Tantu iko indak mambatasi hak urang tuo untuak maagiah namo apo sajo untuak anak-anaknyo, asa elok. Kalau kabiasoan nan alah balangsuang salamo ko alah diraso elok, ya sudah kito lanjuikkan sajo.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 70+6+9, Jakarta)
'Ya Allah, tunjukilah selalu aku jalan yang lurus dan Engkau ridhoi'
'Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya'
'Taqdir di tangan Allah swt, Nasib di tangan Manusia'
'Puji syukur aku sampaikan pada-Mu ya Allah, atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan keluargaku'.
'Mari berlomba berbuat kebaikan'
'Setiap manusia adalah baik, sampai terbukti sebaliknya'
'Jangan pernah berhutang dan jangan mudah berpiutang'


--- On Tue, 2/19/08, hanifah daman <iff...@yahoo.com> wrote:
From: hanifah daman <iff...@yahoo.com>
Subject: [R@ntau-Net] Re: DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU
To: Rant...@googlegroups.com

Nofend St. Mudo

unread,
Feb 19, 2008, 8:08:56 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com

Untuak panambah-nambah sasui Subjek diateh, artikelnyo da Elfitra ko rancak juo dibaco2.

 

Salam

Nofendri, nan laia di November J

 

NAMA DAN IDENTITAS BAGI ORANG MINANG

Jan 6, '08 3:50 PM, http://elfitra.multiply.com/journal/item/21

 

Diantara sejumlah suku-suku bangsa yang ada di Nusantara, mungkin nama-nama orang Minang tergolong kompleks, aneh, variatif, longgar, tapi sekaligus fleksibel, unik, kreatif serta pragmatis. Orang Batak dan Manado selalu mencantumkan nama marga dan clan di belakang nama kecil. Nama orang Maluku dan Papua dapat dikenali secara cepat dan familiar. Sebagai pengaruh Islam, nama orang Melayu lazim mencantumkan bin/binti sebelum nama orang tua. Orang Jawa dan Sunda lumayan ketat dalam memberi nama anak, sehingga kita nama-nama mereka memiliki kekhasan tersendiri.

 

Bagi orang Jawa dan juga Sunda, dari nama saja bisa langsung dikenali status sosialnya sekaligus, apakah dia keturunan bangsawan atau rakyat biasa. Nama depan “Andi” jelas berasal dari kaum ningrat Sulawesi Selatan (Bugis). Demikian juga halnya dengan kelompok masyarakat adat lain : Badui, Dayak, Sakai, Nias atau Mentawai, masing-masing memiliki karakter tersendiri yang mudah dikenali (addressed). 

 

Bagaimana dengan dengan Minangkabau??? Penamaan dalam masyarakat Minangkabau masa lampau kelihatannya berpegang pada falsafah “alam takambang jadi guru”.  Orang-orang menamai daerah-daerah baru, kampung, dan nama-nama suku-suku dengan falsafah ini, termasuk juga menamai orang (anak) dan gelar. Tak mengherankan kiranya, kalau nenek moyang kita bernama : Kirai, Upiak Arai, Talipuak, Sirancak, Jilatang, Masiak, atau Jangguik. Kedengarannya aneh dan lucu, ya???

 

Setelah Islam masuk dan berkembang, mulai pula nama-nama orang Minang berubah menjadi kearab-araban (Islam). Nama-nama seperti ini, contohnya : Mohammad Attar, Mohammad Natsir, Saiful, Bahri, Mochtar, Ali, Amir, Arifin, Ismail, Aziz, Fauzah, Hamid, M. Rais, Zakiah, Ibrahim, Idris, Rasid, Sofyan, Dahlan, Fatimah, Aminah, Maimunah, Hayati, Nurhasanah, Nuraini, Saidah, dst.

 

Pasca takluknya peristiwa PRRI-Permesta, orang Minang mengalami tekanan mental luar biasa dari pemerintahan Jakarta, banyak diantara mereka kemudian memutuskan meninggalkan kampung halaman untuk pergi merantau. Setidaknya, demikian pendapat yang tertulis dalam buku “Merantau”-nya sosiolog Mochtar Naim. Mulai pula orang berusaha menanggalkan identitas dan label keminangannya, salah satu lewat perubahan nama. Tak sedikit orang Minang memiliki nama yang kejawa-jawaan, ada seperti nama Eropa, Parsia, atau Amerika Latin. Sekedar contoh, seorang pejuang pemberontak PRRI  yang semula bernama Bastian St. Ameh, kemudian merantau ke Jawa dan berhasil jadi pengusaha sukses : Sebastian Tanamas.

