Dalam 10 tahun terakhir, sekitar 20 ribu warga Aceh pindah agama dari Islam ke non-muslim. Data mengejutkan ini disampaikan mantan Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar.
Data sekitar 20 ribu warga Aceh telah pindah agama itu kini sudah berada di pemerintah.“Namun kita tidaklah harus salahkan mereka (karena berpindah agama), melainkan kesalahan pribadi dari diri kita masing-masing yang tidak lagi menjadikan agama sebagai bagian dari kehidupan kita,” sebut Muhammad Nazar.
Menurutnya, kebanyakan warga yang pihak agama tersebut adalah kaum muda dari berbagai suku dan kabupaten di Aceh, terutama di perbatasan. Modus kepindahan agama sejumlah warga Aceh itu didominasi melalui status perkawinan.
Dijelaskannya, banyak warga non-muslim yang berpura-pura masuk Islam kemudian menikahi wanita atau pria warga Aceh. Setelah memiliki anak, warga tadi kembali memeluk agama asal dan meminta istri atau suami ikut serta dengan alasan cinta.
”Modus ini terulang berulang di Aceh. Namun karena kita sendiri (warga Aceh) sibuk berpecah-belah serta melupakan dasar dari agama Islam, sehingga persoalan itu terabaikan,” katanya.
Apalagi, lanjut dia, sekarang ini sakralitas agama Islam di Aceh juga mulai hilang. “Provinsi Aceh kini dikenal di nusantara karena pemarah serta aksi premanisme. Bukan lagi karena Islam yang mengajarkan lemah lembut kepada saudara seimannya,” papar dia.
Parahnya lagi, tambah dia, posisi agama sekarang menjadi NOMOR DUA di Aceh SETELAH POLITIK. Dengan politik, orang mau melakukan apapun, seperti memfitnah, menudung orang lain kafir, serta membunuh.
”Padahal, perilaku ini sangat dilarang sejak dulu oleh Rasulullah SAW. Semua prilaku ini bukanlah ajaran Islam, namun kini dipraktekkan di Aceh,” katanya.
Di akhir khotbah Jumat, Muhammad Nazar meminta jamaah untuk kembali memperkuat uhkuwah islamiyah serta menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
”Jika ini mulai hilang. Maka, jangan salahkan tindakan anak cucu kita nantinya jika mereka mencari agama baru selain Islam,” katanya.
- See more at: http://www.nahimunkar.com/20-ribu-warga-aceh-murtad/#sthash.FgtC2Nuh.dpufSetuju mas Morry, awal thread email ini bagus sekali, tapi kok ujung2nya nembak individu lagi...Sewaktu Jokowi mencalonkan jadi Walikota solo kalau tidak salah ketum partai islam jadi salah satu juru kampanye-nya..
Salam
Joko
Salam Pak Bayu,
Saya menuliskan pemilihan Walikota solo, bukan gubernur DKI.
Salam
Joko
--
Ajakan yg bijak. Terimakasih Bapak2.
Klo kitanya solat berjamaah insya Allah dikasih pemimpin yg rajin solat jamaah juga.
Mulai dari kita mulai dr anggota mailist ini.
Itu kenapa sebagian ahli ilmu memandang demokrasi dalam hal yg semacam ini haram.
(baca, mengambil pemimpin dari kalangan non muslim meski judulnya wakil).
Wallahu'alam.
m.s.
Isi sms dan emailnya mengenai seruan dan ajakan kepada Ahok utk masuk dan berserah diri kepada Jalla wa 'Ala yakni menjadi muslim yg Muttaqin supaya jerih payah kelurusan usahanya di dunia dapat berharga dihadapan Allah subhanahu wa ta'ala yakni berbuah kebaikan di akhirat kelak. Meyakinkan dia bahwa tanpa menjadi seorang muslim, maka sia-sia lah amal dunianya.
Dan sekalian nasehatin pak Jokowi supaya bertahan dulu jadi gubernur DKI, sampai DKI nya beres banget (2 x 5 tahun) :-)
Seperti hal nya nasehat pak Mendagri kepada ibu Risma Tri utk tetap bertahan menjadi walikota Surabaya. Pak Jokowi jangan dulu tergiur hasil survey media massa dan bujukan partai. Konsentrasilah memperbaiki ibukota dengan sebaik-baiknya plus tetap fokus dengan pengabdian kepada-Nya.
No hp Jokowi: +628122600960
Email: Gub...@gmail.com
Monggo.. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Siapa tahu pak Ahok ketiban hidayah-Nya, masuk islam dan anda akan beruntung di hadapan-Nya. AAMIIN.
Salam,
Novan Arif Hidayat
Subject: Re: [Muslim-KL] 20 RIBU WARGA ACEH MURTAD |
FUDHAIL bin ‘Iyâdh berkata, “Bila engkau tidak sanggup melaksanakan shalat (tahajjud) di malam hari dan puasa di siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau orang yang terhalang (dari kebaikan) lagi banyak dosa.”
Seorang lelaki berkata kepada Hasan al-Bashri , “Sesungguhnya aku tidur dalam keadaan sehat, aku sangat ingin bangun melaksanakan shalat malam dan telah ku persiapkan air untuk bersuci, namun mengapa aku tetap tidak bisa bangun (disepertiga malam terakhir)?”
Beliau menjawab, “Engkau telah dibelenggu oleh dosa-dosamu.”
Bila seseorang tidak bisa mengerjakan shalat malam, maka hendaklah dia merenungi pernyataan seorang dari generasi Salaf, “Bila engkau belum bisa mengambil bagian di waktu malam, maka janganlah engkau bermaksiat kepada Rabbmu di waktu siang.”
Sahl bin Sa’ad menuturkan, “Jibril pernah datang menemui Nabi seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya kematian pasti akan menjemputmu. Cintailah siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya’.
“Kemudian Jibril berpesan, ‘Hai Muhammad, kemuliaan seorang Mukmin terletak pada shalat malam dan kehormatannya adalah pada saat ia tak lagi bergantung pada manusia’,” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albâni dalam silsilah ahâdîtsis shahîhah, no. 831).
Astaghfirullaahal 'Azhiim.... Maafkan kami atas tumpukan dosa-dosa kami yang menghalangi kami dari menghadap-Mu di malam hari, Yaa Allah....
Barokallohu fiik Pak Agus,,, wa jazaakallohu khoiron katsiron. Sedikit tambahan.... :-) Berkata Al imam Ibnul Qayyim rahimahullah: Maka itulah jiwa, jika kamu tidak menyibukkannya dengan perkara kebaikan, maka dia akan menyibukkan kamu dengan perkara yang bathil. Dan demikian pula lisan, apabila kamu tidak menyibukkan dengan selalu berzikir kepada Allah Ta'aala maka dia akan menyibukkan kamu dengan perkara yang sia-sia dan tidak mendatangkan manfaat, dan hal itu mesti terjadi pada dirimu. Maka kamu pilihlah untuk dirimu salah satu dari dua bagian tersebut, dan posisikan dirimu pada salah satu dari kedudukan yang ada." (khususnya buat ana pribadi dan kita pd umumnya)... Wassalam, |
Pak Diri,
"Indonesia ancur"
Bagaimana pandangan Pak Diri dg orang2 islamnya sendiri tidak teruji setelah naik keatas...sudah banyak contohnya yang terlibat dan terindikasikan korupsi. Dan orang2 tersebut banyak yang besar di pesantren atau organisasi islam yang cukup militan, yang fundamental agamanya kuat.
Bagaimana melihat fenomena ini?
Seberapa besar pengaruh pendidikan agama mampu melawan pengaruh buruk?
Di kalangan pekerja mungkin sangat mudah untuk memberi contoh, tapi tidak demikian dikalangan pengusaha, pengambil kebijaksanaan dan politisi. Dimana ketiga posisi iini yang menentukan arah kebijaksanaan Negara/pemerintahan.
Saya mempertanyakan hal ini, karena banyak orang2 islam yg terlibat/terindikasi korupsi dengan mudah untuk bilang "sumpah demi Allah". Tapi giliran disuruh "sumpah pocong" takut....atau disuruh sumpah "demi ibu atau anak istri" pada takut...
Saya sendiri sering mendengar beberapa ustad yang senagaja mencari celah "pengampunan dosa" dan akhirnya banyak dipergunakan oleh orang2 pengambil kebijaksanaan/pengusaha...Korupsi jalan terus, tapi amal juga jalan..naik haji tiap tahun...pulang haji dia pikir sudah suci lagi...Pak uztad juga bisa naik haji tiap tahun. Maaf saya bilang demikian, karena itu yang dilakukan beberapa teman pengusaha di Jakarta.
