Renjong dalam cool box Ko Diong Hoa yang masih segar itu ditandai masih ada yang bergerak liar japitnya begitu menggoda, pandangan pertama membuat otak berpikir " mmm sebaiknya makan malam kita dengan Renjong ini"
Pandangan kedua menatap lebih dalam lagi otak dipaksa berpikir keras "mau dimasa apa kepiting laut ini" dan keputusan saya bersama tiga orang teman dan para tamu dari Dinas Kehutan serempak berkata " Menu makan malam kita Sop Rwnjong"
Lalu kami pesan kepada Istri Pak Jojon (orang jawa) yang merupakan tokoh masyarakat sini dengan jabatan "ketua DPR desa" atau dikenal dengan ketua BPD (Badan Perwakilan Desa) tempat kami jika makan jika datang nertugas sini dalam ro$bongan yang banyak
Selepas magrib kami kumpul di ruang tengah rumah Pak Jojon duduk bersila, masing-masing kami dihidangkan sop panas Renjong yang segar dan nikmat, dari aroma dan rasa kaldunya. Udah terasa "nendang" nya, tanpa pikir panjang lagi kami asyik menyantap sop renjong ini begitu lahapnya, sigi sana sigi sini colek sana colek sini daging kepiting yang sangat terbatas baik didalam capit maupun dalam cangkangnya. Puas sigi menyigi tidak lupa menghisapnya bersama kuah dimangkok, setiap kerangka renjong yang tersisa kami lemparkan dalam wadah baskom yang diletakan di tengah
Nikmat memang serta mengabiskan waktu yang cukup lama mempreteli sop Renjong buatan istri Pak Jojon ini, tanpa terasa baskon yang ditengah telah penuh dengan kerangka Renjong berupa capit dan cangkang tang tidak bisa dimakan lagi
Ya malam ini kami pesta sop kepiting rajungan yang nikmat dan segar, selesai makan kami bersandar, biasa diam seribu bahasa karena nikmat dan kenyang, ada yang mengisap rokok, ada yang mengopi, ada yang minum teh es dan ada yang cukup menyandarkan lambung..oppss salah lagi maksud saya menyandarkan punggung ke dinding dan itu adalah saya sambi kaki diselonjorkan goyang-goyang
Kawan saya menawarkan sebatang rokok, tapi saya sekarang begitu gagah dan beraninya menolak, niat dan tekad saya begitu membaja "Berhenti merokok ..sebelum rokok tersebut memberhentikan napas saya...titik"
Masih satu malam lagi saya di Desa ini, sore besok tentu saya akan melongok lagi ke cool box Diong Hoa apa lagi tangkapan nelayan yang diantarkan ke warungnya, saya dan kawan saya sangat menginginkan bawal untuk di steam atau Siakap si lentek Hidong untuk dimasak oleh Ibu Jojon asam manis dengan potongan nanas
Tamat
Desa Titi Akar, 24 Maret 2010
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
renny.ancol
www.renisy.blogspot.com
> --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat
> lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan
> keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
>
> To unsubscribe from this group, send email to
> rantaunet+unsubscribegooglegroups.com or reply to this email with the words
> "REMOVE ME" as the subject.
>
|
Cerita itu hanya menunjukkan betapa umat Islam di Indonesia malah
didikte oleh orang kafir, berbeda dengan di masa Rasulullah
Shallallahu 'alayhi wa Salla yang memberikan keamanan kepada orang
kafir sepanjang mereka mengikuti ketentuan (jizyah, dll).
Sangat memalukan ketika orang kafir, yang minoritas, merayakan hari
raya mereka, lantas orang Islam ada yang ikut-ikutan mengucapkan
selamat, bahkan suasana di pelbagai tempat mengikuti hari raya itu.
Biarkanlah orang kafir merayakan hari raya mereka sepanjang tidak
mengganggu, namun jangan sampai kita turut terwarnai oleh mereka.
Billahit taufiq.
Wassalaamu'alaykum,
--
Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)
| Artikel yang menarik... Satu yang jadi pertanyaan saya, apakah pakaian jubah atau gamis seperti itu adalah pakaian Islam?? Atau timur tengah??? Atau sekedar unjuk eksistensi saja? Saya kira disinilah letak kekalahan pendakwah Islam dengan misionaris kristen. Saat ini, pendakwah Islam menempatkan local genious, budaya setempat sebagai musuh dan harus di basmi, di ganti dengan pola budaya yang mereka bawa (yang menurut saya tidak 100 % Islam, tapi lebih ke arah arabisasi, atau timur tengahisasi...:). Sedangkan kaum misionaris tak segan-segan melakukan studi sosiologi dan antropologi terhadap komunitas yang akan mereka masuki, melebur dan menjadikan local genious sebagai alat untuk menyebarkan paham keagamaan mereka. Mungkin ada yang tidak sependapat dengan saya, tapi mungkin perlu dikaji lagi seperti apa metode dakwah rasulullah sehingga bisa masuk ke struktur masyarakat Yahudi di Yastrib, atau Kekaisaran Kristen di Eithipia. Dan salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa, Sunan Kalijaga juga telah mencontohkan bagaimana ia menghargai local genious dan menjadikannya sebagai alat untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa. Dan Imam Bonjol pun diakhir perjuangannya pun juga kemudian bernegosiasi dengan adat Minangkabau sehingga terciptalah keharmonisan yang mampu melahirkan generasi Renaisance Indonesia di Alam Minangkabau. Seperti kasus diatas, mungkin lain ceritanya kalau para da'i tersebut tidak petantang petenteng berjubah/gamis ke lokasi pedalaman yang notabene mayoritas non muslim, atau tidak terbiasa dengan pekaian seperti itu. Toh tidak akan kurang keIslaman dan Keimanannya hanya gara-gara sementara mengganti jubah/gamis mereka dengan kemeja dan celana panjang kan..:) Salam Bot Sosani Piliang Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream www.botsosani.wordpress.com Hp. 08123885300 --- On Wed, 3/24/10, owen putra <owen23...@yahoo.co.id> wrote: |
|
Suai bana ambo jo Pak BSP ko mah.
Sabagian ’penyeru’ kadang suko labiah manonjolkan tampilan luar daripado ’yg didalam’
Labiah suko pakai baju gamih nan panjang2 tu, sarato sarawa diateh mato kaki, kaniang hitam bakeh ’sujuik’ dan penggunaan beberapa istilah arab dlm mangecek jo urang awam, sebutan ’ana’ pun lah barubah manjadi ’ana (pakai ’ain). Padahal itu kadang terkesan balabiah2an...
Apo salahnyo nan labiah ditonjolkan tu isi, bukan kulik. Misalnyo ’akhlah yg mulia’ (baso basi caro awak e), sarato ilmu nan mambumi sekaligus malangik, faham makrifat jo hakikat. Bukan samato mangajak urang manjalankan syariat tapi dak tahu apo hukimah dibaliak syariat tsb.
Mgkn itu sakatek ulehan dari ambo.
Mokasih dan maaf kl kurang bakanan.
Wassalam
Abu ’aisha, syafroni bin jamalus bin khatib josan bin khatib nuh (1399 H/1979 M)
http://lubukgambir.wordpress.com/
From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On Behalf Of Bot S Piliang
Sent: Thursday, March 25, 2010
9:14 AM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Orang
Kristen Teriaki Juru Dakwah “Jin Masuk Kampung”
| Artikel yang menarik... Satu yang jadi pertanyaan saya, apakah pakaian jubah atau gamis seperti itu adalah pakaian Islam?? Atau timur tengah??? Atau sekedar unjuk eksistensi saja? Saya kira disinilah letak kekalahan pendakwah Islam dengan misionaris kristen. Saat ini, pendakwah Islam menempatkan local genious, budaya setempat sebagai musuh dan harus di basmi, di ganti dengan pola budaya yang mereka bawa (yang menurut saya tidak 100 % Islam, tapi lebih ke arah arabisasi, atau timur tengahisasi...:). Sedangkan kaum misionaris tak segan-segan melakukan studi sosiologi dan antropologi terhadap komunitas yang akan mereka masuki, melebur dan menjadikan local genious sebagai alat untuk menyebarkan paham keagamaan mereka. Mungkin ada yang tidak sependapat dengan saya, tapi mungkin perlu dikaji lagi seperti apa metode dakwah rasulullah sehingga bisa masuk ke struktur masyarakat Yahudi di Yastrib, atau Kekaisaran Kristen di Eithipia. Dan salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa, Sunan Kalijaga juga telah mencontohkan bagaimana ia menghargai local genious dan menjadikannya sebagai alat untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa. Dan Imam Bonjol pun diakhir perjuangannya pun juga kemudian bernegosiasi dengan adat Minangkabau sehingga terciptalah keharmonisan yang mampu melahirkan generasi Renaisance Indonesia di Alam Minangkabau. Seperti kasus diatas, mungkin lain ceritanya kalau para da'i tersebut tidak petantang petenteng berjubah/gamis ke lokasi pedalaman yang notabene mayoritas non muslim, atau tidak terbiasa dengan pekaian seperti itu. Toh tidak akan kurang keIslaman dan Keimanannya hanya gara-gara sementara mengganti jubah/gamis mereka dengan kemeja dan celana panjang kan..:) Salam Bot Sosani Piliang Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream www.botsosani.wordpress.com Hp. 08123885300 |
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Kalo di siko rajungan ko dianggia jo ketam renjong, sebab ado ketam lain nan
namonyo ketam bakau jo ketam batu. Tampilan ketan renjong ko kalau alah
dipaguik api iyo manyalero bana, sirah manyalo atau orange kamek. Apopun
tampilannyo tatap lamak dimakan jiko nan si renjong masih iduik kutiko akan
di masak. Sebab kalo alah mati atau agiah es, dagiangnyo tu mudah bana
malunak kudian barubah jadi aia nan kahitam-hitaman. Baitu juo kalo renjong
nan iduik lah disiangi trus di masuakkan ka kulkas duluh, itupun citarasanyo
akan jauah babeda jo nan 'fresh from the ocean' ko.
Ambo pernah mahadiahkan kawan seekor ketam bakau saukuran 1,5 kg. lai tahan
iduiknyo sampai 3 hari dilatakkan di dalam carton box nan diagiah lubang2
ketek2. Tapi untuak ketam renjong ko, hanyo batahan 2 hari sajo sajak
diangkuik dari lauik, sudah tu lah bi tewas mereka tu. Mungkin ado nan alun
tau baa caro mandabiah ketam ko tanpa harus mamotongnyo. Biasonyo di nelayan
melayu di pulau2 disiko, diajaakannyo yaitu ambiak seperti tusuk gigi, trus
ado seperti cangkang segitigo di paruik si ketam ko. Tingga dibaco Bismillah
sambia ditusuak ujuang sagitigo tadi, katonyo pas di jantuangnyo. Sebab
untuak ukuran sedang ketam ko labiah lamak indak dipotong-potong lansuang di
kukus atau di sup sarupo nan Mak Jepe makan di tampek Koko tu.
Untuak menu kukus ko simple bana nyoh, ditumih sagalo nan banamo bawang ka
bawang trus agiah merica boleh putih boleh hitam, trus daun limau puruik.
Dikalincoan ka ketam renjong tadi trus siap dikukuih atau disteam.
Siapkanlah sambaladonyo apo se nan taragak hati. Ado nan terbaru ambo dapek
dari experient yaitu sambalado hijau baka. Lado hijau nan fresh dipanggang
di ateh baro atau roaster trus digiliang jo bawang merah fresh agiah parehan
asam sundai saketek jo garam salayang. Iyo bana bajujuik rasonyo, salain itu
indak neg makannyo karano indak ado campua tangan minyak di dalamnyo tu.
Di batam harago ketam renjong ukuran sedang 30 rb sakilo di pasa sbb tgn
partamo dari nelayan, tapi kalo lah masuak pujasera 75rb sekila hehe..
Oiyo Mak Jepe kalo lai luang ukatu, tolong tanyoan ka Koko tu baa caro
mamasak sup renjong yg disuwir dagiangnyo jo campuran asparagus, kuahnyo
agak bagalintin dek diagiah kanji agak no du. Biasonyo iko nan tahidang di
hotel-hotel babintang untuak jamuan makan malam.
Wassalam
Rina, 33, batam
-----Original Message-----
From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On
Behalf Of jupar...@yahoo.com
Sent: Wednesday, March 24, 2010 10:50 PM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Malam ini kita pesta Renjong (2) ..by : Jepe
Malam ini kita pesta Renjong (2)
by : Jepe
Renjong dalam cool box Ko Diong Hoa yang masih segar itu ditandai masih ada
yang bergerak liar japitnya begitu menggoda, pandangan pertama membuat otak
berpikir " mmm sebaiknya makan malam kita dengan Renjong ini"
Pandangan kedua menatap lebih dalam lagi otak dipaksa berpikir keras "mau
dimasa apa kepiting laut ini" dan keputusan saya bersama tiga orang teman
dan para tamu dari Dinas Kehutan serempak berkata " Menu makan malam kita
Sop Rwnjong"
___________________________________________-
Ngari ambo mancaliak kodaknyo di Om Google
Bagoreng yo?
Kayaknyo iduiknyo di daratan?
Agak mirip umang-umang gadang nan lapeh dari cangkangnyo
Baa yo, perpaduan ketam, umang-umang, tarantula jo kalajengking
Jadi ingek ka matoa ambo jadihnyo.
Wassalam'
Rina
-----Original Message-----
From: rant...@googlegroups.com [mailto:rant...@googlegroups.com] On
Behalf Of asfari...@yahoo.com
Sent: Thursday, March 25, 2010 2:45 AM
To: rant...@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Malam ini kita pesta Renjong (2) ..by : Jepe
Tapi raso jo haragonyo yo alun bisa mangalhkan kapitiang kenari. Kapatang
ambo makan kapitiang ko di Ternate yo........ikolah kapitiang nan paliang
lamak diantaro banyak ragam kapitiang dg metode mamasak nan baragam. Sagetek
ikuik nimbrung
Nanang, lah di jkt baliak
Sent from my BlackBerryR
Mak Jepe bialah di-PR-kannyo galaknyo
Bia ambo sen na mawakili dih
:) :) :) :) :) :) :) :) :)
Wassalam'
Rina
Wah jadi penasaran ambo, ambo lah lumayan banyak manjalajah pulau-pulau
ketek disiko ko
Babaua jo melayu asli tempatan
Tapi iyo alun pernah basobok lai doh nan cando iko
Bagi ambo salain lobster, ketam bakau nan benar2 iduik di bakau, bukan di
batu, adolah ketam nan paliang lamak, biasonyo kalo dapek nan bakau ko,
ditonggokkan sen diateh baro atau roaster dah tu digiriak lado mudo matah jo
bawang, alah tandeh si ketam tadi indak lamo sasudah naiak ka ateh roaster.
Wassalam
Rina
--
Batua bana namo disiko Ketam Renjong, supnyo bukan dibuek atau dimasak dek bini Ko Diong Hoa nan bakantin tikar sakti tu
Tapi istri Pak Jojon urang jawa, bumbunyo ringan2 sajo seperti kebanyakan sop sarupo nan rina sampaikan ko lah bumbu sop , kepiting udah seger jadi nggak usah bumbunya ribet dan berat sebagaimana sop buntut dan sejenisnya
Lalu ketam bakau juga ada di jual ko diong hoa
Rejong dijual Diong Hoa Rp 17.000/Kg tentunya doi telah ambil untung dengan harga segitu, kita tidak bisa beli begitu saja ke nelayan yang mampir ke dermaga Diong hoa
Seandai awak nekat ingin mambali lansuang ke nelayan bia murah mako nelayan ko indak ka namuah manjua "jo diong hoa sajo bali" keceknyo
Jadi disiko inyo lah tarikek kontrak jo diong hoa hasil tangkapannyo harus ditulak ka koko nan paruiknyo sagadang dorom palangkin ko :)
Nan nelayan ko tantunyo lah barutang pulo diwarung dion hoa sarupo sembako dll, jadi tingga dipotong sajo lai dek diong hoa hasil tangkapannyo jo utangnyo di lapau
Baitu juo nelayan nan lain nan lah tarikek jo dion hoa ikan2 kelas nan dapek dijua ka inyo, nanti diong hoa jo box fiber nyo nan gadang diagiah es tingga kirim sajo ka Dumai ikan ko jo kapa
Jo itu mekanisme dagang hasil tangkapan nelayan jo ko Diong Hoa, jadi katiko musim badai indak bisa malauik atau kasungai (selat) lapau diong hoa tampek batenggang jo nelayan gurem di lapaunyo barutang kebutuhan iduik sahari-hari tarutamo sembako
Kalau ketam bakau haragonyo Rp 45 ribu per kg dijua Diong hoa ka kami untuak dimasak ditempat
Sop asparagus tu..buliah dikatokan ndak dibuek atau jarang dimasak dek bini ko diong hoa, karano agak ribet dan ndak ado peminat sop2 kayak gitu kan ala masakan hotel berbintang atau restoran berkelas jadi bini diong hoa ko nan praktis2 sajo saruman sop kepiting di balah duo sajo, steam jahe, asam manis, asam pedes sea food itu sajo
Mengenai kepiting kenari nan disantap nanang tu memang santiang tu mamanjek karambia, jadi baunnyo yo khas pulo kayak minyak karambia dan memang langka dan mahal
Salam-Jepe
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
-----Original Message-----
From: "rinapermadi" <rinap...@gmail.com>
Date: Thu, 25 Mar 2010 14:31:44
To: <rant...@googlegroups.com>
| Salam hangat dari saya untuk Uda Riri dari sudut kota Kairo, Mesir. Ambo sangajo indak mencantumkan namo dan daerahnyo tempat kejadianyo (TKP), karano agak sensitif menuruik Ambo (jan dek tulisan itu beko memancing kelompok2 tertentu sehingga meletus perang dunia ketinga...hehe..). Yang mancaritoan kisah nyata tu ka ambo bukan korbannyo langsuang tapi adiak dari salah seorang korban yang kebetulan satu universitas samo ambo di Kairo. Memang harmonis, masyarakat disitu sudah berinteraksi sekian lama dengar dasar kekeluargaan (jauh dari islamphobia), kendatipun mereka berbeda soal keyakinan. Kalau dek ambo tetap masuak logika, sebab dai adalah pendatang dari seberang dan bukan dai dari daerah TKP (kecuali beberapa orang saja), pakaian hindustan yang mereka kenakan semakin membuat keasingan mereka kian kentara. Alhasil mereka langsung diteriaki "Jin Masuak Kampuang". Baa kamalawan sementara mereka berada di lingkungan yang mayoritas umat masehi, kalau mereka membao kawan2 (dai) kasitu tentu akan memperluas konflik. Bukankah itu sebuah KEPUTUSAN YANG BIJAK dari para dai dan tidak melakukan tindakan konfrotansi? Apakah kita ingin selalu melihat darah berceceran di bumi pertiwi, saya pikir tidak.... Kejadian itu bukan fiksi tapi non-fiksi, tempat kejadian di berada di Indonesia Timur beberapa tahun silam. Termakasih atas komentar Uda2/dunsanaknyo semoga dalam kehidupan sehari2 kita dapat lebih bijak dan toleran sehingga hidup kita lebih harmonis. Salam Owen Putra http://kompasiana.com/owen --- Pada Kam, 25/3/10, Riri Mairizal Chaidir <riri.c...@rantaunet.org> menulis:
|
|
|
|
|
|
--MakNgah
--- In Rant...@yahoogroups.com, "sjamsir_sjarif" <hambociek@...> wrote:
>
> Iko ciek caritonyo. MakNgah indak tahu sia lo ko tukang nyanyi nan nan mulo karanjiangan jengkol ko.
>
> http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Gosip/Rio_Febrian_Gila_Jengkol/34671&authorizedAccess
>
> --MakNgah
--- In Rant...@yahoogroups.com, "sjamsir_sjarif" <hambociek@...> wrote:
>
> Kalau Beef Teriaki :) ko masuak kuliner Jepang.
> --MakNgah
>
Termasuk dalam syari'at adalah penampilan fisik. Memang jangan sampai
kita salah kaprah antara budaya dan syari'at, namun juga jangan sampai
kita salah kaprah mengatakan bahwa segala urusan penampilan luar
adalah budaya. Misalnya muslimah diwajibkan untuk menutup aurat di
hadapan selain mahramnya. Disepakati bahwa selain wajah dan telapak
tangan wajib ditutup; perselisihan hanyalah apakah wajah dan telapak
tangan itu boleh ditampakkan atau tidak. Ajaibnya ada pula orang
sekarang yang menyalahgunakan perbedaan pendapat itu untuk mengatakan
hijab sebagai budaya saja.
Sebagaimana halnya penampilan muslimah diatur, sesungguhnya Islam juga
mengatur penampilan untuk muslim. Misalnya tentang pakaian,
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda (yang artinya):
"Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa
jika diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian
tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan
apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan
melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Dawud)
Kalau hanya urusan budaya, tentulah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa
Sallam tidak membawa-bawa urusan neraka.
Perselisihan masyhur yang ada di antara ulama adalah bahwa apakah yang
dilarang itu memanjangkan kain di bawah mata kaki secara mutlak
ataukah yang karena sombong saja. Jadi jangan pula dikatakan itu
hanya budaya orang Arab. BTW, orang Arab juga tidak semuanya
pakaiannya di atas mata kaki kok jadi lebih aneh lagi jika dikatakan
itu adalah budaya Arab.
Kemudian juga ada masalah jenggot. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa
Sallam ketika menyebutkan perkara-perkara fitrah di antaranya
menyebutkan memelihara jenggot. Beliau juga bersabda (yang artinya):
“Selisilah orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot, dan cukur
habislah kumis.” (HR. al-Bukhari).
Jadi sayang sekali juga jika dikatakan bahwa jenggot hanya budaya.
BTW, memelihara jenggot bukan berarti harus berjenggot ya, namun kalau
ada, biarkan saja paling tidak segenggaman dan jangan dicukur habis.
Allahu Ta'ala a'lam.
Assalamu'alaikum. w.w.
Menarik juga menyimak perbincangan pak Darius dengan dik Ridha,
yang mulanya berawal dari teriakan musuh-musuh Islam terhadap para da'i. Hanya saja saya melihat suatu keanehan pada diri kita ummat Islam di Indonesia pada umumnya, di Minangkabau pada khususnya. Keanehan yang saya maksud adalah, kenapa kita baru kebakaran jenggot ketika "kijang telah lepas ke rimba", kenapa tidak "dipintas sebelum hanyut". Kenapa tidak "diselami sebelum lulus". Apa yang tidak dipintas sebelum hanyut itu ?. Eh, kita redha dengan kemungkaran di depan mata kita yang terjadi hampir setiap hari, kita redha dengan kemusyrikan, bahkan ujung-ujungnya kita redha dengan kekafiran. Padahal Nabi saw. sudah berpesan "Ar-Ridha bil kufri kufran", Reda dengan kekafiran hukumnya kafir. Jadi kok tibo-tibo kini tajadi musuh Islam teriak, kok baru kita kebakaran jenggot ?, padahal kita juga yang "membandarkan" hal itu terjadi. Kok kito kaji dari yang ketek sampai nan gadang, nan ketek,... masalah organ tunggal sampai kini lah jadi budaya, sampai urang Pariaman mangecek "Kalau mau liat pornografi datang ke pariaman". Haa... kan,.. dan awak redha sajo jo itu. Kalau awak nan buliah dikecekkan cadiak kasadonyo ko haa.., (kalau indak buliah dikecekkan cadiak pandai, cerdik cendekia), apo lai niniak mamak di kampuang, aa lah kadayo urang gaek-gaek tu ?.
Ketika perda syari'ah ka dicubo di Padang (alun Sumbar lai), eh .... ndak jadi doh. Kenapa ?, eh sudah datang seorang perempuan Minang dari Jakarta yang terkenal, membantahnya. Eh... bi mati katakutan sadonyo. Teriakan para da'i di surau indak sampai ka gedung DPRD doh. Aaa... banyak lagi. Di lingkungan kita yang kecil ini. Rantaunet. Ketika dahulu penyusunan atau kompilasi ABSSBK diminta oleh pak Saf untuk menyusunnya langsung dari dasarnya yakni kitabullah (Al-Qur-an). Apa yang terjadi, si penyusun dibantah, dicaci maki, dihina
dan di-diskreditkan, sehingga akhirnya meninggalkan Rantaunet dan tidak mau kembali
lagi. Padahal potensinya sangat tinggi dan bermanfaat untuk kita semua orang Minang.
Tanyo se lah ka sia nan taruih stand by di siko.
(Maaf Roni iko bukan melecehkan bahasa Indonesia dan tersinggung pula karena memakai kata "Sten bai" ko).
Lebih luas lagi kita lihat, kita redha membiarkan agama kita dimarginalkan, dikecilkan. Agama hanya diurus oleh satu departemen yang namanya departemen agama. Dan negara
dengan mudah mengotak-atik hukum-hukum yang dipaksakan adalah merupakan hukum
agama. Padahal seharusnya, Islamlah yang mengatur negara, bukan sebaliknya. "Al-
Islaamu ya'lu walaa yu'la 'alaihi". Islam itu tinggi, dan tiada yang lebih tinggi darinya.
Prof. Bernard Shaw mengatakan,
"Islam is not only a religion, it is a complete civilization". Islam bukan hanya agama ritual semata, tetapi ia adalah perikehidupan yang lengkap. (Sakali lai Roni, iko men "cite" Prof. Bernard Shaw, bukan me.....he he he )
Baa lo ka indak, Islam mengatur urusan, dari urusan masuk WC sampai urusan kepala
negara. Masuak WC ado aturannyo, kaki kida dulu, ndak samo jo masuak masajik do,
harus kaki suok dulu. Lalok, tidur,... itupun diatur dalam Islam, isteri sebelah kiri, suami
sebelah kanan, dan harus miring kekanan karena jantung letak nya agak di kanan, jangan
menelungkup, katanya itu cara tidur setan. Makan....aaa... sampai ka urusan musyawarah,
mufakat dan pemilihan kepala negara.
Kalau di tilik dahulu, sebenarnya para ulama sebelum kemerdekaan sudah mengatur bagaimana supaya negara yang berdiri adalah negara yang diatur oleh Islam karena
mayoritas rakyat beragama Islam. Coba lihat kata "Dewan", kata ini berasal dari "Dhiwan"
bahasa Arab yang artinya gedung, atau kumpulan. So, "Dewan Perwakilan Rakyat", adalah
gedung tempat berkumpul, atau kumpulan para wakil rakyat yang akan memilih siapa
yang layak jadi kepala negara (bukan voting dengan suara terbanyak, dan juga bukan suara
rakyat adalah suara Tuhan). Kata wakil juga berasal dari bahasa Arab. Demikian Juga
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majlis bahasa Arab, musyawarah juga bahasa Arab,
yang dimaksudkan dahulu adalah bermusyawarah untuk menentukan kepala negara
dengan musyawarah cara Islam. Bukan musyawarah yang kemudian disulap menjadi
demokrasi ala JJ. Russou, atau John Lock ataupun Montesque. Aaa.... kita redha saja dengan itu. sampai kemudian Soekarno dan Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai kepribadian bangsa dan azas tunggal yang tidak
sesuai dengan maksud para ulama dahulu.
Sehingga pak Emil Salim dengan mudah berkata kepada kita, "Indonesia bukan negara Islam, Indonesia mengakui semua agama".... kan syirik. (kok ditaruihkan, "indak kalaku
bagai ABSSBK nan kalian jojokan tu tudo, eh maaf iko perasaan ambo sajo).
... aaa kan... Kalau kita redha pula dengan ini,... hmmm... takok se lah aa nan katajadi,
indak ka berang Tuanalah (Tuhan Allah, Minang-red). Kok iyo tajadi bisuak lempengan
mentawai nan sampai 9 SR tu nyo. kama ka lari ?.
Dari saketek ka saketek ba bia-biakan sajo, sampai kini indak talok talawan lai, sahinggo
seolah-olah tanampak-nampaknyo awak lah redha pulo jo itu. Baa urang indak ka balanteh
angan jo awak. Kok kini tibo nan takah itu, baru kita kebakaran jenggot. Kan aneh....
Batua pak Darius,... coba introspeksi diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, kampung kita, negeri kita dan akhirnya negara kita. Kalau tidak... tunggulah kehancurannya.
Banyak maaf, talantuang tasingguang, bari maaf juo.
Wabillahil hidayah wat taufiq.
Wassalam
|
Pak Zulkarnain, jadi takan lo ambo, tahun 1996, kakak padusi ambo
harus mambuek surek pernyataan dek indak namuah mambuka jilbab untuk
foto STTB. Kecekno, kok ado masalah dek foto STTB bajilbab, sikolah
indak tangguang jawek doh.
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.
| Sanak di Palanta lapau Assalammualaikum Wr Wb. Kalau kito mancatat data musibah nan tajadi balakangan iko , indak tajadi di nagari awak sajo do , kini dima-dima tamasuak di riau , di sumut , jambi , di jawa, sulawesi dst baitu juo nan tajadi manca negara , angin puting beliung bahkan namo angin tu ado nan rancak bantuak namo anak gadih , musim dingin nan sabana dingin , kebakaran hutan , terban nya tanah 20 % kota ,banjir bandang dll. Jadi kalau di sangkuik-sangkuik kan jo agamo ( Sumatra Barat acok bana bencana alam. kan urang Minang kuek Agamonyo. Dan banyak cadiak pandainyo jo alim ulamanyo sajak sisuak.- apo do'a Alim Ulama, Cadiak pandai urang awak indak di kabulkan Allah lai) iyo paralu pengkajian nan dalam , apakah kasadonyo musibah atau bencana itu adolah Hukumam dari Allah SWT.. atau gejala alam seperti nan dijanjikan Allah SWT. Ambo parnah mambaco jurnal tantang penghancuran keimanan orang islam kalau diambiak inti sarinyo antar lain dengan jalan : -Meng kaitkan kemiskinan dengan ajaran Islam -Mengkaitkan Musibah sebagai kemurkaan Yang Maha Kuasa -Mendidik personil yang menyimpang dari Al Qur'an dan Sunnah ( ini sedang Jalan pendidikan S3 nyo di Amerika ) - sehingga mudah dipertentangkan . -Mengsosialisakan perbedaan Fiqih antara kelompok satu dengan yang lainnya. -membela/mengadvokasi kelompok sempalan. Ado nan paralu disikapi juo adolah : Tahun 2008 Moto peringatan hari natal adalah " Jangan Takut " nan dimukasuik adolah jangan takuik memakai dukuah salib dan memperlihatkan ciri bukan Islam kalau bapakaian nampakan Sekda jo Kuduak (TV) dan lakukan Bupati Tahun 2009 peringatan hari natal antara lain Togetherness nan dimukasuik adolah samokan istilah keagamaan Menyamakan istilah keagamaan kalau dulu inyo manyabuik "alah" kini la nyo sabuik pulo " Allah " , Insya Allah nyo paten , Alhamdulilllah apo lai sabana pacak . Kini ala ado tv agamo kristen Australia nan manggunokan satelit Palapa , bilo kotbahnyo bahaso Inggris ada teks Indonesianyo. Manga mereka berbuat baitu dek karano , di negara maju Islam labiah bagairah dan ditarimo dek masyarakat karano masuak dalam aka dan rahmatan lil alamin Itulah dari Ambo , Kapado Allah SWT ambo Minta Ampun bilo ado nan salah dan mohon di bari petunjuk selalu pada jalan nan luruih dalam rangka membela Agama Allah. Wss Iqbal Rahman . --- On Sat, 27/3/10, Ibnu Mas'ud <ibnuk...@gmail.com> wrote: |
~~"Mengalir Meniti Ombak" & "Bouraq-Singa Kontra Garuda".~~
Dunsanak nan ambo hormati dimanopun barado Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Antah baa, sabananyo ambo takuik ndak sapai jo Buya Masoed nan kito hormati. Tadinyo posting Buyo ko ndak tabaco dek ambo, dek acoknyo Yuang Sa’u nan maulok. Tapi satalah mambaco reply IJP taradok tulisan Buyo ambo tagarak lo manyiginyo. Baa dek bai tu? Karano mambaco komentar IJP yang “senang dengan uraian Buya”. Baa dek pakai kato ”senang” dan indak manggunokan kato ”setuju”?
Banyak partanyaan nan timbua dibanak ambo dari uraian Buyo ko. Dan ambo sabana yakin partanyaan ko mancogok dek randahnyo pamahan agamo ambo. Nan kaduo tantu ndak talakik dek Buyo untuak manulih langkok.
” Musibah
yang datang itu ke Sumatera Barat,
Pertanyaan: Bilo musibah ko baru bisa dikaikan dengan kemungkaran?
” sebab bila dihitung-hitung, mungkin kemungkaran yang terjadi diluar Sumbar lebih banyak lagi”
Pertanyaan: hituangan mano nan Buya mukasuik? Buya punyo data staistiknyo? Apokah iko bukan sakadar pembelaan diri alias ngeles kecek rang kini?
” Ada sebuah
hadist Rasulullah yang menyebutkan .. "Inna Allah idza ahabba qaum ..
ibtalahum .." maknanya, manakala Allah menyaayangi satu kaum .. |
seringkali kaum itu diujinya dengan bala cobaan ... |
Pertanyaan: Apo kedudukan hadist ko (Shahih/hasan/dho’if/maudhu)? Baa sanadnyo? Sia parawinyo? Sayang Buya ndak manulihnyo. Kok banyak nan tau hadist ko, dimano musibah ko tando sayang Allah, bisa jadi ndak banyak nan maraso paralu tobat.
Ambo agak kurang pueh jo uraian Buyo karano hanyo satu dalil nan disampaikan.
Manuruik ambo ayat-ayat dibawah ko paralu di-inok-inok-i:
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. Dan Kami adalah Pewaris(nya). (Al Qashash 58)
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al Israa' 17)
Mungkin pula kecenderungan kita mulai melupakan ayat-ayat Allah:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al A'raaf 96)
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Huud 102)
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. (Huud 117).
Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (Ath Thalaaq 8).
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang teIah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya). (Al Anbiyaa' 11).
Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka. (Al Kahfi 59).
Betapa
banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami
(menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu
mereka beristirahat di tengah hari. (Al A'raaf 4) Mungkin kalau ditambahkan jo ayat-ayat nan bakaiktan jo Kaum Luth mungkin labih dari sakodi ayat nan bisa di katangahkan.
Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal. (Al 'Ankabuut 35).
Mohon maaf Buya, bilo ado nan ndak di tampeknyo. Ambo sabananyo kadiam sajo, tapi itukan salamah-lamahnyo iman.
Wassalam, ZulTan, L, 49+, Bogor --- Pada Sab, 27/3/10, Masoed Abidin ZA Jabbar <buyamaso...@gmail.com> menulis: |