 

Ada “urang awak” bernama Revrisond Baswir, ekonom UGM yang terkenal. Beberapa nama yang ikut menjadi calon gubernur Sumbar tempo hari bernama ; Leonardy Armaini, Jeffry Geovanni dan terakhir siapa kira kalau Irwan Prayitno itu adalah putra asli Kuranji, Padang? Saya berkali-kali berusaha meyakinkan orang-orang tua di kampung halaman, kalau Irwan Prayitno bukan orang Jawa, pada saat Pilkada berlangsung. Mungkin mereka kuatir dengan “trauma” masa lalu, pada penghujung Orde Lama banyak sekali pejabat tinggi di Ranah Minang yang di”drop” dari Jakarta dan berasal dari etnis Jawa.

 

Dalam pemberian nama kepada anak orang Minang sangat pragmatis tapi kreatif. Di SD saya punya kawan bernama hebat, John Kennedy, sayang dia sempat tinggal kelas. Waktu kuliah teman akrab saya bernama Socrates, asal Labuh Besilang Payakumbuh, yang waktu lahir kakek yang memberinya nama terkagum-kagum pada pemikiran Filsafat Yunani. Semula saya kira dia orang Tapanuli, namanya Hardisond Dalga, ternyata dia dari Singkarak dan nama belakang adalah nama ayah-bunda ; Dalimi-Gadis.

 

Ada lagi kawan bernama Ida Prihatin, karena waktu melahirkan orang tuanya mengalami masa-masa ekonomi susah. Indah Elizabeth, Indah namanya dan waktu lahir ditolong oleh bidan Tionghoa yang ramah bernama Elizabeth. Dian Bakti Kamampa, kata terakhir bukan nama daerah melainkan akronim dari “Kepada Mama dan Papa”, juga ada Taufik Memori Kemal, menurut cerita orang tua yang memberi nama tersebut, dia selalu terkenang (teringat) kepada komandan seperjuangan yang gugur pada Revolusi Fisik Kemerdekaan bernama “Kapten Kemal”. Juga menarik seorang mahasiswa bernama M. Batar. Sudah pasti M tersebut adalah Mohammad, dan “Batar” mungkin saja diambil dari kata bahasa Arab, begitu pikir saya selama bertahun-tahun. Tetapi kemudian ketika sesi "mukaddimah" saat dia ujian skripsi, dia menceritakan kisah dibalik nama tersebut (karena memang ada dosen yang iseng nanya arti namanya). Singkatnya M. Batar artinya; “mambangkik batang tarandam”, itulah nama yang sekaligus menjadi misi hidup laki-laki berperawan kurus ini. Kalau kita rentang, akan banyak kisah-kisah seterusnya dibalik pemberian nama Orang Minang.

 

Nama-nama singkatan/akronim bagi orang Minang sudah mentradisi. Salah satu “perintis”nya adalah Buya Haji Abdul Malik Karim Amarullah, yang menyingkat namanya jadi HAMKA. Setelah itu tak sedikit yang meniru, memendekkan nama panjangnya menjadi akronim atau singkatan. Ada Pak AR, Buya ZAS, STA, HAP, HAKA, Zatako.

 

Yang menarik ada nama yang sering diasosiasikan sebagai khas Minang, karena nyaris tak dijumpai pada di etnik lain, yakni nama yang mengandung atau ber-akhiran …Rizal. Sampai sekarang penulis juga belum tahu pasti dari mana asal usul tersebut. Sebutlah misalnya ; Rizal, Rizaldo, Rizaldi, Afrizal, Erizal, Syamsurizal, Syahrizal, Endrizal, Masrizal, Syafrizal, Hendrizal, Efrizal, Nofrizal, dst.

 

Memasuki pertengahan tahun 1980-an, ketiga pemerintahan orde baru sedang puncak-puncaknya, mulai pula “trend” nama anak berbau kebarat-baratan. Ada yang bernama Alex, Andreas, Hendri(k), Anthon(y), Roni, Yohanes, Octavia, Octavianus, Matius, Agustin, Angela, Monica, Susi, Selly, Ryan, Mathias, Dona, Harry, Sintia, Agnes, Yosep, Yoserizal, John, Johan, Yohanna, dan kalau diteruskan nama-nama ini akan jadi deretan cukup panjang.

