Masih Seputar PRRI (Cerita Ringan dari Papa Saya)

101 views
Skip to first unread message

jupardi andi

unread,
Feb 15, 2011, 5:34:51 AM2/15/11
to rantaunet rantaunet
Assalamualaikum wr wb

Ketika berwisata dengan KB RN ke Sikuai tentunya saya menyempatkan diri ke rumah dan melihat orang tua saya, di hari Minggu sore setelah pulang dari Sikuai Resort saja jumpa orang tua saya yang kami panggil Papa, diberanda rumah tertarik juga saya sedikit mewawancarai atau menyakan keikutsertaan dan suka duka papa saya yang juga bagian dari PRRI. Ini sekedar berbagi saja saya sendiri tidak terlalu dalam pengetahuan, wawasan saya seputar PRRI tapi setelah ikut menjadi anggota RN sungguh bertambah dalam wawasan saya apa dan bagaimana seputar PRRI dengan berbagai cerita anggota RN semua baik itu tulisan sejarah yang otentik, wawancara lansung dengan pelakunya atau cerpen2 fiktif yang sekiranya mengambil setingan jaman bergolak tersebut.

Begini kisah Papa saya

Papa saya  H. M Djuli sejatinya lahir tanggal 21 Juli 1928 tapi secara legal formal dalam catatan sipil terlahir tanggal 21 Juli 1933 dan itu tidak aneh lagi pada jaman beliau "umur dimudakan" untuk alasan sekolah dan lain sebagainya pada jaman beliau. Terakhir papa saya adalah pensiunan PNS di Kantor (Dinas) urusan perumahan Kodya Padang (dulunya dibawah Dept Sosial), tentunya usia beliau saat ini 82 Tahun ++, Alhamdulillah beliau masih sehat untuk ukuran seusianya dalam arti belum pikun masih kuat berjalan kaki tanpa tongkat ke mesjid dekat rumah, selera makannya masih mau walau makanan tertentu harus dibatasi hanya ada gangguan mata yang mulai kabur dan itu telah dilakukan operasi katarak serta upaya tersebut sudah maksimal tapi alhamdulillah untuk melihat masih cukup jelas hanya membaca koran yang kesulitan walau sudah dibantu kaca mata spesialis membaca.

Sekitar tahun 1956 Papa saya selepas tamat SMA 1 Padang kuliah di Unand Fakultas Hukum seangkatan dengan dosen senior Fahukum yaitu Bpk Sofyan Muchtar SH ketika masa PRRI tahun 1958 papa saya meninggalkan bangku kuliah dan ikut bergabung dengan pasukan dibawah pimpinan Kapten ? Salamoni orang Ambon mantan tentara KNIL yang bersimpati pada perjuangan PRRI, pasukan mereka berjumlah sekitar 40 orang (termasuk waktu itu kata papa saya Syafei pendiri INS ikut dalam rombongan ini) dan mengadakan latihan militer di Ladang Laweh pinggiran kota Payakumbuh. Tentara pusat APRI datang satu kompi mengepung mereka di ladang laweh, papa saya beserta regunya berhasil melarikan diri dari kepungan tentara pusat, sementara 1 regu pasukan PRRI lainnya berhasil ditangkap oleh tentara pusat berikut merampas senjata seperi Kareben ? dan Basoka, menurut cerita papa saya ke 12 orang tersebut dihabisi oleh tentara pusat yang masih diingat papa saya namanya Mahyuddin komandan regu orang Batu kambing dan Budi CS orang Padang, kuburan ke 12 orang ini masih ada di Simpang Ampek jalan menuju ke Ladang Laweh Situjuah Banda Dalam.

Papa saya dan kawan-kawan yang lainnya terus berlari diseputar hutan Gunung Sago menghindar dari kepungan tentara pusat dengan kekuatan penuh bersenjata lengkap boleh dikatakan tidak ada perlawanan tembak menembak lagi karena senjata PRRI dibawah pimpinan Salamone telah dirampas oleh tentara pusat, intinya hanya mencoba melarikan diri dari kepungan tentara pusat dari hutan ke hutan dengan segala penderitaan dan kahirnya sampai ke wilayah hutan di Lintau. dari jumlah awal sekitar 40 orang karena tekanan tentara pusat membuat papa saya dan kawannya terpecah menjadi bagian kecil dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing karena secara mental psikologis rasa-rasanya mereka tidak mampu mengadakan perlawanan dengan tentara pusat. Akhirnya papa saya dalam pelariannya menghindari penangkapan tentara pusat sampai diseputar kampung tanah kelahirannya Kota Tangah Tanjung Emas Tanah Datar yaitu disekitar hutan Matobak Sungai Salak bergabung dengan pasukan Malin Marajo.

Akhirnya di Tahun 1961 dicapai kesepakatan antara Ahmad Husen dengan tentara pusat (APRI) di Kota Padang intinya para tentara PRRI yang masih bersembunyi agar menyerahkan diri dan tidak akan ada proses hukum serta hal-hal lainnya dan kondisi dinyatakan aman. Papa saya kembali lagi ke Padang untuk menyerahkan diri dan didata dan diperiksa oleh Kolenel Surya Sumpeno di PLN Simpang Haru. Setelah di data (screning) papa saya kembali kekampung dan diserahkan ke wali nagari setempat bersama kawan-kawannya yang lain. Papa saya hanya bertahan dikampung 4 bulan dan kembali lagi ke Padang saat itu PKI mulai mengganas dan unjuk gigi. sampai di Padang merantau serta bekerja di toko kue Tip Top (berada diseputaran RM Selamat Pasar Raya) yang terkenal saat itu,  tahun 1962 papa saya  menikah dengan Ibu saya Rosna Mustafa yang saat itu telah menajdi PNS sebagai guru PGA di Kota Padang. Tahun 1963 ketika lahir anak pertama (kakak saya) papa saya mencoba melamar menjadi PNS di Departemen Sosial cq Kantor Urusan Perumahan Kodya Padang dan diterima dengan golongan II A berbekal ijazah SMA serta pengalaman kuliah 1 Tahunan di Fakultas Hukum, papa saya tidak menaruh minat lagi melanjutkan kuliah karena jaman saat itu lagi kacau dengan PKI.

Itulah seputar kisah papa saya dijaman PRRI

Wass_Jepe

Reni Sisri Yanti

unread,
Feb 15, 2011, 6:09:21 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com

Selamat da Jepe,sudah berhasil mewawancara papa da Jepe, salah satu yg ikut serta soal PRRI ini, dan Reni...lagi2 gagal mewawancarai salah satu warga kampung Reni yg juga tentara...yah mudah2an Beliau suatu saat kalau Reni pulang lagi sehat dan berumur panjang...


Renny,Bim


From: jupardi andi <jupar...@yahoo.com>
To: rantaunet rantaunet <rant...@googlegroups.com>
Sent: Tue, February 15, 2011 5:34:51 PM
Subject: [R@ntau-Net] Masih Seputar PRRI (Cerita Ringan dari Papa Saya)
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/

andi ko

unread,
Feb 15, 2011, 7:15:16 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Mantap da, cerita-cerita ringan iko nan menginspirasi

salam

andiko

Pada tanggal 15/02/11, Reni Sisri Yanti <resy...@yahoo.com> menulis:

jupardi andi

unread,
Feb 15, 2011, 7:27:20 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Terima kasih Andiko dan Reni

 itu sekedar tambah tukuak sajo
kalau fiksinya lah uda caritokan dulu kan masih ingek tentara pusek nan langiah mamariso surek masyarakat nan naik oto bis dari bukik ka Padang jaman bagolak tu

di Oto ko ado Cino Padang pas giliran tantara pusek nan kebetulan urang awak ko mamareso surek2 penumpang pas giliran Cino Padang

"Sunek..sunek..maa sunek ang..kaluakan sunek ang"

iyo manggigia lutuik Cino ko dalam ati e

"mati den ha..aden ndak basunek do"

jo mati katakuian Cino ko manjawek

"Pakkkk (bergetar suaronyo) ambo  kapia Pakkkk..ambo indak basunek do"
*sambia kamambuka sarawa e mode on*  ka mancaliakan lai

Plis deh..ha ha ha ha..Surat Surat ente mana ho qik qiks

(tapi ini bisa jadi sebuah kenyataan dulunya)

Salam_Jepe

Dari: andi ko <andi....@gmail.com>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Sel, 15 Februari, 2011 19:15:16
Judul: Re: [R@ntau-Net] Masih Seputar PRRI (Cerita Ringan dari Papa Saya)

Abraham Ilyas

unread,
Feb 15, 2011, 8:27:31 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Dunsanak di palanta khususnya Dinda Jepe nan ambo hormati.

Ambo ingin bakomentar sarato manambah informasi  untuak judul "berbagi kisah" tentang pengalaman pribadi orang tua Jepe dalam pristiwa PRRI.

Dengan adonyo "pengakuan jujur" generasi  muda MK sarupo iko (   ".........Ini sekedar berbagi saja, saya sendiri tidak terlalu dalam pengetahuan tentang peristiwa.....") ----> mako ambo menyadari disengaja atau tidak, kejadiaan PRRI iko memang alah ditutupi oleh ....???

Oleh karano itu ide penulisan cerita cerita seputar PRRI yang diseting pengalaman pengalaman perorangan ataupun pengalaman komunitas (baca: setingkat nagari) perlu kito pasakokkan, karena ini lebih manusiawi sifatnya.

Kok dalam bentuk sejarah dengan penulisan formal maka nan akan banyak dikisahkan ialah peranan tokoh tokoh ngetop yang memang bagian ahli sejarah untuak menyusunnyo, dan sering menimbulkan kontoversi.

Ditulisnya kisah mereka (sejarah) tersebut karena adanya peranan/ikut serta rakyat badarai, .....entah dia itu bapak, mamak, datuk kita yang sato pulo sakaki dalam kejadiaan yang bersejarah tsb....!!!
----------------

Tentara pusat APRI datang satu kompi mengepung mereka di ladang laweh, papa saya beserta regunya berhasil melarikan diri dari kepungan tentara pusat, sementara 1 regu pasukan PRRI lainnya berhasil ditangkap oleh tentara pusat berikut merampas senjata seperi Kareben ? dan Basoka, menurut cerita papa saya ke 12 orang tersebut dihabisi oleh tentara pusat yang masih diingat papa saya namanya Mahyuddin komandan regu orang Batu kambing dan Budi CS orang Padang, kuburan ke 12 orang ini masih ada di Simpang Ampek jalan menuju ke Ladang Laweh Situjuah Banda Dalam.

Informasi nan ambo tarimo tentang Mahyudin sbb: Beliau adalah orang nagari Sitalang, bersebelahan dengan nagari Batu kambiang/Agam, suku Jambak.

Saat bergabung dengan PRRI pangkatnya sersan mayor, lalu  dinaikkan pangkatnya menjadi letnan dan diangkat menjadi komandan kompi Tentara Pelajar/mahasiswa di daerah sekitar Payakumbuah.

Ketika terbunuh meninggalkan seorang anak berusia lk. 10 th.
Anak tersebut kelak termasuk pelajar yang mendapat beasiswa dari presiden Habibie untuk sekolah ke Jerman, dan kini ibu beserta anak berdomisili di Jakarta.

Satantangan perintah membunuh habis semua tentara nan ditangkap iko ado pulo curitonyo nan mirip sedang disusun syairnyo oleh kawan ambo (lihat di http://nagari.or.id/?moda=cari ). Insyaalah syair beliau akan ikut menjadi salah satu curito/kaba/kisah PRRI nan barado di ranah raso tsb......silakan Sutan Mancayo menghubunginya !
-----------
Akhirnya papa saya dalam pelariannya menghindari penangkapan tentara pusat sampai diseputar kampung tanah kelahirannya Kota Tangah Tanjung Emas Tanah Datar yaitu disekitar hutan Matobak Sungai Salak bergabung dengan pasukan Malin Marajo (http://td73.nagari.or.id/tanjungprri.php )

Pasukan istimewa Baringin Sati
Anggotanya banyak berjumlah sekompi
Berbaris apel setiap pagi
Menunggu sarapan sebungkus nasi

Baringin Sati kompi istimewa
Komandan bernama Muhir Aloha
Anggotanya banyak parewa kota
Mereka bergabung secara sukarela

Bersama wakilnya Malin Marajo
Guru silat aliran Kumango
Senang memakai kopiah sebo
Tapi tak suka menebar foto


Malin Marajo ini saat kembali ke kota Batusangkar setelah amnesti, hilang secara misterius, kabarnya diculik dan dibunuh oleh OPR.

Salam

Abraham Ilyas lk. 65th.

NB. Kalau lai ado anggota palanta iko nan tau dengan keluarga Muhir Aloha (suku Aceh, pegawai PLN Btsk sblm bergolak) mohon infonyo.

jupardi andi

unread,
Feb 15, 2011, 8:45:47 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Pak AI nan ambo hormati sarato dunsanak palanta RN

Onde..tarimo kasih bana lah ambo, sabana mambuka mato ambo satantang penjelasan Pak AI urang2 nan dikisahkan papa ambo ko, jujur sajo papa ambo tu yo indak tentara militan bagai do hanyo raso solidaritas nan tinggi sajo, inyo basyukur bana lah dapek lari dan indak kanai tembak itu lah sarupo (istilah)nyo "lah nyawa cadangan sajo nan diagiah nan kuaso" lah lari lintang pukang sajo papa ambo jo kawan2 dirimbo2 tu asa lai indak takapuang jo tatangkok dek tentara pusek dengan segala penderitaan iduik dalam hutan, jujur sajo dek ulah ikuik bagolak ko papa ambo kalau manuruik ukuran kawan saumuanyo talambek kawin mah, kalau umua urang tuo ambo kini 82 Tahun, paliang indak atau kawan2nyo nan masih iduik (laki2) anaknyo nan paliang tuo anaknyo umua sekitar 58 an tapi papa ambo anak nan tuonyo umua 47.

Tambahan penjelasan ko ambo sampaikan ka papa ambo dikesempatan pertamo,

ado juo nan penasaran ambo Pak AI, itu ha Salamone urang Ambon tu..baa pulo tu siapa dan bagaimana sosok Salamone urang ambon ko ado penjelasan dari Pak AI dan dunsanak ahli sejarah PRRI

Wass_Jepe


Dari: Abraham Ilyas <abraha...@gmail.com>
Kepada: rant...@googlegroups.com
Terkirim: Sel, 15 Februari, 2011 20:27:31

Judul: Re: [R@ntau-Net] Masih Seputar PRRI (Cerita Ringan dari Papa Saya)

taufiq...@rantaunet.org

unread,
Feb 15, 2011, 9:01:15 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com

Maaf pak AI,
Sangenek analisa ringan ambo

Diinfokan anak almarhum Mahyudin ba umua 10 tahun sewaktu baliau maningga

Berarti baliau lahia sekitar th 1951

Kalau pas inyo usia kuliah (umua 20an). Habibi alun pulang ka Indonesia karano masih di Jerman

Project Habibi iko rasonyo baru ado tahun 90an. Terutama untuk ahli dirgantara


Apakah ada juga bea siswa untuk orang yang berumur 40an ?

Mungkin karena dia karyawan/dosen berprestasi

Tarimo kasih

TR


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Abraham Ilyas

unread,
Feb 15, 2011, 9:04:09 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Dinda Jepe sarato dunsanak di palanta nan ambo hormati

Satantangan Salamone, orang Ambon tersebut, ambo alun dapek infonyo.
Dek karano manyabuik orang Ambon, mako ado pulo curito peristiwa kematian tentara PRRI yang berasal dari suku Ambon dan ikuik bergerilya di nagari Paninggahan/kab. Solok nan berjasa terhadap masyarakat.

Syairnyo sadang disusun oleh Hera Hastuti HM, mahasiswi UNP Padang, diantara ditulis sbb:

Bagi gerilyawan di rimba hutan
Lokasi persembunyian terasa aman
Sifat waspada sering dilupakan
Di situ terjadi celaka badan

Sersan Yance bernasib malang
Pemuda Ambon yang rajin sembahyang
Menerima takdir bernasib malang
Ditembak Apri dari belakang

Sudah kehendak Yang di Atas
Yance tertembak langsung tewas
Ada jasanya yang sangat jelas
Perlu dihargai secara pantas

Perlu dihargai diberi acungan
Yance berpikir masalah kelangsungan
Bidang pendidikan jadi usungan
Dia merintis Sekolah Penampungan

Walau perang sedang berlangsung
Bidang pendidikan tetap dianjung
Ada SMP, SMA Penampung
Letak lokasi di tengah kampung

Sekolah terletak di jorong Subarang
Banyak gurunya pengungsi pendatang
Tiada digaji menerima uang
Mereka termasuk kelompok pejuang


dst...............

Salam

AI

dasrie...@yahoo.com

unread,
Feb 15, 2011, 9:10:13 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Analisa Taufik benar.
Adiak ambo ambiak master thn 93 di Mesin ITB, thesisnya mengenai keretakan sayap pesawat karena vibrasi, pembimbing utamanya pak Hbb dari IPTN

Berarti thn sekitar itulah banyak pengiriman sarjana Ind ke luar oleh Hbb

Berarti beliau telat kawin dan punya anak seusia adiak ambo

Wass

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Abraham Ilyas

unread,
Feb 15, 2011, 9:15:41 AM2/15/11
to rant...@googlegroups.com
Pak TR.

Menurut informasi nan ambo tarimo beliau pegawai Dep. PU Pak.
Nah apakah sudah ado peranan Habibie menyekolahkan/memberi rekomendasi pegawai Dep PU untuk belajar/sekolah ke Jerman sebelum beliau menjabat presiden RI ?

Salam

AI


rinapermadi

unread,
Feb 17, 2011, 4:11:10 AM2/17/11
to rant...@googlegroups.com

Mak Jepe jo adidunsanak Palanta,

 

Ambo lah batanyo jo Papa tentang Kapten Salamoni ko Mak, indak tau Papa doh. Papa hanyo sampai  di lua Payakumbuah daerah  Suayan. Itupun hanyo sekitar 4 bulan batugas awal tahun 1960.

 

Tentang kesepakatan Ahmad Husein dengan Tentara Pusat, hal inilah yang amat disayangkan oleh Buya Moh. Natsir. Sebab Ahmad Husein tidak bersepakat dulu dengan pimpinan PRRI lainnya sehingga jadi ‘dulu kudian’.

 

Sakitu dulu

Wassalam

Rina

--

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages