1) 100 SM – 400 M, Periode kedatangan bangsa bangsa imigran utamanya dari Pesisir Persia Selatan (Gujarat), India Selatan (Langkapuri), India Barat Laut (Cambay-Malabar), Siam (Thailand) dan Champa (Kamboja). Hal ini dipicu dengan ditemukannya emas di Sumatera Tengah dan posisi strategis pantai barat Sumatera dalam Jalur Emas dan Jalur Sutera.
2) 400 M – 1000 M, Periode kejayaan kerajaan-kerajaan India Selatan yang memicu migrasi gelombang kedua. Imigran kali ini datang dari India Timur seperti Tamil dan sekitarnya. Pantai barat Sumatera dikuasai kerajaan-kerajaan besar yang berpusat di India Timur.
3) 1000 M – 1200 M, Periode Minangkabau Timur, konsensus dengan Kerajaan Melayu Tua Dharmasraya di hulu Batang Hari Jambi. Integrasi kebudayaan Melayu Jambi kedalam Minangkabau Kuno. Disini diprediksi sebagai awal dari Melayunisasi terhadap bahasa yang dipakai kaum Minangkabau awal yang sebenarnya adalah para imigran. Inilah cikal bakal Bahasa Minang klasik. Bahasa Melayu bangkit sebagai Lingua Franca perdagangan di Kepulauan Nusantara.
4) 1200 M – 1400 M, Periode Invasi Kebudayaan Jawa ditandai dengan Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singasari. Serbuan-serbuan dilanjutkan oleh Majapahit kemudian. Sebagai akhir dari periode ini adalah berdirinya Kerajaan Pagaruyung dengan Adityawarman sebagai raja terbesar. Pada masa ini Kerajaan Pagaruyung Minangkabau menguasai Sumatera Tengah, Pantai Barat Sumatera Tengah dan Kawasan Hulu sungai-sungai besar yang mengalir ke Selat Malaka. Adityawarman berbapak bangsawan Singasari dan beribu bangsawan Dharmasraya. Periode Pagaruyung adalah periode multikulturalisme dengan 3 komponen utama yaitu Penduduk Minangkabau Awal (Imigran dari India Selatan, Persia, Siam dan Champa), Penduduk Dharmasraya dan Penguasa keturunan Jawa. Inilah cikal bakal masyarakat Minangkabau Modern. Pada masa ini Bahasa Minang masih belum resmi digunakan, terbukti dengan prasasti yang ditulis dalam 2 bahasa, yaitu Bahasa Sansekerta mewakili Dharmasraya dan Keturunan Jawa Singasari dan Bahasa India Selatan / Tamil mewakili bahasa yang digunakan para penduduk imigran.
5) 1400 M – 1600 M, Periode Kegelapan sejarah. Diawali dengan huru-hara antara pendukung Pemerintahan Nagari dan pihak Kerajaan Pagaruyung yang diakhiri dengan terbunuhnya sebagian besar pewaris Kerajaan Pagaruyung berdarah Jawa dalam pertempuran Saruaso. Periode ini juga merupakan awal dimulainya consensus finalisasi adat (undang-undang) Minangkabau dalam artian dianggap sudah sempurna dan tidak boleh diubah lagi. Periode ini juga diyakini sebagai awal mula konsensus penggunaan bahasa lisan dengan pelarangan pemakaian tulisan dan penghancuran prasasti-prasasti dan dokumen-dokumen lainnya. Tidak diketahui alasan dari konsensus ini.
6) 1600 M – 1800 M, Pantai Barat Minangkabau dianeksasi oleh Kerajaan Aceh Darussalam. Berkembang pengajaran Syiah secara meluas. Pada periode ini berkembang Bandar Pariaman sebagai kota pelabuhan pengekspor emas dari pedalaman Minangkabau. Seorang petualang Portugis dari Malaka juga sempat memasuki pedalaman Minangkabau dan menceritakan betapa kayanya penduduk pedalaman yang hidup bergelimang emas. Laporan ini juga mengabarkan bahwa teknik pertanian di pedalaman Minangkabau sudah sangat maju untuk ukuran zaman itu. Ini adalah satu-satunya laporan dari pedalaman Minangkabau untuk periode ini. Total dalam periode 1400 M – 1800 M, pedalaman Minangkabau berada dalam kegelapan sejarah.