 

Mungkin pengaruh dominasi budaya orde baru, banyak juga nama yang berasal Sangsekerta seperti : Eka, Eko, Ika, Dharma, Bakti, Agus, Esa, Kurniawan, Sinta, dst.

 

Seiring dengan itu, pernah juga sebagian orang mengangkat nama suku sebagai nama belakang. Ini menurut saya karena pengaruh nama orang Batak dan Mandailing yang terlihat “gagah” dengan nama marga yang selalu menempel di belakang nama mereka. Maka kemudian muncul nama semisal, Hendri Chaniago (karena berasal dari suku Caniago), Indra Piliang, Afrizal Koto, Anisa Jambak. Nampaknya hanya nama Chaniago (mengherankan….entah mengapa nama suku itu selalu dibubuhi “h”, padahal aslinya hanya “caniago”) dan Piliang saja yang cukup populer sebagai nama, suku yang lain relatif jarang. Memang, nama-nama semacam itu hanya sedikit peminatnya, karena tidak lazim. Bagi orang Batak atau Mandailing, kalau mereka berasal dari marga yang sama misalnya sama-sama Sitorus atau Nasution berarti bersaudara. Sementara suku-suku di Minang bersifat menyebar pada semua nagari di seluruh Sumatra Barat, sehingga rasa pertalian sesama suku itu – meskipun di rantau - pun terasa longgar. 

 

Runtuhnya rezim Suharto dan digantikan oleh era reformasi sekarang, kembali trend nama-nama Islam dan religius untuk nama anak. Sebutlah misalnya ; Habib, Farhan, Said, Anisa, Naufal, Aqila, Zahra, Najla, Najwa, Zahira, Salma, Sarah, dst.

 

Sebenarnya banyak hal yang masih menganjal dengan “style” nama-nama orang Minang, misalnya mengapa karakter nama Minang cenderung berubah-rubah, dari satu periode ke periode berikutnya?  Mengapa begitu variatif dan kompleksnya nama orang Minang, sehingga kadang bersifat “menipu”, uncertain dan kadang absurd, lalu adakah yang mereka sembunyikan dibalik nama-nama tersebut? Apa arti/makna nama bagi orang Minang zaman sekarang, sejauhmana nama seseorang dianggap penting sebagai identitas sosial? Sejauhmana hubungan antara nama/gelar dengan politik, modernisasi, atau birokrasi? Kalau dulu nama sebagai identitas yang dijumpai adalah, misal : Y. Dt. Rangkayo Basa, M. Dt. Mangkudun Sati atau B. Bagindo Sutan, mengapa tiba-tiba sekarang tak ada yang mencantumkan gelar adat tersebut sebagai nametag, kartu nama, atau sebagai nama resmi (yang disandang kemana-mana karena bangganya) sebagaimana dulu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab melalui sebuah kajian ilmiah atau penelitian. 

 

 

________________________________________

From: Rant...@googlegroups.com [mailto:Rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Dr.Saafroedin BAHAR

Sent: 19 Februari 2008 18:46

To: Rant...@googlegroups.com

Subject: [R@ntau-Net] Re: DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU

 

Assalamualaikum w.w. Nanda Hanifah dan Nanda Riri sarato sanak sa palanta,

 

Ambo tampilkan karano dahulu alah panah ambo usulkan di RN, dan karano masalah ko ado di dalam kenyataan iduik kito. Sifatnyo tabukak, marupokan wacana, ditarimo buliah, ditulak juo buliah.

Dalam ijazah SMA ambo (1955) namo ambo memang hanyo 'Saafroedin' sajo. Ambo tambah surang supayo nak taraso agak langkok,  dan ambo pakai sampaui kini. Manarik juo panjalasan Nanda Hanifah, bahaso indak saluruah urang laki-laki Minang dapek gala. Jadi pepatah 'ketek banamo gadang bagala' paralu diagiah catatan, bahaso ado nagari nan indak baitu.

Tapi paralu juo kito patimbangkan mukasuik pepatah : 'baju dipakai usang, adat dipakai baru'; 'syarak babuhua mati, adat babuhua sentak'. Artinyo adaik tu indak statis, tapi dinamis, untuak kemaslahatan masyarakat. Jadi dalam soal namo ko, sapanjang ado manfaatnyo, rancak juo kito jadikan bahan masukan untuak adaik, antaro lain supayo agak mudah kito tahu, apo sanak nan sadang dihadoki   adolah urang awak atau indak.

