[R@ntau-Net] Aden Tewas

47 views
Skip to first unread message

ksuh...@yahoo.com

unread,
May 3, 2010, 6:46:18 AM5/3/10
to Sma, Rantau
Aden Tewas
Oleh K Suheimi

Kata Aden dan kata Tewas menjadi aral pertengkaran yang merusak tali Silaturrahim kita di milis ini

Padahal semua orang ingin menyampaikan sesuatu yang baik dan berguna untuk ke mashlahatan bersama

Atas perbedaan persepsi dan berbeda sudut pandang sehingga ada yang terluka
Bahkan ada juga yang baganyi. Dan ada juga juga yg patah hati dan patah arang

Bermula karena ingin ber minang-minang dan ingin berbahasa asli kampungnya.

Aden untuk orang Banuhampu adalah biasa indah dan bagus karena berasal dari kata "Raden". Kalau di Sunda Raden dipakai sebagai panggilan kehormatan pada seseorang. Adeen dan Aden.

Aden juga berasal dari kata2 Denai, agaknya utk lebih pas ada baiknya kalau selama ini ada yang tak enak mendengar kata Aden, yah di ganti saja dengan kata "Denai" lebih santun.

"Tewas" saya juga sering menggunakan kata ini. Teringat ketika kecelakaan dilembah anai saya tulis artikel yang juga dimuat koran dengan judul "Sebeles tewas terlindas"
Bagi yang meninggal kerna kecelakaan atau perdarahan bahasa medianya menyatakan tewas.

Kalau di Bengkulu, kata tewas digunakan bagi mereka yang meninggal ketika di operasi.

Guru saya mengajarkan orang yang meninggal dg cara begitu dikatakan syahid sehingga di sebut Syuhada.

Apalah arti penamaan kata orang; lain padang, lain hilalang, lain lbuk lain ikan"

Janganlah sampai karena satu istilah bisa merusak Tali silaturrahim yang selamaini tak mudah kita bina

Si Jepe mengatakan cipuik untuak langkitang.
Pengetian yang sama, tapi di satu daerah itu adalah sebutan yang ndak boleh di ucapkan

Maka kata orang bijak "kalau kita mengerti sesuatu, kita akan mudah memaafkan sesuatu"

Maka saya teringat bait sebuah lagu

Pada bintang dan rembulan
Kuberjanji setia selalu
Setulus hati hatimu,
semuni cintamu
Sayang percayalah aku

Kau kan kusayang
Selama hidupku
Sayang percayalah aku

Untuk sanak di palanta yang saya cintai

Pekanbaru 3 Mai 2010
Powered by Telkomsel BlackBerry®

--
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Reni Sisri Yanti

unread,
May 3, 2010, 8:24:26 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
  setiap orang minang pasti mengunokan kato "aden"

reni pulo mangunokannyo, tp reni mangunokannyo pada orang yg saumuo ( tentu sudah kenal lama, kawan karib) dan itupun percakapan reni jo kawan sajo, kalau lebih dr 2 orang biasannya reni mengunakan kata awak dan nama sendiri,

 

Penggunaan kata “aden”yang tidak pada tempatnya itu tantu sajao akan menghasilkan konotasi negatif pado kito pak, ( orangnyo kasa pasti iko ado dipikiran org2 tu)

papa reni kalau mandangaan reni manelpon kawan bakato2 aden se lah kanai hariak....saroman ndak di ajaan sopan santun jo taratik kato papa reni tu...

kinipun reni jo ponakan saroman tu, kalau mrk ngomong lu2 gue2 baradiak kakak lansuang di piciak....

sakali lai mohon maaf kalau yg reni katoan cuma sampai disitu,

soal kata raden di jawa , biasa digunakan oleh bawahan atau sejenisnya kepada atasannya , seperti panggilan pembantu kepada anak majikannya den mas, den ayu, dan kalau ke diri mereka sendiri , entahlah apakah mereka ber aden juga? mohon maaf ko pak, sampai siko pengetahuan reni soal raden,

keberatan atas pemakaian kato tersebut , bukan karena masalah biaso atau indak biaso, wajar atau indak wajar, bukan juga masalah sensitivitas perasaan kami, tapi lebih ke arah pemikiran akan "dampak negatif" yang akan timbul di lingkungan kita ini terutama untuk masa mendatang terutama bagi kehidupan masa depan anak-anak ,adik2 kita di sini  begitu kurang lebih .

Soal kata tewas, di kampung kami sudah biasa mengunakan kata “mati” kepada yang meninggal, tp setelah keluar dr ruang lingkup tersebut kami lebih memilih kata maningga, alah dulu ( mandului).

Semua tergantung kepada dimana bumi dipijak di situ langik di junjuang pak….

Yah semua dikembalikan kepada individu masing2 pak mohon maaf bila tak berkenan karana soal adat istiadat kampuang wak sorang see masih dangka dek reni, apolai adat istiadat daerah lain, sekali lagi kalau ini tak pantas di ucapkan oleh orang yg tak berpendidikan tinggi seperti ini tolong dilupoan sajo pak....karano iko cuma uneq2 seorang padusi di rantau....

 

 

renny,ancol

www.renisy.blogspot.com

Sesuatu yang baik, belum tentu benar 

Sesuatu yang benar, belum tentu baik

Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga

Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus


 



From: "ksuh...@yahoo.com" <ksuh...@yahoo.com>
To: Sma <SMA...@yahoogroups.com>; Rantau <Rant...@googlegroups.com>
Sent: Mon, May 3, 2010 5:46:18 PM
Subject: [R@ntau-Net] Aden Tewas


ksuh...@yahoo.com

unread,
May 3, 2010, 9:02:42 AM5/3/10
to Rantau
Tidak ada yang salah Ren
Hanya kekeliruan kita terlalu cepat menilai dan penilaian kita sering keliru.

Sering orang berkata "wanita sulit dimengerti dan tak mudah dipahami"
Hidupnya penuh liku-liku dan lorong yang tak berujung

Bagaikan kapaL ditengah kabut, terdengar bunyinya tak tampak ronanya.

Siapa mampu menduga hati seorang waniat. Hanya dalam laut yg bisa diduga

Sudahlah Ren dan sanak di Palanta
Hendaklah kamu memberi maaf, Firman Tuhan dari atas sana.
Karena keampunan Tuhan dikaitkan dengan kemampuan manusia memaafkan.

Semoga selalu berada dalam koridor ke RedhaanNya
Salam beriring do'a
K Suheimi

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>
Date: Mon, 3 May 2010 05:24:26 -0700 (PDT)
Subject: Re: [R@ntau-Net] Aden Tewas

hanifah daman

unread,
May 3, 2010, 9:21:11 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
Assalammualaikum Wr Wb bapak Suheimi Yth

Maaf bapak Emi, kalau ado nan sampai baganyiii.. karano bahaso nan hanifah pakai.Trus kalau ado nan maraso alangkah kasarnya hanifah ... juga ngak apa-apa ...
Kebetulan memang hanifah nggak halus-haluas amat.... he he he.

Dalam tulisan tertentu, hanifah akan tetap pakai " Aden" suka atau tidak suka orang lain...terserah orang mau bilang apa ... EGP. Itu bahasa ibu hanifah. Kalau ke bapak kan dari dulu hanifah sebut nama, kecuali ka sopir CB ... kalau sesekali tasasek ba aden ka Prof Suheimi ... mungkin wakatu itu Prof Emi barado di Banuhampu ...

Bapak Emi
Masing-masing orang punya selera yang berbeda, begitu juga hanifah ...
Hanifah juga punya kriteria, teman yang cocok dengan hanifah ... biasanya tidak banyak, tetapi umumnya abadi...

Wass


Hanifah


--- On Mon, 5/3/10, ksuh...@yahoo.com <ksuh...@yahoo.com> wrote:

sjamsir_sjarif

unread,
May 3, 2010, 9:35:31 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
Takana di ambo Inyiak Pi'i (Muhammad Sjafe'i Kayu Tamam)almarhum, wakatu sempat basuo dan maota panjang pribadi jo liau baduo sajo sasudah sumbayang luhua di pondok ketek di tapi rimbo gadang tahun 1958. Katu tu awak sadang diparangi Soekarno dan kami sadang diburu-buru tantarano sampai tarerek-rerek masuak rimbo.

Antaro lain-lain baliau mangatokan ka ambo tantang Soekarno nan suko "mahanden". Kato "mahanden" ko, kecek baliau, indak ado dalam konotasi Bahaso Indonesia doh, tapi asli tapi dalam konotasi gambaran pribadi sasurang dalam Bahaso Minang.

Satantangan kato "cipuik" nan indak buliah disabuik di suatu daerah, takana pulo di ambo kato "kantuik". Di Panampuang, Ampek Angkek, "kantuik" ko punyo arati lain salain dari "buang angin". Iko dapek kito verifikasi jo Angku Taufiq Rasjid di Lapau ko. Kok dikana-kana iyo "nagia" na tadanganyo carito ko yo Angku Taufiq?

Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif

Reni Sisri Yanti

unread,
May 3, 2010, 9:38:00 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
tuhan sajo memaafkan umatnyo
apo lai wak cuma manuasia biaso
wanita memang sulit dimengerti
tp wanita mempunyai sisi kepekaan pada sesuatu hal yang baik atau yg buruk terhadap diri sendiri atau orang lain,
papa reni kalau mamberangi anaknyo pakai mato, dan kami mengerti kami salah dan kami tak mengulanginya lagi...
 
begitulah pak dokter, mengutip  cerita reni soal tingkah laku orang di kereta "bangsa yang punya sopan santun tinggi, penuh toleransi dan banyak kesungkanan, ternyata tidak peka dan tidak punya tenggang rasa terhadap orang lain" gimana merobahnya? tentu dari kita sendiri,
 
terima kasih pak dokter semoga dimengerti dan memberi pengertian kepada jika reni, dan mengharap pak dokter jg bisa memberi pengertian tentang yg salah kepada yg lain...mohon maaf...kalau memang reni keliru....
 
 
renny,ancol
 
 


From: "ksuh...@yahoo.com" <ksuh...@yahoo.com>
To: Rantau <Rant...@googlegroups.com>
Sent: Mon, May 3, 2010 8:02:42 PM

Subject: Re: [R@ntau-Net] Aden Tewas

sjamsir_sjarif

unread,
May 3, 2010, 10:00:00 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
Reni, Kok lah panek awak mambaruik dado, takana lo dek MakNgah ungkapan lamo "Bak kato Aji lah Saroban Aji, kok ka Aji guntiang ka ka Aji buek sarawa kotok bagai ..."

Dalam komunikasi bahasa, ado istilah "rasa bahasa" atau Caro Bulando Urang Sisuak "taal gevoel" nan indak tatulih tapi dapek dan paralu dirasokan dan diparatikan oleh si pemilik bahasa. Mungkin dalam caro awak ado tasirek dalam istilah tahu di"ereng jo gendeng" atau "raso jo pareso"?

Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif
--- In Rant...@yahoogroups.com, Reni Sisri Yanti <resy_2000@...> wrote:
>
> tuhan sajo memaafkan umatnyo
> apo lai wak cuma manuasia biaso
> wanita memang sulit dimengerti
> tp wanita mempunyai sisi kepekaan pada sesuatu hal yang baik atau yg buruk terhadap diri sendiri atau orang lain,
> papa reni kalau mamberangi anaknyo pakai mato, dan kami mengerti kami salah dan kami tak mengulanginya lagi...
>
> begitulah pak dokter, mengutip  cerita reni soal tingkah laku orang di kereta "bangsa yang punya sopan santun tinggi, penuh toleransi dan banyak kesungkanan, ternyata tidak peka dan tidak punya tenggang rasa terhadap orang lain" gimana merobahnya? tentu dari kita sendiri,
>
> terima kasih pak dokter semoga dimengerti dan memberi pengertian kepada jika reni, dan mengharap pak dokter jg bisa memberi pengertian tentang yg salah kepada yg lain...mohon maaf...kalau memang reni keliru....
>
>
> renny,ancol
> www.renisy.blogspot.com
>
> _Assalammualaikum Wr Wb bapak Suheimi Yth

Maaf bapak Emi, kalau ado nan sampai baganyiii.. karano bahaso nan hanifah pakai.Trus kalau ado nan maraso alangkah kasarnya hanifah ... juga ngak apa-apa ...
Kebetulan memang hanifah nggak halus-haluas amat.... he he he.

Dalam tulisan tertentu, hanifah akan tetap pakai " Aden" suka atau tidak suka orang lain...terserah orang mau bilang apa ... EGP. Itu bahasa ibu hanifah. Kalau ke bapak kan dari dulu hanifah sebut nama, kecuali ka sopir CB ... kalau sesekali tasasek ba aden ka Prof Suheimi ... mungkin wakatu itu Prof Emi barado di Banuhampu ...

Bapak Emi
Masing-masing orang punya selera yang berbeda, begitu juga hanifah ...
Hanifah juga punya kriteria, teman yang cocok dengan hanifah ... biasanya tidak banyak, tetapi umumnya abadi...

Wass


Hanifah_________
______________________

Nismah Rumzy

unread,
May 3, 2010, 10:45:31 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
Assalamu Alaikum W. W.
Alhamdulillah sampai sekarang RN ini telah berumur 18 tahun (?). Mungkin ini rekor tertua dari sebuah milis. Karena kita disini saling menghargai dan saling membantu. Untuk bundo sekarang RN ini ladang silaturrahmi.  Banyak silaturrahmi yang terjalin berkat RN. Tapi kalau akan menambah dosa semoga jangan hendaknya terjadi.  Jadi banyak juga posting yang bundo hapus baru lahir sudah bundo "tewaskan".  Bundo senang dengan orang yang "narsis" istilah orang sekarang tapi bundo senang dengan orang yang mendengar.  Mendengar pendapat orang lain tt kita. Jangan dipaksa orang menyukai kita. Kecek rang kampuang bundo "Kok santiang santiang suranglah, kok kayo kayo suranglah "aden" indak minta ka inyo doh. "Egepe" kecek anak-anak kini.
Bundo tidak jadi ketemu dengan ananda Junaidi tapi dia ketemu dengan beberapa orang Minang di Dallas berkat RN juga melalui Elthaf. Mudah2an nanti kembali ketanah air bundo bisa ketemu di Singapura. Kemarin bundo ke Houston hari Jumat, bundo telepon ananda Zulkarnain Kahar dan Adrisman mereka sedang dikantor. Bundo dan keluarga pergi mengantar cucu ke Amusement Park kembali malam sekali. Paginya coba menelepon lagi. Walaupun tak sempat ketemu bundo dapat bercerita ditelepon dengan istri Ad nanda Evi yang sibuk dengan 2 putrinya yang cantik2 dan ananda Zul. Lain waktu Insya Allah kita ketemu muka. Sudah berteleponan dengan add Dutamardin, Mak Ngah dan ananda Ben. Ben mengundang bundo datang kerumahnya tapi sampai sekarang belum dapat terlaksana.  Tapi sempat ketemu dengan orang Chevron yang sedang ada assignment di Houston. Kehidupan keluarga disini agak keras dan tak punya pembantu.
Syukur kepada Allah SWT dan terima kasih RN dan salam hangat bundo untuak Rang Dapua nan lah mampaeloki email bundo nan tak bisa mangirim babarapo hari nan lalu.
Sekian dulu wassalam bil maaf
Hayatun Nismah Rumzy (71+)

From: sjamsir_sjarif <hamb...@yahoo.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Mon, May 3, 2010 9:00:00 AM

Subject: Re: [R@ntau-Net] Aden Tewas

Reni, Kok lah panek awak mambaruik dado, takana lo dek MakNgah ungkapan lamo "Bak kato Aji lah Saroban Aji, kok ka Aji guntiang ka ka Aji buek sarawa kotok bagai ..."

Dalam komunikasi bahasa, ado istilah "rasa bahasa" atau Caro Bulando Urang Sisuak "taal gevoel" nan indak tatulih tapi dapek dan paralu dirasokan dan diparatikan oleh si pemilik bahasa. Mungkin dalam caro awak ado tasirek dalam istilah tahu di"ereng jo gendeng" atau "raso jo pareso"?

Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif
--- In Rant...@yahoogroups.com, Reni Sisri Yanti <resy_2000@...> wrote:
>
> tuhan sajo memaafkan umatnyo
> apo lai wak cuma manuasia biaso
> wanita memang sulit dimengerti
> tp wanita mempunyai sisi kepekaan pada sesuatu hal yang baik atau yg buruk terhadap diri sendiri atau orang lain,
> papa reni kalau mamberangi anaknyo pakai mato, dan kami mengerti kami salah dan kami tak mengulanginya lagi...
>
> begitulah pak dokter, mengutip  cerita reni soal tingkah laku orang di kereta "bangsa yang punya sopan santun tinggi, penuh toleransi dan banyak kesungkanan, ternyata tidak peka dan tidak punya tenggang rasa terhadap orang lain" gimana merobahnya? tentu dari kita sendiri,
>
> terima kasih pak dokter semoga dimengerti dan memberi pengertian kepada jika reni, dan mengharap pak dokter jg bisa memberi pengertian tentang yg salah kepada yg lain...mohon maaf...kalau memang reni keliru....
>
>
> renny,ancol
> www.renisy.blogspot.com
 

Lauda Aidi

unread,
May 3, 2010, 9:29:43 AM5/3/10
to rant...@googlegroups.com
Assalamualaikum.

Salam kenal talabiah dahulu.

Saketek nan ambo tangkok dari perbincangan dibawah, penggunaan kato " Aden " dalam kehidupan sehari hari.

Memang kato " Aden " dalam bahaso minang cendrung berkonotasi negatif, sebab masih ado babarapo kato nan labiah sajuak didanga. Contoh: Awak, ambo. 

Tapi, kalau dicaliak dalam kehidupan sehari hari, kato " Aden " jauah labiah banyak dipakai, apolai dikampuang ( Ranah Minang ). Dari nan ambo caliak, sebab ambo cukuik lamo dikampuang dan cukuik lamo dirantau, dan bergaul jo urang minang, penggunaan kato " Aden " dek anak mudo, ketek, dll itu lah sangaik lumrah. Kok lumrah? Partamo dek nyo asli minang. Nan kaduo, itu lah bahaso dalam kehidupan sehari hari, bahaso nan dipakai untuak maota lamak jo kawan kawan. Lagian, dak banyak urang tuo nan ma aja dari ketek untuak manggunoan kato nan labiah elok. Dan lagi, urang tuo pun banyak nan makai kato " Aden " ka anak nyo bahkan ka urang lain. 

Sepintas memang terkesan biaso, tapi kalo dicaliak dari efek kabalakang, si anak pun lah biaso mandanga kato " Aden " dan mamakai pulo kato itu dalam pergaulan nyo sahari hari.

Ambo pun mode itu juo, bacarito jo kawan samo gadang pun mamakai kato " Aden " sebab lah biaso dari ketek.

W/sala.

rinapermadi

unread,
May 3, 2010, 10:42:51 PM5/3/10
to rant...@googlegroups.com

Bundo, Reni, Pak Emi, sanak Lauda (salam kenal) jo adidunsanak palanta yang mulia,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Partamo ambo ucapkan selamat berholiday untuk Bundo semoga perjalanannya indah dan berbahagia tidak ada halangan berarti.

 

Sanang mambaco postingan nan ciek ko. Dari sadonyo yang beralasan saketek banyaknyo dapek ditarimo logika. Tapi sebagai urang awak si padang kan juo punyo grammar sarupo jo bahaso-bahaso diseluruh dunia ko. Grammar bahaso awak kan ado 4 :

 

1.       Mandaki

2.       Manurun

3.       Malereang

4.       Mandata

 

Urang awak biasonyo sangaik lihai jo grammar nan alah baurek baakar di darah ktio talabiah-labiah nan alah tingga di kampuang. Sahinggo seorang ibuk mawanti-wanti anaknyo nan ka mangecek jo Mamaknyo pabilo si anak nak ingin sesuatu misalkan pai marantau untuak sakolah atau kuliah. Bapasan mandeh ka si anak, pandai-pandai mangecek jo Mamak yo Nakk… (disiko diliek bukan disuruah pandai tapi bapandai-pandai). Iko barangkali nan dimukasuik dek Mak Ngah jo raso dan pareso.

 

Bahaso lisan keseharian kebanyakan si padang memang banyak sarato ganjia-ganjia.

Katiko untuak tulisan lisan mode menggambarkan percakapan sebenarnya di sebuah carito tantunyo kito buek sa asli mungkin. Tapi iko akan berubah penampilan jikok kito tampilkan di kalimat tidak lansung. Kita perlu pandang siapa sajakah kiro-kiro nan ka manjadi audiens kito. Apokoh layak ditampilkan pilihan kato-kato lisan asli ko? Barangkali iko bisa jadi pertimbangan dalam pemilihan kata yang membuat selamat dan tidak membuat soal. Namun jika pemilihan kata masih menimbulkan polemic tentunya kita harus kaji lagi, ada apa dengan audiens kita atau tulisan kita.

 

JIkok itu indak bisa bafungsi tantu kito hadapi sajo cando mahadok i  koran criminal nan banyak dijojokan di simpang-simpang jalan. Kalo indak dibali-bali tantunyo capek lambek akan mampangaruahi badan usaho koran ko. Capek lambek juo generasi mudo kito indak terkontaminasi jo gambar dan  bahaso vulgarnyo.

 

Banyak maaf,

 

Wassalam

Rina

 

ksuh...@yahoo.com

unread,
May 3, 2010, 11:07:48 PM5/3/10
to Rantau
Ado kato "den" nan enak di didanga, dan dinyanyikan

"Bilo den kana
Hati den taibo
Tabayang-bayang
Di ruang mato"

Mari bersenandung
Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: "rinapermadi" <rinap...@gmail.com>
Date: Tue, 4 May 2010 09:42:51 +0700
Subject: RE: [R@ntau-Net] Aden Tewas

Malin Marajo

unread,
May 4, 2010, 12:20:24 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
kalau ambo mulai "ba-ambo-ambo" samanjak kuliah.. dek kawan2 kabanyakan dari darek nan tingga di "wisma" tu baambo-ambo ka badan diri,
sabalumnyo ambo "baawak" ka badan tapi kadang2 masih baawak juo sampai kini...

"baaden-aden" atau "badeen-deen" lai juo masih dipakai kini tarutamo mangecek jo keluarga (adiak, urang tuo dan kakak) dan kawan2 dakek bana tp kl jo kakak kadang "baawak" sajo..
memang lain rasonyo dek salamo ko badeen deen trus barubah ka ambo-ambo...

baambo-ambo dan baawak-awak jo urang lain sajo..

kalau mamanggia namo surang ka diri (misalnyo "ba-rony" ka badan) iyo sarik bana ambo kao-kan. buliah dikecek-an hampia indak ado

itu saketek pengalaman ttg baambo awak deen ko...

salam
smm

Reni Sisri Yanti

unread,
May 4, 2010, 12:37:43 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com

 

 

Batu Tagak

(Dipopulerkan oleh Efrinon)

Lapeh nan dari kelok Sikabu

Di lingkuang bukik jo gunuang Singgalang

Balingka desanyo tigo

Batu Tagak takana juo

 

Mandeh, basaba lah mandeh dahulu

 

Denai nak pulang

Ndak basuo ayah jo bundo

Tapi kini sadang sansaro

Takana maso denai ka pai

 

Bundo malapeh denai jo ibo hati

Basaba lah mandeh mananti

Di batu tagak nantikan denai

 

labiah tapek ndak lamak jo indah  di dangga , dr pado "aden" lamak "denai"

 

tapi reni labiah suko lagu yg ciek ko  , takana om salido jo da rief banyanyi wakatu anak2 milis ranah minang kumpua2 di RMP RODA matraman

 

Pasan Mandeh

(Dipopulerkan oleh Tiar Ramon)

Garudo tabang ateh langik mak

Turunlah gajah patah gadiang

Manyasok lalu katapian

Tampak nan dari Bangkahulu

 

Iyo santiangnyo aka rangik mak

Manyasok darah dalam dagiang

Luko nan indak kanampakan

Alah padiah sajo mangko tahu

 

Nan bak pasan mandeh

Usah takuik nak di ombak gadang

Riak nan tanang oi nak kanduang

Mambaok karam

 

Bia luko dek sambilu

Cegak diubek nak, nan jo piladang

Kato malereang, oi nak kanduang

Bisonyo tajam

 

banyak pasan2 yang tasirek dalam sebuah lagu.....bia kami di rantau tapi tetap idui bapacik ka "Adaik Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah" ,

 

takuruang indak dilua
taimpik indak di ateh

Lamak Dek Awak, Katuju Dek Urang ,

 

lidah condong ka nan lamak
mato condong ka nan rancak
"dima bumi dipijak, disinan langik di junjuang"

 

mohon maaf kalau kato2 ado nan ndak tapek...

 

renny,ancol

www.renisy.blogspot.com

 




From: "ksuh...@yahoo.com" <ksuh...@yahoo.com>
To: Rantau <Rant...@googlegroups.com>
Sent: Tue, May 4, 2010 10:07:48 AM

Subject: Re: [R@ntau-Net] Aden Tewas

Fashridjal M. Noor

unread,
May 4, 2010, 12:36:04 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Bu Rina, Pak Emi jo dunsanak kasamonyo nan ambo hormati,
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sanang ambo mangikuti diskusi tantang bahaso awak di palanta ko. Karano budaya Minang marupokan budaya egaliter (tidak ado pabedoan kelas sosial), maka bahaso awak juo egaliter, artinya pado umumnyo vocabulary kata-katanyo samo sajo untuak semua orang. Nan babedo adolah pamakaian beberapa kato-kato nan indak patuik diucapkan atau dituliskan ka orang nan labiah tuo atau nan dituokan. Disampiang itu caro awak mangecek tantu babedo jo nan tuo, jo samo gadang, dan jo nak labiah ketek. Ka nan tuo dijago sopan santun/baso-basi, ka samo gadang buliah sakandak ati (tando akrab), ka nan ketek juo paralu dijago supayo nan elok nan ditirunyo.

Sabagai perbandingan iko ambo sampaikan beberapa kutipan dari blog orang tentang bahasa Jawa nan banyak tingkeknyo:
Tingkatan Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa yang mengagungkan tingkatan  (bahasa Sunda juga demikian, tapi tidak serumit bahasa Jawa). Secara garis besar, bahasa Jawa dibagi dalam tiga tingkatan besar:

  1. Ngoko (tingkatan terendah)
  2. Madya (tingkat menengah); dan
  3. Kromo (tingkat tertinggi).

Itu pun masih bisa dibali lagi dalam dalam sub tingkatan:

  1. Andhap (rendah/kasar); dan
  2. Inggil (tinggi/halus).
Tingkatan dan sub tingkatan tersebut menghasilkan kombinasi yang tidak sederhana, njelimet dan sulit dipahami. Bahkan oleh orang Jawa sekali pun.
Ada yang berpendapat bahwa tingkatan bahasa Jawa itu menunjukkan betapa kayanya bahasa Jawa, adanya pembagian tersebut karena faktor tempat, daerah, orang yang diajak bicara dan tingkat kebagusan/baik dalam penguasaan sastra jawa atau ungkapan bahasa Jawa. (bangsari.blogspot.com/2007/06/rasisme-bahasa-jawa.html)
Ada pembagian lain, mulai dari yang ter halus sampai yang ter kasar sebagai berikut:
1. Jawa kedhaton
2.
Kromo Inggil
3. Wreda krama
4. Kramantara
5. Mudha Krama
6. Krama Deso
7. Ngoko Alus
8. Ngoko Antyo (tengah)
9. Ngoko lugu
10. Basa Kasar

Dengan banyaknya tingkatan itu, ada yang mempertanyakan bahasa Jawa sebagai bahasa yang paling tidak demokratis.
(restlessangel.wordpress.com/.../bahasa-jawa-bahasa-yang-paling-gak-demokratis)

Juga ada yang berpendapat bahwa adanya tingkatan itu menunjukkan bahwa bahasa Jawa itu bahasa yang  rasis.

 

”Orang jawa yang lihai berbahasa Jawa, terutama dalam tingkatan Kromo, dianggap sebagai manusia berbudaya dan berbudi luhur. Manusia yang tahu roso (halus perasaannya, hal yang sangat penting dalam budaya Jawa), dan bertata-krama. Mereka disebut "Wong Jawa sing njawani", orang Jawa yang hidup secara jawa. Dan itu sebuah kebanggaan tersendiri.

Lantas, apa hubungannya dengan rasisme?
Ya itu tadi. Penggunaan dan penguasaan bahasa Jawa menentukan tingkat seseorang. Semakin rendah bahasa yang dikuasai, semakin rendah derajat seseorang. Itulah mengapa, orang-orang tua sering menganggap orang luar Jawa sebagai "kurang tata kramanya". Lebih celaka lagi, orang yang terlahir sebagai Jawa tetapi kurang mengerti bahasa Jawa. "Wong Jawa sing ilang jawane", orang Jawa yang tidak memegang tradisi, begitu mereka disebut. Biasanya, orang Jogja-Solo menganggap dirinya sebagai penutur Jawa kelas satu. Di luar itu, dianggap sebagai penutur kelas dua, tapi masih dengan senyum memaklumi.

 

Orang jawa yang lihai berbahasa Jawa, terutama dalam tingkatan Kromo, dianggap sebagai manusia berbudaya dan berbudi luhur. Manusia yang tahu roso (halus perasaannya, hal yang sangat penting dalam budaya Jawa), dan bertata-krama. Mereka disebut "Wong Jawa sing njawani", orang Jawa yang hidup secara jawa. Dan itu sebuah kebanggaan tersendiri.

Lantas, apa hubungannya dengan rasisme?
Ya itu tadi. Penggunaan dan penguasaan bahasa Jawa menentukan tingkat seseorang. Semakin rendah bahasa yang dikuasai, semakin rendah derajat seseorang. Itulah mengapa, orang-orang tua sering menganggap orang luar Jawa sebagai "kurang tata kramanya". Lebih celaka lagi, orang yang terlahir sebagai Jawa tetapi kurang mengerti bahasa Jawa. "Wong Jawa sing ilang jawane", orang Jawa yang tidak memegang tradisi, begitu mereka disebut. Biasanya, orang Jogja-Solo menganggap dirinya sebagai penutur Jawa kelas satu. Di luar itu, dianggap sebagai penutur kelas dua, tapi masih dengan senyum memaklumi.” (bangsari.blogspot.com/2007/06/rasisme-bahasa-jawa.html)


Salam,
Fashridjal M. Noor Sidin, Bandung

--- Pada Sel, 4/5/10, rinapermadi <rinap...@gmail.com> menulis:

Dewi Mutiara

unread,
May 4, 2010, 1:43:27 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Reni yang baik , terima kasih ya , dengan catatan lagu Pasan Mandeh , Uni suka kata2 dalam lagu itu ,dan Tiar Ramon menyanyikannya bagus , adik Uni juga suka menyanyikan lagu itu kalau temen2 dikantornya meminta.
Masalah pemakaian kata2 dalam bahasa Minang , kita selalu mendengar dari tekanan sang pembicara dan kebiasaan dalam keluarga mereka, bagi Uni mungkin Aden  atau waang <ang> kedengaran agak keras ,mungkin bagi telinga yang lain tidak apa2 , buat sebuah lagu seperti yang ditulis Pak Emi  kelihatannya enak diucapkan.
Namun demikian dalam berbicara carilah kata2 yang bisa saling menyenangkan , santun dan tidak membuat orang tersinggung , mudahkan ........mungkin tidak.

Wassalam

Dewi Mutiara, suku Sikumbang.


--- On Tue, 5/4/10, Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com> wrote:

From: Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com>

sjamsir_sjarif

unread,
May 4, 2010, 1:46:10 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Ado lo ciek lai nan takona dek ambo Angku Dotor Suhaeimi. Dalam kabanyakan panggilan (address term) kapado Tuhan Allah, MakNgah kadang-kadang geleng kapalo lo tacongang-congang.

Baa mangko kabanyakan panggilan ka Tuhan ba"kau-kau" jo ba"kamu-kamu"? Sadangkan si pandoa ba"aku-aku" maalamatkan doanyo ka Tuhannyo. Jadi tarasonyo go-eh, disalarehkan jo Caro Awak, bakomunikasi ka Tuhan tampaknyo tadanganyo saroman ba"aden-aden" jo ba"ang-ang" atau ba"waang-waang" pulo... :)

Takona lo jo kawan lamo maso ambo di SMP tahun 1947. Ado kawan ambo dari Kamang, namonyo Nasrullah. Mudah-mudahan lai sehat kini. Mungkin jo kawan-kawannyo katu ketek-ketek samo gadang atau indak di Kamang, inyo mungkin biaso ba"aden-aden". Tapi mungkin karano kami lah jadi "Anak Sikola Pasa" aratinyo sikola di Kota Bukittinggi, anak-anak sikola pasa ko dari berbagai kampuang-kampuang banyak nan ba"ambo-ambo". si Anas pun kadang-kadang ba"ambo-ambo" lo jo kami samo gadang anak sikola Pasa tu. Tapi kadang-kadang Si Anas sasek, kadang-kadang pakai "Aden" kadang-kadang pakan "Ambo" ka dirinyo. Nah, dek kawan-kawan kami anak-anak dari Balaigurah agak mantiko-mantiko pulo, baagiah pulo si Anas ko Gala "Ambo-Aden" .... :)

Tambah lagu rindu lo cek luh, "Den takona... jo Kampuang ...

--MakNgah
Sjamsir Sjarif

--- In Rant...@yahoogroups.com, ksuheimi@... wrote:
>
> Ado kato "den" nan enak di didanga, dan dinyanyikan
>
> "Bilo den kana
> Hati den taibo
> Tabayang-bayang
> Di ruang mato"
>
> Mari bersenandung
> Salam
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: "rinapermadi" <rinapermadi@...>
> Date: Tue, 4 May 2010 09:42:51
> To: <rant...@googlegroups.com>
> Subject: RE: [R@ntau-Net] Aden Tewas
>
> Bundo, Reni, Pak Emi, sanak Lauda (salam kenal) jo adidunsanak palanta yang
> mulia,
>
> Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
>
> Partamo ambo ucapkan selamat berholiday untuk Bundo semoga perjalanannya
> indah dan berbahagia tidak ada halangan berarti.
>
> Sanang mambaco postingan nan ciek ko. Dari sadonyo yang beralasan saketek
> banyaknyo dapek ditarimo logika. Tapi sebagai urang awak si padang kan juo
> punyo grammar sarupo jo bahaso-bahaso diseluruh dunia ko. Grammar bahaso
> awak kan ado 4 :
>
> 1. Mandaki
>
> 2. Manurun
>
> 3. Malereang
>
> 4. Mandata
>
> Urang awak biasonyo sangaik lihai jo grammar nan alah baurek baakar di darah
> ktio talabiah-labiah nan alah tingga di kampuang. Sahinggo seorang ibuk
> mawanti-wanti anaknyo nan ka mangecek jo Mamaknyo pabilo si anak nak ingin
> sesuatu misalkan pai marantau untuak sakolah atau kuliah. Bapasan mandeh ka
> si anak, pandai-pandai mangecek jo Mamak yo Nakk. (disiko diliek bukan

Reni Sisri Yanti

unread,
May 4, 2010, 1:53:50 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
betul uni dewi, terima kasih  bilo wak rami2 banyanyi un? bia suaro reni agak flas kalau barami2 kan jadi rancak heheheh...
 


From: Dewi Mutiara <iara_...@yahoo.com>
To: rant...@googlegroups.com
Sent: Tue, May 4, 2010 12:43:27 PM

Subject: Re: [R@ntau-Net] Aden Tewas

sjamsir_sjarif

unread,
May 4, 2010, 2:01:49 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Iyo lo tu Dewi jo Reni,
Kan lai takona barangkali untaian pantun MakNgah kartu ketek-ketek pulang mangaji basamo godang dari Surau pagi-pagi sambia batapouak-tapuak tangan.

Den pai ka Pitalah,
Den bali Jawi Sirah,
Den dabiah tabik darah,
Den gulai tabik kuwah,
Den imbau Aji Dulah,
Mandoa maningadah,
La ilaha illallah,
Muhammadan rasullulah ...

Salam,
--MakNgah
Kok diagak-agak-i, iyo banyak lo kecobas MakNgah katu ketek-ketek yo? Lah jadi pujangga lo kami katu ketek-ketek tu.

--- In Rant...@yahoogroups.com, Dewi Mutiara <iara_a2008@...> wrote:
>
> Reni yang baik , terima kasih ya , dengan catatan lagu Pasan Mandeh , Uni suka kata2 dalam lagu itu ,dan Tiar Ramon menyanyikannya bagus , adik Uni juga suka menyanyikan lagu itu kalau temen2 dikantornya meminta.Masalah pemakaian kata2 dalam bahasa Minang , kita selalu mendengar dari tekanan sang pembicara dan kebiasaan dalam keluarga mereka, bagi Uni mungkin Aden  atau waang <ang> kedengaran agak keras ,mungkin bagi telinga yang lain tidak apa2 , buat sebuah lagu seperti yang ditulis Pak Emi  kelihatannya enak diucapkan.Namun demikian dalam berbicara carilah kata2 yang bisa saling menyenangkan , santun dan tidak membuat orang tersinggung , mudahkan ........mungkin tidak.
> Wassalam
> Dewi Mutiara, suku Sikumbang.
>
> --- On Tue, 5/4/10, Reni Sisri Yanti <resy_2000@...> wrote:

ksuh...@yahoo.com

unread,
May 4, 2010, 2:36:42 AM5/4/10
to Rantau
Pantun mak angah luar biasa, antenenyo tinggi. Istilah2 saisuak yo bana pas, asyik mambaconyo
Baitu juo lagu2 rancak nan si nyaniyan dek Rani
Riwayat dan kisah Rina dan Dewi
Sarato contoh2 nan disampaikan oleh Ifah yang banya berceritra tentang kata Aden dan Tewas lewat Sms

Semua penulis2 tangguh ;uga tetua kita Pak Saaf dan pak azmi memperkaya khazanah kita.

Diskusi tentang Aden dan tewas ini bekembang tanpa ada yg merah telinganya
Diskusi mengalun dengan santai tapi penuh makna

Kita telah menunjuk dan mempercayai sanak Jepe sebagai NOTULEN serta membuat kesimpulan tentang diskusi di Milis Ini

Salam dan do'a
K Suheimi
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----

Muhammad Dafiq Saib

unread,
May 4, 2010, 3:48:57 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu

Sato pulo manambah carito saketek.....

Aden... adolah bahaso ka badan diri, aratino katiko awak mangecek jo urang lain, manyabuik diri awak sandiri. Pabilo 'aden' dipakai? Dari pangamatan ambo sajo, awak man'den' katiko urang alah mampa'waang' awak sacaro permanen. Biasono iko tajadi dalam pargaulan samo gadang, jo kawan sa pamainan. Katiko urang lain atau kawan-kawan alah ba waang, biasono otomatis awak manden kadiri awak.

Panggilan ka badan diriko adolah hasia didikan mulo-mulo dari urang gaek awak.  Urang-urang tuo awak daulu maajai awak baa caro mambahasokan diri, sajak muloi awak ka pandai mengecek, baumua sakitar duo tahun. Di lingkungan kaluarga kami, masiang-masiang kami manyabuikan namo sandiri katiko mangecek jo nan labiah tuo. Ibu ambo daulu manyabuik namo baliau katiko mangecek jo kakak-kakak baliau. Baitu pulo di generasi ambo. Jadi indak baaden atau baawak doh. Sarupo itu daulu diaja urang tuo. Tabao sampai kini, alah jadi inyiak urang. Kakak sapupu ambo nan alah baumua 70 taun nan namo panggilanno Man, ba Man ka dirino katiko no mangecek jo etek kami, sampai kini.

Baliak ka bahaso ba aden ko. Di lingkuangan samo gadang, iyo sarupo itu. Ba aden, ba waang. Duduak di lapau basamo gadang sarupo itu sajo awak saliang mambahasokan diri. Walaupun sabanano indak lo taruih manaruih sarupo itu. Ado katikono barubah manjadi 'labiah haluih' jo ba ambo. Duo urang nan bakanti, bakonco arek, katiko duduak di tampek urang baralek, malakukan pasambahan adat, indak panah awakno salamo pasambahan tu ba aden ka dirino dan indak ka mungkin pulo ba waang ka lawan bapasambahan tu. Mareka saliang maimbauan gala masiang-masiang. 'Alah sampai di Tan Bandaro tu...... (Alah Tan Gindo).... Indak do dikatoan alah, dek ambo lai duduak baduo jo batigo lo jo baliau angku nan tuo, nak ambo bao kato jo mufakat, direnjeng kato jo baiyo, basifat mananti  Bandaro jo panitahan........

Atau barubah sasudah bacarai bapuluah tahun. Jo kawan-kawan samo sakola di SR (samo-samo lo mangaji, aratino samo-samo sapamainan 50 tahun nan lapeh), kini basuo, indak pandai awak ba aden jo ba waang lai do. Alah barubah sajo jadi ba angku ka ano jo ba ambo ka badan diri awak, walaupun indak saliang maimbau gala. Alah 'risih' surang sajo awak ba aden jo ba waang. raso-raso kurang tapek nan sarupo itu lai.

Urang-urang tuo kami nan maaja babahso 'haluih' ka diri awak jo manyabuik namo surang tu bausaho panuah bana pulo jo indak panah mam pa-waang. 'Didi, kamarilah, ko mak tuo mambuek goreng pisang untuak Didi.' Jawek si Didi, 'Goreng pisang ko iyo katuju bana di Didi go mak tuo.....'.  Indak mungkin no ka mangecek-an, 'Goreng pisang ko katuju bana di den.'

Sabab ado pulo di kampuang kami juo, urang tuo nan ba waang-waang ka anak kanduang no dan si anak tanyato ba aden ka dirino katiko mangecek jo urang tuono tu. Baitu pulo katiko awak alah sato-sato lo duduak di lapau dakek nan tuo-tuo, katiko ado mak etek nan ba waang-waang, ba ansua-ansua jadi ba aden lo awak mangecek jo baliau. Sabab kalau manyabuikan namo juo, banyak nan tuo-tuo nan lain nan ka mampagarahan, ka mancimeean.

Di sakola di kampuang, ado dia antaro guru-guru nan biaso bana ba waang ka murik-murik. tapi kalau ka guru indak ado murik nan barani ba aden do. Bahaso resmi untuak diri sandiri di sakola adolah 'awak'. Katiko guru batanyo sia nan tau jawaban, bacirabuik murik-murik manunjuak, sambia mangecek-an 'wak buk - wak buk.' Mukasuik no 'saya ibu - saya ibu', kalau dalam bahaso Indonesia

Pangaruah caro mamanggia ka anak ko alah ambo buktian bana jo anak-anak ambo. Antah baa, kami dulu ba kamu-kamu ka anak, (balain jo urang tuo nan manyabuik namo awak, indak ba kamu atau ba waang). Tanyato anak-anak jadi ba aku ka dirino masiang-masiang. Tapi manyabuik namo sandiri katiko mangecek jo pak etek, jo etek, jo mak tuo mareka, sabab urang-urang tu indak ado nan ba kamu-kamu ka mareka.

Nan panah tingga di Banduang alah mampakayo pulo caro mambahasokan diriko jo 'kito'. Iko tarjemahan langsuang dari 'urang' dalam bahaso Sunda, nan aratino memang iyo 'kito'. Walaupun kito, kita dalam bahaso Indonesia bararati kato ganti diri basamo jo urang lain nan awak tamasuak di dalamno. Urang Sunda punyo pulo babarapo tingkek panggilan ka diri ko. Nan haluih ba 'abdi', iko dipakai katiko mangecek jo urang nan labiah dihoromaik-i. Bahaso kasano 'aing', iko mungkin satingkek jo 'aden' kalau di awak. Nan di tangah-tangah, itu tadi, 'urang'. 

Wassalamu'alaikum,


 
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H,
Jatibening - Bekasi


ksuh...@yahoo.com

unread,
May 4, 2010, 4:07:39 AM5/4/10
to Rantau
Ada yang meng artikan awak : aku + engkau.
Aku dan kau suka awak

Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Muhammad Dafiq Saib <stlemba...@yahoo.com>
Date: Tue, 4 May 2010 00:48:57 -0700 (PDT)
Subject: [R@ntau-Net] Aden - ang - agau..... Ambo - angku - sanak...... awak - (ba)liau

Anzori

unread,
May 4, 2010, 4:31:15 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Bagaimana sebutan yang halus, dari yang muda kepada yang tua, yang seumur, yang tua kepada yang muda? Barangkali paralu dijalehan di siko.
 
Suatu hal yang sangat megesankan dek ambo, katiko mintuo mamanggia ambo tidak dengan sebutan "namo", "minantu", "ayah si ..." , tapi dengan sebutan " Sutan" dek karano gala ambo wakatu nikah adolah " Sutan Alamsyah" . Jadi sampai kini manyabuik ambo selalu dengan panggilan " sutan"  suatu pnggilan nan paliang ambo haragoi dan nan paliang haluih manuruik ambo dari seorang mintuo ka minantu. Baa sarancaknyo manuruik Ustadz?
Wass wr.wb

Sent: Tue, May 4, 2010 3:07:39 PM
Subject: Re: [R@ntau-Net] Aden - ang - agau..... Ambo - angku - sanak...... awak - (ba)liau

zsyam...@yahoo.com.sg

unread,
May 4, 2010, 4:44:22 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Ado juo manyabuik kadirinyo wakden. Barangkali barasa dari awak & denai. Beragam sebutan sebagai kata ganti orang di Minang, ditentukan kebiasaan sehari hari setiok nagari, adokalanyo dipengaruhi dari daereh lainnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

jupar...@yahoo.com

unread,
May 4, 2010, 5:57:32 AM5/4/10
to rant...@googlegroups.com
Nan padusi samo gadang lah akrab kawan sakolah samo gadang

Yo seru lo "ba waang2 ba angku2" caro laki2 ka badan dirinyo

Contoh

"Oiii Des kama sajo angku dari tadi lah panek Aden mancari Angku"

"Waang sajo lah Lin, pai ka rumah tu"

Ambopun masih suko kalau chat jo kawan akrab sakolah saumua nan padusi mamanggia "waang atau angku" iko labiah haluih dan lamak di danga dari pado ambo ba Ka-u ka kawan ambo ko :-)

Jadi intinyo yo baagak2 juo dan paralu juo saketek awak urang minang ko kok alun saliang mangenal bana labiah dalam, ketek samo gadang dan labiah tuo di panggia jo sapaan nan sopan dan wajar2 sajo samisal
Ambo, awak, Pak, ibu,etek, mamak,uda, uni, om, angku, dll

Walau di suatu daerah ba den..den ba waang waang ko bahaso pergaulan nan biaso2 sajo tapi di daerah lain bisa jadi kasa tadanganyo apolai di milist RN nan cukuik heterogen asa kampuang kito

Bagi ambo pribadi yo alun talok lai ba waang-waang, ba aden-aden ka kawan samo gadang disiko (milist RN) dan juo nan labiah ketek ka ambo

Tapi dalam bahasa atau sebuah tulisan dalam kontek tertentu dialog sebuah cerita semisal dalam episode CB ketika sisopir mamanggia si Kaliang .."ba waang" sementara si sopir ba Aden" ke dirinya itu akan membuat diolog lebih hidup dan wajar saja

Menjadi tidak wajar ketika si kaliang mam pa "waang" sopirnya yang lebih tua dari dia (segi umur dan sudah dianggap orang tuanya) yang nota bene adalah Bos nya juga :-)

Ini adalah masalah raso jo pareso manuruik ambo, lebih kepada bahasa hati dan kehalusan bertegur sapa kapan pantasnya. Disutuasi dan dimana kita harus "ber waang-waang dan ber aden-aden"

Lah banyak pembahasan dari sanak2 disiko dan sangat menarik sekali

Wass-Jepe
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages