Jakarta (SI Online) - Istimewa benar kaum
minoritas di Indonesia. Meski jumlahnya sedikit, hak-hak yang mereka
dapatkan sama persis dengan kaum mayoritas. Demikianlah setidaknya yang
dapat dipetik dari ceramah mantan Wapres Jusuf Kalla dalam acara Dies
Natalis IAIN Ambon dengan tema 'Komitmen IAIN Ambon Menjaga Perdamaian'.
“Buktinya, dari total 14 hari libur, semua agama punya hari liburnya nasional. (Hal ini) Tidak (ada) di Filipina, di Thailand dan banyak Negara lainnya,” ujar JK dalam siaran persnya yang dikutip detikcom, Ahad (29/12/2013).
Selain itu, kata JK, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam tetapi hampir sepertiga atau 30 persen gubernur provinsi adalah nonmuslim.
“Di Indonesia itu ada sekitar 8 gubernur yang nonmuslim. Padahal jumlah
umat muslim 80 persen lebih. Artinya, Indonesia itu adalah negara yang bisa saling memahami. Menteri kita juga beragam agamanya,” lanjut JK.
Selama ini media massa
yang mengidap Islamophobia memaksakan opini isu intoleransi. Opini itu
menuduh seolah-olah umat Islam intoleran. Tuduhan ini jelas salah alamat
dan jauh dari fakta yang sebenarnya.
Tak bisa dipungkiri, umat Islam Indonesia merupakan jumlah mayoritas mutlak di Indonesia. Di antara jumlah 240 juta warga negara, hampir 88 persen beragama Islam dan merupakan negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia.
Menurut Pimpinan Perguruan Islam As Syafiiyah KH Abdul Rasyid AS,
sebagai kelompok mayoritas mutlak seperti itu, umat Islam terbukti tidak
pernah memaksakan kehendaknya dan aspirasinya kepada kelompok lain.
Bahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok minoritas yang dibuat
berdasarkan keputusan pemerintah, tidak pernah ditentangnya.
"Contoh paling mencolok adalah pemberian hak libur kepada penganut agama minoritas," katanya.
Kiyai khos Betawi itu mengungkapkan, mula-mula pemerintah menetapkan
hari libur hanya kepada Islam dan Nasrani. Hak libur Nasrani pun
diberikan hampir setara penganut Islam. Jika umat Islam mengenal hari
libur, Idul fitri, Idul
Adha, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan 1 Muharram (5 hari libur), maka
orang Nasrani pun diberi hari libur yang hampir sama, yakni Natal,
Wafatnya Isa Al Masih dan Paskah (3 hari libur).
"Padahal jumlah orang Nasrani hanyalah 8 persen saja. Sungguh berlebihan
toleransi umat Islam Indonesia ini," kata putra ulama Macan Betawi KH
Abdullah Syafii itu.
Kiyai Abdul Rasyid lantas mencoba membandingkan nasib umat Islam di
negara-negara barat yang minoritas, seperti Australia, Amerika Serikat
dan Eropa. Tidak satu pun di negara-negara barat ini, umat Islam diberi
hak libur pada hari rayanya.
"Padahal jumlah umat Islam di berbagai negara itu semakin hari semakin
besar jumlahnya seperti di Rusia, Amerika Serikat, bahkan di China
jumlahnya lebih 100 juta jiwa, juga di India," katanya.
red: shodiq ramadhan/dbs