Tantu iko indak mambatasi hak urang tuo untuak maagiah namo apo sajo untuak anak-anaknyo, asa elok. Kalau kabiasoan nan alah balangsuang salamo ko alah diraso elok, ya sudah kito lanjuikkan sajo.

 

Dr.Saafroedin BAHAR

unread,
Feb 19, 2008, 10:03:07 AM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum w.w. Sanak Nofendri serta para sanak sa palanta,

Terima kasih sebesar-sebesarnya saya ucapkan terhadap kiriman posting ini.Sekedar kemungkinan penjelasan dari nama-nama orang Minangkabau yang berubah-ubah itu, izinkan saya menyampaikan tafsiran dari Prof Dr. Franz dan Keebet von Benda-Beckmann -- dua orang ahli antropologi Jerman yang sangat berminat terhadap Minangkabau -- dalam artikel kedua beliau yang berjudul: "Identitas-Identitas Ambivalen: Desentralisasi dan Komunitas-Komunitas Politik Minangkabau", dalam Henk Schultte Nordholt dan Gerry van Klinken, eds, 2007, Politik Lokal di Indonesia, KTILV dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, halaman 544.  Sesuai dengan judul artikel mereka itu, mereka menengarai suku bangsa Minangkabau ini sebagai suku bangsa yang kebingungan dengan jati dirinya. Saya kutipkan alinea yang saya anggap paling penting dalam artikel tersebut sebagai berikut: " Sementara daerah-daerah lain di Indonesia menunjukkan perhatian kuat yang serupa dalam identitas kedaerahan mereka, identitas Minangkabau terasa luar biasa ambivalen". [ambivalen=bermakna ganda]. Saya sendiri juga berkesimpulan demikian. Hal itu saya tulis dalam buku yang saya tulis bersama Ir Mohammad Zulfan tadjoeddin MA, 2004,  "Masih Ada Harapan".
        Ringkasnya, kegalauan nama orang Minangkabau mungkin sekali berakar dari kegalauan akan jati diri Minangkabau. Mungkin itu jugalah yang menyebabkan demikian ruwetnya wacana tentang ABS SBK selama ini. Atau adakah kemungkinan penjelasan lain? Wallahualambissawab..


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 70+6+9, Jakarta)
'Ya Allah, tunjukilah selalu aku jalan yang lurus dan Engkau ridhoi'
'Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya'
'Taqdir di tangan Allah swt, Nasib di tangan Manusia'
'Puji syukur aku sampaikan pada-Mu ya Allah, atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan keluargaku'.
'Mari berlomba berbuat kebaikan'
'Setiap manusia adalah baik, sampai terbukti sebaliknya'
'Jangan pernah berhutang dan jangan mudah berpiutang'


--- On Tue, 2/19/08, Nofend St. Mudo <nof...@rantaunet.org> wrote:
From: Nofend St. Mudo <nof...@rantaunet.org>
Subject: [R@ntau-Net] Re: DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU
To: Rant...@googlegroups.com
Date: Tuesday, February 19, 2008, 8:08 PM

Untuak panambah-nambah sasui Subjek diateh, artikelnyo da Elfitra ko rancak juo dibaco2.

 

Salam

Nofendri, nan laia di November J

 

NAMA DAN IDENTITAS BAGI ORANG MINANG

Jan 6, '08 3:50 PM, http://elfitra.multiply.com/journal/item/21

 

Diantara sejumlah suku-suku bangsa yang ada di Nusantara, mungkin nama-nama orang Minang tergolong kompleks, aneh, variatif, longgar, tapi sekaligus fleksibel, unik, kreatif serta pragmatis. Orang Batak dan Manado selalu mencantumkan nama marga dan clan di belakang nama kecil. Nama orang Maluku dan Papua dapat dikenali secara cepat dan familiar. Sebagai pengaruh Islam, nama orang Melayu lazim mencantumkan bin/binti sebelum nama orang tua. Orang Jawa dan Sunda lumayan ketat dalam memberi nama anak, sehingga kita nama-nama mereka memiliki kekhasan tersendiri.

