Rangkaian diskusi buku Tuanku Rao di Sumatera Utara dan di Jakarta
Buku yang ditulis oleh Mangaradja Onggang Parlindungan Siregar berjudul “Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao, Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak”, diterbitkan oleh Penerbit Tanjung Pengharapan, Jakarta tahun 1964, telah memicu
reaksi keras dari beberapa kalangan, termasuk dari HAMKA. Buku Tuanku Rao mengisahkan a.l. agresi tentara Padri ke Tanah Batak, terutama ke Tapanuli Selatan dan mengislamkan seluruh Tapanuli Selatan dengan kekerasan.
Buku yang ditulis Prof. Slamet Mulyana mengenai runtuhnya Kerajaan Hindu dan Munculnya Kerajaan Islam, yang banyak mengutip buku Tuanku Rao, oleh pemerintah Orde Baru dilarang untuk diedarkan.
Setelah 43 tahun, para ahli waris MO Parlindungan memberikan izin kepada Penerbit LkiS untuk menerbitkan kembali buku tersebut –sesuai dengan aslinya- tanpa merubah apapun, temasuk penulisan yang masih menggunakan ejaan lama.
Sama seperti pada penerbitan pertama, cetakan ulang yang diluncurkan bulan Juli 2007 juga memicu berbagai reaksi. Dari pihak Batak, ada yang mengusulkan agar gelar ‘Pahlawan Nasional’ yang diberikan kepada Tuanku Imam Bonjol dicabut kembali, karena ternyata dia tidak hanya berperang melawan Belanda, melainkan juga melakukan agresi ke Tanah Batak. Di lain pihak, berbagai sanggahan terhadap buku Tuanku Rao pun muncul.
Di alam yang demokratis seperti sekarang, orang bebas mengemukakan pandangan, pendapat atau sanggahan.
Misalnya mengenai Perang Bubat yang terjadi tahun 1357, yang menjadi akar permasalahan antara etnis Sunda dengan etnis Jawa. Dalam perang Bubat, Raja Pasundan tewas di tangan Gajah Mada, Mahapatih Kerajaan Majapahit. Kemudian putri Raja Pasundan, Diah
Pitaloka Citrasemi bunuh diri. Banyak kalangan Jawa menyatakan bahwa Perang Bubat itu tidak pernah ada. Namun kenyataannya, di kota-kota di Jawa Barat seperti Bandung, Bogor atau Sukabumi, tidak ada nama jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk atau Majapahit.
Demikian juga dengan beberapa peristiwa lain, seperti ‘Serangan Umum 1 Maret 1949’ dan ‘Tragedi Nasional 1965’, terdapat beberapa versi yang sangat berbeda.
Baik buku Tuanku Rao, demikian juga buku-buku yang ditulis untuk membantah buku Tuanku Rao, semuanya tidak memiliki dokumen autentik yang dapat digunakan sebagai referensi akademis, dan hanya berdasarkan kisah yang disampaikan secara lisan, sebagai oral history.
Dengan demikian, tidak ada pihak yang berhak mengklaim, bahwa versinyalah yang paling benar.
Semua itu hanya dapat menjadi masukan, sebagai bahan pertimbangan, dan kesimpulannya diserahkan kepada pembaca atau publikum, untuk menilai sendiri berdasarkan nalarnya, versi masa yang paling mendekati kebenaran.
Sehubungan dengan ini, sebagai kelanjutan dari beberapa diskusi pada bulan Juli di Aula Depdiknas, Senayan, Jakarta dan Agustus di Media Center, Jl. Kebon Sirih, Jakarta, di Sumatera akan diselenggarakan rangkaian diskusi mengenai ‘Hikayat Tuanku Rao dan Kilas Balik Perang Padri.’
NARA SUMBER:
Dr Robert S Sibarani - Universitas Dharma Agung - Medan
Dr Ichwan Azhari, PUSSIS (Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial), Universitas Negeri Medan
Indera Nababan – Centre Information for Migran Workers - Jakarta
Batara Hutagalung – Jakarta
Ahmad Fikri - LKiS - Jogjakarta
Amir Husin Daulay – SA ROHA Foundation Jakarta
Muh Saleh Isre – LkiS – Jakarta
MEDAN
Sabtu 24 Nopember 2007
mulai 09.00 wib
di Aula Kampus Universitas Darmaga Agung
Jalan TD Pardede no 21
Contact Person:
Indera Nababan
08111486753
SIANTAR
Senin 26 Nopember 2007
mulai 14.00wib
di PLOt (Pusat Latihan Opera)
Jalan Lingga no 1
Pematang Siantar
Contact Person:
Dame Ambarita
0811603570
SIDIMPUAN
Rabu 28
Nopember 2007
Mulai 14.00wib
di Kafe REHAN
Padang Sidimpuan
Contact Person:
Ludfan Nasution
081361061419
PANYABUNGAN
Kamis 29 Nopember 2007
Mulai 14.00wib
Di Kafe FIRDAUS
Panyabungan
Contact Person:
Ludfan Nasution
081361061419
Pada bulan Januari juga akan diselenggarakan diskusi mengenai ‘Sejarah Perang Paderi, 1803 – 1837: Perspektif Sosial Budaya, Sosial Psikologis dan Agama’, yang akan dilaksanakan di Arsip Nasional RI, Jl. Ampera Raya, Cilandak, Jakarta Selatan. (Tanggal akan ditentukan kemudian).
Tujuan diskusi ini a.l. untuk merespons tuntutan kalangan yang menghendaki pencabutan gelar ‘Pahlawan nasional’ yang diberikan kepada Imam Bonjol. Selain itu juga untuk memenuhi keinginan dalam masyarakat dewasa ini untuk mengetahui ajaran Islam yang sebenarnya mengenai cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam.
Batara R. Hutagalung
=============================================
Ringkasan:
Tuanku Rao. Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak
Perang Paderi (Ada yang berpendapat kata itu berasal dari Pidari, dan ada yang berpendapat kata Paderi berasal dari kata Padre, bahasa Portugis, yang artinya pendeta, dalam hal ini adalah ulama) di Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Sisa-sisa budaya Hindu yang masih ada misalnya sistem matrilineal (garis ibu), yang mirip dengan yang terdapat di India hingga sekarang. Masuknya agama Islam ke Sumatera Utara dan Timur, juga awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina.
Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum
ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833.
Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 - 1820 dan kemudian mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam …
Judul Buku:
Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao. Teror Agama Islam
Mazhab Hambali Di Tanah Batak.
Penulis: Mangaradja Onggang Parlindungan
Editor: Ahmad Fikri A.F.
Penerbit: LKiS, Jogjakarta
Cetakan I, Juni 2007
Isi buku: iv + 691 halaman-Hardcover
Harga: Rp 135.000