7) 1800 M – 1900 M, Periode Revolusi Agama dan awal persentuhan dengan kolonialisme Belanda. Diawali dengan kepulangan 3 orang haji dari Tanah Hejaz yang sedang bergolak menentang pemerintahan Turki Usmani. Salah seorang dari ketiga haji ini yang sempat belajar militer karena menjadi anggota Kavaleri Jatnisar Turki ini membawa pulang faham Wahabbi ke Minangkabau dengan tujuan melakukan pembersihan terhadap ajaran Syiah yang saat itu menjadi agama mayoritas penduduk. Revolusi berdarah ini berujung dengan ikut campurnya Belanda dalam Perang Paderi yang berakhir tahun 1825. Kaum Adat yang berpusat di Batipuh dan Tanah Datar terpaksa melibatkan Belanda karena 2 dari 3 wilayah inti Minangkabau yaitu Luhak Agam dan Luhak Limapuluh telah jatuh kedalam pemerintahan Kerajaan Islam Minangkabau yang berpusat di Bonjol. Huru-hara pasca Perang Paderi ini berakhir sekitar tahun 1900 ditandai dengan Perang Kamang atau Pemberontakan Belasting.
8 ) 1900 M – 1950 M, Periode Reformasi Agama ditandai dengan kembalinya Haji Rasul murid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dari Mekkah. Berkembangnya mazhab Syafii di Minangkabau dan munculnya kaum intelektual didikan Belanda. Seterusnya terbentuknya organisasi-organisasi pergerakan berbasis agama seperti Muhammadiyah dan partai-partai politik. Periode ini adalah periode yang sangat dinamis diantaranya diwarnai oleh peristiwa-peristiwa seputar revolusi dan perang kemerdekaan, termasuk didalamnya Agresi Militer Belanda dan periode PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia)
9) 1950 M – 1966 M, Periode Kekacauan Politik, diawali dengan ketegangan pusat dan daerah yang berpusat di Sumatera Tengah. Mencapai puncaknya pada peristiwa perang saudara PRRI yang meluluhlantakkan Ranah Minang secara fisik dan penduduknya secara mental. Antiklimaks periode ini adalah peristiwa G30S/PKI.
10) 1966 M – 1998 M, Orde Baru. Periode ini diingat sebagai periode pemaksaan kehendak penguasa terutama tentang penyeragaman sistem pemerintahan terendah di Indonesia dengan menerapkan sistem pemerintahan desa. Pada periode inilah Nagari sebagai sendi terpenting kebudayaan Minangkabau dihancurkan dan dikonversi menjadi kotak-kotak administrasi tanpa arti.
11) 1998 M – Sekarang, Reformasi. Revitalisasi dan Reinterpretasi kebudayaan menjadi topik yang hangat dibicarakan. Nagari kembali dihidupkan namun kali ini dengan Trias Politica sebagai nyawanya. Keterwakilan Anak Nagari dalam Parlemen Nagari merupakan eksperimen baru yang sedang diujicobakan. Diluar itu gerakan pemuda dan kaum intelektual kampus yang membawa paham Ikhwanul Muslimin lewat PKS mulai memberi warna baru dalam masyarakat yang secara tradisional adalah warga Muhammadiyah. Penerapan perda-perda syariat dijadikan aksi massal sebagai penterjemahan reformasi ala Minangkabau. Sementara itu pemuda-pemudanya semakin lupa dan asing dengan akar sejarahnya.
Batanyo ciek, da Zulfadli
Apokah niniak muyang urang awak, urang Minang ko datang katiko Pulau Sumatra alah babantuk sarupo kini atau katiko pulau Sumatra masih babantuk ‘pulau paco’ nan pulau2nyo marupokan tonjolan2 gunuang ka parmukaan lawik misalnyo gunuang Marapi jo Singgalang dll?