 

Bagi orang Jawa dan juga Sunda, dari nama saja bisa langsung dikenali status sosialnya sekaligus, apakah dia keturunan bangsawan atau rakyat biasa. Nama depan "Andi" jelas berasal dari kaum ningrat Sulawesi Selatan (Bugis). Demikian juga halnya dengan kelompok masyarakat adat lain : Badui, Dayak, Sakai , Nias atau Mentawai, masing-masing memiliki karakter tersendiri yang mudah dikenali (addressed). 

 

Bagaimana dengan dengan Minangkabau??? Penamaan dalam masyarakat Minangkabau masa lampau kelihatannya berpegang pada falsafah "alam takambang jadi guru".  Orang-orang menamai daerah-daerah baru, kampung, dan nama-nama suku-suku dengan falsafah ini, termasuk juga menamai orang (anak) dan gelar. Tak mengherankan kiranya, kalau nenek moyang kita bernama : Kirai, Upiak Arai, Talipuak, Sirancak, Jilatang, Masiak, atau Jangguik. Kedengarannya aneh dan lucu, ya???

 

Setelah Islam masuk dan berkembang, mulai pula nama-nama orang Minang berubah menjadi kearab-araban (Islam). Nama-nama seperti ini, contohnya : Mohammad Attar, Mohammad Natsir, Saiful, Bahri, Mochtar, Ali, Amir, Arifin, Ismail, Aziz, Fauzah, Hamid, M. Rais, Zakiah, Ibrahim, Idris, Rasid, Sofyan, Dahlan, Fatimah, Aminah, Maimunah, Hayati, Nurhasanah, Nuraini, Saidah, dst.

 

Pasca takluknya peristiwa PRRI-Permesta, orang Minang mengalami tekanan mental luar biasa dari pemerintahan Jakarta , banyak diantara mereka kemudian memutuskan meninggalkan kampung halaman untuk pergi merantau. Setidaknya, demikian pendapat yang tertulis dalam buku "Merantau"-nya sosiolog Mochtar Naim. Mulai pula orang berusaha menanggalkan identitas dan label keminangannya, salah satu lewat perubahan nama. Tak sedikit orang Minang memiliki nama yang kejawa-jawaan, ada seperti nama Eropa, Parsia, atau Amerika Latin.. Sekedar contoh, seorang pejuang pemberontak PRRI  yang semula bernama Bastian St. Ameh, kemudian merantau ke Jawa dan berhasil jadi pengusaha sukses : Sebastian Tanamas.

 

Ada "urang awak" bernama Revrisond Baswir, ekonom UGM yang terkenal. Beberapa nama yang ikut menjadi calon gubernur Sumbar tempo hari bernama ; Leonardy Armaini, Jeffry Geovanni dan terakhir siapa kira kalau Irwan Prayitno itu adalah putra asli Kuranji, Padang? Saya berkali-kali berusaha meyakinkan orang-orang tua di kampung halaman, kalau Irwan Prayitno bukan orang Jawa, pada saat Pilkada berlangsung. Mungkin mereka kuatir dengan "trauma" masa lalu, pada penghujung Orde Lama banyak sekali pejabat tinggi di Ranah Minang yang di"drop" dari Jakarta dan berasal dari etnis Jawa.

 

Dalam pemberian nama kepada anak orang Minang sangat pragmatis tapi kreatif. Di SD saya punya kawan bernama hebat, John Kennedy, sayang dia sempat tinggal kelas. Waktu kuliah teman akrab saya bernama Socrates, asal Labuh Besilang Payakumbuh, yang waktu lahir kakek yang memberinya nama terkagum-kagum pada pemikiran Filsafat Yunani. Semula saya kira dia orang Tapanuli, namanya Hardisond Dalga, ternyata dia dari Singkarak dan nama belakang adalah nama ayah-bunda ; Dalimi-Gadis.

 

Ada lagi kawan bernama Ida Prihatin, karena waktu melahirkan orang tuanya mengalami masa-masa ekonomi susah. Indah Elizabeth, Indah namanya dan waktu lahir ditolong oleh bidan Tionghoa yang ramah bernama Elizabeth . Dian Bakti Kamampa, kata terakhir bukan nama daerah melainkan akronim dari "Kepada Mama dan Papa", juga ada Taufik Memori Kemal, menurut cerita orang tua yang memberi nama tersebut, dia selalu terkenang (teringat) kepada komandan seperjuangan yang gugur pada Revolusi Fisik Kemerdekaan bernama "Kapten Kemal". Juga menarik seorang mahasiswa bernama M. Batar. Sudah pasti M tersebut adalah Mohammad, dan "Batar" mungkin saja diambil dari kata bahasa Arab, begitu pikir saya selama bertahun-tahun. Tetapi kemudian ketika sesi "mukaddimah" saat dia ujian skripsi, dia menceritakan kisah dibalik nama tersebut (karena memang ada dosen yang iseng nanya arti namanya). Singkatnya M. Batar artinya; "mambangkik batang tarandam", itulah nama yang sekaligus menjadi misi hidup laki-laki berperawan kurus ini. Kalau kita rentang, akan banyak kisah-kisah seterusnya dibalik pemberian nama Orang Minang.

 

Nama-nama singkatan/akronim bagi orang Minang sudah mentradisi. Salah satu "perintis"nya adalah Buya Haji Abdul Malik Karim Amarullah, yang menyingkat namanya jadi HAMKA. Setelah itu tak sedikit yang meniru, memendekkan nama panjangnya menjadi akronim atau singkatan. Ada Pak AR , Buya ZAS, STA, HAP, HAKA, Zatako.

 

Yang menarik ada nama yang sering diasosiasikan sebagai khas Minang, karena nyaris tak dijumpai pada di etnik lain, yakni nama yang mengandung atau ber-akhiran ...Rizal. Sampai sekarang penulis juga belum tahu pasti dari mana asal usul tersebut. Sebutlah misalnya ; Rizal, Rizaldo, Rizaldi, Afrizal, Erizal, Syamsurizal, Syahrizal, Endrizal, Masrizal, Syafrizal, Hendrizal, Efrizal, Nofrizal, dst.

 

Memasuki pertengahan tahun 1980-an, ketiga pemerintahan orde baru sedang puncak-puncaknya, mulai pula "trend" nama anak berbau kebarat-baratan. Ada yang bernama Alex, Andreas, Hendri(k), Anthon(y), Roni, Yohanes, Octavia, Octavianus, Matius, Agustin, Angela, Monica, Susi, Selly, Ryan, Mathias, Dona, Harry, Sintia, Agnes, Yosep, Yoserizal, John, Johan, Yohanna, dan kalau diteruskan nama-nama ini akan jadi deretan cukup panjang.

 

Mungkin pengaruh dominasi budaya orde baru, banyak juga nama yang berasal Sangsekerta seperti : Eka, Eko, Ika, Dharma, Bakti, Agus, Esa, Kurniawan, Sinta, dst.

 

Seiring dengan itu, pernah juga sebagian orang mengangkat nama suku sebagai nama belakang. Ini menurut saya karena pengaruh nama orang Batak dan Mandailing yang terlihat "gagah" dengan nama marga yang selalu menempel di belakang nama mereka. Maka kemudian muncul nama semisal, Hendri Chaniago (karena berasal dari suku Caniago), Indra Piliang, Afrizal Koto, Anisa Jambak. Nampaknya hanya nama Chaniago (mengherankan....entah mengapa nama suku itu selalu dibubuhi "h", padahal aslinya hanya "caniago") dan Piliang saja yang cukup populer sebagai nama, suku yang lain relatif jarang. Memang, nama-nama semacam itu hanya sedikit peminatnya, karena tidak lazim. Bagi orang Batak atau Mandailing, kalau mereka berasal dari marga yang sama misalnya sama-sama Sitorus atau Nasution berarti bersaudara. Sementara suku-suku di Minang bersifat menyebar pada semua nagari di seluruh Sumatra Barat, sehingga rasa pertalian sesama suku itu - meskipun di rantau - pun terasa longgar. 

 

Runtuhnya rezim Suharto dan digantikan oleh era reformasi sekarang, kembali trend nama-nama Islam dan religius untuk nama anak. Sebutlah misalnya ; Habib, Farhan, Said, Anisa, Naufal, Aqila, Zahra, Najla, Najwa, Zahira, Salma, Sarah, dst.