Monggo kita tunggu pemikiran Pak Diri atau rekan2 yang lain.
Salam,
Sigit
Pekerja dan Pengusaha
Terima kasih pak ustadz Agus atas sharingnya.
Salam
Ganis
"Seberapa besar pengaruh pendidikan agama mampu melawan pengaruh buruk?"
1. Ada manusia yang belajar agama hanya untuk mencapai kesenangan/ kenikmatan dunia saja, mencari kehormatan atau kedudukan ditengah tengah masyarakat. Padahal ancaman untuk orang yang melakukan hal seperti ini sangat berat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang manusia yang pertama sekali dihitung amalannya, yaitu tiga golongan manusia: diantara mereka adalah orang yang menuntut ilmu:
((أول من تسعر بهم النار ثلاثة؛ أحدهم رجل تعلم العلم وعلمه وقرأ القرآن فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال فما عملت فيها قال تعلمت العلم وعلمته وقرأت فيك القرآن قال كذبت ولكنك تعلمت العلم ليقال عالم وقرأت القرآن ليقال هو قارئ فقد قيل ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار))
“Orang yang pertama sekali dinyalakan api neraka dengan mereka ada tiga: salah satu diantara mereka adalah seorang yang menuntut ilmu dan membaca Al Quran, maka ia dipanggil dan diperkenalkan kepadanya tentang nikmat Allah, maka iapun mengakuinya, lalu Allah bertanya kepadanya: apa yang ia lakukan terhadap nikmat tersebut?, ia menjawab: aku pergunakan untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya serta untuk membaca Al Quran pada Mu, Allah menimpali jawabannya: kamu telah berdusta, tetapi engkau menuntut ilmu supaya mendapat (sanjungan) supaya dikatakan sebagai seorang alim, dan engkau membaca Al Quran supaya dikatakan orang sebagai seorang Qari’, sungguh telah terbukti demikian, kemudian ia diusung diatas mukanya sampai ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim no: 1905).
Ilmu bisa membuat seseorang mencapai tingkat yang mulia disisi Allah di dunia maupun di akhirat kelak, bila dibarengi dengan niat yang ikhlas. Tapi sebaliknya bisa membawa malapetaka dan kesengsaraan di akhirat kelak, bila kehilangan sifat ikhlas dalam menuntut, mengamalkan dan menyebarkannya.
Dalam hadits yang lain disebutkan.
((من تعلم علما مما يبتغي به وجه الله عز وجل لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضاً من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها))
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu, dari ilmu mencari wajah Allah, ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mencari tujuaan duniawi, ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat, yaitu harumnya surga.” (HR. Abu Daud no: 3664).
Konteks hadits ini menjelaskan kepada kita balasan bagi orang yang menuntut ilmu demi mengejar kesenangan duniawi semata, betapa kecewanya seseorang seketika ia melihat orang-orang yang seiring dengannya dalam menuntut ilmu mereka di payungi menuju surga, namun dirinya yang telah tertipu oleh gemerlapnya dunia digiring menuju nereka.
2. Ada yang belajar agama untuk berbangga dihadapan para intelek dan ulama. Tidak sedikit kita saksikan dikalangan "cedekiawan", yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan "pengakuan intelek" seperti merobah hukum-hukum yang sudah falit dan solit dalam Islam, seperti masalah jender, hijab, toleransi agama, dan banyak lagi yang lainnya.
3. Ada yang belajar agama untuk mengejar kepopuleran dan ketenaran dihadapan manusia, barang kali bentuk ketiga ini tidak jauh beda dengan bentuk kedua, untuk mencapai kepopuleran bisa dengan gaya dan penampilan yang menarik perhatian orang lain, seperti gaya dalam berzikir, berpakaian serta metode-metode dalam berdakwah yang menyimpang dari petunjuk ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada orang yang membawa atribut2 islam dengan tujuan dunia saja, atau untuk kepentingan pribadinya saja.
In summary:
Ada orang yang hidup DARI islam, (mencari kehidupan dunia, dan keuntungan pribadi DARI hasil "mengexploitasi" agama)...
Dan ada orang yang hidup UNTUK islam, (menggunakan kehidupannya, harta dan dirinya UNTUK kejayaan Islam)...
"Seberapa besar pengaruh pendidikan agama mampu melawan pengaruh buruk?"
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam perilaku kehidupan. Pengaruh lingkungan dapat kita lihat ketika menunaikan ibadah haji. Saat berada di dekat rumah Allah, Ka’bah, semua manusia mengalami perubahan yang sangat kontras. Yang belum pernah berlinangan air mata karena terkenang dengan dosa dan merasa takut dengan siksaNya tiba-tiba bisa menangis tersedu-tersedu di depan Ka’bah. Berjalan kaki cukup jauh bahkan bisa sampai berkilo-kilo pun dijalani demi shalat di masjid padahal di tanah air boleh jadi rumahnya berada dekat dengan masjid namun hati belum tergerak untuk mendatanginya. Mengapa ini semua bisa terjadi? Jawabannya adalah karena kekuatan suasana dan lingkungan. Orang yang tidak biasa berbuat baik bisa berubah sangat rajin berbuat baik ketika dia berada di lingkungan orang-orang yang suka berbuat baik. Sebaliknya orang yang pada mulanya rajin berbuat baik bisa berubah total ketika berada di lingkungan orang-orang yang buruk atau penuh kemaksiatan.
Oleh karena itu, benarlah yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam katakan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ ».
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (baca:lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833).
Karenanya tidaklah salah jika orang Arab memiliki pepatah:
الصاحب ساحب
“Sahabat (baca:lingkungan pergaulan) itu menyeret”. Artinya lingkungan yang baik akan menyeret orang untuk menjadi baik. Sebaliknya lingkungan yang buruk akan menyeret orang untuk menjadi buruk.
Oleh karena itu, di antara tanda taubat yang benar dan yang diterima oleh Alloh adalah hijrah lingkungan dengan pengertian meninggalkan lingkungan pergaulan yang buruk dan mencari lingkungan pergaulan yang baik. Sebagaimana nasehat seorang ulama di masa umat sebelum kita ketika menasehati seorang yang memiliki setumpuk dosa karena telah membunuh seratus orang yang tidak berdosa.
انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدِ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ
“Pergilah ke kampung itu karena di sana terdapat orang-orang yang beribadah kepada Alloh. Beribadahlah kepada Alloh bersama mereka. Jangan pernah kembali ke kampungmu karena kampungmu adalah lingkungan yang buruk” (HR Muslim no 7184 dari Abu Said al Khudri).
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan hal ini, beliau tidak memberi tanggapan miring. Hal ini menunjukkan bahwa perkataannya dibenarkan oleh nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam .
Jika demikian pentingnya pengaruh lingkungan maka yang perlu kita lakukan adalah mempertahankan suasana baik yang pernah kita rasakan dengan mencari lingkungan pergaulan yang baik atau jika tidak memungkinkan maka kita harus membuat lingkungan yang baik di tempat kita berada.
Sesungguhnya ketika kita hidup di suatu komunitas hanya ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu mempengaruhi atau dipengaruhi. Jika kita tidak mempengaruhi lingkungan sekitar kita maka pasti kitalah yang akan terpengaruh oleh lingkungan yang ada. Tidak ada pilihan lain dalam hal ini. Artinya tidak mungkin ada seorang yang berada di suatu lingkungan dan dia tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi.
Tidak ada pilihan bagi seorang muslim kecuali berusaha mempengaruhi lingkungan tempat dia tinggal dan beraktivitas, karena umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang baik adalah yang berjiwa pendakwah di manapun dia berada.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
Yang artinya, “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata’) (QS Yusuf:108).
Ketika seseorang ingin memasuki suatu lingkungan yang syarat dengan korupsi atau tipu tipu misalnya, maka hendaklah ia mempersiapkan bekal dan pertahanan yang kokoh. Dan jangan ragu2 untuk keluar / meninggalkan lingkungan tersebut manakala ia terpengaruh oleh system yang korup tersebut (artinya system tersebut yang justru menyeretnya masuk kedalam lingkaran korupsi atau praktek tipu menipu).
Allohul musta'an..
Wassalam,
Diri
# Note: tulisan diatas mengambil manfaat dari tulisan Ustadz Aris M.