Kalau dikatokan niniak muyang datang katiko P. Sumatra lah sarupo kini (babantuk pulau gadang dan panjang), tantu mereka mandaraik di pantai barat atau pantai timur pulau Sumatra. Tantu paradaban niniak muyang nan partamo tabangun adolah di daerah Pasisie/pantai, bisa jadi Pasisie pariaman, Pasisie padang, Pasisie pasaman, Pasisie selatan (Indropuro) atau bisa jadi Pasisie timur pulau Sumatra.
Tapi baa kok paradaban minangkabau tabantuak dan tabangun di tanah luhak nan tigo nan talatak di saedaran gunuang marapi, nan disabuik pulo sbg ‘darek’? dan baa kok luhak disabuik sabagai ‘darek’ sampai kini?
Mohon sharing ilimu jo pancerahannya, Da Zul
Salam kenal
Roni, Batam, 30-
Malin Marajo
NB :
Paco = cabik2 kain siso pangguntingan tukang jahik.
Saya telah membaca, men-'download', dan mem-'print' 'posting' periodisasi sejarah Minangkabau yang ditulis oleh bung Zulfadli serta rinciannya. Saya sungguh terkesan atas kesungguhan bung Zulfadli untuk menekuni siapa orang Minang, apa isi tambo dan bagaimana cara memahaminya secara kritis, dan saran-saran bagi orang Minang masa kini.
Saya merasa ulasan beliau ini masuk akal, dan dapat diterima. Izinkan saya menyarankan, agar selain dimasukkan ke dalam 'blog' pribadi, juga dapatnya dicetak dan disebarkan kepada publik. Juga baik untuk memberi masukan kepada generasi muda tentang apa itu Minangkabau -- dengan meminjam istilah Bung Hatta -- baik dalam 'Dichtung' maupun dalam 'Wahrheit' .
Untuk bung Zulfadli saya ucapkan terima kasih.
Wassalam,
Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
--- On Thu, 10/15/09, Zulfadli <fadl...@gmail.com> wrote:
> From: Zulfadli <fadl...@gmail.com>
> Subject: [R@ntau-Net] Periode Sejarah Minangkabau
> To: rant...@googlegroups.com
> Date: Thursday, October 15, 2009, 11:04 PM
> 1)
> 100
> SM – 400 M, Periode kedatangan bangsa bangsa imigran
> utamanya dari
--- dikarek ---
Tks postingannya Uda... Tapi ada satu missing link yang tidak ketemu disini. Bagaimana penjelasan tentang menhir-mehir megalitik yang ada di daerah Mahat - Kab. 50 Kota. tks Bot Sosani Piliang Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream www.botsosani.wordpress.com Hp. 08123885300 --- On Thu, 10/15/09, dody osmon <dodyta...@yahoo.com> wrote: |
|
________________________________________
Dari: Sudirman Saad <sudirm...@yahoo.com>
Kepada: Program_Kemi...@yahoogroups.com
Terkirim: Jum, 2 Oktober, 2009 08:20:25
Judul: [Program_Kemitraan_Bahari] Gempa Sumbar
Jumat, 02/10/2009 07:33 WIB (DETIK.com)
Cerita Korban Gempa Sumbar
Sembunyi di Bawah Meja, Dwi Terjebak Reruntuhan Hotel Ambacang
Padang - Ada cerita mengharukan dituturkan korban selamat dalam musibah Gempa 7,6 SR di Sumatera Barat oleh Dwi Budiarto, seorang pejabat Departemen Kelautan Dan Perikanan. Mulai berlindung di bawah meja saat gempa, hingga perjuangannya menyelamatkan diri sendiri selama dua jam dari reruntuhan Hotel Ambacang.
"Saya ketika gempa itu dalam kamar dan untungnya berlindung di bawah meja yang ada TV-nya," cerita Dwi saat ditemui detikcom di RS Jamil, Padang, Kamis (1/10/2009) malam. Dwi menceritakan, keberadaan dirinya di hotel tersebut lantaran sedang mengisi sebuah seminar. Seharusnya, pukul 16.00 WIB sore seharusnya dia memebrikan pelatihan hingga pukul 18.00 WIB di ruang seminar di lantai 2 hotel lawas tersebut. "Tapi tiba-tiba panitia membatalkannya karena molor, jadi saya dijadwalkan lagi sehabis maghrib baru memberikan materi. Akhirnya saya kembali ke kamar nomor 338 yang terletak di lantai 3," cerita Dwi. Nah, saat berada di kamar itulah tiba-tiba terjadi gempa yang dahsyat. Dwi menyaksikan sendiri ruangan yang dia tempati amblas, namun untungnya reruntuhan beton membentuk garis miring, tidak langsung amblas.
