Selamat malam rekan panitia sekalian, apa kabar?
Semoga semua dalam keadaan yang terbaik.
Hari ini setelah seharian melakukan kegiatan bersama rombongan tamu di
bantar gebang, saya mendapat email dari seorang sahabat.
Sahabat ini adalah seorang penulis milis yang sangat produktif. Dan
kebetulan pada acara kemarin saya undang.
Biasanya dia menulis dengan sangat kritis dan penuh kritik. Tapi ternyata
untuk 'wejangan' pak Habibie dia memberikan apresiasi yang sangat positif.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Sigit Widodo
-----Original Message-----
From:
boed...@hotmail.com [mailto:
boed...@hotmail.com]
Sent: Saturday, September 14, 2013 4:30 PM
Subject: Pesan-pesan Pak Habibie di Presidential Lecturer Sep 2013
Assalaamu 'alaikum,
Alhamdulillah, minggu lalu saya menerima undangan untuk hadir di
Presidential Lecturer yang dibawakan olah Pak BJ Habibie, dengan key note
speech oleh Pak Boediono atau RI-2. Bukan main senangnya hati ini, kapan
lagi orang kebanyakan seperti saya, bisa menyaksikan kuliah umum dari
beliau, yang selain mantan Presiden kita, juga salah satu jenius yang pernah
lahir di bumi pertiwi. Ternyata memang isi kuliah Pak Habibie luar biasa
menarik. Andaikan tidak dibatasi oleh waktu, Pak Habibie bisa berbicara 24
jam terus-menerus dan itu pun dikatakan oleh beliau sendiri. Majelis Ilmu
seperti ini memang tak boleh dilewatkan. Mendapat masukan dari orang pintar
seperti beliau suatu kesempatan yang langka. Buat saya pribadi, kalau ada
majelis ilmu yang bermanfaat dan saya diperbolehkan hadir, pasti saya akan
coba kejar.
Pak Habibie adalah salah satu anugerah terbaik Allah SWT utk bangsa ini.
Beliau adalah sosok yang bervisi, bermisi dan berisi. Seorang yang Religius
dan Nasionalis yang rasa cintanya demikian besar pada bangsanya. Dikatakan
oleh beliau dan bisa disaksikan di film Habibie dan Ainun, di usianya yang
ke-23 tahun, sedemikian cintanya pada negerinya, saat kuliah di Jerman,
setiap hari beliau menulis dan "bersumpah" bahwa Indonesia adalah
pegangannya, hidup dan matinya untuk Indonesia, karena dia sangat2 mencintai
Indonesia.
Pak Habibie ditakdirkan untuk hadir di saat RI krisis di titik terendah dan
mampu membawa RI melewati masa-masa krisis sekaligus mengantarkan RI ke
pintu gerbang reformasi dengan selamat. Karena dianugerahi otak yang genius,
beliau mampu merangkai kejadian yang ada, menganalisa dan membuat keputusan
yang cepat dan tepat di saat2 kritis sekalipun keputusan itu memiliki
resiko. Beliau juga teguh untuk berpegang pada prinsip serta cepat dan jeli
dalam mengambil keputusan yg beresiko. Karena ber-basic religius, sudah kaya
dan tak terikat kepentingan ini itu, beliau bisa lebih bebas dan tak
terbebani serta tak perlu ewuh-pakewuh saat berada di kondisi yang dilematis
sekalipun. Dengan kondisi inilah beliau bisa membuat keajaiban menyelamatkan
RI di saat2 kelahiran reformasi.
Saya pribadi bertanya2, bagaimana cara beliau menyelamatkan negeri ini saat
itu. Bukan cuma saya, ternyata bos Majalah Forbes pun memiliki pertanyaan
yang sama. Ketika ditanya bagaimana caranya bisa membuat keajaiban saat
memimpin RI selama 517 hari, dimana saat itu dia gak ada dukungan, gak punya
saluran di militer, ekonomi hancur, chaos, rupiah nyusruk, apa jawab beliau?
Jawabnya simpel, Kuncinya adalah Cinta. Cinta kepada Allah SWT, Cinta pada
Sesama Manusia meski orang itu lawannya sekalipun, Cinta pada Karya2 Manusia
walaupun itu hasil karya lawannya, Cinta pada Pekerjaan, Cinta pada
lingkungan. Dgn Cinta itulah niat, motivasi dan kesungguhan akan lahir,
sehingga pada akhirnya keajaiban tercipta
Ada satu hal yang menarik, sewaktu Pak Habibie diangkat jadi Presiden
menggantikan Pak Harto yang mengundurkan diri, beliau langsung membebaskan
seluruh tahanan politik. Prinsip beliau, tidak boleh ada yang namanya
pemenjaraan hanya karena berbeda pemikiran dengan kita. 4 jempol untuk
beliau. Bawahan beliau bertanya, apakah tapol yang dibebaskan itu adalah
termasuk Sri Bintang Pamungkas dan Mochtar Pakpahan, yang amat vokal waktu
itu? Jawab beliau, iya. Apakah Bapak tidak takut didemo oleh 2 org itu?
Kejar bawahannya. Jawab beliau, "Masa Bodoh". Prinsip adalah prinsip dan hal
ini menjadi salah satu bukti keteguhannya dalam memegang prinsip.
Yang sangat ditakutkan oleh beliau saat tahun 1998 adalah terjadinya
Revolusi. Andaikan Revolusi itu terjadi, maka rakyat kebanyakan yang tak
berdosa akan menjadi korban sia-sia. Cukup sudah pengalaman di tahun 1965,
para anak bangsa saling berperang sesamanya dengan kondisi kita membunuh
atau kita yang dibunuh. Kecintaannya pada sesama manusia, membuatnya mati2an
mencegah terjadinya Revolusi, tapi di saat yang bersamaan beliau harus
memuaskan semua pihak serta mengantarkan Indonesia ke gerbang reformasi,
menuju era baru di kemudian hari.
Lanjut Pak Habibie, di saat beliau menjabat Presiden RI, setiap jam laporan
masuk dari TNI, BIN, menteri dll. Lucunya, tak jarang laporan tsb
bertentangan satu sama lain. Kalau dikonfrontir, bisa berkelahi semuanya.
Tapi itulah resiko dan tanggung jawab seorang pemimpin. Sbg pemimpin,
tugasnyalah tuk memutuskan sesuatu yg terbaik secara cepat dan tegas, dan
dipikir masak2. Saking sibuknya mengurus negeri ini, Pak Habibie kadang
merasa kesepian. Dalam kesehariannya beliau cuma bisa tidur selama 2 jam
saja. Namun karena beliau memang selalu sedikit tidurnya sejak dulu, hal tsb
tidak dimasalahkannya dan tidak mengganggu ritme kehidupan.
sejak dulu. Lucunya laporan2 itu kontradiktif satu sama lain.
Pak Habibie selanjutnya menggugat Pemerintah AS dan Perusahaan AS, Mengapa
saat Krisis Lehman Brothers, Pemerintah AS malah mem-bail out Private
company yg brengsek dan merugikan orang banyak, dan hal itu tidak
disalahkan? Tapi mengapa ketika Krisis 1998, IMF malah memaksa RI tuk
menghentikan proyek BPIS, khususnya IPTN yg waktu itu sudah mampu
menciptakan pesawat N-250 pesawat tercanggih di dunia di kelasnya? Pesawat
N-250 ini memakai teknologi Fly By Wire yang konon katanya menghemat
penggunaan bahan bakar. Suatu standar ganda dari kaum kapitalis. Tapi hal
itu sudah biasa dan setiap keputusan oleh mereka tentunya selalu dikaitkan
dgn kepentingan mereka.
Mampu swakarya atau membuat sendiri Pesawat Terbang, adalah cita2 luhur Bung
Karno sejak kita merdeka yang baru terwujud 40 tahun setelahnya. Hal Ini
karena negeri kita adalah negara kepulauan. Tidak mungkin kita mengandalkan
transportasi darat seperti bus dan KA, atau transportasi laut, seperti
oerahu dan kapal, untuk menghubungkan satu sama lain. Kini terbukti
pertumbuhan jumlah pesawat sangat dahsyat karena memang pertumbuhan
penggunanya, atau passengernya juga luar biasa. Pak Habibie sempat hampir
gila ketika industri BPIS yang mampu menghidupi 48 ribu orang dan saat itu
bernilai 100 trilyun rupiah harus dihentikan begitu saja. Membangun pesawat
dari Nol lagi perlu dana yang besar dan waktu bertahun2.
Di negeri lain, di tahun2 belakangan ini, ketika jumlah passenger tumbuh
5-10%, di RI jumlah passenger naik 20%/thn. Ingat juga bagaimana dahsyatnya
Lion Air memborong Boeing 737-900ER senilai 300 Trilyun (CMIIW) yang sanggup
memberikan lapangan kerja untuk 100.000 orang di AS. Obama sendiri yang
bangga dan berterima kasih akan hal itu. Kaum kapitalis itu futuristiknya
hebat. Mereka sudah menduga hal itu, dan untuk itulah agaknya mereka
melarang IPTN untuk diteruskan. Mereka sudah tau 10 tahun setelah pemaksaan
pelarangan itu industri pesawat menggila. RI sebagai negara berkembang, "tak
berhak" untuk mampu menciptakan pesawat dan menguasai teknologi tinggi.
RI juga sengaja dininabobokan bahwa mereka adalah kekuatan ekonomi no-7 di
dunia di thn 2020. Kini dari segi GDP kita masih ada di nomor 16. Karena
itulah kita menjadi anggota G20. Tapi masalahnya peringkat tinggi itu
dihitung dari sifat konsumtif kita. Apalah artinya dan apa yang bisa
dibanggakan dari konsumerisme, apalagi kalau yang dikonsumsi itu adalah
barang2 impor? Sudah seharusnya kita menghasilkan suatu barang sendiri yang
punya Value Added serta tidak melulu impor. Ketergantungan pada impor sama
saja dgn bunuh diri. Adakah RI mampu berswasembada dan swakarya di masa
depan? Jangan Impor melulu, itulah pesan Pak Habibie. Ciptakan barang
ber-Value added. 1 kg pesawat terbang bernilai setara dengan 450 ribu ton
beras. 10 kg pesawat terbang sama dengan 4,5 juta ton beras. Begitu
dahsyatnya nilai suatu teknologi untuk barang value added.
Pak Habibie juga berpesan, perbaikan negeri ini haruslah diawali dgn
perbaikan SDM-nya, dan juga penciptaan lapangan kerja. SDM harus dididik
secara berkualitas sehingga mengerti teknologi, namun haruslah dibarengi
dengan ketersediaan lapangan kerja. Semua orang perlu hidup, apalah artinya
kalau SDM bagus diciptakan tapi tidak ada pemanfaatannya. Then, kita juga
harus cepat dalam menyiapkan sesuatu dan selalu langsung bertindak, tidak
melulu hanya berwacana semata. Beretorika tanpa berbuat apa2, tidak akan
menghasilkan apa2. Ekonomi juga tidak akan jalan dan hidup akan terus susah,
apabila kita tidak berbuat apa-apa, tapi hanya berwacana dan berdebat saja.
Stop NATO (No Actions Talks Only), mulailah bekerja dan berkarya.
Satu hal yg dibanggakan oleh Pak Habibie tentang kita adalah dalam 15 tahun
ini, Percaya Diri kita sebagai bangsa, telah meningkat. Kita sebenarnya
sangat mampu untuk membuat SDM yang unggul dan produktif. Sebagai generasi
sepuh, tentunya beliau berharap generasi penerusnya akan lebih sukses dari
dirinya. Seorang ayah itu bisa dibilang sukses apabila dia bisa mendidik
sang anak untuk menjadi lebih hebat dari dirinya. Pesan penting lain Pak
Habibie adalah orang yang baik itu adalah orang yang dirinya bermanfaat
untuk orang lain. Adalah hal yang konyol ketika kita hanya pikirkan diri
sendiri dan hanya membolehkan diri kita saja yang pintar. Kalau kita punya
ilmu, yuk kita share. Semakin kita berbagi ilmu, selain derajat kita akan
diangkat, ilmu kita juga justru akan nambah. Jangan pelit ilmu dengan sesama
apalagi merasa diri kita terpintar, karena ilmu itu milik Allah SWT.
Demikian kira-kira sari dari kuliah yang disampaikan oleh Pak Habibie.
Setelah itu ada Diskusi Panel yang diikuti oleh Marzuki Alie, Shohibul Umam,
Arief Wimansyah, Nurmahmudi Ismail, Suswono, lalu tokoh DEN, yang dipandu
oleh Imam Prasojo. Salah satu poinnya adalah, bagaimana kini orang2 pintar
kita yang tercetak dan terdidik bisa dioptimalkan kemampuannya. Selama ini
banyak SDM kita yang bagus, yang pada akhirnya "kabur" dari ikatan dinas tuk
berkarya di swasta bahkan di LN. Sayang sekali tersia-siakan. Namun yang
saya agak kurang sreg, Diskusi Panel itu jadi ajang berbantahan dan lempar
tanggung jawab antara Pemerintah dan DPR. Maaf, Indonesia Banget yah?
Anyway, semoga ke depannya adalah follow up dari pesan-pesan Pak Habibie dan
ada perbaikan dari kondisi kita. Bagaimana pun juga, kita ingin melihat
Indonesia yang Lebih Baik. Ayo, Mari Berkarya untuk Bangsa Ini.
Wassalaam,
Wassalaam,
Papa Fariz
FB:
boed...@gmail.com