Dunsanak di palanta khususnya Dinda Jepe nan ambo hormati.
Ambo ingin bakomentar sarato manambah informasi untuak judul "berbagi kisah" tentang pengalaman pribadi orang tua Jepe dalam pristiwa PRRI.
Dengan adonyo "pengakuan jujur" generasi muda MK sarupo iko (
".........Ini sekedar berbagi saja, saya sendiri tidak terlalu dalam pengetahuan tentang peristiwa.....") ----> mako ambo menyadari disengaja atau tidak, kejadiaan PRRI iko memang alah ditutupi oleh ....???
Oleh karano itu ide penulisan cerita cerita seputar PRRI yang diseting pengalaman pengalaman perorangan ataupun pengalaman komunitas (baca: setingkat nagari) perlu kito pasakokkan, karena ini lebih manusiawi sifatnya.
Kok dalam bentuk sejarah dengan penulisan formal maka nan akan banyak dikisahkan ialah peranan tokoh tokoh ngetop yang memang bagian ahli sejarah untuak menyusunnyo, dan sering menimbulkan kontoversi.
Ditulisnya kisah mereka (sejarah) tersebut karena adanya peranan/ikut serta rakyat badarai, .....entah dia itu bapak, mamak, datuk kita yang sato pulo sakaki dalam kejadiaan yang bersejarah tsb....!!!
----------------
Tentara pusat APRI datang satu kompi mengepung mereka di ladang laweh, papa saya beserta regunya berhasil melarikan diri dari kepungan tentara pusat, sementara 1 regu pasukan PRRI lainnya berhasil ditangkap oleh tentara pusat berikut merampas senjata seperi Kareben ? dan Basoka, menurut cerita papa saya ke 12 orang tersebut dihabisi oleh tentara pusat yang masih diingat papa saya namanya Mahyuddin komandan regu orang Batu kambing dan Budi CS orang Padang, kuburan ke 12 orang ini masih ada di Simpang Ampek jalan menuju ke Ladang Laweh Situjuah Banda Dalam.
Informasi nan ambo tarimo tentang Mahyudin sbb: Beliau adalah orang nagari Sitalang, bersebelahan dengan nagari Batu kambiang/Agam, suku Jambak.
Saat bergabung dengan PRRI pangkatnya sersan mayor, lalu dinaikkan pangkatnya menjadi letnan dan diangkat menjadi komandan kompi Tentara Pelajar/mahasiswa di daerah sekitar Payakumbuah.
Ketika terbunuh meninggalkan seorang anak berusia lk. 10 th.
Anak tersebut kelak termasuk pelajar yang mendapat beasiswa dari presiden Habibie untuk sekolah ke Jerman, dan kini ibu beserta anak berdomisili di Jakarta.
Satantangan perintah membunuh habis semua tentara nan ditangkap iko ado pulo curitonyo nan mirip sedang disusun syairnyo oleh kawan ambo (lihat di
http://nagari.or.id/?moda=cari ). Insyaalah syair beliau akan ikut menjadi salah satu curito/kaba/kisah PRRI nan barado di ranah raso tsb......silakan Sutan Mancayo menghubunginya !
-----------
Akhirnya papa saya dalam pelariannya menghindari penangkapan tentara pusat sampai diseputar kampung tanah kelahirannya Kota Tangah Tanjung Emas Tanah Datar yaitu disekitar hutan Matobak Sungai Salak bergabung dengan pasukan Malin Marajo (
http://td73.nagari.or.id/tanjungprri.php )
Pasukan istimewa Baringin Sati
Anggotanya banyak berjumlah sekompi
Berbaris apel setiap pagi
Menunggu sarapan sebungkus nasi
Baringin Sati kompi istimewa
Komandan bernama Muhir Aloha
Anggotanya banyak parewa kota
Mereka bergabung secara sukarela
Bersama wakilnya Malin Marajo
Guru silat aliran Kumango
Senang memakai kopiah sebo
Tapi tak suka menebar fotoMalin Marajo ini saat kembali ke kota Batusangkar setelah amnesti, hilang secara misterius, kabarnya diculik dan dibunuh oleh OPR.
Salam
Abraham Ilyas lk. 65th.
NB. Kalau lai ado anggota palanta iko nan tau dengan keluarga Muhir Aloha (suku Aceh, pegawai PLN Btsk sblm bergolak) mohon infonyo.