"Bangunan ambruk posisinya miring untungnya. Saya berusaha keluar, dorong-dorong setiap beton sendiri dari pukul 17.00 WIB baru bisa keluar pukul 19.00 WIB," ujar pria paruh baya ini. "Setelah pukul 19.00 WIB saya menemukan cahaya kecil yang bisa membuat saya keluar. Saya bisa keluar dan meminta pertolongan, " imbuhnya.
Namun Dwi prihatin, rekan kerjanya sesama pejabat DKP dari Jakarta yang menginap di kamar sebelahnya, Azrina, belum diketahui nasibnya hingga sekarang. "Saya khawatir tidak bisa diselamatkan karena posisi jatuhnya tembok di kamarnya Bu Azrina itu vertikal, dan saya nggak yakin beliau bisa mendorong batang beton seberat kemarin," sesal Dwi sembari berharap Azrina masih bisa diselamatkan.
Dwi menambahkan, ada 30 peserta dalam seminar yang diisi oleh Dwi. Yang berhasil dievakuasi berjumlah 12 orang. Dari 12 tersebut yang hidup 2 cuma orang. "Dan tambah saya," pungkasnya.
(anw/anw)
Lautan Sati Rantau Batuah Sutan Palito Alam 38 th
> -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
>
>
>
>
Bicara periodesasi, babarapo hal nan selalu manjadi tando tanyo di ambo,
* Bilo sawah-sawah ko ditaruko?
* Bilo rumah adat bagonjong diintodusir?
* Bilo pepatah-petitih dan pasambahan kato dikembangkan?
wassalam,
-adyan
Roni, 30-, guci
syaf...@mkpi.panasonic.co.id -- +207969 -- Panasonic Shikoku
Electronics Batam --Indonesia
-----Original Message-----
From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On
Behalf Of Adyan
Sent: Friday, October 16, 2009 4:08 PM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Re: Periode Sejarah Minangkabau
Kalau manuruik tukang rabab Pariaman mah:
Alun ba-Sunua-Kurai Taji,
Alun ba-Sintuak-Lubuak Aluang,
Alun ba-Toboh Pakandangan
............
namun carito ko alah (ado) juo....
Salam,
|
|
Pak Lies
Manarik pulo tantang rabab ko. Sabananyo asanyo dari Pasisie atau Pariaman? Soalnyo urang2 manyabuik ‘rabab pasisie’. Baru sakali ko kito mandanga ado ‘rabab pariaman’.
Mohon pancerahannyo.
mokasih
Regards
Roni, 30-, guci tanjuang
syaf...@mkpi.panasonic.co.id -- +207969 -- Panasonic Shikoku Electronics Batam --Indonesia
From: rant...@googlegroups.com
[mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf
Of Lies Suryadi
Sent: Friday, October 16, 2009
4:18 PM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Re:
Periode Sejarah Minangkabau
A. Sutan Mancayo
Lies Suryadi wrote:
> Kalau manuruik tukang /rabab/ /Pariaman/ mah:
>
> Alun ba-Sunua-Kurai Taji,
> Alun ba-Sintuak-Lubuak Aluang,
> Alun ba-Toboh Pakandangan
> ............
> namun carito ko alah (ado) juo....
>
> Salam,
> Suryadi
>
> --- Pada *Jum, 16/10/09, Syafroni (Engineering)
> /<syaf...@mkpi.panasonic.co.id>/* menulis:
>
>
Memang Rabab Pasisie lebih terkenal. Saya juga tidak tahu mana yang lebih dahulu rabab pasisie atau rabab piaman. Yang pasti di Pariaman terdapat Rabab yang bentuknya berbeda dengan rabab pasisie. Kalao Rabab Pasisia adalah sejenis biola yang digesek vertikal, Rabab Piaman lebih klasik dan sederhana bentuknya/ Rabab Piaman di buat dari batok kelapa dengan senar-senar bulu. Namun caru melagukan dan cengkok2nya nyaris sama salam |
Bot Sosani Piliang Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream www.botsosani.wordpress.com Hp. 08123885300 |
--- On Fri, 10/16/09, Syafroni (Engineering) <syaf...@mkpi.panasonic.co.id> wrote: |
Andiko,
Iko konsep nan paralu digali mah. Apo bana mukasuik urang Minang dengan istilah "sabalun alun barabalun" ko? Apo mukasuiknyo SABALUN MASEHI atau sabalun TAHUN NOL?
Salam,
|
|
|
--- Pada Jum, 16/10/09, andikoGmail <andi....@gmail.com> menulis: |
|
|
|
Pak Syafroni,
Rabab Pasisia kabanyo kaba modern, saumpamo "Kajadian di Batipuah Padang Panjang". Alaik musiknyo rabab nan babantuak biola. Kalau rabab Pariaman kaba nan dibaokan biasonyo kaba klasik, saumpamo "Gombang Patuanan" atau "Sutan Binu Alim". Alaik musiknyo rabab galuak (badannyo dari tampuruang karambia).
Salam,
Suryadi |
|
|
|
Jiko Pak Syaf ingin ikuik ma lobby KITLV, kantuanyo ado di Jakarta di
dakek Prapanca. Kabetulan tahun lalu ambo masih manjadi anggota
perpustakaannyo.
Salam
andiko
Silakan menghubungi Direktur KITLV Jakarta, Dr. Roger Tol. Alamat emailnyo: <t...@kitlv.nl>,
Salam,
|
|
Dear Pak Lies, Pak Bot dan sanak sapalanta..
Tarimo kasih ateh keterangannyo. Jadi batambah pulo pangatahuan kito. Ambo baru tahu bahaso ado pulo Rabab Pariaman, nan alaik musiknyo barupo rabab galuak/tampuruang karambia. Ambo alun panah mancaliak nan sarupo itu lai.
Ambo tahunyo nan dari pariaman tu yaitu ”Badikia”.
Kalau Rabab Pasisie yang ambo tahu curitonyo ado nan bajudul ”Sutan Palembang” dan ”Cindua Mato”. Dulu banyak urang nan punyo kaset curitonyo. Kaduo kaba tu kaset sampai bajumlah puluhan buah.
Ambo dak tahu apokah ado urang nan alah mandokumentasikan sacaro tatulis kaba dari Rabab tu (mis. Sutan Palembang). Dan Sutan Palembang nan dicaritoan disiko kiro2 mukasuiknyo ado dak Apak2 nan tahu, sia kok sabananyo baliau ko.
Diantaro tukang rabab/biola nan ambo tahu :
Roni, 30-
Pariaman memang mampunyai daerah Pasisie juo. Malah dulu Pariaman punyo
wilayah sampai ka kepulauan Mentawai jo Pagai kan...
Tapi nan lazim disabuik urang sbg Pasisie tu kan Pasisie Selatan
(walaupun kini ado kaba Pessel akan dimekarkan jadi 2 : Pessel & Kab.
Ranah Indo Jati)
Thank you
Regards
Roni
syaf...@mkpi.panasonic.co.id -- +207969 -- Panasonic Shikoku
Electronics Batam --Indonesia
-----Original Message-----
From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On
Behalf Of Syafrinal Syarien
Sent: Monday, October 19, 2009 2:32 PM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Re: Rabab dari pasisie atau dari pariaman?
Sanak Zulfadli.
Saya menghargai usaha yang dilakukan untuk menyusun dan mengumpulkan historiografi Minangkabau yang dilakukan. Bilamana dapat agar disesuaikan juga dengan ketentuan ilmiah, sehingga bahan yang dikumpulkan dapat menjadi rujukan ilmiah. Beberapa hal dapat ditambahkan seperti sumber asli rujukan, argumentasi metode, dll.
Ada satu referensi penting yang dapat dipelajari, yaitu buku Peter Burke, "Sejarah dan Teori Sosial", alih bahasa Mestika Zed dan Zulfami, Penerbit Obor, 2003. Dalam buku tersebut dapat dilihat sejumlah latar belakang penulisan historiografi, serta gaya-gaya yang berkembang hingga saat ini. Ada satu gaya, yaitu tipikal feodalistik atau sejarah politik ala Ranke yang selama ini menggelayuti sejarawan; padahal saya berpandangan kalau pendekatan seperti itu kurang cocok untuk kondisi Minangkabau.
Saya akan coba tanggapi beberapa uraian yang sudah sanak sampaikan, sebagai bahan evaluasi saja. Wassalam,
-datuk endang
|
Beste Andiko,
Oh....apo namo kesenian tu? Menaik pulo tu untuak diliek jo di danga. Mungkin ado infonyo di Mak Google?
Salam,
|
|
Tarimo kasih banyak Andiko,
Iyo saroman, tapi indak samo bana. Oh...iko foto di museum yo? Apo Andiko juo maliek pertunjukannyo?
Salam,
|
Angku, mamak, bundo sarato dunsanak sapalanta RN nan ambo muliakan.
Kiro-kiro 2 tahun nan lalu ambo mambuek posting tentang Periode
Sejarah Minangkabau, nan pado waktu itu sabananyo baru kisi-kisi atau
guideline dari rencana penelitian ambo nan ambo agiah topik "Artefak
Non Tulisan Pada Kebudayaan Minangkabau".
Waktu itu ambo indak mamareso baliak apakah ado balasan dari para
dunsanak di palanta ko. Barulah duo hari nan lalu ko ambo tahu kironyo
ado response dari angku-angku, mamak-mamak dan uda-uda di palanta ko.
Ambo ucapkan tarimokasih pado Pak Saafroedin Bahar, Uda Syafroni,
Mamak Bot Sosani Piliang, Uda Andiko dan Uda Suryadi di Leiden.
Sekaligus ambo mintak maaf sebesar-besarnya karano indak mambaleh
pertanyaan lanjutan dari dunsanak.
Penelitian kecil-kecilan masih bajalan, walaupun progressnyo agak
lambek dek karano kesibukan sebagai kuli telekomunikasi. Selain itu
dalam 2 tahun terakhir ambo mangaja target 1000 lagu di situs Lagu
Minang Lamo.
Dalam perkembangannyo banyak pulo kesimpulan-kesimpulan nan berubah
maupun temuan-temuan baru. Tulisan tentang Periode Sejarah Minangkabau
nan ambo buek 2 tahun nan lalu ternyata masih teramat kasar dan miskin
data. Ambo jadi malu surang kutiko ado nan mananggapi, terutama malu
samo Uda Suryadi nan punyo segudang data di Leiden nan jauah di mato.
Sadangkan ambo hanyo mengandalkan Wikipedia dan Google Maps Terrain
untuak mangunjungi daerah-daerah nan jauah di mato, sarato saketek-
saketek baraja bahasa Sansekerta.
Kini penelitian ambo memfokuskan hanya pada rentang awal kedatangan
nenek moyang Minangkabau sampai berdirinyo Kerajaan Malayapura (bukan
Pagaruyung). Periode ikolah nan paliang gelap dan indak maninggakan
catatan sejarah berbentuk tulisan. Ambo raso pasca Malayapura sampai
abad ke 20 lah banyak sumber-sumber naskah, baik nan alah ditemukan
maupun nan balun. Uda Suryadi dengan Ilmu Filologi nyo tantu lah
berkecimpung di periode iko.
Sampai kini ambo baru fokus pado 9 artefak non tulisan :
1. Sistem Matrilineal
2. Sistem Konfederasi Nagari dan Polis State (Warisan Kitab Undang nan
ditarimo Sri Maharajo Dirajo)
3. Ukiran Minangkabau (Motif dan Pantun Pelengkap) dan Seni Budha
Yunani (Hellenisme)
4. Gunung Marapi dan Konsep Agama Hindu tentang Gunung Meru yang
dikelilingi 7 lautan dan Benua Jambhudwipa
5. Bukit Batu Patah dan kesaksian Rajendra Chola dalam Prasasti
Tanjore (Malayu = Bukit dalam Sansekerta)
6. Soal Bangsa Sakawak, Bangsa Cateri dan Bangsa Hindustan dalam Tambo
7. Nama-nama asal Nagari dalam Bahasa Sansekerta, perubahan lafal dari
Sansekerta menjadi Baso Minang
8. Soal Amanat Tiga Datuk dan Falsafah yang dianut mereka.
9. Soal Kebesaran Luhak Nan Tigo : Tanah Datar (Kerajaan : Rajo Tigo
Selo Basa Ampek Balai, Langgam Nan Tujuah), Agam (Parik Paga :
Pertahanan, Palimo dan Kependekaran), Limapuluh Kota (Penghulu :
Kerapatan, Dewan dan Demokrasi).
Selain itu ado penelitian kecil soal :
1. Kenapa Luhak Agam dan Luhak Limopuluah ko bergabung lebih dahulu
dengan Paderi. Adakah ini resistensi terhadap Kebesaran Luhak Tanah
Data.
2. Benarkah Kerajaan Pagaruyung adalah pewaris dari Kerajaan
Malayapura? Benarkah Kerajaan Malayapura berintegrasi dengan sistem
aristokrasi Koto Piliang dalam lembaga Rajo Tigo Selo.
Saya sudah mempublikasi tulisan nomor 1, 2 dan 3 di Mozaik Minang,
sedangkan sisanya akan saya publish belakangan.
Saya juga sedikit kaget ketika ada orang (Amir Sjarifoedin Tj A) yang
telah menulis buku dengan judul "Minangkabau: Dari Dinasti Iskandar
Zulkarnain Sampai Tuanku Imam Bonjol", yang resensinya ditulis di :
http://bumnwatch.com/resensi-buku-mengupas-misteri-minangkabau/
dimana teori-teorinya diambil dari tulisan-tulisan saya yang kemudian
diklaim sebagai hasil pemikiran penulis buku. Buku ini diterbitkan
oleh Penerbit Gria Media, 2011.
Harapan saya, penelitian-penelitian kecil ini dapat berguna bagi para
dunsanak di palanta dan orang Minang pada umumnya. Saya memang
meniatkan publikasi-publikasi ini dengan azas copyleft.
Demikian dahulu, mohon maaf atas segala kekurangan, dan silahkan
melihat-lihat ke blog saya di :
http://mozaikminang.wordpress.com/
Wassalamualaikum WR WB.
Zulfadli, Piliang, 28 thn, Cileungsi-Bogor
On Oct 15 2009, 9:56 pm, "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf10...@yahoo.com>
wrote:
> Assalamualaikum w.w. bung Zulfadli dan para sanak sapalanta,
>
> Saya telah membaca, men-'download', dan mem-'print' 'posting' periodisasi sejarah Minangkabau yang ditulis oleh bung Zulfadli serta rinciannya. Saya sungguh terkesan atas kesungguhan bung Zulfadli untuk menekuni siapa orang Minang, apa isi tambo dan bagaimana cara memahaminya secara kritis, dan saran-saran bagi orang Minang masa kini.
>
> Saya merasa ulasan beliau ini masuk akal, dan dapat diterima. Izinkan saya menyarankan, agar selain dimasukkan ke dalam 'blog' pribadi, juga dapatnya dicetak dan disebarkan kepada publik. Juga baik untuk memberi masukan kepada generasi muda tentang apa itu Minangkabau -- dengan meminjam istilah Bung Hatta -- baik dalam 'Dichtung' maupun dalam 'Wahrheit' .
>
> Untuk bung Zulfadli saya ucapkan terima kasih.
>
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
>
> --- On Thu, 10/15/09, Zulfadli <fadli...@gmail.com> wrote:
>
> > From: Zulfadli <fadli...@gmail.com>
> > Subject: [R@ntau-Net] Periode Sejarah Minangkabau
> > To: rant...@googlegroups.com
> > Date: Thursday, October 15, 2009, 11:04 PM
> > 1)
> > 100
> > SM – 400 M, Periode kedatangan bangsa bangsa imigran
> > utamanya dari
>
> --- dikarek ---
Dikirim dari iPad saya