A. SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN ASY’ARIYAH
1. Pendiri
Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy. Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Basyar Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa Al-Asy’ari, seorang sahabat Rasulullah saw. Kelompok Asy’ariyah menisbahkan pada namanya sehingga dengan demikian ia menjadi pendiri madzhab Asy’ariyah.
Abul Hasan Al-Asya’ari dilahirkan pada tahun 260 H/874 M di Bashrah dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 324 H/936 M. Ia berguru kepada Abu Ishaq Al-Marwazi, seorang fakih madzhab Syafi’i di Masjid Al-Manshur, Baghdad. Ia belajar ilmu kalam dari Al-Jubba’i, seorang ketua Muktazilah di Bashrah.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Abu Ali Al-Jubba’i, salah seorang pembesar Muktazilah. Hal itu menjadikan otaknya terasah dengan permasalahan kalam sehingga ia menguasai betul berbagai metodenya dan kelak hal itu menjadi senjata baginya untuk membantah kelompok Muktazilah.
Al-Asy’ari yang semula berpaham Muktazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli Sunnah. Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan telah mengalami kemelut jiwa dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar dari Muktazilah. Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya dengan Al-Jubba’i seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan).
Sumber lain mengatakan bahwa sebabnya ialah pada bulan Ramadhan ia bermimpi melihat Nabi dan beliau berkata kepadanya, “Wahai Ali, tolonglah madzhab-madzhab yang mengambil riwayat dariku, karena itulah yang benar.” Kejadian ini terjadi beberapa kali, yang pertama pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, yang kedua pada sepuluh hari yang kedua, dan yang ketika pada sepuluh hari yang ketiga pada bulan Ramadhan. Dalam mengambil keputusan keluar dari Muktazilah, Al-Asy’ari menyendiri selama 15 hari. Lalu, ia keluar menemui manusia mengumumkan taubatnya. Hal itu terjadi pada tahun 300 H.
Setelah itu, Abul Hasan memposisikan dirinya sebagai pembela keyakinan-keyakinan salaf dan menjelaskan sikap-sikap mereka. Pada fase ini, karya-karyanya menunjukkan pada pendirian barunya. Dalam kitab Al-Ibanah, ia menjelaskan bahwa ia berpegang pada madzhab Ahmad bin Hambal.
Abul Hasan menjelaskan bahwa ia menolak pemikirian Muktazilah, Qadariyah, Jahmiyah, Hururiyah, Rafidhah, dan Murjiah. Dalam beragama ia berpegang pada Al-Qur’an, Sunnah Nabi, dan apa yang diriwayatkan dari para shahabat, tabi’in, serta imam ahli hadits.
2. Pemikiran Al-Asy'ari dalam Masalah Akidah
Ada tiga periode dalam hidupnya yang berbeda dan merupakan perkembangan ijtihadnya dalam masalah akidah.
a. Periode Pertama
Beliau hidup di bawah pengaruh Al-Jubbai, syaikh aliran Muktazilah. Bahkan sampai menjadi orang kepercayaannya. Periode ini berlangsung kira-kira selama 40-an tahun. Periode ini membuatnya sangat mengerti seluk-beluk akidah Muktazilah, hingga sampai pada titik kelemahannya dan kelebihannya.
b. Periode Kedua
Beliau berbalik pikiran yang berseberangan paham dengan paham-paham Muktazilah yang selama ini telah mewarnai pemikirannya. Hal ini terjadi setelah beliau merenung dan mengkaji ulang semua pemikiran Muktazilah selama 15 hari. Selama hari-hari itu, beliau juga beristikharah kepada Allah untuk mengevaluasi dan mengkritik balik pemikiran akidah muktazilah.
Di antara pemikirannya pada periode ini adalah beliau menetapkan 7 sifat untuk Allah lewat logika akal, yaitu:
•Al-Hayah (hidup)
•Al-Ilmu (ilmu)
•Al-Iradah (berkehendak)
•Al-Qudrah (berketetapan)
•As-Sama' (mendengar)
•Al-Bashar (melihat)
•Al-Kalam (berbicara)
Sedangkan sifat-sifat Allah yang bersifat khabariyah, seperti Allah punya wajah, tangan, kaki, betis dan seterusnya, maka beliau masih menta'wilkannya. Maksudnya beliau saat itu masih belum mengatakan bahwa Allah punya kesemuanya itu, namun beliau menafsirkannya dengan berbagai penafsiran. Logikanya, mustahil Allah yang Maha Sempurna itu punya tangan, kaki, wajah dan lainnya.
c. Periode Ketiga
Pada periode ini beliau tidak hanya menetapkan 7 sifat Allah, tetapi semua sifat Allah yang bersumber dari nash-nash yang shahih. Kesemuanya diterima dan ditetapkan, tanpa takyif, ta'thil, tabdil, tamtsil dan tahrif.
Beliau para periode ini menerima bahwa Allah itu benar-benar punya wajah, tangan, kaki, betis dan seterusnya. Beliau tidak melakukan:
•takyif: menanyakan bagaimana rupa wajah, tangan dan kaki Allah
•ta'thil: menolak bahwa Allah punya wajah, tangan dan kaki
•tamtsil: menyerupakan wajah, tangan dan kaki Allah dengan sesuatu
•tahrif: menyimpangkan makna wajah, tangan dan kaki Allah dengan makna
lainnya.
Pada periode ini beliau menulis kitabnya "Al-Ibanah 'an Ushulid-Diyanah." Di dalamnya beliau merinci akidah salaf dan manhajnya. Al-Asyari menulis beberapa buku, menurut satu sumber sekitar tiga ratus.
3. Sejarah Berdirinya Asy’ariyah
Pada masa berkembangnya ilmu kalam, kebutuhan untuk menjawab tantangan akidah dengan menggunakan ratio telah menjadi beban. Karena pada waktu itu sedang terjadi penerjemahan besar-besaran pemikiran filsafat Barat yang materialis dan rasionalis ke dunia Islam. Sehingga dunia Islam mendapatkan tantangan hebat untuk bisa menjawab argumen-argumen yang bisa dicerna akal.
Al-Asy‘ari
adalah salah satu tokoh penting yang punya peranan dalam menjawab
argumen Barat ketika menyerang akidah Islam. Karena itulah metode akidah
yang beliau kembangkan merupakan panggabungan antara dalil naqli dan
aqli.
Munculnya kelompok Asy’ariyah ini tidak lepas dari
ketidakpuasan sekaligus kritik terhadap paham Muktazilah yang berkembang
pada saat itu. Kesalahan dasar Muktazilah di mata Al-Asy'ari adalah
bahwa mereka begitu mempertahankan hubungan Tuhan—manusia, bahwa
kekuasaan dan kehendak Tuhan dikompromikan.
4. Penyebaran Akidah Asy-'ariyah
Akidah ini menyebar luas pada zaman wazir Nizhamul Muluk pada dinasti bani Saljuq dan seolah menjadi akidah resmi negara. Paham Asy’ariyah semakin berkembang lagi pada masa keemasan madrasah An-Nidzamiyah, baik yang ada di Baghdad maupun di kota Naisabur. Madrasah Nizhamiyah yang di Baghdad adalah universitas terbesar di dunia. Didukung oleh para petinggi negeri itu seperti Al-Mahdi bin Tumirat dan Nuruddin Mahmud Zanki serta sultan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Juga didukung oleh sejumlah besar ulama, terutama para fuqaha mazhab Asy-Syafi'i dan mazhab Al-Malikiyah periode akhir-akhir. Sehingga wajar sekali bila dikatakan bahwa akidah Asy-'ariyah ini adalah akidah yang paling populer dan tersebar di seluruh dunia.
B. ISTILAH ASY’ARIYAH DAN AHLU SUNNAH WAL JAMAAH
As-Sunnah
dalam istilah mempunyai beberapa makna. As-Sunnah menurut para Imam
yaitu thariqah (jalan hidup) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di mana
beliau dan para shahabat berada di atasnya. Mereka adalah orang yang
selamat dari syubhat dan syahwat, sebagaimana yang tersirat dalam ucapan
Al-Fudhail bin Iyadh, "Ahlus Sunnah itu orang yang mengetahui apa yang
masuk ke dalam perutnya dari (makanan) yang halal.” Karena tanpa memakan
yang haram termasuk salah satu perkara sunnah yang besar yang pernah
dilakukan oleh Nabi dan para shahabat radhiyallahu 'anhum.
Dalam
pemahaman kebanyakan ulama muta'akhirin dari kalangan Ahli Hadits dan
lainnya, as-sunnah itu ungkapan tentang apa yang selamat dari
syubhat-syubhat dalam i'tiqad khususnya dalam masalah-masalah iman
kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari
Akhir, begitu juga dalam masalah-masalah Qadar dan Fadhailush-Shahabah
(keutamaan shahabat).
Para Ulama itu menyusun beberapa kitab dalam masalah ini dan mereka menamakan karya-karya mereka itu sebagai "As-Sunnah". Menamakan masalah ini dengan "As-Sunnah" karena pentingnya masalah ini dan orang yang menyalahi dalam hal ini berada di tepi kehancuran. Adapun Sunnah yang sempurna adalah thariqah yang selamat dari syubhat dan syahwat.
Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah shahabatnya radhiyallahu 'anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi menyatakan tidak diragukan bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.
Kata "Ahlus-Sunnah" mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam.
Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama di mana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i'tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma'.
Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlus Sunnah itu kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah.
Ibnu Sirin rahimahullah menyatakan bahwa mereka pada mulanya tidak pernah menanyakan tentang sanad. Ketika terjadi fitnah (para ulama) mengatakan: Tunjukkan (nama-nama) perawimu kepada kami. Kemudian ia melihat kepada Ahlus Sunnah sehingga hadits mereka diambil. Dan melihat kepada Ahlul Bi'dah dan hadits mereka tidak di ambil.
Al-Imam Malik rahimahullah pernah ditanya, "Siapakah Ahlus Sunnah itu? Ia menjawab, “Ahlus Sunnah itu mereka yang tidak mempunyai laqab (julukan) yang sudah terkenal yakni bukan Jahmi, Qadari, dan bukan pula Rafidli.”
Kemudian ketika Jahmiyah mempunyai kekuasaan dan negara, mereka menjadi sumber bencana bagi manusia, mereka mengajak untuk masuk ke aliran Jahmiyah dengan anjuran dan paksaan. Mereka menggangu, menyiksa dan bahkan membunuh orang yang tidak sependapat dengan mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Al-Imam Ahmad bin Hanbal untuk membela Ahlus Sunnah. Di mana beliau bersabar atas ujian dan bencana yang ditimpakan mereka.
Beliau membantah dan patahkan hujjah-hujjah mereka, kemudian beliau umumkan serta munculkan As-Sunnah dan beliau menghadang di hadapan Ahlul Bid'ah dan Ahlul Kalam. Sehingga, beliau diberi gelar Imam Ahlus Sunnah.
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa istilah Ahlus Sunnah terkenal di kalangan Ulama Mutaqaddimin (terdahulu) dengan istilah yang berlawanan dengan istilah Ahlul Ahwa' wal Bida' dari kelompok Rafidlah, Jahmiyah, Khawarij, Murji'ah dan lain-lain. Sedangkan Ahlus Sunnah tetap berpegang pada ushul (pokok) yang pernah diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan shahabat radhiyallahu 'anhum.
Dengan demikian, ahlus sunnah wal jamaah adalah istilah yang digunakan untuk menamakan pengikut madzhab As-Salafus Shalih dalam i'tiqad. Banyak hadits yang memerintahkan untuk berjamaah dan melarang berfirqah-firqah dan keluar dari jamaah. Namun, para ulama berselisih tentang perintah berjamaah ini dalam beberapa pendapat:
1. Jamaah itu adalah As-Sawadul A'dzam (sekelompok manusia atau kelompok terbesar)
dari pemeluk Islam.
2. Para Imam Mujtahid
3. Para Shahabat Nabi radhiyallahu 'anhum.
4. Jamaahnya kaum muslimin jika bersepakat atas sesuatu perkara.
5. Jamaah kaum muslimin jika mengangkat seorang amir.
Pendapat-pendapat di atas kembali kepada dua makna. Pertama,
bahwa
jamaah adalah mereka yang bersepakat mengangkat seseorang amir
(pemimpin) menurut tuntunan syara', maka wajib melazimi jamaah ini dan
haram menentang jamaah ini dan amirnya.
Kedua, bahwa jamaah yang Ahlus Sunnah melakukan i'tiba' dan meninggalkan ibtida' (bid'ah) adalah madzhab yang haq yang wajib diikuti dan dijalani menurut manhajnya. Ini adalah makna penafsiran jamaah dengan Shahabat Ahlul Ilmi wal Hadits, Ijma' atau As-Sawadul A'dzam.
Syaikhul Islam mengatakan, "Mereka (para ulama) menamakan Ahlul Jamaah karena jamaah itu adalah ijtima' (berkumpul) dan lawannya firqah. Meskipun lafadz jamaah telah menjadi satu nama untuk orang-orang yang berkelompok. Sedangkan ijma' merupakan pokok ketiga yang menjadi sandaran ilmu dan dien. Dan mereka (para ulama) mengukur semua perkataan dan pebuatan manusia zhahir maupun bathin yang ada hubungannya dengan din dengan ketiga pokok ini (Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma').
Istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah mempunyai istilah yang sama dengan Ahlus Sunnah. Dan secara umum para ulama menggunakan istilah ini sebagai pembanding Ahlul Ahwa' wal Bida'. Contohnya : Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhum mengatakan tentang tafsir firman Allah Ta'ala, ”Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri dan adapula muka yang muram.” [Ali Imran: 105].
"Adapun orang-orang yang mukanya putih berseri adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah sedangkan orang-orang yang mukanya hitam muram adalah Ahlul Ahwa' wa Dhalalah.”
Sufyan Ats-Tsauri menyatakan bahwa jika sampai (khabar) kepadamu tentang seseorang di arah timur ada pendukung sunnah dan yang lainnya di arah barat maka kirimkanlah salam kepadanya dan doakanlah mereka. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah firqah yang berada di antara firqah-firqah yang ada, seperti juga kaum muslimin berada di tengah-tengah milah-milah lain. Penisbatan kepadanya, penamaan dengannya dan penggunaan nama ini menunjukkan atas luasnya i'tiqad dan manhaj.
Nama Ahlus Sunnah merupakan perkara yang baik dan boleh serta telah digunakan oleh para ulama salaf. Di antara yang paling banyak menggunakan istilah ini ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Istilah ahlu sunnah dan jamaah ini timbul sebagai reaksi terhadap paham-paham gilongan Muktazilah, yang telah dikembangkan dari tahun 100 H atau 718 M. Dengan perlahan-lahan paham Muktazilah tersebut memberi pengaruh kuat dalam masyarakat Islam. Pengaruh ini mencapai puncaknya pada zaman khalifah-khalifah Bani Abbas, yaitu Al-Makmun, Al-Muktasim, dan Al-Wasiq (813 M-847 M). Pada masa Al-Makmun, yakni tahun 827 M bahkan aliran Muktazilah diakui sebagai mazhab resmi yang dianut negara.
Ajaran yang ditonjolkan ialah paham bahwa Al-Qur’an tidak bersifat qadim, tetapi baru dan diciptakan. Menurut mereka yang qadim hanyalah Allah. Kalau ada lebih dari satu zat yang qadim, berarti kita telah menyekutukan Allah. Menurut mereka Al-Qur’an adalah makhluk yang diciptakan Allah. Sebagai konsekuensi sikap khalifah terhadap mazhab ini, semua calon pegawai dan hakim harus menjalani tes keserasian dan kesetiaan pada ajaran mazhab.
Mazhab ahlu sunnah wal jaamaah muncul atas keberanian dan usaha Abul Hasan Al-Asy’ari. Ajaran teologi barunya kemudian dikenal dengan nama Sunah wal Jamaah. Untuk selanjutnya Ahli Sunah wal jamaah selalu dikaitkan pada kelompok pahan teologi Asy’ariyah ataupun Maturidiyah.
Asy'ariyah banyak menggunakan istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah ini. Kebanyakan di kalangan mereka mengatakan bahwa madzhab salaf "Ahlus Sunnah wa Jamaah" adalah apa yang dikatakan oleh Abul Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Sebagian dari mereka mengatakan Ahlus Sunnah wal Jamaah itu Asy'ariyah, Maturidiyah,dan Madzhab Salaf.
Sebenarnya, antara Asy’ariyah dan Maturidiyah sendiri memiliki beberapa perbedaan, di antaranya ialah dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tentang sifat Tuhan
Pemikiran Asy`ariyah dan Maturidiyah memiliki pemahaman yang relatif sama. Bahwa Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu. Tuhan Mengetahui dengan sifat Ilmu-Nya, bukan dengan zat-Nya. Begitu juga Tuhan itu berkuasa dengan sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-Nya.
2. Tentang Perbuatan Manusia
Pandangan Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Menurut Maturidiyah, perbuatan manusia itu semata-mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Dalam masalah ini, Maturidiyah lebih dekat dengan Mu`tazilah yang secara tegas mengatakan bahwa semua yang dikerjakan manusia itu semata-mata diwujdukan oleh manusia itu sendiri.
3. Tentang Al-Quran
Pandangan Asy`ariyah sama dengan pandangan Maturidiyah. Keduanya sama-sama mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka berselisih paham dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu makhluq.
4. Tentang Kewajiban Tuhan
Pandangan Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. Pendapat Maturidiyah ini sejalan dengan pendapat Mu`tazilah.
5. Tentang Pelaku Dosa Besar
Pandangan Asy`ariyah dan pandangan Maturidiyah sama-sama mengatakan bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar tidak menjadi kafir dan tidak gugur ke-Islamannya. Sedangkan Mu`tazilah mengatakan bahwa orang itu berada pada tempat diantara dua tempat “Manzilatun baina manzilatain”.
6. Tentang Janji Tuhan
Keduanya sepakat bahwa Tuhan akan melaksanakan janji-Nya. Seperti memberikan pahala kepada yang berbuat baik dan memberi siksa kepada yang berbuat jahat.
7. Tetang Rupa Tuhan
Keduanya sama-sama sependapat bahwa ayat-ayat Al-Quran yang mengandung informasi tentang bentuk-bentuk pisik jasmani Tuhan harus ditakwil dan diberi arti majaz dan tidak diartikan secara harfiyah.
Az-Zubaidi menyatakan bahwa jika dikatakan Ahlus Sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asy'ariyah dan Maturidiyah.
Penulis
Ar-Raudhatul Bahiyyah mengemukakan bahwa pokok semua aqaid Ahlus Sunnah
wal Jamaah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Abul Hasan Al-Asy'ari dan
Imam Abu Manshur Al-Maturidi.
Al-Ayji
menuturkan bahwa Al-Firqatun Najiyah yang terpilih adalah orang-orang
yang Rasulullah berkata tentang mereka, "Mereka itu adalah orang-orang
yang berada di atas apa yang aku dan para shahabatku berada diatasnya."
Mereka itu adalah Asy'ariyah dan Salaf dari kalangan Ahli Hadits dan
Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Hasan Ayyub menuturkan bahwa ahlus sunnah
adalah Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Maturidi dan orang-orang
yang mengikuti jalan mereka berdua. Mereka berjalan di atas petunjuk
Salafus Shalih dalam memahami aqaid.
Uraian di atas menjelaskan bahwa Asy’ariyah adalah ahlus sunnah wal jamaah itu sendiri. Pengakuan tersebut disanggah oleh Ibrahim Said dalam majalah Al-Bayan bahwa:
C. PANDANGAN-PANDANGAN ASY’ARIYAH
Adapun pandangan-pandangan Asy’ariyah yang berbeda dengan Muktazilah, di antaranya ialah:
1. Bahwa Tuhan mempunyai sifat. Mustahil kalau Tuhan mempunyai sifat, seperti yang
melihat, yang mendengar, dan sebagainya, namun tidak dengan cara seperti yang ada
pada makhluk. Artinya harus ditakwilkan lain.
2. Al-Qur’an itu qadim, dan bukan ciptaan Allah, yang dahulunya tidak ada.
3. Tuhan dapat dilihat kelak di akhirat, tidak berarti bahwa Allah itu adanya karena
diciptakan.
4. Perbuatan-perbuatan manusia bukan aktualisasi diri manusia, melainkan diciptakan
oleh Tuhan.
5. Keadilan Tuhan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan berkuasa mutlak dan
berkehendak mutlak. Apa pun yang dilakukan Allah adalah adil. Mereka menentang
konsep janji dan ancaman (al-wa’d wa al-wa’id).
6. Mengenai anthropomorfisme, yaitu memiliki atau melakukan sesuatu seperti yang
dilakukan makhluk, jangan dibayangkan bagaimananya, melainkan tidak seperti apa
pun.
7. Menolak konsep tentang posisi tengah (manzilah bainal manzilataini), sebaba tidak
mungkin pada diri seseorang tidak ada iman dan sekaligus tidak ada kafir. Harus
dibedakan antara iman, kafir, dan perbuatan.
Berkenaan dengan lima dasar pemikiran Muktazilah, yaitu keadilan, tauhid, melaksanakan ancaman, antara dua kedudukan, dan amar maksruf nahi mungkar, hal itu dapat dibantah sebagai berikut.
Arti keadilan, dijadikan kedok oleh Muktazilah untuk menafikan takdir. Mereka berkata, “Allah tak mungkin menciptakan kebururkan atau memutuskannya. Karena kalau Allah menciptakan mereka lalu menyiksanya, itu satu kezaliman. Sedangkan Allah Maha-adil, tak akan berbuat zalim.
Adapun tauhid, mereka jadikan kedok untuk menyatakan pendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Karena kalau ia bukan makhluk, berarti ada beberapa sesuatu yang tidak berawal. Konsekuensi pondasi berpikir mereka yang rusak ini bahwa ilmu Allah, kekuasaan-Nya, dan seluruh sifat-Nya adalah makhluk. Sebab kalau tidak akan terjadi kontradiksi.
Ancaman menurut Muktazilah, kalau Allah sudah memberi ancaman kepada sebagian hamba-Nya, Dia pasti menyiksanya dan tak mungkin mengingkari janji-Nya. Karena Allah selalu memenuhi janji-Nya. Jadi, menurut mereka, Allah tak akan memafkan dan memberi ampun siapa saja yang Dia kehendaki.
Adapun yang mereka maksud dengan di antara dua kedudukan bahwa orang yang melakukan dosa besar tidak keluar dari keimanan, tapi tidak terjerumus pada kekufuran. Sedangkan konsep amar makruf nahi mungkar menurut Muktazilah ialah wajib menyuruh orang lain dengan apa yang diperintahkan kepada mereka. Termasuk kandungannya ialah boleh memberontak kepada para pemimpin dengan memeranginya apabila mereka berlaku zalim.
Koreksi atas pandangan Asy’ari
Beberapa tokoh pengikut dan penerus Asy’ari, banyak yang mengkritik paham Asy’ari. Di antaranya ialah sebagai berikut:
Muhammad Abu Baki al- Baqillani (w. 1013 M), tidak begitu saja menerima ajaran-ajaran Asy’ari. Misalnya tentang sifat Allah dan perbuatan manusia. Menurut al-Baqillani yang tepat bukan sifat Allah, melainkan hal Allah, sesuai dengan pendapat Abu Hasyim dari Muktazilah. Selanjutnya ia beranggapan bahwa perbuatan manusia bukan semata-mata ciptaan Allah, seperti pendapat Asy’ari. Menurutnya, manusia mempunyai andil yang efektif dalam perwujudan perbuatannya, sementara Allah hanya memberikan potensi dalam diri manusia.
Pengikut
Asy’ari lain yang juga menunjukkan penyimpangan adalah Abdul Malik
al-Juwaini yang dijuluki Imam al-Haramain (419-478 H). Misalnya tentang
anthropomorfisme al-Juwaini beranggapan bahwa yang disebut tangan Allah
harus diartikan (ditakwilkan) sebagai kekuasaan Allah. Mata Allah harus
dipahami sebagai penglihatan Allah, wajah Allah harus diartikan sebagai
wujud Allah, dan seterusnya. Jadi bukan sekadar bila kaifa atau tidak
seperti apa pus, sepertidikatakan Asy’ari.
Pengikut Asy’ari yang
terpenting dan terbesar pengaruhnya pada umat Islam yang beraliran Ahli
sunnah wal jamaah ialah Imam Al-Ghazali. Tampaknya paham teologi
cenderung kembali pada paham-paham Asy’ari. Al-Ghazali meyakini bahwa:
1. Tuhan mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan zat Tuhan dan
mempunyai wujud di luar zat.
2. Al-Qur’an bersifat qadim dan tidak diciptakan.
3. Mengenai perbuatan manusia, Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan
4. Tuhan dapat dilihat karena tiap-tiap yang mempunyai wujud pasti dapat dilihat.
5. Tuhan tidak berkewajiban menjaga kemaslahatan (ash-shalah wal ashlah) manusia,
tidak wajib memberi ganjaran pada manusia, dan bahkan Tuhan boleh memberi beban
yang tak dapat dipikul kepada manusia.
Berkat Al-Ghazali paham Asy’ari dengan sunah wal jamaahnya berhasil berkembang ke mana pun, meski pada masa itu aliran Muktazilah amat kuat di bawah dukungan para khalifah Abasiyah. Sementara itu paham Muktazilah mengalami pasang surut selama masa Daulat Bagdad, tergantung dari kecenderungan paham para khalifah yang berkuasa. Para Ulama yang Berpaham Asy-'ariyah
Di antara para ulama besar dunia yang berpaham akidah ini dan sekaligus juga menjadi tokohnya antara lain:
•Al-Ghazali (450-505 H/ 1058-1111M)
•Al-Imam Al-Fakhrurrazi (544-606H/ 1150-1210)
•Abu Ishaq Al-Isfirayini (w 418/1027)
•Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani (328-402 H/950-1013 M)
•Abu Ishaq Asy-Syirazi (293-476 H/ 1003-1083 M)
Mereka yang berakidah ini sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah paling dekat di antara yang lain kepada ahlus sunnah wal jamaah. Aliran mereka adalah polarisasi antara wahyu dan filsafat.
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan
antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di
bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi
pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau
pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad
dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen
atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun
oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis.
Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi
pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian,
lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi
kenangan.
B. HIKMAH SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan
Islam pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut.
1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah,
perluasan wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan
demikian kebudayaan Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan
antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di
bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi
pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau
pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad
dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen
atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun
oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis.
Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi
pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian,
lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi
kenangan.
B. HIKMAH SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan
Islam pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut.
1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah,
perluasan wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan
demikian kebudayaan Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan
antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di
bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi
pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau
pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad
dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen
atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun
oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis.
Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi
pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian,
lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi
kenangan.
B. HIKMAH SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan
Islam pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut.
1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah,
perluasan wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan
demikian kebudayaan Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan
antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di
bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi
pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau
pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad
dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen
atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun
oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis.
Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi
pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian,
lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi
kenangan.
B. HIKMAH SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan
Islam pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut.
1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah,
perluasan wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan
demikian kebudayaan Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
menyebar ke Eropa. Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut.
1. Jalan barat, yakni dilakukan dari Afrika Utara melalui Semenanjung
Iberia di bawah pimpinan thariq bin ziyad (711 M). Bahkan, tentara
Islam dapat melewati Pegunungan Pirenia yang akhirnya ditahan oleh
tentara perancis di bawah pimpinan karel martel di kota poitiers (732
M). Akhirnya, pemerintahan Khilafah Umayyah memipmpin di semenanjung
Iberia yang dikenal dengan bani Umayah II (711 M-1492 M) dengan
ibukotanya Cordoba.
2. Jalan tengah, yakni dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju
sepenanjung Apenina. Islam dapat menduduki Sisilia dan Italia selatan,
tetapi dapat direbut kembali oelh bangsa Nordia pada abad ke-11.
3. Jalan timur, dimana pada tahun 1453, turki dibawah pimpinan Sultan
Muhammad II berhasil menaklukkan Byzantium dengan terlebih dahulu
menyerang Konstantinopel dari arah belakang yakni laut hitam sehingga
mengejutkan tentara byzantium timur. Dari Byzantium, tentara turki
usmani terus melakukan perlawanan sampai ke kota Wina di Austria.
Setelah itu, tentara Turki Usmani mundur kembali ke Semenanjung Balkan
dan menguasai daerah ini selama kurang lebih empat abad. Baru pada
abad ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Islam.
Akan tetapi, kota konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty Umayyah
dan berubah menjadi Istanbul
A. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN
Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak
sekali peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol,
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
ASIA BARAT DAYA ZAMAN PERTENGAHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANITA TANJUNG
NELLY SARTIKA SIMAMORA
MAIMUNAH
NURAINUN RITONGA
NESPI
NEDIA
AHMAD TARMIZI
ASIA BARAT DAYA JAMAN
PERTENGAHAN
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan
menandai berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya
keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan
mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga
assalamualakum..............
saya dari kelompok 2 ingin bertanya kepada kelompok 5 yang
pertanyaannya yaitu :
coba anda jelaskan bagaimana bani ummayah dapat ditumpas habis dan
menandai berakhirnya dinasti tersebut????
Dan siapa-siapa saja keturunan bani ummayah yang ditumpas habis dan
berakhirnya di nasti tersebut???selain dari makalah yang anda
sebutkan.
On Mar 18, 12:56 pm, mai munah 3102121009 B Reguler
> menandakan bahwa ...
>
> read more »
assalamualakum..............
saya dari kelompok 2 ingin bertanya kepada kelompok 5 yang
pertanyaannya yaitu :
coba anda jelaskan bagaimana bani ummayah dapat ditumpas habis dan
menandai berakhirnya dinasti tersebut????
Dan siapa-siapa saja keturunan bani ummayah yang ditumpas habis dan
berakhirnya di nasti tersebut???selain dari makalah yang anda
sebutkan.
On Mar 18, 12:56 pm, mai munah 3102121009 B Reguler
> menandakan bahwa ...
>
> read more »
assalamualakum..............
saya dari kelompok 2 ingin bertanya kepada kelompok 5 yang
pertanyaannya yaitu :
coba anda jelaskan bagaimana bani ummayah dapat ditumpas habis dan
menandai berakhirnya dinasti tersebut????
Dan siapa-siapa saja keturunan bani ummayah yang ditumpas habis dan
berakhirnya di nasti tersebut???selain dari makalah yang anda
sebutkan.
On Mar 18, 12:56 pm, mai munah 3102121009 B Reguler
> menandakan bahwa ...
>
> read more »
assalamualakum..............
saya dari kelompok 2 ingin bertanya kepada kelompok 5 yang
pertanyaannya yaitu :
coba anda jelaskan bagaimana bani ummayah dapat ditumpas habis dan
menandai berakhirnya dinasti tersebut????
Dan siapa-siapa saja keturunan bani ummayah yang ditumpas habis dan
berakhirnya di nasti tersebut???selain dari makalah yang anda
sebutkan.
On Mar 18, 12:56 pm, mai munah 3102121009 B Reguler
> menandakan bahwa ...
>
> read more »
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara
lain sebagai berikut.