 

Sebenarnya banyak hal yang masih menganjal dengan "style" nama-nama orang Minang, misalnya mengapa karakter nama Minang cenderung berubah-rubah, dari satu periode ke periode berikutnya?  Mengapa begitu variatif dan kompleksnya nama orang Minang, sehingga kadang bersifat "menipu", uncertain dan kadang absurd, lalu adakah yang mereka sembunyikan dibalik nama-nama tersebut? Apa arti/makna nama bagi orang Minang zaman sekarang, sejauhmana nama seseorang dianggap penting sebagai identitas sosial? Sejauhmana hubungan antara nama/gelar dengan politik, modernisasi, atau birokrasi? Kalau dulu nama sebagai identitas yang dijumpai adalah, misal : Y. Dt. Rangkayo Basa, M. Dt. Mangkudun Sati atau B. Bagindo Sutan, mengapa tiba-tiba sekarang tak ada yang mencantumkan gelar adat tersebut sebagai nametag, kartu nama, atau sebagai nama resmi (yang disandang kemana-mana karena bangganya) sebagaimana dulu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab melalui sebuah kajian ilmiah atau penelitian. 

 

 

________________________________________

From: Rant...@googlegroups.com [mailto: Rant...@googlegroups.com ] On Behalf Of Dr.Saafroedin BAHAR

Sent: 19 Februari 2008 18:46

To: Rant...@googlegroups.com

Subject: [R@ntau-Net] Re: DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU

 

Assalamualaikum w.w. Nanda Hanifah dan Nanda Riri sarato sanak sa palanta,

 

Ambo tampilkan karano dahulu alah panah ambo usulkan di RN, dan karano masalah ko ado di dalam kenyataan iduik kito. Sifatnyo tabukak, marupokan wacana, ditarimo buliah, ditulak juo buliah.

Dalam ijazah SMA ambo (1955) namo ambo memang hanyo 'Saafroedin' sajo. Ambo tambah surang supayo nak taraso agak langkok,  dan ambo pakai sampaui kini. Manarik juo panjalasan Nanda Hanifah, bahaso indak saluruah urang laki-laki Minang dapek gala. Jadi pepatah 'ketek banamo gadang bagala' paralu diagiah catatan, bahaso ado nagari nan indak baitu.

Tapi paralu juo kito patimbangkan mukasuik pepatah : 'baju dipakai usang, adat dipakai baru'; 'syarak babuhua mati, adat babuhua sentak'. Artinyo adaik tu indak statis, tapi dinamis, untuak kemaslahatan masyarakat.. Jadi dalam soal namo ko, sapanjang ado manfaatnyo, rancak juo kito jadikan bahan masukan untuak adaik, antaro lain supayo agak mudah kito tahu, apo sanak nan sadang dihadoki   adolah urang awak atau indak.

Tantu iko indak mambatasi hak urang tuo untuak maagiah namo apo sajo untuak anak-anaknyo, asa elok. Kalau kabiasoan nan alah balangsuang salamo ko alah diraso elok, ya sudah kito lanjuikkan sajo.

 



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.7/1286 - Release Date: 18/02/2008 18:49


zul amri

unread,
Feb 19, 2008, 10:31:56 PM2/19/08
to Rant...@googlegroups.com
Pak Saaf dan sanak palanta yth :

Apa lah artimya sebuah nama , begitu pernah dikatakan  oleh Shakespeare , nama seseorang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap perilaku dan perjalanan hidup.
Dr Azyumardi Azra M.A pernah menulis dalam sebuah kata sambutan mengiringi terbitnya buku Bpk Saafroedin Bahar yang berjudul : Masih Ada Harapan , tentang orang-orang Minang  pasca pemberontakan PRRI yang seolah – olah malu untuk menunjukkan  identitasnya  , maka orang tuapun memberikan nama  yang aneh aneh untuk putra putrinya  yang sering sipemberi nama sendiri  tak tahu apa arti nama itu  
Ada orang Minang yang bernama  Kardinal , Edward , Ronald , Bob , Geofanni, Antonio dan seterusnya , dan tak sedikit pula yang memakai nama yang ke Jawa-Jawa an . Nama-nama  Islam , atau nama – nama antik  Minang  seperti : Lenggogeni , Andam Dewi , Reno Pinang , Rambun Julai , Yusran , Yursal , Syahril , Yusril dan semacamnya terkalimbun dan hilang dari pasaran .
Dr Azumardi Azra menyebutnya  sebagai gejala psikologis penyembunyian diri ( self- concealment ) dan agaknya merupakan  semacam “escapism” atau psyhchology of the losers , psikologi pecundang ( orang – orang yang kalah ) yang kelihatannya terus menghinggapi orang – orang Minang sampai kini  .
Namun demikian tak seluruhnya  alasan diatas dapat diterima , karena jauh sebelum PRRI , sudah ada juga  orang – orang Minang yang memakai nama yang kalau diperhatikan sepintas tidak menggambarkan keminangan dan Islami seperti nama  Marthias Dusky Pandoe , Carl Chaerul ( Ayahanda Sdr. Dino Antonio yang bermukim di Myanmar)  , Kamalius , Jamalus , Martunus dlsb , tapi saya yakin nama – nama yang saya sebut itu adalah orang Minang dan pasti beragama Islam , apakah ini juga merupakan psikologis penyembunyian diri ? wallahualam .
 
Wassalam : zul amry piliang ( 60 th + ) di Jimbaran Bali .


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

Dr.Saafroedin BAHAR

unread,
Feb 20, 2008, 8:28:09 AM2/20/08
to Rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum w.w. Sanak Zul Amry Piliang dan para sanak sa palanta,

Nampaknya memang ada bermacam-macam penjelasan terhadap aneka ragamnya nama orang Minangkabau ini. Buat sementara kita catat saja dulu sebagai DIM 10. Nanti kita dalami lebih lanjut.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 70+6+10, Jakarta)
'Ya Allah, tunjukilah selalu aku jalan yang lurus dan Engkau ridhoi'
'Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya'
'Taqdir di tangan Allah swt, Nasib di tangan Manusia'
'Puji syukur aku sampaikan pada-Mu ya Allah, atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan keluargaku'.
'Mari berlomba berbuat kebaikan'
'Setiap manusia adalah baik, sampai terbukti sebaliknya'
'Jangan pernah berhutang dan jangan mudah berpiutang'


--- On Wed, 2/20/08, zul amri <amry...@yahoo.com> wrote:
From: zul amri <amry...@yahoo.com>
Subject: [R@ntau-Net] Re: DIM 10: NAMA ORANG MINANGKABAU
To: Rant...@googlegroups.com
Date: Wednesday, February 20, 2008, 10:31 AM

Pak Saaf dan sanak palanta yth :

Apa lah artimya sebuah nama , begitu pernah dikatakan  oleh Shakespeare , nama seseorang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap perilaku dan perjalanan hidup.
Dr Azyumardi Azra M.A pernah menulis dalam sebuah kata sambutan mengiringi terbitnya buku Bpk Saafroedin Bahar yang berjudul : Masih Ada Harapan , tentang orang-orang Minang  pasca pemberontakan PRRI yang seolah - olah malu untuk menunjukkan  identitasnya  , maka orang tuapun memberikan nama  yang aneh aneh untuk putra putrinya  yang sering sipemberi nama sendiri  tak tahu apa arti nama itu  
Ada orang Minang yang bernama  Kardinal , Edward , Ronald , Bob , Geofanni, Antonio dan seterusnya , dan tak sedikit pula yang memakai nama yang ke Jawa-Jawa an . Nama-nama  Islam , atau nama - nama antik  Minang  seperti : Lenggogeni , Andam Dewi , Reno Pinang , Rambun Julai , Yusran , Yursal , Syahril , Yusril dan semacamnya terkalimbun dan hilang dari pasaran .
Dr Azumardi Azra menyebutnya  sebagai gejala psikologis penyembunyian diri ( self- concealment ) dan agaknya merupakan  semacam "escapism" atau psyhchology of the losers , psikologi pecundang ( orang - orang yang kalah ) yang kelihatannya terus menghinggapi orang - orang Minang sampai kini  .
Namun demikian tak seluruhnya  alasan diatas dapat diterima , karena jauh sebelum PRRI , sudah ada juga  orang - orang Minang yang memakai nama yang kalau diperhatikan sepintas tidak menggambarkan keminangan dan Islami seperti nama  Marthias Dusky Pandoe , Carl Chaerul ( Ayahanda Sdr. Dino Antonio yang bermukim di Myanmar)  , Kamalius , Jamalus , Martunus dlsb , tapi saya yakin nama - nama yang saya sebut itu adalah orang Minang dan pasti beragama Islam , apakah ini juga merupakan psikologis penyembunyian diri ? wallahualam .
 
Wassalam : zul amry piliang ( 60 th + ) di Jimbaran Bali .


Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages