Re-post dr Kampoeng Bikers..
Semoga berguna..
Apakah anda
pernah mengalami “near-miss” ? Oh. Mungkin pertanyaan ini harusnya didahului
dengan pertanyaan; Apakah anda tahu apa itu “near-miss” ? Near-miss atau orang
bule juga sebut “Close Call” atau orang Indonesia sebut “Nyaris” atau “Hampir”
adalah suatu kejadian dimana seseorang hampir saja mengalami kecelakaan.
Seperti hampir nabrak, hampir jatuh, hampir nyerempet, hampir di tabrak, dan
lain sebagainya.
Saya rasa hampir semua pengendara motor, atau mobil,
pernah mengalami apa yang disebut nearmiss. Malahan banyak yang sudah pernah
mengalami musibah sesungguhnya. Tapi, kalo sudah mengalami musibah
sesungguhnya, yang ada adalah penyesalan, dan barulah benar-benar menarik
pelajaran dan hikmah dari kejadian itu agar tidak terulang kembali. Tapi, bagi
yang baru mengalami near-miss, anda diberi keuntungan oleh Yang Maha Kuasa
dimana anda diberi kesempatan merasakan betapa dekatnya anda dengan bahaya.
Karenanya, ambil-lah hikmahnya, mumpung belum kejadian.
Sebagian besar
orang-orang yang mengalami nearmiss atau musibah mengatakan, “Saya kaget
karena sebelumnya saya tidak menduga”. Atau “Saya tidak lihat kalau ada tong
besar di situ”. Atau “Saya tidak tau kalau ternyata mobil itu menikung”. Dan
banyak lagi alasan-alasan lain. Namun dari alasan tersebut dapat dilihat
kesamaan pola-pola yang menggambarkan penyebab utama kejadian, terutama
near-miss.
Pengendara terkejut oleh perubahan situasi jalan yang
tiba-tiba, mungkin tidak tiba-tiba hanya saja pengendara kurang awas. Dalam
terkejutannya, pengendara melakukan reaksi spontan seperti menghindar atau
mengerem dan untungnya masih ada “ruang” dan “waktu” antara dirinya dengan
sumber bahaya yang memberikan kesempatan bagi pengendara untuk lepas dari
bencana. Bisa dibilang, nyaris celaka dan masih beruntung.
Cara yang
terbaik adalah mencegah dan bukan menghindari. Jadi jangan sampai suatu near
miss atau bahkan musibah terjadi. Strategi yang cukup ampuh untuk mencegah
terjadinya near-miss adalah dengan jaga jarak. Yap, jarak antara anda dan
sumber masalah. Jarak akan menciptakan ruang antara anda dan masalah. Jarak
juga akan memberi waktu.
Ada 3 jenis jarak yang harus anda pahami; 2
seconds Reaction, 4 seconds Anticipation dan 12 seconds Prediction.
2
detik jarak Reaction.
Ini adalah jarak terdekat antara anda dan
masalah. Heh… tidak sealalu masalah, tapi “bakal” masalah. Contohnya bila anda
mengikuti kendaraan didepan. Jaga-lah jarak minimal 2 detik dengan kendaraan
tersebut. Apapun aktifitas yang terjadi oleh kendaraan didepan itu akan
mengharuskan anda untuk ber-reaksi.
4 detik jarak
Anticipation.
Ini adalah jarak anda dengan apapun yang berada 4 detik
didepan anda. Dimana anda sadar bahwa apapun itu dapat menjadi potensi masalah
bagi anda dan hendaknya meningkatkan kehati-hatian. Evaluasi terus menerus
hendaknya dilakukan. Selain itu, apapun yang terjadi 4 detik didepan akan
menyebabkan reaksi secara langsung pada apapun yang ada di 2 detik didepan,
yang akhirnya menyebabkan anda untuk juga ber-reaksi.
12 detik jarak
Prediction.
Ini adalah jarak anda dengan seluruh faktor-faktor resiko
yang tengah bergerak secara dinamis sejauh 12 detik didepan anda. Orang bule
bilang “Roll your eyes”. Terus-menerus melakukan pemindaian, bagaikan radar.
Mencari faktor resiko, mengidentifikasi “resiko apa yang ditimbulkannya”,
serta memprediksi apa yang akan terjadi. Seperti ; melihat anak kecil
berlarian di ujung jalan, melihat anjing yang berlari memotong jalanan
didepan, mobil yang terlihat mendekati pertigaan didepan, dan lain sebagainya.
Dengan mengidentifikasikan hal tersebut, anda memprediksi, mengira-ngira, apa
yang akan terjadi pada 4 detik dan 2 detik didepan.
Near-miss dan
bencana akan lebih dapat dicegah bila anda bisa memprediksi apa yang akan
terjadi.
So… Jaga Jarak
Dude…
Thx,
~Ninna~
190