Fwd- KPK : definisi dan contoh Korupsi [1 Attachment]

12 views
Skip to first unread message

Maxwel Kapitan

unread,
Aug 16, 2013, 12:54:42 AM8/16/13
to gmahk...@yahoogroups.com, Advent Indonesia, Konferens, pa...@yahoogroups.com, Pemuda Advent, pagwil...@googlegroups.com, triple...@googlegroups.com
Dear All


Selamat siang


Berikut meneruskan email terkait defini dan contoh memahami tindakan korupsi dari KPK.

Semoga kita bisa mendukung untuk mengurangi proses korupsi dinegeri tercinta.

Jika informasi ini kurang bermanfaat bisa langsung Delete

Salam Kemerdekaan dan Dirgahayu Indonesia.

Maxwel Kapitan
 



---------- Pesan terusan ----------
Dari: Uripsdm <uri...@yahoo.com>
Tanggal: 16 Agustus 2013 07.48
Subjek: [InclusiveHRIndonesia] Fwd: KPK : definisi dan contoh Korupsi [1 Attachment]
Kepada: "uri...@yahoo.com" <uri...@yahoo.com>


Rekans seperjuangan,

Dari banyak pertanyaan yg lewat di milis ini, mhn ijin moderator, share ttg definisi Korupsi terlampir dari KPK, agar kita dapat pemahaman yg lebih baik...agar kita masing masing bisa memperbaiki masa depan....
Usd.

Sent from my iPad

Begin forwarded message:

From: Dermawan Wibisono <dwib...@sbm.itb.ac.id>
Date: August 15, 2013, 11:51:57 AM GMT+07:00
To: "civ...@sbm-itb.ac.id" <civ...@sbm-itb.ac.id>, List tertutup Dosen ITB <do...@itb.ac.id>
Subject: [civitas] Cooling down, read, understanding and do it....

Assalaamu'alaykm wr. wb,

Mengikuti berita menggemparkan perihal gratifikasi di SKK Migas, berikut ini perlu nampaknya (mohon maaf bagi yang sudah membacanya), kita untuk 'membaca ulang' materi ini agar mendapatkan pemahaman tentang apa yang terjadi.

Dua posting,

1. Pokok pikiran Prof. Gede Raka, guru besar TI ITB, dalam kuliah akhir menjelang beliau pensiun.

2. Pemahaman tentang korupsi, dari 'buku panduan KPK'

Salaam hormat,

Wibi

_______
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PEMBANGUNAN BANGSA:
MENENGOK KEMBALI PERAN PERGURUAN TINGGI1
----------------------------------------------------
Oleh: Gede Raka


Underdevelopment is a state of mind
(Lawrence E. Harrison)

PENDAHULUAN
Topik risalah ini saya pilih karena terdorong oleh menguatnya kecemasan yang saya rasakan. Sebagai seorang warga negara Indonesia biasa yang mengamati perkembangan di Indonesia akhir-akhir ini, saya merasakan berbagai kecemasan yang muncul . Salah satunya adalah kecemasan akan kehilangan.
Kecemasan ini berkaitan dengan beberapa kalimat berikut, yang pernah saya baca dalam lukisan yang diberi nama ‘The Nightmare of Losing’ karya A.D. Pirous , seniman terkemuka dan Guru Besar Emeritus ITB:
You lose your wealth, you lose nothing
You lose your health, you lose something
You lose your character, you lose everything [1]
--------
MENENGOK KEMBALI POSISI ITB


Menapak Torehan Sejarah
Realita bahwa Ir. Soekarno, pejuang kemerdekaan, Proklamator Kemerdekaan dan President R.I pertama adalah alumnus THS, membuat ITB sering diasosiasikan sebagai sebuah kampus yang perannya sangat besar dalam menyiapkan generasi muda untuk melakukan perubahan sosial. Asosiasi ini secara implisit mencerminkan juga besarnya harapan masyarakat terhadap kontribusi ITB dalam perubahan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Keterlibatan mahasiswa dan sejumlah staf akademik ITB dalam peristiwa yang membawa perubahan sosial besar di Indonesia-seperti pada tahun 1966 dan tahun 1998- membuat harapan itu masih tetap berlangsung. Apabila harapan ini diperhatikan maka dalam perspektif pembangunan karakter dan pembangunan bangsa ITB seharusnya selalu berada di garis terdepan diantara perguruan tinggi lain di Indonesia. Apalagi dalam keadaan seperti sekarang ini ketika Indonesia makin tertinggal dari negara tetangga dalam banyak hal, maka masyarakat akan makin mengharapkan peran besar dari lembaga pendidikan tinggi teknik tertua di Indonesia ini . Justru akan terasa ganjil apabila dalam ichtiar-ichtiar ITB tidak terasa denyut atau getaran pembangunan karakter dan pembangungan bangsa.
Secara formal dan eksplisit hasrat untuk berperan besar ini dinyatakan dalam visi ITB yaitu ‘ITB menjadi lembaga pendidikan tinggi dan pusat pengembangan sains, teknologi dan seni yang unggul, handal dan bermartabat di dunia, yang bersama dengan lembaga terkemuka bangsa menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat dan sejahtera’ [21]. Ini merupakan cita-cita yang sangat tinggi dan mulia, dan seyogyanya memang demikian ..
Tantangannya bagi ITB sekarang ini adalah melakukan ichtiar nyata agar semangat dari cita-cita yang mulia tersebut merasuk atau tercemin dalam semua aspek kehidupan komunitas akademik ITB baik di dalam kampus maupun dalam hubungannya dengan pihak-pihak lain di luar kampus. Mewujudkan cita-cita mulia memerlukan komitmen yang sangat kuat terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ( unggul, handal, bermartabat ), dan pada saat yang sama diperlukan kewaspadaan yang tinggi pada civitas akademika agar dalam melakukan kegiatan-kegiatannya ITB sebagai lembaga atau komunitas tidak melanggar tata-nilai tersebut. Artinya, civitas akademika ITB perlu mengawal agar ITB tidak terlibat dalam atau melakukan hal-hal yang bisa dikategorikan tidak unggul, tidak handal dan tidak bermartabat.


ITB yang Ada di Pikiran Saya
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap perguruan tinggi lain, saya mendaftar menjadi mahasiswa ITB dan kemudian bergabung menjadi dosen ITB karena dalam pandangan saya ITB bukan perguruan tinggi biasa-biasa saja. Bagi saya ITB adalah perguruan tinggi khusus. Lembaga ini istimewa, karena dalam pikiran saya ITB adalah perguruan tinggi yang menjunjung tinggi empat nilai utama yaitu: kepeloporan, kejuangan, pengabdian dan keunggulan. Interpretasi saya mengenai empat nilai ini sangat sederhana: ITB adalah komunitas inovatif yang selalu berani mencoba hal-hal baru dan berusaha berada di garis depan dalam arus kemajuan; ITB adalah komunitas yang berani berkorban untuk mencapai cita-cita yang mulia; ITB adalah komunitas yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara dan bangga melayani kebutuhan tersebut; ITB adalah komunitas yang senantiasa berichtiar memberi yang terbaik dan mencapai yang terbaik untuk kemajuan bangsa, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.
Nilai-nilai tersebut (seharusnya) mewarnai setiap interaksi ITB dengan lingkungannya, termasuk dengan masyarakat luas, masyarakat bisnis, lembaga pemerintah, dan masyarakat ilmu pengetahuan. Dalam pikiran saya, untuk menjaga empat nilai atau semangat di atas, komunitas ITB mendisiplin dirinya secara internal dengan dua prinsip, yaitu integritas dan kualitas. Ini berarti , komunitas ITB ( seharusnya) adalah komunitas yang tidak akan melakukan tawar menawar dalam hal integritas, dengan kejujuran sebagai intinya, dan dalam hal kualitas.
Sebagai bagian dari komuntas ITB saya menyaksikan bahwa memegang teguh nilai-nilai tersebut tidak mudah, memerlukan keberanian dan kekuatan. Namun demikian, justru di sinilah letak tantangannya. Keteguhan menghadapi tantangan ini yang akan menunjukkan keistimewaan institut ini. Seperti dinyatakan oleh Kenneth Blanchard ‘ if you are always confronted with easy life, you don’t build character’ [22].
Bagi saya ITB adalah model masyarakat Indonesia yang tumbuh dan berkembang bersama dalam kebhinekaan. Para mahasiswa bergaul tanpa dibatasi oleh atribut etnis maupun agama. Tidak ada eksklusifitas. Tidak ada diskriminasi. Mahasiswanya dari seluruh Indonesia, dari kota besar, kota kecil dan desa. Mahasiswa yang berasal dari keluarga yang relatif berada dan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu bergaul tanpa jarak. Semangat ke-kita-an mengatasi ke-kami-an. Demikianlah keadaan yang saya temukan sebagai mahasiswa ITB pada awal tahun 1960-an. Saya bangga menjadi bagian dari komunitas yang dewasa dan maju seperti itu. Komunitas kampus seperti itu sampai sekarang tetap menjadi idaman saya .


Pentingnya Peran Alumni
Melakukan sebaik-sebaiknya Tri Dharma Perguruan Tinggi ( pendidikan, penelitian, dan pengabdiaan kepada masyarakat) oleh civitas akademika hanya sebagian saja dari upaya ITB untuk berkontribusi dalam pembangunan karakter dan pembangunan bangsa. Kontribusi yang sangat besar justru dapat ditunjukkan oleh kontribusi para alumni melalui berbagai profesi yang mereka geluti, apakah mereka menjadi pengusaha, menjadi penggiat LSM, menjadi karyawan perusahaan, peneliti, pendidik, seniman, atau pegawai pemerintah.
Sumbangan ITB bagi bangsa dan negara juga akan dilihat dari karya-karya para alumninya dan norma-norma yang mereka hayati dalam mewujudkan karya-karya tersebut. Saya garis bawahi pentingnya norma etikal dalam mencapai hasil atau mewujudkan karya, karena apabila keluarga besar ITB tidak waspada dalam hal ini, ‘ nila setitik bisa merusak susu sebelanga.’
Saya yakin bahwa kontribusi keluarga besar ITB bagi kemajuan bangsa bisa ditingkatkan dengan membangun sinergi yang lebih besar antara masyarakat kampus dan para alumni. Untuk itu, hubungan antara masyarakat alumni di luar kampus dan masyarakat kampus perlu dibingkai ulang (reframe). Selama ini, saya melihat bahwa dalam rangka mewujudkan visi ITB, masyarakat alumni yang di luar kampus posisinya berada di peripheral atau di lingkaran pinggir. Mereka dilibatkan hanya sewaktu-waktu apabila diperlukan. Saya menyarankan, di masa depan, dalam bingkai hubungan yang baru, masyarakat alumni menjadi bagian dari lingkaran dalam, dalam arti alumni benar-benar menjadi mitra strategik masyarakat akademik ITB dalam meningkatkan kontribusi ITB untuk kemajuan bangsa. Para alumni ini jugalah yang diharapkan mewujudkan nilai-nilai kepeloporan, kejuangan, pengabdian dan keunggulan dalam profesi mereka masing-masing di tengah-tengah masyarakat dimanapun mereka berada.


KATA PENUTUP
Mengingatkan kembali peran perguruan tinggi dalam pembangunan karakter dan pembangunan bangsa dapat dilihat sebagai upaya untuk menyalakan api idealisme di dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Idealisme ini sangat penting ditinjau dari beberapa hal:
Pertama, sebagian besar perubahan-perubahan besar dalam peradaban manusia beberapa ribu tahun terkahir ini dihela oleh idealisme; di sini idealisme diartikan sebagai cita-cita yang tinggi dan luhur.
Kedua, tidak ada bangsa yang bisa maju tanpa digerakkan oleh idealisme, walaupun bentuk idealisme itu mungkin berbeda-beda diantara bangsa-bangsa.
Ketiga, idealisme membuat usaha-usaha yang dilakukan bersifat manusiawi, sebab di muka bumi ini hanya manusialah yang punya idealisme.
Keempat, idealisme membuat usaha-usaha yang dilakukan menjadi bermakna, dalam arti bahwa usaha tersebut dirasakan sebagai ichtiar yang dilakukan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri namun juga untuk membawa kebaikan bagi masyarakat luas.
Di sisi lain, usaha untuk meningkatkan peran perguruan tinggi dalam pembangunan karakter dan pembangunan bangsa adalah salah satu upaya untuk mendekatkan dunia pendidikan dengan kehidupan. Dengan demikian mudah-mudahan perguruan tinggi di Indonesia benar-benar dapat menjadi pelopor yang menghantarkan masyarakat di persada Nusantara ini menjadi masyarakat yang maju, adil, sejahtera dan bermartabat.


1 Risalah ini disajikan pada ‘Kuliah Akhir Masa Jabatan’ sebagai Guru Besar ITB, pada Sidang Terbuka Majelis Guru Besar ITB, tanggal 28 Nopember 2008 di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB, di Bandung.   





--
Regards,

Maxwel Kapitan

PT. Cigading International Bulk Terminal
Jl. May Jen S. Parman Km 13 Cigading
Cilegon, Banten - Indonesia
Phone : 0254  - 602 888 Ext 114
Fax     : 0254  - 600 633 
Mobile : 0852 10300 883



Memahami Tindakan Korupsi_150813.pdf
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages