Penghijauan Merapi Ditunda

1 view
Skip to first unread message

wahyudi yudi

unread,
Jun 8, 2011, 9:08:13 PM6/8/11
to Bencana...@yahoogroups.com, ben...@googlegroups.com, lingk...@yahoogroups.com, walh...@yahoogroups.com, peduli...@googlegroups.com, media-...@yahoogroups.com


Penghijauan Merapi Ditunda
Masuki Kemarau Tak Ada Droping Air

SLEMAN -
 Pemkab Sleman meminta penghijauan di lereng Merapi untuk sementara ditunda terlebih dahulu. Pasalnya, memasuki musim kemarau ini, ketersediaan air di Lereng Merapi juga menipis. Apalagi, pasokan air ini belum sepenuhnya lancar. 
”Untuk menyirami bibit pohon butuh biaya banyak. Padahal tak ada jaminan akan ada pasokan air ke lahan penghijauan di Merapi,” ujar Kabid Perkebunan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Disperhut) Sleman Mashudi kemarin (7/6).
Seperti diketahui, total ada 670,65 hektare lahan perkebunan dan 1020,50 lahan hutan yang rusak terkena erupsi Merapi. Pasca erupsi Merapi ada sekitar 300 hektare lahan rusak yang telah ditanami kembali. 
Mashudi mengungkapkan tak adanya anggaran menjadi kendala pemenuhan pasokan air ke Lereng Merapi. Saat ini, Disperhut hanya memiliki anggaran sekitar Rp 65 juta untuk pembuatan embung dan irigasi sebagai penampung air hujan. 
Embung yang dibuat pun hanya embung kecil seperti empang, yang baru akan dibangun sebulan sebelum musim hujan berikutnya datang. Sedangkan untuk pembangunan irigasi, masih menunggu sumber air di lereng Merapi berfungsi kembali.
”Meski demikian, pengairan di sana (lereng Merapi) tahun ini kami andalkan air hujan yang masih turun sesekali. Sebab kemarau tahun ini diprediksi kemarau basah,” tambah Mashudi. 
Dengan demikian, lanjut Mashudi, kebutuhan air bagi tanaman yang sudah ditanam masih bisa terpenuhi. Karena sebagian besar tanaman lereng Merapi merupakan tanaman keras. ”Kami memprediksi kelembaban di lereng Merapi tinggi, sehingga tanaman tak sampai alami kekeringan,” imbuhnya. 
Bibit tanaman yang ditanam pada bulan Januari, katanya, kemungkinan akan bertahan karena sudah tumbuh. Namun untuk bibit yang baru ditanam bulan April dan Mei, memang rentan mati. 
Kondisi ini dibenarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Jogjakarta. Staf ahli BMKG Agus Triyatno. Ia mengatakan, lereng Merapi memiliki curah hujan sendiri diluar curah hujan pada umumnya. “Saat kemarau, di Merapi masih sering terjadi hujan lokal (orografi), tapi tak sering. Kira-kira hanya seminggu sekali,” jelasnya.
Terkait kelembaban, saat musim kemarau tingkat kelembabannya juga cukup tinggi. Yakni mencapai 93 – 94 persen. ”Sehingga untuk tanaman penghijauan yang sudah ditanam beberapa waktu lalu, kemungkinan akan lebih banyak yang tetap hidup ketimbang yang sudah mati,” tandasnya. (nis)

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages